Skripsi Jadi PDF
Skripsi Jadi PDF
SKRIPSI
Disusun Oleh :
Fenny Anggraini
08511245001
PERSETUJUAN
Menyetujui
Pembimbing
ii
PENGESAHAN
DEWAN PENGUJI
Nama
Jabatan
Tanda Tangan
Tanggal
Ketua Penguji
..........................
....................
Sekretaris Penguji
..........................
....................
Penguji Utama
..........................
....................
iii
: Fenny Anggraini
NIM
: 08511245001
Program Studi
Jurusan
Fakultas
: Teknik
Judul Skripsi
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini merupakan hasil pekerjaan saya
sendiri dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang
ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan
mengikuti tata cara penulisan karya ilmiah yang lazim.
Yogyakarta,
Yang menyatakan
Fenny Anggraini
NIM. 08511245001
iv
MOTTO
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah
selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang
lain. Dan hanya kepada Tuhan-mulah hendaknya kamu berharap.
(Q.S Al-Insyirah : 6-8)
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahi rabbil alamin, segala puji dan syukur kepada Allah SWT
yang selalu memberikan karunia dan kebaikan untukku, sehingga skripsi ini
selesai disusun. Aku persembahkan karya kecil ini kepada Papa tersayang Papa
Abusamah, Mama tercinta Mama Fatimah, Abangku Bang Arif, Aruf,
Rinal dan Fitriyani. Terimakasih atas segala cinta, kasih sayang, perhatian,
motivasi, dukungan, pengorbanan dan untaian doa yang tiada henti untuk
kebaikanku. Semoga karya kecil ini akan menjadi salah satu wujud bakti ku
untuk membalas kebaikan kalian, keluargaku tercinta.
Selain itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
Some one tersayang AaRocker (LopU). Terimakasih untuk limpahan cinta,
kasih sayang, kesabaran, pengorbanan, perhatian, dukungan dan doa yang
telah kau berikan.
Crew UKMF Mapala Carabiner . Makasih untuk indah persahabatan dan
persaudaraan yang telah kalian berikan. Makasih untuk segala kebersamaan
kita. Semangat kalian adalah semangatku.
Sahabat-sahabat baikku, Septiana Soraya, Menthel, Bety, Rifa. Makasih
untuk persahabatan kita selama ini. Kapan ngumpul...
Seluruh keluarga besar Pendidikan Teknik Boga PKS NR 08. Terimakasih
untuk semua pengalaman yang telah aku lalui bersama kalian semua.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
limpahan rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan tugas akhir skripsi ini untuk memenuhi sebagian persyaratan guna
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Teknik di Fakultas Teknik Universitas
Negeri Yogyakarta.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, dan arahan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Wardan Suyanto, Ed.D Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri
Yogyakarta.
2. Dr. Sri Wening, Ketua Jurusan Pendidikan Teknik Boga dan Busana
Universitas Negeri Yogyakarta.
3. Sutriyati Purwanti ,M.SI Ketua Program Studi Pendidikan Teknik Boga
Universitas Negeri Yogyakarta.
4. Prihastuti Ekawatiningsih, M.Pd selaku pembimbing yang telah berkenan
meluangkan waktu untuk membimbing penulis dengan sabar mulai dari
penyusunan proposal hingga selesainya skripsi ini.
5. Ir. Retno Yuniar Dwi Aryani selaku Kepala SMK Negeri 1 Pandak yang telah
memberikan ijin untuk mengadakan penelitian ini.
6. Ir. Nurani Yuni Hastiwi selaku guru mata pelajaran Menerapkan Proses
Pengecilan Ukuran kelas, X TPHP SMK Negeri 1 Pandak yang telah bersedia
meluangkan waktu guna memberikan bimbingan, petunjuk, dan arahan yang
vii
Yogyakarta,
Penulis
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..
ii
iii
iv
ABSTRAK .....
vi
vii
DAFTAR ISI..
ix
DAFTAR TABEL..
xii
DAFTAR LAMPIRAN......
xv
BAB I
PENDAHULUAN..
B. Identifikasi Masalah.....
C. Pembatasan Masalah
D. Rumusan Masalah....
E. Tujuan Penelitian.....
F. Manfaat Penelitian....
BAB II
KAJIAN TEORI..............
1.
ix
Pengolahan...................................................................................
a. Pembelajaran...............................................................................
10
11
13
a. Metode ........................................................................................
13
14
21
23
a. Kemandirian ..............................................................................
23
24
25
31
32
35
36
36
36
37
37
37
40
42
45
48
50
52
55
55
1. Siklus 1............................................................................................
56
2. Siklus 2...........................................................................................
79
91
C. Pembahasan ..........................
95
100
BAB V
101
A. Kesimpulan..
101
B. Saran....
104
DAFTAR PUSTAKA.
xi
106
DAFTAR TABEL
Halaman
11
43
47
49
50
52
55
91
92
xii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A
109
110
118
LAMPIRAN B
126
127
134
141
148
LAMPIRAN C
153
154
155
156
157
LAMPIRAN D
158
D. 1
159
D. 2
160
D. 3
163
D. 4
166
D. 5
169
D. 6
172
D. 7
175
D. 8
176
D. 9
177
178
179
180
xiii
LAMPIRAN E
181
182
183
186
188
LAMPIRAN F
190
191
192
193
194
LAMPIRAN G
195
196
200
204
LAMPIRAN H
206
207
208
209
H. 4 Uji Reliability
210
212
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
SMK N 1 Pandak terletak di daerah Kadekrowo, Gilangharjo, Pandak,
Bantul. SMK N 1 Pandak memiliki Luas area Sekolah SMK N 1 Pandak yakni
12 hektar yang terdiri dari : 4 hektar untuk gedung dan 8 hektar untuk fasilitas
yang lain terdiri dari 6 kelas jurusan TPHP (Teknologi Pengolahan Hasil
Pertanian), 4 kelas jurusan peternakan, 4 kelas jurusan pertanian, dan 6 kelas
jurusan busana. SMK N 1 Pandak menggunakan kurikulum spektrum sebagai
acuan dalam proses belajar mengajar.
Adapun visi SMK Negeri 1 Pandak yaitu terwujudnya lembaga diklat
yang menghasilkan lulusan yang bertaqwa kepada Tuhan YME, profesional,
mandiri dan berkompetensi di dunia kerja nasional atau internasional.
Misi SMK Negeri 1 Pandak :
1. Meningkatkan kualitas SDM melalui pendidikan dan pelatihan.
2. Mengoptimalkan kegiatan diklat berkompetensi wirausaha
yang
di kelas X
tanggapan atau ide yang berbeda dan hanya menunggu guru menjelaskan
jawaban yang lebih tepat.
