Anda di halaman 1dari 98

SRS Airbag

SRS
(Supplemental Restraint System)

Training Support & Development

SRS Airbag

KATA PENGANTAR

Modul training ini dipersiapkan untuk teknisi yang akan mempelajari Supplemental Restraint
System. Disini teknisi akan mempelajari informasi umum mengenai supplementari restraint
system termasuk diagnosa dan cara troubleshooting. Kami mengharap buku ini dapat
membantu para teknisi dalam menangani masalah yang berkenaan dengan Supplemental
Restraint System. Untuk informasi lengkap dan prosedur perbaikannya, lebih lanjut dapat
menglihat shop manual.

December, 2003. Printed in Korea


Published by Technical Service Training Center. Copyright by Hyundai Motors Corp
Dilarang merubah atau memperbanyak isi buki ini tanpa ijin dari Hyundai Motor Corp. Alih
Bahasa oleh Training Support & Development
http://training.hmc.co.kr
daniyusuf@gmail.com

Training Support & Development

SRS Airbag

1. Apakah itu A/Bag?


1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
1.6
1.7
1.8

Necessity
Purpose
Effect
Air Bag System Category
Basic Structure
Basic Principle
Operation Sequence
Location of A/Bag after Deployment

2. Modules
2.1
2.2
2.3
2.4
2.5
2.6

DAB (Driver Air Bag)


Clock Spring
Inflator
PAB (Passenger Air Bag)
SAB (Side Air Bag)
CAB (Curtain Air Bag)

3. Seat belt
3.1
3.2
3.3
3.4
3.5
3.6
3.7
3.8

History and Function of Seat Belt


Types of Seat Belt
Point Seat Belt Detail
ELR (Emergency Locking Retractor)
WLR (Webbing Clamp Locking Retractor)
Pretensioner
Load Limiter
Troubleshooting of Seat Belt

4. Sensor
4.1
4.2
4.3
4.4
4.5
4.6
4.7

PPD (Passenger Presence Detection)


PODS (Passive Occupant Detection System)
WCS (Weight Classification System)
FIS (Front Impact Sensor)
SIS (Side Impact Sensor)
Buckle Switch
Seat Track (Position) Sensor

Training Support & Development

SRS Airbag

5. ACU
5.1
5.2
5.3
5.4
5.5

General
Connector
Block Diagram
Inside Sensors and Etc.
Diagnostic Troubleshooting Flow Chart

6. Others
6.1
6.2
6.3
6.4

SST
Crash Test (Barrier Test)
Seating Position
Index

Training Support & Development

SRS Airbag

1. Apakah itu Air bag?


1.1 Kepentingan
Seat belt adalah alat yang nyata untuk melindungi tubuh seorang penumpang ketika terjadi trabrakan
pada kendaraan. Namun ketika terjadi tabrakan dalam kecepatan tinggi badan penumpang masih
mengalami resiko benturan yang keras dengan benda di depannya (kemudi, dasboard

dan lainnya),

sehingga hanya dengan seat belt saja tubuh tidak bisa terlindungi dengan baik.
Dan khususnya terhadap tabrakan antara depan dan belakang kendaraan, bagian atas tubuh akan
terlempar kedepan meskipun orang tersebut sudah memakai sabuk pengaman, sehingga bagian kepala
atau bahu akan membentuk kemudi atau kaca depan kendaraan sehingga dapat menyebabkan cedera
serius.
SRS Air bag System adalah suatu alat yang dapat mengurangi resiko cedera pada bagian kepala dan
bahu pengemudi atau penumpang melalui pengembangan kantong udara yang dipasang di kemudi atau
instrument panel ketika kerjadi tabrakan pada kendaraan, dan alat ini adalah sebagai tambahan dari seat
belt yang sudah ada sebelumnya.
SRS Air bag System adalah suatu perlengkapan tambahan fungsi pengekang dan pelindung pada sealt.
Karena alasan bahwa nama sistemnya sudah ada maka sebagai akronimnya adalah Supplemental
Restraint System (SRS Air bag).

1.2 Tujuan
Fungsi Air Bag
Meredam energi energi kinematik penumpang.
Melindungi penumpang dari benturan dengan interior trim.
Melindungai penumpang dari pecahan kaca.
Mengurangi tertekuknya leher.

1.3 Efek
Efek sistem keselamatan
Mengurangi resiko kecelakaan fatal (Data yang dikeluarkan oleh NHTSA, 1999)
Bila hanya menggunakan Seat Belt: tingkat berkurangnya adalah 45%
Bila hanya memakai Air Bag : tingkat berkurangnya 14%
Bila menggunakan Seat Belt + Air Bag : tingkat berkurangnya adalah 50%
Training Support & Development

SRS Airbag

1.4 Kategori Air bag System


Tidak ada pengelompokan khusus pada sistem air bag,

karena Air Bag dikembangkan secara bertahap.

Sebelumnya sensornya secara mekanis dan sekarang menggunakan sensor elektronik. Tentunya ada
perbedaan pada ACU tergantung dari parbik pembuatnya seperti Siemens, Hyundai Air Bag (HAE), TRW,
dan Delphi Mando yang sudah ada sekarang, umumnya ada dua macam yaitu : sensor dipasang di
dalam ACU, atau dipasang diluar.

1) Tipe Single Sensor (Terintegrasi dengan sensor di dalam Air bag control module)
Di dalam ACU, terdapat sensor untuk mengukur benturan dari depan, belakang, kiri dan kanan.

PAB

DAB

SAB

ACU

2) Tipe Multi-Sensor (Tipe Front sensor )


Di dalam ACU, terdapat sensor yang mengukur benturan dari sisi depan, belakang, kanan dan kiri. Air bag
meletus ditentukan oleh sensor dengan membandingkan sisi mana yang mengalami benturan.

PAB

CAB

FIS

DAB

Training Support & Development

ACU

SRS Airbag

1.5 Struktur Dasar


Sistem Air bag terdiri dari unit pengatur air bag, sensors, air bag module, belt pretensioner.

PAB

ACU

PBP

RSAB
BS

FIS

FSAB

SIS

CAB
DAB

DBPT

Penempatan masing-masing sistem air bag mengacu pada modulnya,

DAB dipasang di dalam steering

wheel, PAB dipasang di dalam panel (crash pad) depan tempat duduk penumpang. FRT SAB dipasang di
tempat duduk, dan Rear SAB dipasang di samping tempat duduk. BPT dipasang dibagian bawah center
filler, dan CAB dipasang di kedua sisi.
Letak Sensor FIS letaknya dibelakang Front Bumper, untuk air bag sisi kanan dan kiri. SIS letaknya
dibawah Center filler (umumnya disamping BPT), digunakan untuk meletuskan SAB dan CAB.
Sensor untuk mendeteksi benturan dari sisi depan kiri dan kanan dipasang di dalam ACU. Kebanyakan
sensor yang dipakai oleh Hyundai motor adalah tipe elektronik, dan hanya Safing sensor saja yang ada di
dalam ACU yang bertipe mekanis.
Sensor-sensor ini satu sama lain tidak kompatibel. Disamping itu, seluruh sensor tersebut adalah
direction-oriented, sehingga perlu kehati-hatian pada saat pemasangannya. Karena jika pemasangan
sensor terbalik atau miring, maka bisa menimbulkan masalah pada sistem Air bag.

1.6 Prinsip Dasar


Prinsip kerja
Berikut adalah diagram yang menunjukkan prinsip kerja sistem air bag.
CRASH

Training Support & Development

SENSING

DECISION

DEPLOYMENT

SRS Airbag

Urutan dasar meletusnya Air bag adalah sebagai berikut . ketika terjadi benturan, masing-masing sensor
akan mengukur benturan tersebut. Hasil pengukurannya dikirim ke ACU. Kemudian ACU menganalisa
benturan tersebut dan memutuskan apakah air bag perlu meletus atau tidak. Jika perlu meletus, ACU
akan memberikan suplai arus ke module yang akan dikembangkan. Setiap module akan meletuskan Air
bag melalui arus listrik yang disuplai. Kemudian Air bag akan meletus dan mengelembung untuk
melindungi penumpang. Terlihat prosesnya cukup sederhana, namun sebenarnya variabel yang terlibat
disini cukup banyak. Dikarenakan air bag meletus pada saat mobil melaju atau mengembungnya sedikit
sehingga akan membahayakan penumpang dari pada melindungi. Benturan termasuk benturan dari
bawah, benturan bagian atas, dan benturan dengan material elastik seperti kayu, membuat sistem air ini
makin rumit. Dan tentunya jika air bag ini terlalu sensitif terhadap benturan, maka kemungkinan tidak bisa
meletus pada saat terjadi benturan kuat. Karena itulah lembaga peneliti

menentukan kapan air bag

akan meletus berdasarkan hasil penelitian dan pengalaman.

1.7 Urutan Proses


Proses waktu meletusnya air bag adalah sebagai berikut.

3 mSec

Crash
Crash

Sensing

Make decision deployment

or undeployment

Ignite the Inflator


Produce Nitrogen Gas to Inflate the Bag

20 mSec

35 mSec

40 mSec

Bag Deploying
Full Deployment of the Bag
Protect the Occupants
Vent Gas (Bag Deflation)

105 mSec ~ 150 mSec

Airbag System Completed

1.8 Letak A/Bag setelah meletus

Letak Air Bag


Training Support & Development

SRS Airbag

PAB

FSAB (F,R)

CAB (R)

RSAB (R,R)

DAB
FASB (F,L)

CAB (L)

RSAB (R,L)

2. Module
2.1 DAB (Driver Air Bag)
Modul untuk pengemudi dipasang persis ditengah-tengah steering wheel. Pada saat kecepatan tinggi dan
terjadi benturan, maka bahaya terlemparnya pengemudi mengarah ke steering wheel meskipun sudah
ada sabuk pengaman.
Air bag melindungi pengemudi dari benturan dengan kemudi sehingga aman dari kecelakaan serius.
Clock Spring

Multi Function Switch

Training Support & Development

DAB

Steering Wheel

SRS Airbag

Unit air bag terdiri dari cup-shape generator, kantong udara, cover dan instalasi seperlunya. Lipatan kantor
udara yang disusun dengan sangat rapi membuat ruang yang dipercederan untuk menempatkan kantong
tersebut tidak begitu besar. Volume air bag biasanya sekitar 40 ~ 60
Setelah sistem air bag mendapat setrum,

tutup cover air bag akan terbuka membuka jalan agar kantong

udara bisa meletus melalui aliran gas yang masuk ke dalamnya. Semua koneksi elektrikal dan lead
dilengkapi dengan shorting bar untuk melindungi agar tidak terjadi kesalahan pemberian arus ke air bag
(air bag meletus sendiri).

