Asuhan Keperawatan Pada Pasien Terminal
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Terminal
kondisi fisik,
psikologis, social yang dialami, sehingga dampak yang ditimbulkan pada tiap individu
juga berbeda. Hal ini mempengaruhi tingkat kebutuhan dasar yang ditunjukan oleh
pasien terminal.
Perawat harus memahami apa yang dialami klien dengan kondisi terminal, tujuannya
untuk dapat menyiapkan dukungan dan bantuan bagi klien sehingga pada saat-saat
terakhir dalam hidup bisa bermakna dan akhirnya dapat meninggal dengan tenang dan
damai.
Penyakit yang bisa menyebabkan seseorang dalam kondisi terminal/ mengancam hidup,
antara lain :
Fase Prediagnostik terjadi ketika diketahui ada gejala atau factor resiko penyakit
Fase Akut; berpusat pada kondisi krisis. Klien dihadapkan pada serangkaian
keputusasaan, termasuk kondisi medis, interpersonal, maupun psikologis.
Fase Terminal, dalam kondisi ini kematian bukan lagi hanya kemungkinan, tetapi pasti
terjadi.
Klien dalam kondisi Terminal akan mengalami berbagai masalah baik fisik, psikologis,
maupun social-spiritual. Gambaran problem yang dihadapi pada kondisi terminal antara
lain :
Problem Nutrisi dan Cairan; asupan makanan dan cairan menurun, peristaltic menurun,
distensi abdomen, kehilangan BB, bibir kering dan pecah-pecah, lidah kering dan
membengkak, mual, muntah, cegukan, dehidrasi terjadi karena asupan cairan menurun
Problem Sensori ; Penglihatan menjadi kabur, refleks berkedip hilang saat mendekati
kematian, menyebabkan kekeringan pada kornea, Pendengaran menurun, kemampuan
berkonsentrasi menjadi menurun.
Problem nyeri ; ambang nyeri menurun, pengobatan nyeri dilakukan secara intra vena,
klien harus selalu didampingi untuk menurunkan kecemasan dan meningkatkan
kenyamanan
Problem Kulit dan Mobilitas ; seringkali tirah baring lama menimbulkan masalah pada
kulit sehingga pasien terminal memerlukan perubahan posisi yang sering.
Masalah Psikologis ; klien terminal dan orang terdekat biasanya mengalami banyak
respon emosi, perasaaan marah dan putus asa seringkali ditunjukan. Problem psikologis
lain yang muncul pada pasien terminal antara lain ketergantungan, hilang control diri,
tidak mampu lagi produktif dalam hidup, kehilangan harga diri dan harapan,
kesenjangan komunikasi / barrier komunikasi.
Perubahan Sosial-Spiritual, klien mulai merasa hidup sendiri, terisolasi akibat kondisi
terminal dan menderita penyakit kronis yang lama dapat memaknai kematian sebagai
kondisi peredaan terhadap penderitaan. Sebagian beranggapan bahwa kematian
sebagai jalan menuju kehidupan kekal yang akan mempersatukannya dengan orangorang yang dicintai. Sedangkan yang lain beranggapan takut akan perpisahan,
dikuncilkan, ditelantarkan, kesepian, atau mengalami penderitaan sepanjang hidup
Seseorang yang menghadapi kematian/kondisi terminal, dia akan menjalani hidup,
merespon terhadap berbagai kejadian dan orang disekitarnya sampai kematian itu
terjadi. Perhatian utama pasien terminal sering bukan pada kematian itu sendiri tetapi
lebih pada kehilangan kontrol terhadap fungsi tubuh, pengalaman nyeri yang
menyakitkan atau tekanan psikologis yang diakibatkan ketakutan akan perpisahan,
kehilangan orang yang dicintai. Orang yang telah lama hidup sendiri, terisolasi akibat
kondisi terminal dan menderita penyakit kronis yang lama dapat memaknai kematian
sebagai kondisi peredaan terhadap penderitaan. Atau sebagian beranggapan bahwa
kematian sebagai jalan menuju kehidupan kekal yang akan mempersatukannya dengan
orang-orang yang dicintai. Sedangkan yang lain beranggapan takut akan perpisahan,
dikuncilkan, ditelantarkan, kesepian, atau mengalami penderitaan sepanjang hidup.
2. Cara Mengkaji Tingkat Kesadaran
Kesadaran adalah status individu tentang keberadaan dirinya dan hubungan dengan
lingkungan sekitarnya.