Kenyataan
tersebut
menunjukkan
bahwa
kemandirian
belajar
membangun
kemampuan berinisiatif,
satu
metode
pembelajaran
yang
dimungkinkan
dapat
dengan
menggunakan
metode
Discovery
dalam
proses
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian tentang latar belakang di atas dapat diidentifikasi adanya
permasalahan sebagai berikut:
1. Kurangnya partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran
2. Siswa kurang memiliki motivasi belajar menerapkan proses pengecilan
ukuran
3. Siswa kurang memiliki inisiatif untuk maju ke depan mengerjakan soal
4. Siswa kurang percaya diri untuk bertanya dan menyampaikan pendapat
5. Siswa kurang disiplin dalam mengikuti pembelajaran menerapkan proses
pengecilan ukuran
6. Kurangnya tanggung jawab siswa dalam belajar menerapkan proses
pengecilan ukuran.
7. Masih melekatnya pembelajaran dengan metode ceramah, sehingga
kemandirian siswa kurang
8. Diperlukan metode pembelajaran yang lebih mengaktifkan siswa.
C. Pembatasan Masalah
Dari identifikasi masalah yang telah diutarakan di atas, permasalahan dalam
penelitian ini dibatasi pada penerapan metode Discovery sebagai upaya
peningkatan kemandirian belajar pada sub kompetensi menerapkan proses
pengecilan ukuran siswa kelas X TPHP 1 SMK Negeri 1 Pandak.
D. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pembelajaran dengan menggunakan metode Discovery
pada sub kompetensi menerapkan proses pengecilan ukuran di kelas X
TPHP 1 SMK Negeri 1 Pandak?
2. Apakah ada peningkatan kemandirian belajar pada sub kompetensi
menerapkan proses pengecilan ukuran melalui metode Discovery ?
E. Tujuan Penelitian
1. Mendeskripsikan kegiatan pembelajaran dengan metode Discovery untuk
meningkatkan kemandirian belajar pada sub kompetensi menerapkan
proses pengecilan ukuran di kelas X TPHP 1 SMK Negeri 1 Pandak.
2. Untuk mengetahui sejauh mana peningkatan kemandirian belajar pada sub
kompetensi menerapkan proses pengecilan ukuran melalui metode
Discovery.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:
1. Sekolah
Memberdayakan
sekolah
dalam
meningkatkan
inovasi
metode
2. Siswa
Penerapan metode Discovery diharapkan dapat memberdayakan siswa
dalam menumbuhkan kemandirian siswa dalam belajar menerapkan proses
pengecilan ukuran, serta pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa.
3. Peneliti
Dapat menambah pengalaman peneliti untuk terjun ke bidang pendidikan
dan
menambah
pengetahuan
dan
pengalaman
dalam
kegiatan
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Teori
1. Pembelajaran Menerapkan Proses Pengecilan Ukuran
a. Pembelajaran
Menurut Witherington (Nana Syaodih, 2004: 155), belajar merupakan
perubahan dalam kepribadian, yang dimanifestasikan sebagai pola-pola
respons yang baru berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan
dan kecakapan. Slameto (2003: 2) berpendapat bahwa belajar ialah suatu
proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya, perubahan-perubahan
tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku.
Menurut Morgan dkk yang dikutip oleh Rizky (http://kuliah
psikologi.dekrizky.com/pengertian-belajar)
memberikan
definisi
antar
individu-individu
maupun
dengan
lingkungannya.
10
11
KOMPETENSI DASAR
Menerapkan
ukuran
proses
pengecilan
1.2
1.3
1.4
1.5
1.6
1.7
12
Membantu
proses
pencampuran
(mixing
atau
blending).
13
2. Metode Discovery
a. Metode
Metode berasal dari Bahasa Yunani Methodos yang berarti cara atau
jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode
menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang
menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi metode berarti
sebagaialat untuk mencapai tujuan ( http://ktiptk.blogspirit.com/2010/04)
Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode
diperlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai tujuan yang
ingin dicapai setelah pembelajaran berakhir. Seorang guru tidak akan
dapat melaksanakan tugasnya bila dia tidak menguasai satupun metode
pembelajaran yang telah dirumuskan para ahli psikologi dan pendidikan
(Syaiful Bahri Djamarah, 1997: 72). Menurut Winamo Surakhmad,
metode adalah cara, yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk
mencapai suatu tujuan. Hal ini berlaku baik bagi guru maupun bagi siswa.
(http://www.banjar-jabar.go.id/index.php? Pilih =news&mod=yes&aksi=li
hat&id=487).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa metode merupakan suatu cara agar
tujuan pengajaran tercapai sesuai dengan yang telah dirumuskan oleh
pendidik. Oleh karena itu pendidik perlu mengetahui, mempelajari
beberapa metode mengajar, serta dipraktekkan pada saat mengajar.
14
b. Metode Discovery
Discovery Learning merupakan metode yang dikembangkan oleh
Jerome Bruner. Menurut Bruner (Markaban, 2006: 9), penemuan adalah
suatu proses, jalan, atau cara dalam mendekati permasalahan. Proses
penemuan dapat menjadi kemampuan umum melalui latihan pemecahan
masalah dan praktek membentuk dan menguji hipotesis. Di dalam
pandangan Bruner, belajar dengan penemuan adalah belajar untuk
menemukan, dimana seorang siswa dihadapkan dengan suatu masalah atau
situasi yang tampaknya ganjil sehingga siswa dapat mencari jalan
pemecahan.
Menurut Ruseffendi (2008: 8), metode penemuan adalah metode
mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak
memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya itu, tidak
melalui pemberitahuan tetapi sebagian atau ditemukan sendiri. Dengan
demikian,
dalam
pembelajaran
dengan
penemuan,
siswa
dapat
Discovery
menurut
Sund
adalah
metode
mengajar
15
16
tradisional
biasa
diberitahukan
atau
diceramahkan
(http://martiningsih.Blogspot.com/2010/12/macam-ma
saja
cam-metode-
pembelajaran.html).
Menurut Suchman, penggunaan penemuan bertujuan
untuk
berfikir
mendorong
siswa
untuk
untuk
menemukan
sebagaimana
mengembangkan
strategi
berfikir
siswa
untuk
(http
://www.
laboratorium-
um.sch.id/files/BAB%20XII%20STRATEGI%20PEMBELA
JARAN%20DENGAN%20METODE%20PENEMUAN.pdf).
17
18
pengajaran
dengan
metode
discovery
hendaknya
diperhatikan bahwa:
1). Aktivitas siswa untuk belajar sendiri sangat berpengaruh.
2). Hasil akhir harus ditemukan sendiri oleh siswa.
3). Prasyarat-prasyarat yang diperlukan sudah dimiliki siswa.
4). Guru hanya bertindak sebagai pengarah dan pembimbing saja.