1) DAB (Driver Air Bag)


Terakhir ini banyak pengemudi yang tercedera akibat

meletusnya Air bag, sehingga sekarang DAB

memakai air bag tipe depowered (powernya dikurangi). Namun demikian, untuk pengemudi yang
berukuran kecil

(tinggi dibawah 150cm) kemungkinan bisa juga tercedera oleh meletusnya Air bag

ini.

Depowered Air bag


Maret 1997, NHTSA dari Amerika Serikat.

Mengumumkan bahwa pabrik pembuat kendaraan agar

dapat menggunakan air bag tipe depower (mengurangi tekanan gelembung angin) sehingga kantong
udara tidak meletus dengan cepat.
Penurunan powernya sekitar 20 sampai 35 persen (inflator)
Tujuannya adalah untuk memaksimalkan keselamatan bagi penumpang wanita dan anak-anak
Melindungi leher
Untuk itulah, sekarang ini sudah dikembangkan Dual Stage Air bag module yang lebih aman
dibandingkan dengan air bag tipe depowered. Ketika terjadi trabrakan pada kendaraan, kemungkinan
terjadi benturan cukup keras, sehingga selanjutnya kemungkinan dipikirkan untuk membuat air bag tiga
stage menggantikan dual stage. Pada dasarnya Air bag dirancang untuk meletus dengan tekanan
konstan mengabaikan kecepatan ketika terjadi benturan. Akibatnya, ketika terjadi benturan dengan
kecepatan rendah, kadang kala Air bag malah dapat membuat kecelakaan. Untuk itu sekarang ini
dipercederan untuk merancang Air bag yang dapat meletus dengan tekanan dan kecepatan yang
berbeda berdasarkan kondisi benturannya. Dengan Dual Stage Air bag masalah ini dapat dipecahkan.
Untuk menyesuaikan kecepatan dan tekanan meletusnya air bag, pada air bag tiga stages, terdapat dua
Igniter yang dipasang di dalam Air bag Module.
Dengan pertimbangan tekanan dan kecepatan air bag harus 100% meletus, tekanan dan kecepatan
igniter pertama disetel sekitar 70%. Dan igniter ke dua di setel sekitar 30%. Melalui tes benturan yang
dilakukan, hasinya adalah penyetelan dengan rasio 70:30. Contohnya untuk kecepatan yang lebih rendah,
hanya Igniter pertama saja yang meletus. Dan untuk benturan dengan kecepatan menengah,

Igniter

kedua akan meletus juga dalam waktu 10milidetik. Untuk benturan dengan kecepatan yang lebih tinggi
lagi maka igniter pertama dan kedua akan meletus secara bersamaan.
Training Support & Development

10

SRS Airbag

Dengan menyesuaikan tekanan dan kecepatan meletusnya air bag berdasarkan kondisi benturan
kendaraan, maka tingkat keselamatan pengemudi akan lebih terjaga. Terakhir ini untuk lebih
meningkatkan keselamatan, ketika air bag meletus, modul akan mempertimbangkan informasi apakah
pengemudi mengenakan sabuk pengeman atau dimana letak kursi pengemudi, dsb.

2) Dual stage

1st Squib
2nd Squib

Training Support & Development

11

SRS Airbag

3) DAB Module (Single-General)

Inflator Assembly

Module Cover

Reacting Plate

Warning Label
One Igniter

2.2 Clock Spring


Clock spring fungsinya adalah untuk membentuk koneksi antara unit kontrol A/Bag dan driver module di
dalam steering wheel.

Clock spring dapat memberikan jaminan koneksi elektrikal untuk semua posisi

putaran.

Ring Gear

Rotor

Screw
Warning Label

Cable

Gear
Upper Case
Sheet

Lower Case

Cable End Support

Clock Spring Part

Sebelum memasang atau melepas clock spring, roda depan kendaraan harus diset lurus ke depan, dan posisi
clock spring jangan sampai terlipat ketika sudah dilepas untuk menghindari agar tidak terjadi kerusakan pada
clock spring.
Apabila akan mengganti Clock Spring baru, pastikan keakuratan posisinya terhadap tape atau clip untuk
menghindari agar tidak ikut

berputar di dalam coil spring, untuk itu lepas dahulu sebelum memasangnya.

Jika tetap tidak bisa bekerja meskipun pemasangannya benar, kemungkinan Clock Spring bisa terputus
Training Support & Development

12

SRS Airbag

pada saat mobil melaju. Jika hendak membongkar Clock Spring, pertama pastikan kedua roda depan
lurus ke depan, kemudian jaga putaran clock spring dalam satu arah dengan siklus putaran 5.5 sampai
7.5. kemudian putar sekitar 3 sampai 3.5 dengan arah kebalikannya, luruskan tanda segitiga pada
permukaan Clock Spring. Selanjutknya pasang dengan hati-hati.

Clock spring

2.3 Inflator
Inflator Assembly

PYROTECHNIC INFLATOR

1. Ignition system
2. Autoignition charge
3. Inflator housing
4. Filter system
5. Initiator
6. Gas generator
7.Connector with integral shorting clip

Sekarang mari kita perhatikan Pyrotechnic Inflator yang terakhir ini banyak dipakai akhir-akhir ini dipakai.
Dahulu banyak model yang dipakai seperti tipe compressed air dan Pyrotechnic, namun sekarang yang
banyak dipakai adalah Pyrotechnic Inflator karena sudah terbukti baik, kuat dan mudah pemasangannya.
Dilihat dari struktur bagian dalamnya, ketika arus mengalir di dalam Initiator kelima, dengan kata lain pada
saat arus tertentu disuplai dari ACU, maka Initiator pertama akan membuat ledakan kecil, kemudian
menyalakan Auto Ignition Charge kedua . Panas penyepian akan mengaktifkan Gas Generator keenam,
untuk mengasilkan gas secara cepat. pada saat tersebut terjadinya panas sangat cepat, sehingga
mengeluarkan debu.
Karena itulah, panas dari gas ini lebih rendah dan debunya dibuang lewat melalui Filter keempat. Gas ini
Training Support & Development

13

SRS Airbag

lah yang mengisi kantong udara agar mengelembung. Komposisi utama gas ini adalah He. N2,CO2,Ar.
Struktur bagian dalam DAB, PAB, dan SAB, dst. Hampir sama. Posisi modul untuk penumpang di
tempatkan di dalam glove box dalam dash board (crash pad).

2.4 PAB (Passenger Air Bag)


Posisi modul untuk penumpang di tempatkan di dalam glove box dalam dash board. Ada dua macam
cara pemasangan PAB : yang pertama dipasang di dalam Dashboard, dan cara satunya lagi adalah
dipasang di luar. Untuk yang dipasang di dalam Dashboard, tampilan Dashboard terlihat bersih dan rapi,
namun ketika PAB meletus, maka bagian luar Dashboard harus diganti dengan yang baru. Untuk tipe
later yang terpasang terpisah, tampilannya kurang bagus, namun pada saat dia meletus, hanya
komponen PAB terpisah yang diganti.

Inflator assembly

Warning label

Connector

Mounting bracket

PAB fungsinya adalah untuk melindungi penumpang depan ketika terjadi kecelakaan. Dikarenakan PAB
diharapkan dapat melindungi dengan area yang lebih luas, maka volumenya sekarang adalah sekitar
120~160. Akan berbahaya apabila ada handphone atau benda lain mengenai area meletusnya air bag.
Karena apabila Air bag meletus, benda diatasnya akan terpental dan mengenai orang di depannya.

Training Support & Development

14

SRS Airbag

1) Urutan Pemberian Arus Air Bag


Pemberian arus ke sirkuit untuk inflator akan diberikan dengan urutan pengembangan kantong udara
sebagai berikut

(tergantung dari keputusan pengembangan yang telah putuskan sebelumya).

DAB

ON
OFF
50 ms
Td=1ms

PAB

ON
OFF
Tf

Waktu yang dibutuhkan untuk meletuskan kantong udara dilakukan dalam janga waktu yang sangat
singkat, sehinga pada saat kantong udara mengelembung karena disisi oleh gas pada saat tersebut
sampai mengeluarkan bunyi yang cukup keras (suara letusan). Biasanya lebih dari 100dB.
Ketika kantong udara untuk pengemudi dan penumpang meletus pada saat yang bersamaan, suara yang
ditimbulkan dari letusan kedua kantong udara tersebut dapat menggangu alat pendengaran manusia.
Karena itulah mengapa terjadinya pengembangan air bag dilakukan dengan DAB lebih dulu 1milidetik.
Sehingga bisa mengurangi noise dan memperlambat naiknya tekanan di dalam kendaraan.

2.5 SAB (Side Air Bag)


Side air bag dikembangkan untuk membantu mengurangi resiko cedera akibat benturan dari samping,
sehingga dapat dikatakan perbedaannya adalah pada kepala dan kematian. SAB dirancang untuk
menyerap benturan antara orang di dalam dengan pintu kendaraan apabila terjadi tabrakan dari samping
kendaraan. Kantong udara ini bisa dipasang dikursi untuk melindungi dada atau kepala/dada.

Ketika kantong udara untuk dada (Air bag samping) mengalami benturan dari samping, kantong udara
dapat mengurangi resiko cedera pada dada sekitar 20%.
Training Support & Development

15

SRS Airbag

Crash

Impact Sensing

Sending Signal to SRSCM

SRSCM operates FSAB

Training Support & Development

16

SRS Airbag

2.6 CAB (Curtain Air Bag)


Curtain air bag module dapat memberikan perlindungan yang lebih pada kepala dan leher pengemudinya.
Rollover (jungkir balik) adalah penyebab serius terjadinya cedera, terutama pada kepala dan leher.
Sehingga ada lagi tambahan kantong udara yang disebut dengan curtain air bag module untuk mengatasi
keadaan apabila mobil terjungkir balik. Curtain air bag module meletus dari atap roof kendaraan dan bisa
dikombinasikan dengan sistem side impact air bag. Curtain air bag module dapat memberikan
perlindungan yang lebih baik ketika kendaraan mengalami tubrukan dan terjungkir balik.

Head Injury Criterion


12000

10866

8590

10000
8000
6000
4000

593

2000
0

Europe

Without CAB

577
US

With CAB

HIC can be reduced by approximately 80%

Curtain air bag akan tetap meletus selama lebih dari 6 detik untuk mempersiapkan kemungkinan terjadi
lagi benturan selanjutnya karena tubrukan beruntun atau ketika kendaraan jungkir balik. Ketika
Training Support & Development

17

SRS Airbag

benturannya terjadi dari samping kendaraan, kantung udara ini akan melindungi penumpangnya agar
tidak terlempar keluar.

ROLL TYPE OR FOLD TYPE

INFLATOR

CURTAIN AIR BAG

CAB: Letaknya diatas Roof Rack, dan akan bergerak kebawah apila kantung udaranya meletus.

Training Support & Development

18

SRS Airbag

3. Seat Belt
3.1 Sejarah dan Fungsi Seat Belt
1) Static Belt dua titik (sekitar tahun 1922)
Belt yang panjang sabuknya dapat disesuaikan tanpa fungsi retraction atau pencabut

(dipakai untuk

BUS).

2) NLR (None Locking Retractor, 1965) :


Hanya untuk Seat belt tanpa fungsi locking, digunakan setelah memakai Seat belt secara sempurna.
Biasanya seat belt dipasang di dalam tempat duduk penumpang bus.

3) ALR (Auto Locking Retractor, 1970)


Karena mempunyai fungsi fungsi auto Locking, panjang sabuk pengemannya dapat menyesuaikan diri
secara otomatis. Akan tetapi, setelah seat belt

terkunci, maka sabuknya tidak akan dapat keluar lagi,

dan akan kembali keposisi semula apabila fungsi locking dilepas (kekurangan: dada pemakainya agak
tertekan).

4) ELR (Emergency Locking Retractor, 1972)


Sabuk pengaman ini akan mengunci apabila kendaraan mengalami tabrakan atau mengerem mendadak.
Tipe sabuk pengaman ini masih dipakai sampai sekarang.
(1) T/R (Tension Reducer)
Alat ini fungsinya adalah untuk mengurangi tarikan sabuk pengaman karena adanya Rewinding Spring
Force (Solenoid). Saat dipakai , alat ini akan mengurangi tarikan seat belt dengan menggunakan dua
macam Rewinding Spring dengan gaya balik yang berbeda dengan sensor yang dapat mendeteksi
apakah seat belt dipasang atau tidak.
(2) WLR (WEBBING Locking Retractor)
Ketika kendaraan mengalami kecelakaan dan dalam situasi darurat, sabuknya akan terkunci bila ada
kejutan, sehingga bisa melindungi lebih aman.
(3) CLR (Convertible Locking Retractor)
Dikembangkan untuk keselamatan CHLD SEAT (kursi anak-anak).

Karena aturan yang mengharuskan

alat ini dipasang di Amerika Utara. Sabuk pengaman ini diaktifkan oleh Gear dan Cam, dan apabila
sabuknya tertarik, maka ALR akan aktif, dan setelah tergulung kembali, maka sabuknya akan kembali ke
posisi ELR.

Training Support & Development

19

SRS Airbag

Aturan Hukum Seat Belt


Seat belt atau sabuk pengaman sudah dikembangkan sejak tahun 1950an dan sudah dilegalisasi
pemasangannya setalah tahun 1960an namun masih sedikit, namun demikian , legalisasi pemakaian
sabuk pengaman direalisasikan setelah tahun 1970an.
Peraturan mengenai seat belt

1968 : FMVSS 208 in USA


1969 : ADR 5A in Australia
1977 : EEC No 14 in Europe

Keharusan memakai sabuk pengaman


Country

Enforcement

Applied Seat

Fine

Fastened Person Rate

Australia

1972. 1

All seats

70~100 Aus $

95%

France

1973. 7

Front & rear seats

40~80 Fr

89% on highway & 83% on road

Norway

1975. 9

All seats in a passenger car

300 Nor. Krone

Denmark

1976. 1

All seats in every vehicle

200 Danish Krone

Germany

1976. 1

All seats in every vehicle

40 D-Mark

Japan

1986. 11

All seats in every vehicle

Violation 1 point

Obligated an attachment portion for


a child seat

After unification, use former west


Germany regulation

Karakteristik Tabrakan & Cedera Penumpang


Ketika sebuah mobil menabrak suatu benda atau mobil lainnya, dapat kita sebut dengan benturan
pertama, kemudian penumpang di dalamnya membentur bagian dalam kendaraan, yang kita sebut
dengan benturan kedua.
Apabila suatu kendaraan beradu dengan benda di depannya dapat kita tentukan sebagai berikut :
V0 :

kecepatan sebelum terjadi benturan dengan benda di depannya

L1:

besarnya bodi yang ringsek karena terkena benturan

t:

waktu setelah terjadi benturan pertama

V(t):

kecepatan tubuh setelah terjadi benturan pertama

Vp(t):

kecepatan relatif antara penumpang dan kendaraan

Maka Kecepatan pada benturan keduanya adalah

Vp(t) = V0 - V(t)

Training Support & Development

20

SRS Airbag

Pada saat terjadi tubrukan, ruang yang masih didapat untuk penumpang adalah L1 + L2. ketika suatu
kendaraan berbenturan dengan suatu benda atau kendaraan lain di depannya, maka akan terjadi
rangkaian benturan.
1st Collision : benturan pada mobil tersebut
2nd Collision : benturan antara penumpang dengan bodi kendaraan seperti kemudi dan instrument
panel.
3rd Collision : benturan di dalam tubuh penumpang seperti tulang dengan tulang dan tulang dengan
otot, dsb.
Penyeluran energi pada bagian dalam bodi kendaraan
Action
Reaction Direct
Reaction Indirect

Tingkat keseriusan cedera apabila tidak memakai air bag adalah 9.3 kali lebih besar dibandingkan
dengan yang menggunakan air bag.
Saat terjadi tabrakan, apabila memakai sabuk pengaman, kemungkinan meninggal dunia adalah 75%
dengan kondisi sebagai berikut: dari fatal menjadi luka serius ; serius menjadi agak serius; agak serius
menjadi luka biasa , dimana dari kemungkinan meninggal dunia menjadi luka biasa adalah 49%.

Training Support & Development

21

SRS Airbag

Tenaga benturan pada saat terjadi tabrakan


Limitation of bearing force in crash events
When it bears both hands only :
about
50Kg
When it bears both feet only:
about 100Kg
When it bears both hands and feet: about 150Kg

100 Km/h of crash velocity corresponds to a


free falling at 40m height
80 Km/h of crash velocity corresponds to a
free falling at 25m height

In the event of crash when it bears both hands and feet , the
allowable velocity should be less than 7Km/h.
2
Impact power [Kg] = body weightdeceleration [m/s ]gravity
Assumed that a body weight is 70Kg, the impact power goes
70Kg19.4m/s29.8m/s2 = 138.6 Kg
Therefore, the above resultant proved that the limitation of bearing
force is similar to an impact power.

60 Km/h of crash velocity


corresponds to a free falling at
14m height
40 Km/h of crash
velocity corresponds
to a free falling at 6m
height

APT

APT

APT

APT

Comparison of crash velocity and Impact power

3.2

Correlation between a crash velocity and a free-falling As a left


figure, 40Km/h of crash velocity corresponds to a free falling of an
apartment roof on 6m height, furthermore, this crash velocity
equals to an impact power of 30 times compare to a body weight
of an occupant.

Jenis Seat Belt

1) Poin Seat Belt


Seat belt assembly ditujukan untuk menahan laju
gerakan dada dan bahu

Seat belt assembly ditujukan untuk


menahan laju gerakan pinggul

Slip Guide (D-Ring)

Height Adjuster
Buckle
Webbing

Adjustable
Tongue
Adjust Clip

Web Guide
Retractor

Tongue
Buckle

Anchor Plate

Anchor Plate

Anchor Plate

Training Support & Development

22

SRS Airbag

2)

Bagian komponen Seat Belt


BELT SYSTEM

RETRACTOR

Static Belt

2 Points Belt

Automatic Belt

3 Points Belt

Automatic Locking Retractor


Emergency Locking Retractor

VSIR (Vehicle Sensitive Inertia Reel)


DSIR (Dual Sensitive Inertia Reel)
WSIR (Webbing Sensitive Inertia Reel)
Additional Devices
Webbing Clamp
Tension Reducer
Convertible (A/ELR)
Pretensioner (Pyro, Mechanical)
(Load Limiter)

Training Support & Development

23

SRS Airbag

BUCKLE

Push Button Type

Sewed to Webbing

Slide Button Type

Sewed to Webbing
Steel Plate Stalk
Boot Type Stalk (Cable Type Stalk)

3) Bagian komponen Seat Belt

SLIP GUIDE (D-RING)

Conventional Ring Type + Nylon Coating


Conventional Ring Type + Plastic Molding
Press Stamping Steel

WEBBING

+ Plastic Molding

High Tenacity Yarn, Non-Twisted Yarm


Excellent Resin Finishing
Strong Tensile Strength Webbing
Superior Resistance to Light
Low Hysteresis of Withdrawal / Retraction Force
Anti-Static Electricity
Soft Edge
Fashioned Weaving Pattern

SHOULDER HEIGHT
ADJUSTER

Pull Type
Push Type
Release Button Type

Training Support & Development

24

SRS Airbag

3.3

Rincian mengenai Seat Belt

Seat belt secara umum


ANCHOR PLATE

BUCKLE

WEBBING

HEIGHT
ADJUSTER

TONGUE
STOPPER
TONGUE
SLIP GUIDE
(D-RING)
WEB GUIDE

WARNING
SWITCH

STAY BRACKET
RETRACTER
(TYPE : ELR)

MOUNTING BRACKET

Istilah
1. Anchor Plate: Komponen yang dipasang di bodi mobil. Bagian ujung keluar sabuk retractor dipasang
ke bodi.
2. Buckle: konektor yang bisa dilepas dengan cepat untuk mengencangkan si pemakai seat belt.
3. Height Adjuster: dikarenakan tinggi orang berbeda beda, maka seat belt harus bisa disetel
menyesuaikan postur pemakainya agar lebih aman dan nyaman.
4. Karena itulah, Height Adjuster berperan dalam menyesuaikan posisi slip guide ke atas dan ke bawah.
5. Mounting Bracket: komponen yang dipasang dibabian bawah retractor.
6. Retractor: alat yang dipasang untuk menggulung sabuk pengaman.
7. Slip Guide (D-Ring): komponen untuk merubah arah sabuk pengaman.
8. Stay Bracket: suatu komponen yang dipasang dibagian atas retractor untuk menempatkan posisi
retractor di bodi kendaraan, mudah dipasang dan anti guncangan.
9. Tongue: komponen yang dipasang pada buckle.
10. Tongue Stopper: alat untuk menopang Tongue agar posisi sabuk pengamannya benar.
11. Warning Switch: alat untuk memberitahukan kepada pengemudi apabila sabuk pengaman tidak
terpasang.
12. Webbing: Sabuk yang terbuat dari bahan polyester.
13. Web Guide: suatu peralatan induksi agar sabuk dapat bekerja dengan normal ketika ditarik dan
dikendurkan.

Training Support & Development

25

SRS Airbag

Static 2 Point Seat Belt (Center)

Anchor Plate

Buckle

Adjustable

Adjust Clip

Anchor Plate

Tongue

Isilah
1) Adjustable Tongue: komponen yang dipasang pada buckle.
2) Anchor Plate: komponen yang dipasang pada bodi kendaraan. Bagian ujung sabuk yang terdapat
retractor dipasang pad bodi kendaraan.
3) Buckle: konektor yang bisa dilepas dengan cepat dipakai untuk mengencangkan orang yang
memakai seat belt.

NLR (Non Locking Retractor) 2 Point Seat Belt (Center)

Anchor Plate

Buckle

Retractor

Anchor Plate

(Type : NLR)

Istilah
1) Anchor Plate: komponen yang dipasang di bodi kendaraan. Bagian ujung sabuk yang terikat dengan
retractor dipasang ke bodi kendaraan.
2) Buckle: konektor yang bisa dilepas dengan cepat dipakai untuk mengencangkan orang yang
memakai seat belt..
3) Retractor: komponen untuk menggulung sabuk pengaman.

Training Support & Development

26

SRS Airbag

3.4 ELR (Emergency Locking Retractor)


Retractor ini hanya akan mengunci pada saat kendaraan mengalami benturan atau rem mendadak.
penumpang yang memakai sabuk pengaman ini bisa bergerak dengan leluasa karena sabuknya akan
bergerak mengikuti pergerakan badan, jenis sabuk pengaman inilah (ELR) yang sekarang banyak
dipakasi.
ELR digolongkan menjadi tiga macam yaitu berdasarkan kepekaan terhadap satus darurat pada
kendaraannya. Namun demikian kebanyakan yang dipakai adalah jenis Dual Sensing Type Retractor.

Kepekaan

Deteksi

VSIR

Vehicle Sensing

Mendeteksi kecondongan kendaran

WSIR

Web Sensing

Mendeteksi akselerasi sabuk pengaman

DSIR

Dual Sensing(Vehicle+Web Sensing)

Mendeteksi kecondongan kendaraan dan


akselerasi sabuk pengaman

1) Prinsip Dasar Kerja ELR


Mendeteksi kendaraan : Mendeteksi kecondongan kendaraan untuk melakukan penguncian sabuk
pengaman ketika kendaraan mengalami benturan atau terbalik. Umumnya yang banyak dipakai adalah
tipe Plumb dan Ball, dan terakhir adalah tipe Ball yang terkenal handal.
Web Sensing : Mendeteksi akselerasi sabuk pengaman, locking dijalankan dengan menggunakan
perbedaan pergerakan inertia yang terjadi karena penyaluran akselerasi ke sabuk pengamaan ketika
terjadi benturan.

Ball Type Sensing

Training Support & Development

27

SRS Airbag

VSIR (Vehicle Sensitive Inertia Reel)

1. Normal
Status
1) Tilt
15
2) Vel. Dev.
V0.7g

WEBBING RE/EXTRACTION

B-PILLAR

WEBBING

The retractor will lock up as follows;


1) During hard braking and acceleration.
2) If the vehicle is leaning excessively.
3) When turning.

C.G UNIT

C.G PAWL

C.G BALL

2. Working
NORMAL

Status
1) Tilt
27
2) Vel. Dev.
V 07

NOTE:

Vel. Dev. : Vehicle velocity deviation


: Seat belt installation angle
g: Gravity acceleration

1. Tilt
15
2. Vel. Dev.
V0.7g
3. C. G pawl is
in steady.

TILT
LOCKING
VEHICLE VELOCITY

1. Tilt
Activated
angle
15 27
2. Vel. Dev.
V0.7g
3. C.G pawl is

&

1. Necessary
Locking
27
2. Vel. Dev.
V0.7g
3. A retractor
should be
locked.

WSIR (Webbing Sensitive Inertia Reel)


Prinsip kerja : Apabila sabuk tertarik secara tiba-tiba maka retractor akan mengunci.
Tidak mengunci @ kurang dari 0.3g,
Mengunci @ 0.3g to 2.0g,
Semua mengunci @ lebih dari 2.0g, struktur penarikan sabuk pada tipe WSIR berdasarkan gaya
inersia terhadap bodi.

Training Support & Development

28

SRS Airbag

NON-LOCK
LOCK

NON-LOCK

FLYWHEEL
MASS FLYWHEEL
FIG 1

LOCK

POWL
SHAFT

HOOK
LOCKRING

FIG 3

FIG 2

1. Normal Status

2. First Locking

1) Free of extraction
and
retraction.
2) There are no web
and

3. Second(Final) Locking

1) Lock ring is locked by


hook.
2) The locked lock ring

1) With rotating of lock ring,


pawl and ratchet of shaft
each other are engaged.
2) Then webbing extraction
do not occur.

is
rotated by hook

DSIR (Dual Sensitive Inertia Reel)


WEBBING RE/EXTRACTION
NON-LOCK

WEBBING EXTRACTION
NON-LOCK HOOK & PAWL

WEBBING EXTRACTION
NON-LOCK PAWL
LOCK HOOK

WEBBING

NON-LOCK PAWL

HOOK

PAWL

C.G BALL

FLYWHEEL C.G BALL


C.G PAWL

FIG 1

FIG 2

1. Normal Status
1) No activation, VSIR and
WSIR
2) Free of extraction and
retraction

2. Vehicle Sensing
1) When the speed difference

HOOK
LOCKRING
FIG 3

3. Webbing Sensing (1st)


1) Lock ring is locked by hook.

PAWL
SHAFT
FIG 4

4. Webbing Sensing (2nd)


1) With rotating of lock ring,

and the tilting of vehicle

2) The locked lock ring is

pawl and ratchet of shaft

occur, vehicle sensor is

rotated by hook.

each other are engaged.

worked.

3) There are no web and


vehicle

FLYWHEEL
MASS FLYWHEEL

2) Then webbing extraction


do not occur.

sensing.

Training Support & Development

29

SRS Airbag

3.5

WLR (Webbing Clamp Locking Retractor)

Mengapa harus Web clamp ?


Web clamp retractor atau yang biasa disebut dengan Web lockers adalah tipe sabuk pengaman yang
paling efektif untuk mengurangi pergerakan penumpang pada saat terjadi kecelakaan mobil. Cara kerja
didapat melalui penciutan sabuk melalui penghilangan efek film spool yang dikenal juga sebagai
cinching.
Dapatkah kelebihan web clamp dibuktikan ?
Hasil tes menunjukkan bahwa sistem yang mempunyai web clamp dapat menciutkan uluran sabuk
pengaman di bagian bahu lebih dari 70 mm.

Sehingga bisa mengurangi gerakan tubuh ke arah depan

dan mengurangi angka HIC.


Mengapa rancangan webclamp retractor terdapat load bearing spool?
Kastemer sudah lama memakai retractor tradisional yang dilengkapi dengan load bearing spools. Ide
pembuatan retractor dengan plastic spool yang tidak biasa menarik beban adalah untuk sedikit perubahan.
Hal ini bisa dimengerti karena sejak beberapa tahun menjadi bagian yang tidak ikut menjadi objek
pengembangan dan ratusan jam pengujian yang pada akhirnya menghasilkan produk ini. Dalam
prakteknya load bearing spool adalah suatu fungsi yang menjadi percuma (terlalu berlebihan) selama
seluruh titik pada web clamp adalah untuk mencegah adanya beban yang datang ke spool. Sekali spool
termuati maka sabuk pada spool akan mengencang. Dengan menambahkan load bearing spool
kustomer akan menambah kocek yang sebenarnya tidak perlu.

Webbing Payout (mm)

WLR v.s ELR Retractor

* HIC: Head Injury Criterion

Training Support & Development

150
ELR
100
50
WLR
500

1000
1500
Webbing Force (N)

30

SRS Airbag

1)

Dasar Prinsip Kerja WLR


Webbing Lockg

Sensor Ball

Sensor Lever

Webbing Lockg
C/WIDGE

C/WIDGE

S/WIDGE

PAWL
S/WDIGE
Sensor ASSY
15

Beats

LOCKG

S/DISC
S/DISC

Sensor Ball

Sensor Lever

PAWL

Sensor ASSY

Selama besarnya Spool pada ELR adalah antar 100mm~150mm, maka kemungkinan bisa terjadi
cedera karena terjadi benturan I/P atau kemudi dengan kepala dan bahu. Sehingga perlu dimasukkan
lagi fungsi tambahan.
Besarnya Spool WLR yang keluar adalah

: 20~40mm

Mekanisme yang ada pada WLR


WEBBING
RE / EXTRACTION

WEBBING
EXTRACTION

LEVER
UNIT

LEVER
UNIT

WEBBING
RE / EXTRACTION

LOCK
RING
PAWL

RECEIVER

1. Initial Status
The retraction and
extraction of webbing
are not controlled.

2. ELR Working
When the speed difference
and the tilting of vehicle
occur, vehicle sensor is
worked. Then first locking by
hook and final locking occur
in sequence.

Training Support & Development

3. WLR Working
The webbing is locked by
a clamper.

4. Return Initial Status


A clamper comes back by
returning pawl spring and
lever spring at initial status
and then, the retraction and
extraction of webbing are not
limited.

31

SRS Airbag

2) Tension Reducer
Struktur & Perilaku : Tension reducer dipasang bersama dengan normal spring dan reducer spring
dibagian dalam holder. Jika penumpang mengencangkan sabuk pengaman, maka holder akan mengunci
melalui solenoid valve, yakni gaya pengas merubah dari normal spring menjadi reducer spring, karena
itulah tension reducer mempunyai struktur yang dapat menciutkan tekanan yang disebabkan oleh
gerakan sabuk oleh bahu penumpang.

WEBBING

EXTRACTION

WEBBING

HOLDER

EXTRACTION

HOLDER
RETRACTION

RETRACTION
NORMAL SPRING

NORMAL SPRING

REDUCER SPRING

REDUCER SPRING

SOLENOID ASM
LEVER

LEVER

LEVER SPRG

LEVER SPRG

2. When a seat belt is engaged (when tongue

1. Initial Status
When an occupant does not buckle up, that

and buckle is set), buckle switch goes ON

is, a tongue is separated with a buckle, it is

and solenoid valve set ON and then, lever is

time that a normal spring is working.

worked.
Simultaneously, normal switch goes OFF
and retraction and extraction of

WEBBING

EXTRACTION

webbing

are worked by reducer spring only.

HOLDER
RETRACTION
NORMAL SPRING
REDUCER SPRING
SOLENOID ASM
LEVER
LEVER SPRG

3. When a seat belt is released (when tongue


and buckle is set off) buckle switch goes OFF
and solenoid valve set OFF and then, lever
comes back at initial status. It is time that

normal spring is working.

Training Support & Development

32

SRS Airbag

3.6

Pretensioner

1) Fungsinya adalah
Mencagah agar sabuk tidak kendur
Mengurangi gerakan ke depan
Bekerja kembali seperti semula setelah terjadi kecelakaan tabrakan

2) Jenis dan fungsi Pretensioner


Kenapa pretensioner diperlukan ?
Setiap orang yang memakai sabuk pengaman sabuknya akan kendur. Kekenduran tersebut bisa
disebabkan karena baju yang tebal, posisi seat belt yang kurang pas, reducer sudah aus atau ada
kemacetan pada sistem sabuknya. Ketika terjadi benturan sabuk yang kendur ini akan tertarik oleh
gerakan maju penumpang kedepan sebelum seat belt mulai menahan si pemakainya. Akibatnya sabuk
pengaman terlambat bekerja, penumpang tersebut akan terlempar, kemungkinan terbentur dengan
kemudi akan lebih besar dan menyebabkan cedera kepada pemakainya.
Jenis Pretensioner
(1) Retractor Pretensioner
Retractor pretensioner terdiri dari actuator (spring atau pyrotechnic device), connecting member (bowden
cable) dan clutch tuntuk menghubungkan actuator ke spool. Dalam bekerjanya retractor pretensioner
menggulung sabuk kembali ke spool, sehingga dapat mengurangi kendurnya sabuk. Besarnya sabuk
yang ditarik ke dalam retractor dikurangi secara perlahan oleh efek film spool.
(2) Buckle Pretensioner
Buckle Pretensioner terdiri dari satu actuator (spring atau pyrotechnic), satu connecting member (bowden
cable) dan ratchet untuk mengunci pergerakan bagian bawah. Cara kerjanya adalah buckle head ditarik
ke bawah untuk mencegah agar sabuk pengaman antara bagian diagonal dan pankuan tidak kendur.
Sistem mekanismenya baik karena hanya perlu pergerakan buckle sebesar 75mm dari yang ada 150mm.
Mekanisme ratchet pada area ini mampu menahan berbagai bemacam beban. Buckle pada tipe ini harus
bisa tetap kuat mengunci pada saat dipakai.

Training Support & Development

33

SRS Airbag

Jenis Pretensioner

Pretensioner at the retractor

Buckle pretensioner

50

2x

50
x

70

70

3) Prinsip Dasar Pretensioner


Mekanisme untuk meningkatkan keselamatan penumpang dengan menghilangkan Spool-out mount,
Webbing dan passenger slack dengan cara memutar balik shaft oleh Retractor maka perlu ditambahkan
fungsinya untuk menurunkan pergerakan penumpang dengan menggulung sabuk pengamannya pada
saat terjadi benturan.

Terjadi tubrukan

Sinyal dikirim dari external


sensor (ECU)
Gas menghasilkan
letupan

Sabuk menggulung

Sabuk mengurangi
kendurannya

Terjadi letusan tekanan


secara cepat

Cidera penumpang bekurang

Performa penyelamatan
menjadi optimal

E-P/T : Diaktifkan oleh sinyal elektrik berkat adanya external detect sensor.
M-P/T : Pin Firing activation system oleh self-sensing detect sensor.
B-P/T : Fungsi tambahan Pretensioning pada BUCKLE.

Training Support & Development

34

SRS Airbag
GAS GENERATOR

4) Karakteristik P/T (Ball Type)

TUBE ASSY

Operation Condition : When Collision over 15 Km/h


Rewinding : Below 120mm
Operational Time : <12ms (below 0.12 seconds)
Gas Generator Pressure : Max. 1000bar
Operational Force (Static condition) : <2.5KN
Explosive Capacity : 600-800mg
Electrical Triggering Impact : A/Bag ECU used commonly

SPINDLE

Fungsi tambahan
REWIND SPRING

* ALR/ELR
* LOAD LIMITER

Ball Trap

* TENSION REDUCER (Stress Release)

Performa Pretensioner

Fc mac = 4,750 N (485 kgf)

Fc mac = 4,750 N (485 kgf)

Fp mac = 4,900 N (500 kgf)

Buckle
Fb < 9.5 KN

Maksimal beban bio-mechanical pada seat belts tanpa menyebabkan cedera selama pretensioning
bekerja.
Retractor pretensioner F pr < 4.7 KN
Lap belt load F l< 4.9 KN

Training Support & Development

35

SRS Airbag

5) Cara Kerja Pretensioner


Tipe Cylinder

Explosion 1st Stage

Initial
SHAFT P/T

PLATE
RELEASE

Explosion 2nd Stage

Stable Stage
P/COVER
STOPPER

Drum
Reduction

P/RELEASE
Rotation is
prevented
by Stopper

SHEAR
PIN
T/Bar
Distorsion

SHEAR PIN
PLATE DRIVE

Wire Winding Direction

Wire Tension Direction

WIRE

Pengaktivan Pretensioner
(1) Aktivasi
Pada saat microprosessor memutuskan untuk meletuskan air bag, maka ECU akan mensuplai arus ke
activator untuk mengaktifkan sirkuit yang menjalankan presentioner. Disini Safing sensor tidak dipakai.
Setiap kali seat belt pretensioner diaktifkan, maka internal counter akan ditambah. Apabila counter ini
mencapai angka 6, maka warning lamp akan di-set, dan pesan kesalahan akan disimpan di dalam
memori non-volatile. Disini unit ECU dapat digunakan kembali sampai lima kali sejak pengaktipan
pretensioner. Setelah enam kali pengaktifpan, maka Control Module harus diganti dengan yang baru.
(2) Firing circuit
Sebagai pilihan ada dua tambahan firing circuit untuk seat belt. Masing-masing firing circuit dapat
diaktifkan sendiri. Konfigurasi firing circuits dibuat sedemikian rupa sehingga tidak terjadi koneksi yang
low-impedance dari squibs ke ground lainnya atau positif potential di dalam ECU dengan status tidak
bergerak.
(3) Firing sequence
Sistem yang mempunyai sirkuit opesional seat belt pretensioner normlalnya adalah untuk mengaktifkan
seat belt pretensioners, jika kekuatan benturannya sedikit,

maka airbag akan meletus. Pretensioner

untuk pengemudi dan penumpang diaktifkan pada saat yang bersamaan. Urutan pengapian dan waktu
ON untuk firing circuit diatur oleh ECU, dan waktu ON normalnya adalah 4 milidetik.
Training Support & Development

36

SRS Airbag

(4) Firing current


Sirkuit opsional seat belt pretensioner arusnya disuplai dari battery. Pada saat diaktifkan, maka arus akan
mengalir melalui activator melalui firing transistors. Besarnya arus ini tergantung dari tegangan battery
yang diberikan dan tahanan dari external firing loops. Umumnya maksimal arus dibatasi oleh ECU sekitar
2 -3 A.

6) Pretensioner Urutan kerja dan prinsip kerja tipe ball


Fungsi kerja pretensioner
Perputaran Retractor Spindle oleh Aluminum Ball.
(1)

Gaspressure

Ball Trap

Gas Generator dihidupkan oleh sinyal elektrik


yang diterima dari ECU ketika terjadi benturan.

(2)

Tekanan Firing gas disalurkan ke Ball (14EA).

(3)

Pinion akan aktif begitu Ball (14EA) bergerak di

Pipe
Piston

sepanjang tube.
(4)

Ketika putaran pada pinion memutar Spindle


dengan arah berbalik, maka sabuk akan
menggulung.

Kuantitas Ball bermacam tergantung dari spesifikasi


pabrik pembuatnya.
Massbodies

Pinion

(AI.-Balls)
Power Unit Assembly
Pada saat Propellant dihidupkan (mendapat arus) oleh sinyal elektrikal dari ECU maka dia akan
menghasilkan tekanan gas tinggi dan mengaktifkan Ball (Gas Generator).

Training Support & Development

37

SRS Airbag

Power Unit Assembly


Pada saat Propellant dihidupkan (mendapat arus) oleh sinyal elektrikal dari ECU maka dia akan
menghasilkan tekanan gas tinggi dan mengaktifkan Ball (Gas Generator).

Tube Cover
Assembled

Screw
Tube
Assembled

The place (Ball Trap)


where the Ball is stored
by the movement after
P/T is activated.

Rivet

Frame where the components of RTR is


fabricated and operational function is performed.

Guide function of Ball movement (Tube)

Rotates Pinion by moving along the

Prevents noise generation by inhibiting the

tube by the gas pressure.

movement of the Ball normally.

14 Mass Balls

Spring

Gas Generator

Tube

Ball Stop

Prevents the Ball from moving in


the converse direction that entered
Ball Trap when P/T is activated
(Ball Stop).

Training Support & Development

38

SRS Airbag

7) Struktur Pretensioner

Electrical Pretensioner

8) MGG
MGG (Micro Gas Generator)
- Bentuk (Diagram)
BOOSTER CUP
SQUIB
SHORTG CLOP

SHORTG CLOP
RETAINER

RETAINER

- Ciri Elektrikal
No.

ITEM

SPESIFIKASI

Tahanan diantara terminal


Tahanan pada Igniter

2.150.35

ALL FIRE CURRENT


All fire current

0.8A2ms

NO FIRE CURRENT
No fire current

0.2A10s

Training Support & Development

39

SRS Airbag

Training Support & Development

40

SRS Airbag

9) Mechanical Pretensioner
Pretensioner mekanis sama dengan tipe elektrikal.
Dua perlengkapan keselamatan (perlengkapan keselamatan primery & secondary )
Perlengkapadan keselamatan transportasi primary
Dihilangkan apabila sudah ada unit single yang terpasang, atau sudah ada perlengkapan
keselamatan primary yang dapat mencegah letupan karena mishandling, atau dengan
mengencangkan baut MTG ke kendaraan. Sebelum pemasangan, celah antara Primary Safety
Device dan RTR base adalah 3mm, safety device akan aktif.
PPD: Passenger Present Detection
Setelah dipasang pada kendaraan, maka alat ini akan melelas dan mengaktifkan Safety Device yang
ditentukan berdasarkan deteksi apakah penumpang ada (memakai seat belt) , melalui sejumlah
webbing output dan secondary safety device yang mengaktifkan Pretensioner hanya pada ketika
penumpang memakai seat belt. Jika terjadi benturan pada kendaraan dan penumpang di dalamnya
tidak menggunakan seat belt, maka Pretensioner-nya tidak bisa bekerja. Pada saat terjadi tabrakan
perlengkapan keselamatan primary dan secondary akan diaktifkan sekaligus dan sensor mekanis
akan aktif.

Urutan kerja Pretensioner mekanis


(1) Setelah melepas perlengkapan keselamatan Primary/Secondary
(2) Saat terjadi benturan, terjadi gerakan ke arah depan dikarenakan adanya tumpuan berat badan
yang terdorong ke depan, kemudian.
(3) Sensor Lever yang dipasang pada mass frame bergerak, dan
(4) Percussion Spring dilepas sehingga memasang Firing Pin, dan
(5) Firing Pin memberikan isyarat ke Gas Generator, untuk membangkitkan letusan.

Prinsip kerja Pretensioner mekanis


Pada saat Gas Generator dihidupkan berdasarkan urutan kerja yang ada pada Pretensioner mekanis,
Ball di dalam tube digerakkan dengan arah terbalik oleh gaya yang dilepas dari gas, sehingga
contacting spindle dan shaft yang dihubungkannya akan berputar, dan menggulung sabuk
pengamannya.

Training Support & Development

41

SRS Airbag

Sensor Lever

Mechanical Sensor Sketch

Percussion
Spring

Servo Lever
Mass Frame
Overlap

Sensor
spring

Gas
Generator

Firing Pin

3.7

Load Limiter

Peran Load Limiter


Load limiters mengurangi Bag and Belt beban pundak
Load limiters rmengurangi gaya yang ada pada penumpang
Load limiters mengontrol kinematics penumpang.
Untuk mengurangi tingginya angka pundak G
ELR + WLR
ELR + P/T
ELR + P/T + Load Limiter

Training Support & Development

42

SRS Airbag

1) Prinsip dasar Load Limiter


STOPPER F/L
A

SHAFT TORSION

SHAFT SENSOR
SHAFT P/T

SPOOL

Komponen
1. Komponen Shaft
: SHAFT SENSOR, SHAFT TORSION,
SHAFT P/T
2. Status pengencangan komponen

Prinsip kerja
1. Menghentikan Shaft Sensor karena adanya
faktor Locking.
2. Ketika bebannya melebih sekitar 5KN yang
terjadi pada sabuknya, kekencangan Shaft akan

SPOOL+SHAFT P/T

di alihkan berkat adanya putaran Spool+Shaft

SHAFT P/T+SHAFT TORSION,

P/T, Force Limiter diaktifkan dan digerakkan (

SHAFT TORSION+SHAFT SNESOR

Arah).

3. Stopper F/L dikencangkan antara Shaft


Sensor dan Spool.

3. Setelah pegerakan dengan jarak yang konstan,


Stopper F/L akan menyentuh bagian A dari
Shaft Sensor, sehingga membuat Spool stop
berputar. L/LIMITER Distorsion berhenti.

Training Support & Development

43

SRS Airbag

LOAD LIMITER
Pada saat gaya terbesar disalurkan ke tubuh manusia ketika terjadi tubrukan (sekitar 5575msec),
mekanisme ini memungkinkan bahu penumpang dapat terluka karena menghilangnya keseimbangan
dan terserapnya gaya akibat rusaknya plastic retractor dan Spool, dsb ketika terjadi benturan.

Occupant Acceleration

Energy Absorption

40

80
120
Time(ms)

160

Load Limiter (dengan kantung udara ) = tanpa stopper


Pada saat terjadi tabrakan dan mendapat gaya lebih dari 550 Kgf (5.5KN), torsion bar akan terus terlipat,
menarik sabuk yang ada pada seat belt. Torsion bar dapat tetap diangka 8 putaran (panjang sabuk bisa
sampai 1 meter.). Maka dari itu , tipe W/O stop dapat dipakai hanya untuk kendaraan yang dilengkapi
dengan air bag, dan ketika air bag mulai meletus , maka torsion bar akan berhenti melilit.

Load Limiter (tanpa air bag) = dengan stopper


Pada tipe ini Torsion bar dapat dililit sampa 270 derajat, dan dipakai pada kendaraan yang tidak dilengkapi
dengan air bag, dan ketika tali sabuknya tertarik sekitar 120mm, maka torsion bar akan kembali terkunci,
sehingga angka untuk beban dummy-nya akan mulai naik. Yaitu, waktu berhentinya lilitan adalah sekitar
200 milidetik, dan anggaplah kekuatan tubrukan ini cukup kuat sehingga dapat merusakn mesin, sehingga
inilah saatnya untuk mencegah benturan kedua di dalam mobil.

Training Support & Development

44

SRS Airbag

Nama dan Fungsi Load Limiter

Tread Head

Torsion Bar

Load Limiter mempunyai elemen pengunci,

Bila batas beban melebihi 5.5KN diberikan

menyalurkan gaya kuncian ke tension bar. Untuk

ke Spindle, maka dia akan melilit dan L/L

tipe W/stop type, torsion bar berhenti pada hinge

dijalankan untuk menyerap benturan energi

spindle untuk mengcegah melintirnya torsion bar

sehingga ikat dapat sabuk tertarik

sehingga torsion bar dapat berputar 270 derajat

Spindle
Adalah gelondongan tempat melilitnya ikat sabuk,
dan ketika elemen pengemucinya dikuncki ke
frame, ditahan oleh torsion bar, dan apabila beban
tarikannya lebih dari 5.5KN, maka akan disalurkan
ke T/bar kemudian melilitnya.
Training Support & Development

45

SRS Airbag

Penyerapan Energi

Sistem belt

Dengan

3 titik

Pretensioner

Dengan
Pretensioner
& Airbag

Dengan
Pretensioner
& Load Limiter

25

25

25

25

20

20

20

20

15

15

15

15

10

10

10

10

20

40

60

80 100 120

20

40

60

80 100 120

0
20

40

60

80 100 120

20

40

60

80 100 120

Karakteristik mekanisme Seat Belt


ELR + T/R

WLR

WLR + T/R

ELR + P/T

FILM
SPOOL
EFFECT

FILM
SPOOL
EFFECT

(NO FILM)

(NO FILM)

BETTER

STRETC

STRETC

STRETC

STRETC

LOCKING

LOCKING

LOCKING

LOCKING

FILM
SPOOL
EFFECT

ELR

ELR + WLR + P/T

PULL
OUT
120

SPOOL
OUT

70

25

PULL
IN

BEST

STRETC

STRETC

LOCKING

LOCKING

- ELR : Emergency Locking Retractor - T/R : Tension Reducer


- WLR : Web locking Retractor
Training Support & Development

- P/T : Pretensioner
46

SRS Airbag

Komponen Seat Belt (Tipe umum)


Hanger adjuster
Anchor
cover

Seat

Dust cover

Buckle
Rear seat belt (2 point)
Rear retractor
Seat belt (3 point)

Front seat belt

Front Seat

Rear Seat

Komponen Seat Belt (tipe ELR)

4.0~5.5
Upper anchor
plate

Upper anchor
plate cover

Upper anchor plate

4.0~5.5

Rear
seat belt
(3 point)

4.0~5.5

Buckle

Front
Seat belt

Emergency
Locking
Retractor
(E.L.R)

Emergency
Locking
Retractor
(E.L.R)

Rear seat belt (2 point)

Buckle

Front Seat

Training Support & Development

Rear Seat

47

SRS Airbag

3.8

Troubleshooting Seat Belt

Troubleshooting Seat Belt


Troubleshooting ELR 3 titik
Troubleshooting Buckle
Troubleshooting Pretentioner Seat Belt 3 titik
Titik kontak Seat Belt

Troubleshooting ELR 3 titik


Gejala

Retractor (ELR)

Tali sabuk tidak bisa


menggulung atau mengulur dari
retractor.

Apabila seat belt assembly tidak


kencang, tali sabuknya tidak
mau menggulung dan macet.

Tali sabuk kekencangannya


terlalu ketat lain dari biasanya

Training Support & Development

Kemungkinan penyebab
Batas menggulung dan mengulur
sudah melebih batas (yaitu lebih
dari 2.0g).
Ada benda asing yang masuk ke
dalam retractor.
Tali sabuk di dalam retractor
terlipat.
Retractor sudah rusak karena
pernah tertabrak.
Ada benda asing yang masuk ke
dalam retractor.
Tali sabuk melintir di dalam slip
guide atau retractor.
Retractor bekas tertabrak sudah
rusak
Besarnya gulungan dan tarikan
tali sabuk melebihi batas (lebih
dari 2.0g).
Ketika tali sabuk dikencangkan
pada saat kendaraan condong
keatas

Cara mengatasi
Penarikan atau penguluran tali
sabuk dari retractor dibawah
batasan (kurang dari 2.0g).
Hilangkan benda asing yang
masuk. Gulung kembali setelah
dikendurkan.
Ganti 3 point seat belt assembly
(Tongue side).
Keluarkan benda asing terebut.
Betulkan tali sabuk yang melintir
kemudian gulung kembali secara
perlahan carefully.
Ganti seat belt assembly tiga titik
(Tongue side).
Tarikan atau gulungan tali sabuk
dari retractor dibawah spesifikasi
(kurang dari 2.0g).
Kencangkan tali sabuk
pengaman pada jalan yang rata
karena VSIR bekarja dengan
kondisi condong ke atas sekitar
27% .

48

SRS Airbag

Torgue&D ring

Webbing

Retractor (ELR)

Troubleshooting 3 point ELR


Gejala
Tali sabuk pengaman tidak bisa
dikencangkan meskipun dayanya
sudah sesuai dengan spesifikasi.
Bagian ujung tali sabuk sudah terlalu
aus.

Bagian molding tongue dan D-ring


sudah rusak

Kemungkinan

Cara mengatasi

(1) Eeb sensing spring yang ada di


dalam retractor rusak
(2) Komponen web sensor tidak
berfungsi dengan baik
(1) Slip guide atau bagian tongue
sudah aus karena pamakaian

(1) Ganti 3 point seat belt assembly


(Tongue side).
(2) Ganti 3 point seat belt assembly
(Tongue side).
(1) Ganti 3 point seat belt assembly
(Tongue side).

(1) Bagian molding sudah rusak


karena mobil pernah tertabrak
atau ada terbentur dengan
benda keras

(1) Ganti 3 point seat belt assembly


(Tongue side).

Troubleshooting Pretentioner 3 point Seat Belt


Gejala
Lampu peringatan seat belt menyala

Training Support & Development

Kemungkinan penyebab
(1) Buckle switch rusak
(2) Wiring atau ground rusak
(3) Micro gas generator rusak

Cara mengatasi
(1) Ganti buckle assembly
(2) Perbaiki bilamana perlu
(3) Ganti retractor assembly

49

SRS Airbag

Troubleshooting terhadap Buckle


Gejala
(1) lampu peringatan seat belt
tidak menyala.

Kemungkinan penyebab

Cara mengatasi

(1) Seat belt switch rusak

(1) Lepas connector dari switch.

(2) Seat belt warning lamp rusak

(2) Periksa kontinuitas antar terminalnya.

(3) Seat belt switch position rusak

Kondisi Seat Belt

Status Status

Fastened
Loosened

(1) Dengan kunci kontak diposisi ON


pastikan bahwa bohlamnya menyala.
Kondisi seat Belt

Warning Lamp

Fastened
Loosened

OFF
ON

(1) Setelah pemeriksaan diatas kemudian


ganti buckle.
(2) Pada saat tali sabuk
dikencangkan, tongue tidak
mau terkunci ke dalam
buckle

(1) Komponen yang berhubungan


dengan pengunci di dalam
buckle sudah rusak.
(2) Ada benda asing masuk di
dalam tongue.

(1) Ganti buckle assembly


(2) Buang benda asing yang masuk.

(3) Tongue tidak mau lepas dari


buckle

(1) Komponen yang berhubungan


dengan pengunci di dalam
buckle sudah rusak.

(1) Ganti buckle assembly

(4) Tutup buckle rusak

(1) Buckle sudah rusak karena


bekas tertabrak atau terbentur
benda keras.

(1) Ganti buckle assembly

Training Support & Development

50

SRS Airbag

4. Sensor
4.1 PPD (Passenger Presence Detection)
1) Prinsip kerja
Sistem Passenger Presence Detection (PPD) fungsinya adalah untuk mendeteksi adanya penumpang
yang duduk dikursi penumpang. Sistem ini dirancang untuk menghindari agar kantong udara tidak
meletus pada tempat yang tidak perlu seperti yang tidak ada penumpangnya. Sistem PPD terdiri dari
weight sensor dan unit interface. Weight sensor menggunakan teknologi Force Sensor Resistor (FSR)
dari IEE Luxembourg. Teknologi ini terbukti andal dalam mendeteksi adanya penumpang yang duduk
dikursi penumpang dengan ketentuan sebagai berikut :
- occupied : 15 kg ()

Seat

Interface unit

Mat
2) Komponen

PPD Interface and Connector

Training Support & Development

51

SRS Airbag

3) Status perubahan waktu

Passenger
Occupied
1.2s

1.2s x 8 = 9.6S
1.2s

Passenger
Not Occupied

1.2s
1.2s

PPD
Error

1.2s x 8 = 9.6S
4) Circuit (PPD)
FSRTM - Sensor mat

Rp = 2.2 k
470pF 30% C2 10nF + 30%
Vbatt
Drive Logic

Rp
15
C

PPD Interface Unit

Training Support & Development

C2

HAE3

52

SRS Airbag

4.2

PODS (Passive Occupant Detection System)

1) Prinsip kerja
Passive Occupant Detection System (PODS) menggunakan sensor pad fleksibel yang ditempatkan di
dalam kursi kendaraan yang gunanya untuk mendeteksi adanya penumpang di kursi penumpang
belakang agar bila ada kecelakaan kantong udara untuk penumpang bisa meletus.
PODS system mengetahui adanya penumpang berdasarkan berat yang menduduki bantalan tempat
duduk penumpang belakang. Bladder yang diisi dengan cairan di dalam bantalan kursi dihubungkan ke
pressure sensor. Data dari pressure sensor dimasukkan ke PODS electronic control unit (ECU) yang
perangkat lunak kontrol algoritmanya di dalam microprocessor sudah diremajakan. PODS menghitung
data beban tekanan untuk mengetahui berdasarkan persentase apakah penumpangnya orang dewasa
atau bukan. Data tersebut kemudian dibandingkan dengan data yang tersimpang dikomputer. Jika proses
data tekanan menunjukkan bahwa penumpangnya memang ada, maka air bag controller akan
mengijikan kantong udara sisi penumpang untuk meletus. Jika data tekanannya kurang, air bag controller
akan menahannya agar kantong udara untuk sisi penumpang tidak meletus.
Perhitungan PODS berdasarkan faktor-faktor sebagai berikut : Seat belt tension (jika diperlukan) untuk
menahan kursi kecil yang pas untuk anak-anak yang beratnya sudah dimasukkan ke dalam bantalan
tempat duduk penumpang. Data yang dipakai sebagai acuan adalah data kasar dan batas tingkat
kehisterisan.
Kehilangan bobot berat tempat duduk, berdasarkan dari faktor seat back, lengan, dan kaki ke lantai, serta
keluarnya posisi dari tempat duduk melalui perbandingan angka bobot beratnya dalam selang waktu
waktu tertentu.

2) Mekanisme sistem

Bladder

PODS
Control Module

H
o
s
e

Pressure
Sensor

Training Support & Development

Body Harness
Connector
Ignition
PODSOUT
PODSIN
Ground

Spare
Spare
Regulated
Pressure
Ground

Spare

53

SRS Airbag

3) Tujuan penggunaan PODS


Sistem ini akan mencegah agar kantong udara tidak meletus apabila bobot berat penumpangnya
adalah 66lb atau kurang untuk

memasang atau melepas sabuk pengaman yang dipakai khusus

untuk balita yang didudukkan dibangku penumpang depan.


Sistem ini akan aktif apabila bobot penumpangnya adalah 105lb atau lebih agar : penumpang
dewasa atau yang lebih besar dapat duduk dengan sudut dan posisi yang pas, termasuk ragam
posisi tempat duduk.
Variasi pengembangan air bag adalah kurang dari 19% berdasarkan output dari bantalan bahan
tempat duduk.

4.3 WCS (Weight Classification System)


1) Prinsip kerja
Khusus untuk tempat duduk penumpang depan, tidak ada pembatasan apakah itu untuk orang dewasa
atau anak-anak. Sistem present Air bag hanya mendeteksi apakah ada penumpang ditempat duduk
tersebut atau tidak, dan apabila tidak ada penumpangnya yang duduk disitu , maka Air bag tidak akan
meletus. Karena itulah apabila yang duduk dikursi penumpang depan berpostur kecil dibawah 150cm
atau berumur 12 tahun, maka jika terjadi tubrukan dan kantong udara meletus, kantong udara yang
meletus tersebut bisa melukai leher dan bagian tubuh lainnya.
WCS dimaksudkan untuk mengetahui apakah yang duduk di kursi penumpang adalah orang dewasa
atau bukan. Kombinasi logic untuk menentukan orang/objet ada dua parameter yaitu.
1. sit-in weight
2. sit-in shape

Verdeckle zone

2) Komponen

10 x 8
independent sensors
80 values

Training Support & Development

54

SRS Airbag

3) Metode
Sub divisi

dari permukaan tempat duduk ke dalam bagian simetris yang berbeda.

Mengukur posisi titik gravitasi tengah setiap bagiannya.


Menganalisa jarak dan distribusi titik gravitasi tengah.
Membandingkan bentuk tubuh manusia secara hitungan matematis.
Fungsi PPD masih aktif sebagai fungsi kedua.

4) Karakteristik
Mengoptimalkan pengembangan kantong udara multi-stage sama baiknya seperti fungsi seat belt
pre-tensioner berdasarkan ukuran dan posisi penumpang.
Konsep seat assembly sama seperti PPD.
Ketahanannya juga sama baik.
Teknologi PPD sudah terbukti andal.
Dapat dipakai untuk kursi pengemudi.
Melindungi

4.4

5th percentile female.

FIS (Front Impact Sensor)

1) Struktur dan prinsip kerja FIS


Tujuan dari sistem Multi-point sensing adalah memasang beberapa Acceleration Sensor (FIS Sensor) di
dalam Crash Zone ke sistem Single point sensing, untuk meningkatkan pembedaan benturan melalui
hasil deteksi data yang lebih komplit pada tahap awalnya, kemudian melaporkannya ke unit Air bag
control yang terletak ditengah. Prinsip utama dari sistem Multi-point sensing adalah sensor yang dapat
mendeteksi deselerasi yang dipansang di dekat titik benturan, sehingga jenis benturan yang akan terjadi
dapat dianalisa melalui sinyal deselerasi, karena hitungan terjadinya benturan dapat ditingkatkan lagi.
Untuk saat ini yang dipakai oleh Hyundai adalah satu sensor yang dipasang ditengah depan radiator, dan
untuk di depan, kiri, kanan, bodi samping, sehingga yang dipasang adalah dua sensor. Dahulu
sensor-sensor dipasang di dalam ACU. Tentunya, sistem yang ada cara kerjanya adalah dengan
membandingkan sinyal dari sensor diluar dan sensor yang ada di dalam untuk memutuskan apakah
kantor udara perlu diletuskan atau tidak.

LeftFIS
FISsensor
sensor
Left

Central
Left
FISAirba
sensor
Controller

Left FIS
FIS sensor
sensor
Right

Multi-Point Sensing
Training Support & Development

55

SRS Airbag

2) Front Impact Sensor

Faster ACU G Senser


Support ACU G Sensor

Front Crash 34kph, 30? Left and Right Frame Rain


350
300
250

Acc.(g)

200
150

Sensor Issuses

100

Acceleration Range +/- 250 g

50

Shock Resistancy up to 1500 g

0
-50
-100
-150
0

20

40
Time (ms)

60

80

Mounting yang dipasang mempengaruhi


pemancaran sinyal
Bnturan samping dan ke kuatannya dapat
diperoleh dari sinyal sensor yang terpisah.
Performa Pole-Test tergantung dari struktur
kendaraannya

Training Support & Development

56

SRS Airbag

Jenis Benturan

Trigger Stage One and Two


with almost No Delay

Velocity [kph]
Trigger Stage One
and Two with Delay

60 kph, ODB

50

56 kph, 0

50 kph, 30
Trigger Stage One

35
35 kph, 30

35 kph, Pole

25 kph, 0, Betted
15

1520 kph, 0
Crash Severity
Low

Micro
Controller

Integrated
G-Sensor

Medium

High

Left Front

Right Front

Micro
Controller

Integrated
G-Sensor

SRS Unit
X

Judgement Block
Communication Link

Communication Link

Electronic Safing Sensor


Mechanical Safing Sensor

Training Support & Development

57

SRS Airbag

4.5

SIS (Side Impact Sensor)

1) Satellite sensor (SIS)


Room side connector
Particle Potting

Side view

Label
Bushing

HMC logo

Sistem pelepasan untuk kantong


udara yang dipakai oleh Hyundai
dipasang dibagian tengah mobil

Connector
Connector housing

serta pemasangan dua satellite, satu


untuk sisi kiri dan satunya lagi untuk

Support face

sisi kanan.
Mounting guide boss

Sistem air bag yang dipakai oleh Hyundai adalah bisa untuk melepaskan kantong udara atau
menjalankan sistem seat-belt pretensioner. Dialog antara ACU dan satellite, adalah ACU yang bertugas
memutuskan apakah kantong udara perlu diletuskan atau tiak. ACU dihubungkan dengan fungsi side air
melalui dua satellite, yang bertindak sebagai sensor pintar akselerasi dan sebagai pendukung ACU
sentral.
Kedua satellite secara kontinyu melaporkan status sistem sisi kiri dan kanan mobil pada saat tersebut ke
ACU. Alat ini secara terus-menerus memonitor acceleration sensor.
Hasil tes dilaporkan ke ACU melalui sinyal status secara berkala.

Power
Signal

Voltage
Regulator

EEPROM

Interface

Microcontroller

Training Support & Development

Sensor

58

SRS Airbag

(2)

Spesifikasi

Tegangan
:

7V - 17V

Konsumsi tenaga (Power consumption)


Maksimal power-nya adalah 0.72W terjadi 10 detik setelah tegangan 12V dihubungkan.
Temperatur
Temperatur di luar : -40 C to +85 C
Self test
Satellite menjalankan self-test untuk mencecek komponen internal begitu arus tegangan diberikan ke pin
yang ada pada satellite sensor. Komponen-komponen tersebut adalah:
- ROM
- RAM
- Acceleration sensor
- EEPROM
jika ada keselahan dideteksi di dalam ROM, RAM atau Acceleration sensor, maka sinyal kegagalan
tersebut dikirim ke SRSCM. Jika keselahan dideteksi selama proses self-test, maka satellite akan
menggunakan parameter baku yang sudah diset di dalam ROM, dan tetap mengirimkan sinyal kesalahan
tersebut sambil masih bisa mendeteksi adanya side impact (benturan dari samping).
* SIS : Side Impact Sensor (Satellite Sensor)

Training Support & Development

59

SRS Airbag

(3)

Side Impact Sensor (Lokasi)

4.6 Buckle Switch

A/Bag S/W

Seat Belt Warning S/W

1) SWITCH
(1) WARNING SWITCH
- Switch for warning no Seat belt wearing
- Turns on the Warning Lamp when Seat belt is not worn (N/C state)
- Turns off the Warning Lamp when Seat belt is worn.

Training Support & Development

60

SRS Airbag

(2) T.R. (TENSION REDUCE) SWITCH


- Switch untuk mengurangi kekencangan ketika menggunakan Seat belt
- Ketika Seat belt tidak dikenakan (N/O state), Main Spring dengan gaya pegas yang kuat diaktifkan.
Kembali kegaya normal
- Ketika Seat belt dikenakan, Gear Spring dengan gaya pegas yang lemah diaktifkan.
Mengurangi kekencangan
(3) BUCKLE SENSOR
-

Keputusan untuk meletuskan/meletuskan kantor udara dan pengaktifan P/T ditentukan


berdasarkan apakah seat belt dipakai atau tidak.

Apabila Seat belt dikenakan, Untuk benturan pelan P/T tidak akan diaktifkan; P/T dan Air Bag
keduanya akan aktif jika kecepatannya konstan.

Apabila Seat belt tidak dikenakan, ketika terjadi benturan P/T tidak akan diaktifkan; Air Bag akan
aktif jika kecepatannya konstan.

2) Buckle Sensor
Alasan pemakaiannya : Tergantung apakah penumpannya memakai seat belt, besarnya pengembangan
kantong udara dan kerja seat belt pretensioner ditentukan dari si pemakai seat belt.

NO

Item

Pengaturan nilai

Applied Vehicle Model

XD, GK

VQ

LZ

Switch Type

Micro Switch

Hall Sensor

Micro Switch

12 V

12 V

5V

Applied
Voltage
Condition

Unbuckle

Buckle

Unbuckle

Buckle

Unbuckle

Buckle

110%

410%

110%

410%

40010%

70010%

Output

10.76

2.69

10.76

2.69

8.8

4.58

Current

~ 12

~ 3

~ 12

~ 3

~13.8

~8.8

Buckle
Sensor

Output
Resistance

Training Support & Development

61

SRS Airbag

HALL SENSOR TYPE

M/SWITCH TYPE

3) Buckle Switch Circuit


Belted (Buckled) :

4 K 10%

Unbelted (Unbuckled)
Type

1 K 10%

Micro switch type


Vbatt

VSB

2.49 k
1

Switch

8 or 12

3 k

RSB
2

(Normal
Close)

To

33 or 47

1 k
Seat-belt Buckle Switch
(Switch Type)

HAE3

Perhitungan Threshold (batasan) ganda tergantung dari Buckle swich


No

Status switch Seat belt buckle

Batas kerja DAB

Batas kerja BPT

Dikencangkan

High threshold

Low threshold

Dikendurkan

Low threshold

No trigger

Fault atau initial fault diagnosis

Low threshold

Low threshold

Tidak ada switch tambahan

Low threshold

Low threshold

4)

Buckle Sensor Circuit

Training Support & Development

62

SRS Airbag

Hall Sensor Circuit

M/Switch Circuit
Applied Vehicle Model : LZ
ECU

VCC

R2(1 kohm, F)

R1(680 ohm, J)

C1(X7R, 50V, 0.1uF)

HALL
SENSOR

R3(3 kohm, F)

300

NC

Q2(KRC1065)
400
GND

(+)
R3(600 ohm, F) R4(390 ohm, F)
R1(1 kohm, F) R2(4.7 kohm)

Applied Vehicle Model: XD, GK


VCC(12V)
ECU(Airbag)
(5V)

TR1

TR2

HALL
SENSOR

WARNG
SWITCH

NC

TR3
400
(-)

Training Support & Development

300

GND(0V)

63

SRS Airbag

4.7

Seat Track (Position) Sensor

Ketika kantong udara meletus (tipe lama), sering sekali dapat melukai pengemudi atau penumpangnya,
sehingga diperkenalkan yang namanya depowered Air bag (kantong udara yang tenaganya dapat
dikurangi), dan kantong udara yang dapat mengatur waktu meletusnya bergantung dari apakah orang
tersebut memakai seat belt atau tidak. Namun demikian sistem ini juga mempunyai keterbatasan.
Misalnya, apabila pengemudi berpostur kecil, kemungkinan orang ini duduknya dekat dengan steering
wheel yang di dalamnya ada DAB. Dalam hal ini jika kantong udara meletus tanpa terjadi kecelakaan,
maka si pengemudi tersebut dapat cedera.

Selanjutnya ketika terjadi kecelakaan, maka pengemudi

tersebut dapat mengelami luka yang lebih parah lagi.


Sekarang ini, kantong udara yang baru mempunyai pilihan, dimana sensor dapat mendeteksi apakah
pengemudi atau penumpang ada di dalam mobil kemudian mengirimkan sinyal tersebut ke ACU. ACU
menerima sinyal ini untuk kemudian memutuskan apakah perlu meletuskan kantong udara ke satu, kedua
atau kedua-duanya. Sehingga dengan ini pengemudi atau penumpang akan lebih aman dan cideranya
dapat berkurang apabila kantong udaranya meletus. Dengan mencegah agar kantong udara tidak
meletus dengan kekuatan yang tidak perlu, tingkat keselamatan pengemudi atau penumpang menjadi
lebih baik.
1) Fungsi
STS detect the front or the rear seat position.
2) Operation Characteristics
Front position : 4 to 7mA
Rear position : 12 to 17mA

1
Seat-Track
Sensor

Power
Input

ADC
ground
Control Module

Pin 1 : Power 5V 10%


Pin 2: Sensor out
Pin1 to pin2 must be 3.75V

Training Support & Development

64

SRS Airbag

3) Seat Track Sensor (Lokasi)

The rear position


of seat

The front position


of seat

5. ACU

Training Support & Development

65

SRS Airbag

5.1 Umum
Peranan ACU secara umum adalah seperti uraian dibawah ini, memang sedikit perbedaan tergantung
dari pabrik pembuatnya, namun pada dasarnya fungsi dan cara kerja adalah sama.

1) Fungsi utama sistem ACU


Sensor longitudinal dan orthogonal central acceleration
Satu firing circuit dengan energi cadangan untuk 1st stage Driver Front Air bag
Dua firing circuit tanpa energi cadangan untuk frontal Belt pretensioner
Lampu peringatan bila ada kesalahan
Satu Service Communication Interface (K-Line)
Driver dan Passenger Buckle Switch Monitoring dan Status-Recording

2) Komponen tambahan pada sistem Air bag


st

Satu firing circuit dengan energi cadangan untuk 1 stage Passenger Front Air bag
Dua firing circuit dengan energi cadangan untuk 2nd Driver & Passenger Front Air bag
Bisa sampai dua firing circuit tanpa energi cadangan untuk Front Side Air bag termasuk tirai yang
dapat mengelembung.
Dua perangkat side Impact Satellites
Satu atau dua perangkat Front Impact Sensor
Mendeteksi, Memutuskan dan self-diagnosing apakah ada penumpang yang duduk didalamnya

Heater unit

Brake
Pedal
SRS
CONTROL
MODULE

ACU biasanya terletak dibawah audio atau dibelakang Change Lever seperti tampak pada gambar di atas.
Untuk kendaraan RV, seringkali ditemukan di belakang tempat duduk pengemudi (mengarah kebelakang
dari gambar). Selama sensor yang dipakai untuk mendeteksi benturan dari depan dan samping dipasang
di dalam ACU, maka lokasi dan keakuratan ACU adalah merupakan hal yang sangat penting.
Arah panah di dalam permukaan ACU harus menghadap ke arah depan kendaraan. Jika
pemasangannya tidak benar, maka kemungkinan air bag tidak bisa bekerja atau mengalami malfungsi.

Training Support & Development

66

SRS Airbag

3) Penjelasan mengenai fungsi internal


DC/DC Converter : DC/DC merubah power supply (Combined Asic) termasuk konventer untuk step up
dan step down, yang gunanya memberikan tegangan listrik ke dua firing circuit dan untuk menjalankan
SDM. