Tugas 2
Tugas 2
118)
Ilmu Penyakit Mata RSUD Kota Bekasi
Periode 7 Maret 9 April 2016
perubahan rerata dari batas dasar dengan pewarnaan rose bengal secara signifikan
lebih rendah pada kelompok dengan diquafosol (p=0.010), hal ini membuktikan
keunggulannya. Insiden efek samping adalah 26.4% pada kelompok dengan
diquafosol dan 18.9% pada kelompok dengan sodium hyaluronate, dimana tidak ada
perbedaan signifikan antar kedua kelompok.
Kesimpulan: Diquafosol (3%) dan sodium hyaluronate (0.1%) menunjukkan
efektivitas yang sama dalam perbaikan dry eye dengan skoring menggunakan
pewarnaan fluoresein, sedangkan dengan skoring dengan pewarnaan rose bengal
menunjukkan bahwa terdapat keunggulan dari diquafosol. Hal ini menunjukkan
bahwa diquafosol memiliki efektivitas klinis yang lebih tinggi dan ditoleransi cukup
baik dengan profil keamanan yang baik pula.
Rangkuman dan hasil pembelajaran: Dry eye merupakan kelainan pada kuantitas
maupun kualitas dari air mata, yang dapat menyebabkan keluhan-keluhan seperti
sensasi adanya benda asing pada mata, gangguan penglihatanm bahkan dapat
menurunkan kualitas hidup pasien sendiri. Berbagai terapi konvensional seperti
penggunaan artificial tear, sodium hyaluronate, kortikosteroid, dan siklosporin telah
digunakan untuk menangani dry eye. Namun masing-masing agen tersebut memiliki
kekurangannya dalam mengobati dry eye. Pada penelitian ini, dilakukan perbandingan
antara diquafosol dan sodium hyaluronate. Hasilnya menunjukkan bahwa ternyata
diquafosol memiliki efektivitas klinis yang lebih tinggi dan ditoleransi cukup baik
dibandingkan dengan sodium hyaluronate. Penelitian ini menambah pilihan terapi
bagi pasien dengan dry eye dan tentunya menambah pengetahuan bagi para klinisi
mengenai masing-masing keunggulan dan efektivitas antara penggunaan diquafosol
dan sodium hyaluronate, sehingga dapat lebih bijak menentukan terapi terbaik bagi
pasien dengan dry eye kedepannya.