Menurut Strauss dan Glaser Tahun 1970, Tingkat Kesadaran dibagi 3 :
Closed Awarness
Mutual Pretense
Open Awarness
Teknik lain untuk mengkaji tingkat kesadaran adalah dengan metode GCS (Glasgow
Coma Scale) .
JENIS PEMERIKSAAN
Respon motorik ( M )
NILAI
Ikut perintah
Melokalisir nyeri
Fleksi norma
Dekortasi
Deserebrasi
Tidak ada
Respon Verval ( V )
Orientasi baik
Tidak ada
Respon buka mata
( Eye Opening E )
Spontan
Terhadap suara
Terhadap nyeri
Tidak ada
Skor GCS 14-15 : Compos Mentis/Alert/Sadar Penuh
Menurut Kubler Ross (1969) seseorang yang menjelang ajal menunjukan lima tahapan,
yaitu :
Denial (menolak), pada tahap ini individu menyangkal dan bertindak seperti tidak terjadi
sesuatu, dia mengingkari bahwa dirinya dalam kondisi terminal. Pernyataan seperti
tidak mungkin, hal ini tidak akan terjadi pada saya, saya tidak akan mati karena kondisi
ini umum dilontarkan klien.
Anger (Marah) individu melawan kondisi terminalnya, dia dapat bertindak pada
seseorang atau lingkungan di sekitarnya. Tindakan seperti tidak mau minum obat,
menolak tindakan medis, tidak ingin makan, adalah respon yang mungkin ditunjukan
klien dalam kondisi terminal.
Bargaining (Tawar Menawar), individu berupaya membuat perjanjian dengan cara yang
halus atau jelas untuk mencegah kematian. Seperti Tuhan beri saya kesembuhan,
jangan cabut nyawaku, saya akan berbuat baik dan mengikuti program pengobatan.
Depresion (Depresi), ketika ajal semakin dekat atau kondisi semakin memburuk klien
merasa terlalu sangat kesepian dan menarik diri. Komunikasi terjadi kesenjangan, klien
banyak berdiam diri dan menyendiri.
c. Faktor Sosial
Perawat harus mengkaji bagaimana interaksi pasien selama kondisi terminal, karena
pada kondisi ini pasien cenderung menarik diri, mudah tersinggung, tidak ingin
berkomunikasi, dan sering bertanya tentang kondisi penyakitnya. Ketidakyakinan dan
keputusasaan sering membawa pada perilaku isolasi. Perawat harus bisa mengenali
tanda klien mengisolasi diri, sehingga klien dapat memberikan dukungan social bisa dari
teman dekat, kerabat/keluarga terdekat untuk selalu menemani klien.
d. Faktor Spiritual
Perawat harus mengkaji bagaimana keyakinan klien akan proses kematian, bagaimana
sikap pasien menghadapi saat-saat terakhirnya. Apakah semakin mendekatkan diri pada
Tuhan ataukah semakin berontak akan keadaannya. Perawat juga harus mengetahui
disaat- saat seperti ini apakah pasien mengharapkan kehadiran tokoh agama untuk
menemani disaat-saat terakhirnya.
sikap,
keyakinan,
dan
kebiasaan
adalah
aspek
cultural/budaya
yang
Mempertahankan harapan
b. Pemeliharan Kemandirian
Tempat perawatan yang tepat untuk pasien terminal adalah perawatan intensif, pilihan
lain adalah perawatan hospice yang memungkinkan perawatan komprehensif di rumah.
Perawat harus memberikan informasi tentang pilihan ini kepada keluarga dank lien.
Sebagian besar klien terminal ingin mandiri dalam melakukan aktivitasnya. Mengizinkan
pasien untuk melakukan tugas sederhana seperti mandi, makan, membaca, akan
meningkatkan martabat klien. Perawat tidak boleh memaksakan partisipasi klien
terutama jika ketidakmampuan secara fisik membuat partisipasi tersebut menjadi sulit.
Perawat bisa memberikan dorongan kepada keluarga untuk membiarkan klien membuat
keputusan.
c. Pencegahan Kesepian dan Isolasi
Perawat membutuhkan kesabaran dan pengalaman untuk merespon secara efektif
terhadap klien menjelang ajal. Untuk mencegah kesepian dan penyimpangan sensori,
perawat mengintervensi untuk meningkatkan kualitas lingkungan. Lingkungan harus
diberi pencahayaan yang baik, keterlibatan anggota keluarga, teman dekat dapat
mencegah kesepian. Keluarga atau penjenguk harus diperbolehkan bersama klien
menjelang ajal sepanjang waktu. Perawat memberikan bimbingan kepada keluarga
untuk tetap/ selalu bersama klien menjelang ajal, terutama saat-saat terkhir hidupnya.
d. Peningkatan Ketenangan Spiritual
Peningkatan ketenangan spiritual mempunyai arti lebih besar dari sekedar meminta
rohaniawan. Ketika kematian mendekat, Klien sering mencari ketenangan. Perawat dan
keluarga dapat membantu klien mengekspresikan nilai dan keyakinannya. Klien
menjelang ajal mungkin mencari untuk menemukan tujuan dan makna hidup sebelum
menyerahkan diri kepada kematian. Klien mungkin minta pengampunan baik dari yang
maha kuasa atau dari anggota keluarga. Selain kebutuhan spiritual ada juga harapn dan
cinta, cinta dapat diekspresikan dengan baik melalui perawatan yang tulus dan penuh
simpati dari perawat dan keluarga.
Perawat
ketrampilan komunikasi, empati, berdoa dengan klien, membaca kitab suci, atau
mendengarkan musik.
e. Dukungan untuk keluarga yang berduka
Anggota keluarga harus didukung melewati waktu menjelang ajal dan kematian dari
orang yang mereka cintai. Semua tindakan medis, peralatan yang digunakan pada klien
harus diberikan penjelasan, seperti alat Bantu nafas atau pacu jantung. Kemungkinan
yang terjadi selama fase kritis pasien terminal harus dijelaskan pada keluarga.
2. Prosedur Bimbingan dan Konseling pada pasien terminal
Dalam memberikan bimbingan dan konseling kepada pasien terminal atau keluarganya,
harus ditetapkan tujuan bersama. Hal ini menjadi dasar untuk evaluasi tindakan
perawatan. Bimbingan yang diberikan harus berfokus pada peningkatan kenyamanan
dan perbaikan sisa kualitas hidup, hal ini berarti memberikan bimbingan pada aspek
perbaikan fisik, psikologis, social dan spiritual.
Ketentuan tim perawatan interdisiplin ilmu yang terdiri dari dokter, perwat, rohaniawan,
pekerja sosial, dan konselor.
Perawat pelaksana secara hukum bertanggung jawab langsung untuk merawat klien
Lembaga berwenang (Rumah sakit, binas kesehatan) memberi kan izin pada perawat
pelaksana untuk merawat dan membuat rujukan berdasarkan standar asuhan
keperawatan.
memberi informasi perawatan seperti fakta, gambaran, hasil observasi kesehatan klien
ke tim kesehatan lainnya.
b. Menunjukan penampilan kerja perawat dalam merawat klien yang lebih spesifik
c.
Merupakan catatan mutlak atau dokumen legal yang digunakan sebagai referensi
kesehatan klien.
2. Prinsip Aspek Legal dan Etik
Pada prinsipnya semua catatan kesehatan klien adalah dokumen legal. Dalam tinjauan
legal-etik, bentuk perawatan yang diberikan tetapi tidak dicatat sama saja dengan tidak
memberikan perawatan. Oleh karena itu penting untuk mencatat semua tindakan yang
telah diberikan. Yang legal adalah tindakan yang terdokumentasikan.
3. Teknik Pendokumentasian
Pendokumentasian atau Charting di tiap rumah sakit berbeda, terdapat 3 teknik
pendokumentasian, yaitu :
a.
berorientasi
pada
sumber
(Source
Oriented),
informasi
kesehatan
pasien
bisa
dilihat
informasi
terkini
perkembangan
kesehatan
klien.
Data
Perawat dapat peka dan mampu menganalisa hal yang membuat pasien terminal
merasa nyaman atau tidak nyaman
G. BUKU SUMBER
Smith, Sandra F, Smith Donna J with Barbara C Martin. Clinical Nursing Skills. Basic to
Advanced Skills, Fourth Ed, 1996. Appleton&Lange, USA.
Craven, Ruth F. Fundamentals of nursing : human healt and function.
Kozier, B. (1995). Fundamentals of nursing : Concept Procees and Practice, Ethics and
Values. California : Addison Wesley
Potter, P (1998). Fundamental of Nursing. Philadelphia : Lippincott.
Atkinson, Leslie D. Fundamentals of Nursing. A Nursing Process Approach.