Jadi dapat disimpulkan bahwa metode discovery adalah suatu
metode belajar yang memungkinkan siswa menemukan sendiri sebagian
atau seluruh informasi yang menjadi tujuan pembelajaran. Melalui metode
Discovery, siswa didorong untuk belajar mandiri dan aktif karena siswa
akan berfikir dan menggunakan kemampuannya sendiri untuk menemukan
konsep, teorema, rumus, pola, aturan, dan sejenisnya. Guru bertindak
sebagai
pembimbing
dan
pendorong
siswa
untuk
mendapatkan
19
20
Kesimpulan:
Bentuk potongan sayuran berbentu cube yaitu, potongan yang
berbentuk persegi yang memiliki 6 buah sisi dengan ukuran 1 cm x
1 cm x 3cm
21
atau
sarana
22
adalah lembar kerja yang berisi tentang informasi dan instruksi dari guru
kepada siswa untuk mengerjakan suatu kegiatan belajar dalam bentuk
kerja, praktek, atau dalam bentuk penerapan hasil belajar untuk mencapai
suatu tujuan. Dalam proses pembelajaran menerapkan teknik konversi
23
4. Kemandirian Belajar
a. Kemandirian
Menurut Jacob Utomo (1990: 108), kemandirian adalah suatu
kecenderungan menggunakan kemampuan sendiri untuk menyelesaikan
masalah secara bebas, progresif dan penuh inisiatif. Kemandirian atau
kematangan
pribadi
juga
dapat
didefinisikan
sebagai
keadaan
kesempurnaan dan keutuhan unsur budi dan badan dalam kesatuan pribadi
(Drost, 1998: 39).
Bhatia yang dikutip oleh Pergola Irianti (http://lib.ugm.ac.id/data/pub
data/pusta/pirianti2.pdf) mengatakan bahwa kemandirian adalah suatu
keadaan dimana individu mempunyai perilaku yang terarah pada dirinya
sendiri. Kemandirian, menurut Sutari Imam Barnadib, meliputi perilaku
mampu berinisiatif, mampu mengatasi hambatan/masalah, mempunyai
rasa percaya diri dan dapat melakukan sesuatu sendiri tanpa bantuan orang
lain. Pendapat tersebut juga diperkuat oleh Kartini dan Dali yang
mengatakan bahwa kemandirian adalah hasrat untuk mengerjakan segala
sesuatu bagi diri sendiri (http://www.e-psikologi.com/epsi/search.asp).
Kemandirian merupakan salah satu unsur kepribadian yang penting,
karena diperlukan oleh manusia agar dapat menyesuaikan diri secara aktif
dalam
lingkungan.
Sumanto
menyampaikan
bahwa
pengertian
24
kemandirian
memiliki
beberapa
aspek
kemampuan,
antara
lain
b. Kemandirian Belajar
Stephen
Brookfield
(2000:
130-133)
mengemukakan
bahwa
25
kemajuan
belajarnya,
mengevaluasi
hasilnya
dan
dapat
disimpulkan
bahwa
kemandirian
belajar
adalah
kecenderungan atau keadaan yang berasal dari dalam diri siswa untuk
melakukan kegiatan belajar guna menguasai kompetensi tertentu, dimana
siswa mempunyai tanggung jawab yang besar dalam mencapai tujuan
pembelajaran baik dalam penggunaan strategi belajar, sumber belajar,
perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi pembelajaran, tanpa terlalu
tergantung pada guru atau pendidik.
26
27
b.
Inisiatif
Ubaydillah
(http://www.e-psikologi.com/epsi/search.asp)
ambisinya
menuju
orientasi
yang
ia
inginkan
(http://imadea.multiply.com/journal/item/107/MenjadiMuslimah
inisiatif).
Ciri-ciri orang yang mempunyai inisiatif bagus:
1). gigih dalam memperjuangkan sesuatu
2). mengkalkulasi peluang
3). berusaha melebihi dari yang ditugaskan
4). antisipasi terhadap masalah atau persiapan menyambut
peluang
Dalam hal pembelajaran, Sri Rumini dkk (1993: 11)
menjelaskan bahwa belajar akan menjadi bermakna bila dilakukan
atas inisiatif sendiri dan melibatkan perasaan maupun pikiran.
Inisiatif merupakan kemampuan untuk menemukan ide atau
28
Percaya Diri
Menurut Jacinta F. Rini (http://www.e-psikologi.com/epsi
/search.asp) , kepercayaan diri adalah sikap positif seorang
individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan
penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap
lingkungan/situasi yang dihadapinya. Percaya diri berarti yakin
akan kemampuannya untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dan
masalah. Menurut Anita Lie (2003: 4) ciri-ciri perilaku yang
percaya diri adalah:
1). yakin kepada diri sendiri
2). tidak bergantung kepada orang lain
3). tidak ragu-ragu
4). merasa diri berharga
5). tidak menyombongkan diri
6). memiliki keberanian untuk bertindak
29
Disiplin
Menurut Suharsimi Arikunto (1993: 114), disiplin merupakan
sesuatu yang berkenaan dengan pengendalian diri seseorang
terhadap bentuk-bentuk aturan, kepatuhan seseorang dalam
mengikuti peraturan didorong oleh kesadaran pribadinya, dan
bukan kepatuhan yang terjadi karena adanya rasa takut kepada
orang lain atau didesak oleh orang lain.
Sedangkan menurut Radno Harsanto (2007: 28) perilaku
murid yang tidak disiplin, yang dinilai mengganggu proses
pembelajaran adalah sebagai berikut:
1)
2)
bersendau gurau
3)
30
4)
5)
bermalas-malasan
6)
adalah
sikap
individu
yang
terbentuk
dari
Tanggung Jawab
Darius
(http://id.shvoong.com/books/1773765-tanggung-
31
tugas-tugas
tersebut
dan
berusaha
cepat
32
C. Kerangka Berpikir
Salah satu masalah yang dihadapi guru menerapkan proses pengecilan
ukuran SMK Negeri 1 Pandak adalah kurangnya kemandirian siswa dalam
pembelajaran menerapkan proses pengecilan ukuran. Oleh sebab itu,
diperlukan suatu alternatif metode pembelajaran yang dapat meningkatkan
kemandirian belajar menerapkan proses pengecilan ukuran siswa. Salah satu
alternatif itu adalah dengan menerapkan metode Discovery.
Metode Discovery adalah salah satu metode pembelajaran yang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berfikir, menganalisis,
mempelajari serta menyimpulkan atas pokok-pokok materi yang telah
disiapkan oleh guru. Dalam metode discovery, guru membimbing siswa jika
diperlukan dan siswa didorong untuk berpikir mandiri, sehingga siswa dapat
menemukan cara penyelesaian dan pembuatan kesimpulan berdasarkan bahan
ajar yang disiapkan oleh guru.
Dalam pelaksanaannya siswa akan diberikan kesempatan untuk berfikir,
menganalisis, serta menyimpulkan atas pokok-pokok materi berdasarkan
langkah-langkah yang disediakan oleh guru yang tertuang dalam Lembar
Kegiatan Siswa. Setelah siswa menyimpulkan suatu pokok materi, kemudian
siswa diberi kesempatan untuk menyelesaikan soal sesuai kemampuan
mereka sebagai bentuk pengaplikasian konsep yang mereka temukan ke
33
34
Perencanaan : Perangkat
pembelajaran (RPP, LKS)
Refleksi
Siklus I
Pelaksanaan :
Metode Discovery
Pengamatan :
Kemandirian belajar
Perencanaan : Perangkat
pembelajaran (RPP, LKS)
Refleksi
Siklus II
Pengamatan :
Kemandirian belajar
Selesai
Gambar 1. Diagram Alir Proses Penelitian
Pelaksanaan :
Metode Discovery
35
D. Hipotesis Tindakan
Pembelajaran
pada
pokok
bahasan
pengecilan
ukuran
dengan
36
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
yang dilakukan secara kolaboratif dan partisipatif. Kolaboratif artinya peneliti
bekerjasama dengan guru kelas, sedangkan partisipatif artinya peneliti dibantu
teman sejawat (observer).
Penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan informasi bagaimana cara
untuk meningkatkan kemandirian belajar menerapkan proses pengecilan
ukuran siswa menggunakan metode discovery. Oleh sebab itu, penelitian ini
difokuskan pada tindakan-tindakan sebagai usaha untuk meningkatkan
kemandirian belajar dalam proses belajar menerapkan proses pengecilan
ukuran menggunakan metode discovery.
37
D. Setting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 1 Pandak dimana kelas X
TPHP terdiri dari dua kelas. Setting yang digunakan dalam penelitian ini
adalah setting kelas dalam kegiatan pembelajaran menerapkan proses
pengecilan ukuran di kelas X TPHP 1 SMK N 1 Pandak Bantul. Pemilihan
kelas X TPHP 1 sesuai dengan kesepakatan peneliti dan guru menerapkan
proses pengecilan ukuran yang mengajar di kelas tersebut.
E. Desain Penelitian
Dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti menggunakan model
Kemmis dan Mc. Taggart. Pelaksanaan penelitian tindakan meliputi empat
langkah yaitu perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan
(observation), dan refleksi (reflection). Setiap langkah pelaksanaan termuat
dalam suatu siklus. Siklus dihentikan jika peneliti dan guru sepakat bahwa
penelitian yang dilakukan sesuai dengan rencana dan kemandirian belajar
Menerapkan Teknik Konversi Bahan Dalam Pengolahan siswa mengalami
peningkatan. Penelitian ini direncanakan terdiri dari dua siklus. Adapun
rincian langkah-langkah dalam setiap siklus dijabarkan sebagai berikut:
38
Siklus I
1. Perencanaan
Pada langkah perencanaan, peneliti membuat rencana tindakan yang
akan dilakukan dalam penelitian, yaitu menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) sesuai materi yang diajarkan dengan metode
Discovery, menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS), menyiapkan soal tes
tiap akhir siklus, menyiapkan lembar observasi kegiatan pembelajaran
dengan metode Discovery, membuat pedoman wawancara siswa dan
guru, dan membuat angket kemandirian belajar menerapkan proses
pengecilan ukuran siswa. Instrumen tersebut disusun dan dikonsultasikan
sebelumnya dengan dosen pembimbing dan guru mata pelajaran
menerapkan proses pengecilan ukuran.
2. Pelaksanaan Tindakan
Setelah dilakukan perencanaan, selanjutnya dilaksanakan tindakan
dengan menerapkan metode pembelajaran Discovery. Pembelajaran terdiri
dari 3 kegiatan, yaitu:
1) Kegiatan Awal
a. Guru mengkomunikasikan kompetensi dan tujuan yang akan
dicapai.
b. Guru melakukan apersepsi yang berkaitan dengan materi
pembelajaran.
2) Kegiatan Inti
a. Siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok.
39
40
41
2. Wawancara
Wawancara dilakukan pada siswa untuk mengetahui hal-hal yang
kurang dapat diamati pada saat observasi dan untuk melengkapi data
respons siswa. Pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan disusun dengan
menggunakan pedoman wawancara mengacu pada kemandirian belajar
siswa dalam pembelajaran menerapkan proses pengecilan ukuran.
3. Angket
Angket digunakan untuk memperkuat data yang telah diperoleh
berdasarkan lembar observasi mengenai kemandirian belajar siswa
terhadap
pembelajaran
menerapkan
proses
pengecilan
ukuran
ini
berisi
pernyataan-pernyataan
yang
berkaitan
dengan
42
6. Dokumentasi
Dokumentasi berupa foto digunakan untuk memberikan gambaran
secara konkret mengenai kegiatan siswa dan kemandirian belajar siswa
selam proses pembelajaran berlangsung. Selain itu terdapat dokumentasi
berupa hasil jawaban tes siswa.
G. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Pedoman Observasi
Pedoman observasi digunakan untuk melakukan pengamatan dan
pencatatan secara logis, sistematis, dan rasional terhadap pembelajaran.
Pedoman observasi digunakan selama proses pelaksanaan tindakan
berlangsung dengan mencatat kegiatan siswa selama pembelajaran
menggunakan metode discovery. Untuk lebih jelas aspek-aspek yang
diamati pada pedoman observasi dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini :
43
44
2. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara disusun untuk mengetahui kendala-kendala
yang dihadapi guru dan untuk mendapatkan informasi yang lengkap yang
sulit ditemukan melalui observasi atau mengecek data yang didapat
melalui observasi.
Wawancara
pelajaran
45
46
47
suatu tes mengukur apa yang hendak diukur, prinsip tes adalah valid,
tidak universal. Pengujian validitas instrumen dengan menggunakan
validitas kriteria (Criteria Validity) dan validitas isi (Content Validity).
Validitas angket dilakukan dengan menggunakan rumus koefisien
korelasi product moment pearson yaitu (Suharsimi Arikunto, 2006:170) :
rxy =
N XY ( X )( Y )
N X ( X ) N Y
2
( Y ) 2
Keterangan :
rxy
= jumlah subyek
xy
X2
= kuadrat dari X
Y2
= kuadrat dari Y
Berdasarkan hasil perhitungan apabila nilai corrected item-total
valid
Dalam
pengujian
validitas
instrumen,
peneliti
menggunakan bantuan komputer program SPSS 19. Oleh karena itu dalam
mencari validitas butir langsung dapat mengetahui apakah butir gugur
atau tidak.
Tabel 3. Pedoman Pemberian Interprestasi terhadap Koefisien Korelasi
Interval Koefisien
0,00 0,99
0,20 0,399
0,40 0,599
0,60 0,799
0,80 1,000
(Sugiyono, 2005:216)
Tingkat Hubungan
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Kuat
Sangat Kuat
48
2. Reliabilitas Instrumen
Secara internal reliabilitas instrumen dapat diuji dengan menganalisis
konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen dengan teknik tertentu.
Pengujian reliabilitas ini dianalisis dengan teknik Alfa Cronbach yang
dikemukakan oleh Sugiyono (2005:282) berikut rumus koefisien reliabilitas
Alfa Cronbach :
2
k Si
ri
1
k 1 St 2
St
xt
xt
2
n
Si 2
Jki Jks
2
n
n
Keterangan :
ri
Si2
St2
= varians total
Jki
Jks
49
yaitu butir nomor 10, 12, 21, dan 23 karena 4 butir tersebut
mempunyai nilai corrected item-total correlation kurang dari 0,239.
dengan demikian butir pernyataan angket kemandirian belajar yang
dinyatakan valid dan akan digunakan untuk proses pengambilan data
selanjutnya berjumlah 26 butir. Untuk memperjelas hasil analisis
validitas terhadap instrumen dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini :
Tabel 4. Rangkuman Hasil Perhitungan Validitas Instrumen
Butri
Sebelum Butir
Gugur Butir
Valid
Diuji
Setelah Diuji
Setelah Diuji
Aspek
No.
Jumlah
No.
Jmlh
No.
Jmlh
Butir
Butir
Butir
Butir
Butir
Butir
Motivasi
1, 2, 17,
1, 2,
23, 26,
17, 26,
6
23
1
5
27
27
No
1
Inisiatif
Percaya Diri
Disiplin
Tanggung Jawab
Jumlah
6,
12,
13, 14,
22, 28,
4 ,7, 9,
11, 19,
29
3 ,8, 18,
20, 21,
25, 30
5
,10,
15,16,
24
12
21
10
30
6, 13,
14, 22,
28,
4 ,7, 9,
11, 19,
29
3 ,8,
18, 20,
25, 30
5 ,10,
15,16,
24
4
26
50
Variabel
Koefisien Alpha
1.
Kemandirian Belajar
0,913
51
x 100 %
Jumlah skor maksimal tiap aspek
52
Persentase skor
diperoleh
85 % - 100 %
70 % - 84 %
55 % - 69 %
40 % - 54 %
0 % - 39 %
yang Kategori
Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
Sangat Kurang
= Nilai rata-rata
= Banyak subjek
d. Penyajian Kesimpulan
Langkah selanjutnya yaitu membandingkan data hasil angket,
hasil observasi, dan hasil tes guna mengecek keabsahan data. Untuk
memperkuat data, digunakan pula dokumen yang berupa foto-foto
selama proses pembelajaran berlangsung. Data-data yang telah
dianalisis kemudian digunakan untuk menarik kesimpulan.
53
K. Indikator Keberhasilan
Komponen-komponen yang menjadi indikator perubahan tiap siklus dalam
penelitian ini adalah:
1. Motivasi
Siswa diharapkan menunjukkan sikap responsif, senang, semangat yang
tinggi, lebih serius dan tidak mudah frustasi dalam mengikuti
pembelajaran menerapkan proses pengecilan ukuran.
2. Inisiatif
Siswa berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran, dapat dilihat dari
keaktifan siswa dalam bertanya, dan menjawab dengan memberikan
argumentasi tanpa ditunjuk oleh guru. Frekuensi siswa yang aktif dalam
menjawab atau maju ke depan dengan inisiatif sendiri bertambah.
3. Percaya Diri
Siswa tidak lagi merasa takut, ragu-ragu dan malu-malu dalam bertanya,
menjawab pertanyaan maupun menanggapi pendapat guru atau siswa lain.
Siswa yang cenderung diam dan takut salah dalam bertanya dan menjawab
pertanyaan menjadi mulai lebih berani. Siswa mulai lebih berani tampil ke
depan tanpa ditunjuk terlebih dahulu oleh guru.
4. Disiplin
Saat kegiatan pembelajaran siswa tidak berbuat gaduh, bergurau dengan
temannya, tidak melamun, tidak menunda-nunda dalam mengerjakan tugas
dan patuh terhadap aturan atau perintah guru.
54
5. Tanggung Jawab
Siswa lebih bersemangat dan bersungguh-sungguh dalam mengerjakan
tugas yang diberikan, berani berbuat menanggung resiko, bila diberi tugas
akan selesai pada waktunya.
55
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pertemuan
ke-
Hari / Tanggal
Waktu
Kamis / 13 Januari
2011
Kamis / 20 Januari
2011
Materi
Tahapan proses
persiapan
pengolahan
sayuran,
dan
mengenal jenisjenis
potongan
sayuran
Praktik proses
persiapan
pengolahan
sayuran, dan
Membuat
potongan sayuran
Jardiniere,
Juliene, nSlice,
Macedoine,
Paysanne,
56
Chopped
3
Kamis / 27 Januari
2011
II
Tes Siklus I
Proses persiapan
pengolahan pada
ikan,
dan
langkah-langkah
Proses filleting
dan
skinning
pada flat fish
Praktik tahapan
proses persiapan
pengolahan pada
ikan,
proses
filleting
dan
skinning flat fish,
dan
membuat
potongan fillet,
delice, paupiette,
goujon.
Tes Siklus II
Siklus I
Pada siklus I, dilaksanakan pertemuan sebanyak 2 kali pertemuan,
dengan alokasi waktu masing-masing 3 x 45 menit. Materi yang dipelajari
siswa adalah tahapan proses persiapan pengolahan sayuran, mengenal jenisjenis potongan sayuran, praktik proses persiapan pengolahan sayuran dan
membuat potongan sayuran Jardiniere, Juliene, Slice, Macedoine, Paysanne,
dan Chopped. LKS seperti terlampir pada Lampiran B. 1 dan B. 2.
57
58
(Lampiran
C.1).
Lembar
observasi
digunakan
saat
59
b. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan terdiri dari 2 kali pertemuan dengan alokasi waktu
masing-masing adalah 3 x 45 menit. Tindakan dan kegiatan pada masingmasing pertemuan adalah sebagai berikut:
1) Pertemuan I
Pertemuan I pada siklus I ini dilaksanakan pada hari Kamis
tanggal 13 Januari 2011 mulai pukul 07.15 WIB s.d. 09.30 WIB.
Materi yang diajarkan pada pertemuan ini adalah tahapan proses
persiapan pengolahan sayuran, dan mengenal jenis-jenis potongan
sayuran. Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam pembelajaran
ini adalah siswa dapat menemukan tahapan dalam proses persiapan
pengolahan sayuran, siswa dapat menemukan jenis-jenis potongan
sayuran dan siswa dapat menyelesaikan soal yang berkaitan dengan
tahapan proses persiapan pengolahan sayuran dan jenis-jenis potongan
sayuran.
Aktivitas-aktivitas pembelajaran yang terjadi pada pertemuan I ini
adalah sebagai berikut:
a) Pendahuluan
Kegiatan diawali dengan berdoa terlebih dahulu yang dipimpin
oleh ketua kelas, kemudian guru memberi salam kepada siswa.
Sebelum memulai pelajaran guru memperkenalkan peneliti kepada
siswa. Kemudian guru menanyakan siapa saja siswa yang tidak
masuk
pada
hari
itu.
Pembelajaran
diawali
dengan
60
akan
dilaksanakan
pada
hari
itu,
berbeda
dengan
b) Kegiatan Inti
Kegiatan inti setelah apersepsi yaitu guru melanjutkan
pembelajaran dengan terlebih dahulu mengelompokkan siswa ke
dalam kelompok secara acak. Karena jumlah siswa 32 orang, maka
61
proses
diskusi
berlangsung,
guru
berkeliling
Dalam
diskusi,
siswa
saling
bekerjasama
dalam
62
63
siswa
menjawab
tidak,
sehingga
guru
kelompok
6 untuk maju
siswa
kelompok
maju
ke
depan
dan
64
menegur
beberapa
siswa
untuk
memperhatikan
65
siswa
menyimpulkan
tahapan
proses
persiapan
Siswa 2
Guru
Siswa 3
Guru
Siswa
66
67
2) Pertemuan II
Pertemuan II pada siklus I ini dilaksanakan pada hari Kamis
tanggal 20 Januari 2011 mulai pukul 07.15 WIB s.d. 09.30 WIB.
Materi yang dipelajari siswa pada pertemuan ini adalah praktik
penerapan tahapan proses persiapan pengolahan sayuran dan
membuat
Jardiniere,
Juliene, Slice,
68
Siswa
Guru
Siswa
Guru
Siswa
Guru
b) Kegiatan Inti
Kegiatan inti setelah apersepsi yaitu masing-masing kelompok
diberikan dua bendel LKS 2 yang berisikan tentang menerapkan
tahapan proses persiapan pengolahan sayuran dan membuat jenis
potongan Jardiniere, Juliene, Slice, Macedoine, Paysanne, dan
Chopped. (Lampiran B. 2). Satu bendel untuk siswa dan satunya
lagi untuk dikumpulkan. Pada masing-masing kelompok, juga
69
mendatangi
masing-masing
kelompok
untuk
70
Guru
Kel 4
Guru
Dua
dari
mempresentasikan
kelompok
hasil
temuan
maju
ke
depan
kelompoknya.
dan
Siswa
pada waktu
kelompok 4
Guru
memperhatikan
langsung
kelompok
menegur
yang
siswa
sedang
tersebut
presentasi.
untuk
Ketika
71
siswa
kelompok
maju
ke
depan
dan
72
Guru
Siswa
Guru
Guru
Siswa
73
c) Penutup
Dalam kegiatan penutup, siswa bersama-sama dengan guru
menyimpulkan tentang potongan Jardiniere, Juliene, Slice,
Macedoine, Paysanne, dan Chopped. Siswa kemudian diminta
untuk mencatat hal-hal penting dan kesimpulan pada pembelajaran
hari itu di buku catatan mereka. Karena masih ada waktu, siswa
diingatkan bahwa pada pertemuannya selanjutnya, akan diadakan
tes siklus I yang berkenaan dengan tahapan proses persiapan
pengolahan sayuran, Jenis-jenis potongan sayuran. Setelah itu, guru
menutup
pelajaran
dengan
mengucapkan
salam
sebelum
c. Tahap Observasi
Observasi untuk tiap kali pertemuan berdasarkan pada pedoman
observasi kegiatan pembelajaran dengan metode Discovery (Lampiran
D.1) dan kisi-kisi lembar observasi aktivitas siswa yang telah disusun oleh
74
75
76
77
hasil diskusi mereka, jika ada jawaban yang berbeda, kelompok yang
memberikan jawaban itu diminta untuk mengemukakan alasan mereka.
Selama proses diskusi berlangsung, guru mengontrol jalannya diskusi dan
sesekali berkeliling mendatangi kelompok-kelompok yang mengalami
kesulitan.
d. Tahap Refleksi
Refleksi terhadap hasil belajar siswa selama siklus I ini dilaksanakan
melalui evaluasi dalam bentuk soal tes mengenai materi menerapkan
proses pengecilan ukuran dan bentuk/forming pada sayuran (Lampiran
C.1) seperti ulangan harian biasa pada hari Kamis, 27 Januari 2011 pukul
07.15 WIB s.d 08.00 WIB. Bentuk soal berupa soal uraian sebanyak 5
butir soal.
Refleksi terhadap proses pembelajaran dilakukan bersama-sama guru
yang bersangkutan. Dari hasil diskusi dengan guru, ditemukan hambatan
dalam proses pembelajaran, yaitu sebagai berikut:
1) Pada pertemuan 1, siswa cenderung hanya mengerjakan LKS dan
tidak membuat dokumen di buku catatan mereka. Tetapi pada
pertemuan 2, siswa sudah diminta guru untuk membuat catatan.
2) Masih ada beberapa siswa yang tidak ikut terlibat dalam mengerjakan
LKS.
78
3) Saat
salah
satu
kelompok
mempresentasikan
hasil
temuan
79
2.
Siklus II
Pada siklus II, dilaksanakan pertemuan sebanyak 2 kali pertemuan,
dengan alokasi waktu masing-masing 3 x 45 menit. Materi yang dipersiapkan
untuk siklus II adalah Tahpan Proses Pengolahan Pada Ikan, Proses filleting
dan skinning flat fish, Praktik Tahapan Proses Pengolahan Pada Ikan,Praktik
Proses filleting dan skinning flat fish, dan Praktik Bentuk Potongan Ikan
fillet, delice, papiette, dan goujon.
a. Tahap Perencanaan
Siklus II dilaksanakan untuk memperbaiki hambatan-hambatan yang
terjadi pada saat siklus I, yaitu siswa lebih dikondisikan supaya tidak ramai
dan bercanda, siswa tetap diingatkan agar membuat dokumen di buku catatan
mereka, dan guru lebih sering mengontrol diskusi siswa agar semua siswa
ikut terlibat dalam menemukan suatu konsep . Pada tahap perencanaan
tindakan siklus II, peneliti menyusun RPP 2
80
dalam bentuk uraian sebanyak 3 butir soal (Lampiran C.2), lembar observasi
kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode Discovery (Lampiran
D.2), lembar observasi aktivitas siswa (Lampiran D.4), pedoman wawancara
guru (Lampiran F.1), pedoman wawancara siswa (Lampiran F.2) dan angket
kemandirian belajar siswa (Lampiran E.2). Tes diberikan pada akhir siklus 2,
lembar observasi digunakan saat
Fish.
Tujuan
pembelajaran
yang
ingin
dicapai
dalam
81
Pendahuluan
Ketika guru memasuki kelas, guru memberi salam kepada
siswa dan siswa menjawab salam. Kemudian, guru menanyakan
siapa saja siswa yang tidak masuk pada hari itu. Untuk
mengawali pembelajaran, sebagai apersepsi, siswa diulang
tentang konsep tahapan proses persiapan pengolahan yang pernah
mereka temukan pada siklus I.
b)
Kegiatan Inti
Guru meminta siswa untuk segera berkelompok sesuai
dengan pertemuan-pertemuan sebelumnya. Kemudian guru
dibantu oleh peneliti membagikan dua bendel LKS 3 mengenai
Tahpan Proses Pengolahan Pada Ikan, Proses filleting dan
skinning flat fish,. Satu bendel untuk siswa dan satunya lagi
untuk dikumpulkan. Siswa diminta segera mengerjakan LKS 3
sesuai dengan instruksi yang tercantum dalam LKS. Siswa juga
diingatkan agar siswa mencantumkan nomor kelompok dan
menuliskan anggota kelompoknya.
Selama proses diskusi berlangsung, guru berkeliling
mendatangi masing-masing kelompok untuk mengontrol jalannya
diskusi. Dalam diskusi, sebagian siswa mengerjakan, tetapi ada
juga sesekali yang masih bercanda. Guru segera menegur dan
82
menyelesaikannya,
dan
kelompok
lain
diminta
83
kelompok
presentasi
pada
pertemuan-pertemuan
84
Penutup
Dalam kegiatan penutup, siswa diminta mengumpulkan
salah satu LKS 3 yang telah dikerjakan. Siswa bersama-sama
dengan guru menyimpulkan tentang Tahapan Proses Persiapan
Pengolahan Pada Ikan, dan Urutan-urutan Proses Filleting Dan
Skinning Pada Ikan Flat Fish. Guru juga meminta siswa untuk
mencatat hal-hal penting pembelajaran Tahapan Proses Persiapan
Pengolahan Pada Ikan, dan Urutan-urutan Proses Filleting Dan
Skinning Pada Ikan Flat Fish, di buku catatan siswa. Guru
mengingatkan bahwa pertemuan berikutnya akan membahas soal
latihan tadi dan siswa diingatkan guru untuk mempelajari urutanurutan proses filleting dan skinning pada flat fish yang akan
85
pelajaran
dengan mengucapkan
salam
sebelum
dengan
yang
direncanakan.
Hal
ini
dikarenakan
jam
menerapkan
teknik
konversi
bahan
dalam
86
2) Pertemuan II
Pertemuan II pada siklus II ini dilaksanakan pada hari Kamis
tanggal 17 Februari mulai pukul 07.15 WIB s.d. 09.30 WIB. Materi
yang dipraktikkan pada pertemuan ini adalah menerapkan proses
persiapan pengolahan pada ikan, praktik urutan proses filleting dan
skinning pada flat fish, dan membuat potongan fillet, delice, paupiette,
dan goujon. Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam
pembelajaran ini adalah siswa dapat menerapkan proses persiapan
pengolahan pada ikan, praktik urutan proses filleting dan skinning pada
flat fish, dan membuat potongan fillet, delice, paupiette, dan goujon.
Aktivitas-aktivitas pembelajaran yang terjadi pada pertemuan II ini
adalah sebagai berikut:
a) Pendahuluan
Ketika guru memasuki kelas, siswa memberi salam kepada
guru, peneliti, dan observer. Kemudian, guru meminta ketua kelas
untuk memimpin doa. Setelah itu, menanyakan siapa saja siswa
yang tidak masuk pada hari itu. Untuk mengawali pembelajaran,
sebagai apersepsi, siswa diulang tentang tahapan proses persiapan
87
nomor
kelompok dan
menuliskan
anggota
88
Siswa
89
90
c. Tahap Observasi
Secara umum, proses pembelajaran pada siklus II ini menunjukkan
adanya peningkatan bila dibandingkan dengan siklus I. Hal ini ditandai
dengan adanya peningkatan pada kemandirian siswa saat mengerjakan
LKS, hampir semua siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.
Kepercayaan diri saat menyampaikan pekerjaan mereka di depan kelas,
dan keberanian untuk menyampaikan pendapat saat jawabannya berbeda.
d. Tahap Refleksi
Refleksi terhadap hasil belajar siswa siklus II ini dilaksanakan melalui
evaluasi dalam bentuk soal tes (Lampiran C.2) pada hari Kamis tanggal 24
Februari 2011 pukul 07.15 WIB s.d 08.00 WIB. Bentuk soal berupa uraian
sebanyak 3 soal.
Refleksi terhadap proses pembelajaran dilakukan melalui diskusi
bersama-sama guru yang bersangkutan. Peneliti menanyakan bagaimana
91
69,17%
Kategori
Cukup Baik
Siklus
77,64%
65,14%
Baik
Cukup Baik
65,08%
69,45%
Cukup
I
Cukup Baik
Baik
Siklus
Persentase
II
Kategori
76,11%
Baik
78,34%
Baik
76,67%
Baik
75,10%
75,52%
Baik
Baik
(Untuk analisis hasil angket selengkapnya dapat dilihat pada lampiran E.3 dan E.4)
Berdasarkan tabel 3, kemandirian belajar siswa menunjukkan adanya
peningkatan dari siklus I ke siklus II. Pada aspek motivasi terjadi
92
81,71
100
60
95,31
100
70
93
terendah pada pelaksanaan tes siklus I adalah 60, sedangkan nilai terendah
untuk pelaksanaan tes siklus II adalah 65.
3. Hasil Wawancara
a) Hasil Wawancara Guru
Bentuk wawancara yang digunakan peneliti adalah wawancara
langsung. Wawancara yang dilakukan peneliti dengan guru mata
pelajaran yang bersangkutan ini berdasarkan pedoman wawancara
guru yang telah disusun oleh peneliti sebelumnya. Dari hasil
wawancara peneliti dengan guru yang terlampir dalam Lampiran F. 3,
dapat
disimpulkan
bahwa
dengan
metode
Discovery
yang
94
95
C. Pembahasan
1. Keterlaksanaan
Pembelajaran
Menerapkan
Proses
Pengecilan
96
dimaksudkan
untuk
mengarahkan
siswa
dalam
menemukan konsep.
2) Dari data yang diberikan, siswa memproses dan menganalisis data
tersebut. Dari kegiatan tersebut, siswa akan menyimpulkan konsep
yang mereka temukan sendiri.
3) Siswa mengerjakan latihan kegiatan yang terdapat dalam LKS,
setelah mereka menyimpulkan konsep yang telah ditemukan.
e. Siswa mempresentasikan hasil pekerjaan dari LKS. Presentasi pertama
diawali dengan presentasi tentang temuan konsep, presentasi kedua
tentang hasil pekejaan latihan soal. Presentasi dilakukan agar
kesimpulan hasil diskusi dari salah satu kelompok dapat diketahui oleh
kelompok lain. Sehingga, ketika ada kelompok yang hasil diskusinya
berbeda, perwakilan dari kelompok itu dapat menyebutkan hasil
97
98
belajar siswa, tes siklus, observasi, maupun wawancara dengan guru dan
siswa.
Berdasarkan hasil angket kemandirian belajar siswa, nampak terjadi
peningkatan dari, siklus I ke siklus II. Persentase hasil angket kemandirian
belajar siswa meningkat pada tiap aspeknya.
Berdasarkan hasil tes pada akhir siklus, nilai menerapkan proses
pengecilan ukuran siswa juga mengalami peningkatan. Hasil tes siklus I,
rata-rata nilai siswa adalah
dengan
siswa,
dapat
disimpulkan
bahwa
pembelajaran
99
100
D. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini telah diusahakan dilakukan dengan cermat, namun bukan
berarti hasilnya tanpa kelemahan. Kelemahan-kelemahan tersebut diantaranya
adalah sebagai berikut:
1. Prestasi belajar mata diklat kewirausahaan dalam penelitian ini hanya
diukur dari nilai yang diperoleh dari tes akhir siklus, sedangkan ada
banyak faktor yang mempengaruhi penilaian prestasi belajar siswa.
Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah : validitas alat ukur,
subyektivitas penilai, kondisi fisik dan mental siswa saat dinilai, dan
suasana saat dilakukannya penilaian.
2. Tidak terdapat modul mata diklat menerapkan proses pengecilan
ukuran atau buku pegangan yang harus dimiliki oleh siswa, sehingga
siswa cenderung tidak dapat melakukan pembelajaran secara mandiri.
101
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, pembelajaran menerapkan
proses pengecilan ukuran menggunakan metode Discovery yang dapat
meningkatkan kemandirian belajar siswa kelas X TPHP 1 SMK Negeri 1
Pandak dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Perencanaan pembelajaran dengan metode Discovery meliputi:
a. Guru lebih merinci alokasi waktu untuk diskusi kelompok dan
presentasi siswa dengan sebaik-baiknya.
b. Pembentukan kelompok secara heterogen membuat siswa dapat
berinteraksi dengan siswa lain, belajar berdiskusi, bekerjasama, dan
mengemukakan pendapat
2. Pelaksanaan pembelajaran dengan metode Discovery secara umum
berjalan dengan baik. Pembelajaran dengan metode Discovery yang dapat
meningkatkan kemandirian belajar siswa adalah sebagai berikut:
a. Siswa dikomunikasikan tentang kompetensi dan tujuan yang akan
dicapai. Hal ini dilakukan agar siswa tahu apa yang akan mereka capai
dalam setiap pembelajaran.
b. Siswa diberikan apersepsi yang berkaitan dengan materi yang akan
dipelajari. Apersepsi dikaitkan dalam kehidupan sehari-hari untuk
membantu siswa agar mempunyai bayangan tentang materi yang akan
mereka pelajari.
102
103
104
B. Saran
Beberapa saran yang dapat peneliti sampaikan berdasarkan hasil
penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagi Guru
Dalam proses pembelajaran menerapkan proses pengecilan ukuran,
sebaiknya seorang guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menemukan dan menyimpulkan sendiri konsep suatu pokok bahasan yang
dipelajari siswa. Kegiatan tersebut dapat membantu siswa dalam
memahami suatu konsep menerapkan proses pengecilan ukuran dan
mengurangi kecenderungan siswa menghapal konsep. Karena konsep akan
mudah diingat jika siswa memahami konsep tersebut. Tetapi, kegiatan
menemukan tentunya tetap di bawah bimbingan guru.
2. Bagi Peneliti Lain
Pembelajaran menerapkan proses pengecilan ukuran melalui metode
discovery dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pembelajaran
untuk meningkatkan kemandirian belajar siswa. Untuk penelitianpenelitian berikutnya, bentuk, isi, dan tampilan LKS dapat dikembangkan
kembali agar lebih menarik, dengan tetap memperhatikan kriteria-kriteria
penyusunan LKS untuk kegiatan-kegiatan penemuan, sehingga siswa
105
DAFTAR PUSTAKA
Anita Lie. Menjadi Orang Tua Bijak. 101 Cara Menumbuhkan Percaya diri Anak.
2003. Jakarta: PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia
Arini. 2008. Definisi Menerapkan teknik konversi bahan dalam proses pengolahan.
http://arinimath.blogspot.com/2008/02/definisi-matematika.html. Diakses
pada tanggal 3 Juli 2010
Darius. 2008. Tanggung Jawab. http://id.shvoong.com/books/1773765-tanggungjawab/. Diakses pada tanggal 7 Juli 2010
Depdiknas. 2003. Standar Kompetensi. http://www.lkp2i.org/pdf/smp/ Teknologi
Pengolahan Hasil Pertanian.pdf. Diakses pada tanggal 7 Agustus 2010
Desi Susilawati. 2009. Upaya Meningkatkan Kemandirian Belajar dan
Kemampuan Matematika Siswa Kelas X SMA N 1 Gamping dengan
Menggunakan Lembar Kerja Siswa. Skripsi. Yogyakarta: UNY
---------------------. 2003. Strategi Pembelajaran Kontemporer. Bandung: JICAUniversitas Pendidikan Indonesia
Farida Fauziah. 2007. Upaya Peningkatan Kemandirian Belajar Matematika Siswa
Melalui pemanfaatan Modul Matematika Di SMK 1 Jogonalan Klaten.
Skripsi. Yogyakarta: UNY
Hamzah B. Uno. 2007. Model Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
Herman Hudojo. 2005. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Cetakan I.
Malang: Universitas Negeri Malang (UM Press)
Imadea.
Jacinta F Rini. 2002. Memupuk Rasa Percaya Diri. Diambil pada tanggal 7 April
2010 dari http://www.e-psikologi.com/epsi/search.asp
Jakop Utomo. 1990. Menuju Masyarakat Indonesia Baru. Jakarta: PT Gramedia
Martiningsih. 2007. Macam-macam Metode Pembelajaran Error! Hyperlink
reference not valid.. Diakses pada tanggal 8 Mei 2010
Mulyasa. 2007. Menjadi guru Profesional menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Nana Syaodih Sukamadinata. 2003. Landasan Psikologis Proses Pendidikan.
Cetakan kedua. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Ngalim Purwanto. 2006. Psikologi Pendidikan. Cetakan kedua puluh satu.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Oemar Hamalik. 2003. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Pergola Irianti. 2009. Profesi Pustakawan dan Kemandirian. Error! Hyperlink
reference not valid.. Diakses pada tanggal 10 Desember 2010
Rizky. 2009. Pengertian Belajar. http://kuliah psikologi.dekrizky.com/ pengertianbelajar. Diakses pada tanggal 29 Januari 2010
Roestiyah N. K. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Cetakan ke VI. IKIP Jakarta:
Rineka Cipta
Rosnida Nurhayati. 2007. Pemanfaatan Website www.gomath.com sebagai Media
dalam Peningkatan Kemandirian Belajar Matematika Siswa kelas X
SMA N 1 Sleman Tahun Pelajaran 2006/2007. Skripsi. Yogyakarta:
UNY
Santrock, John W. (2008). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta
Sri Rumini dkk. 1993. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta : UPP Universitas
Negeri Yogyakarta.
Sucman.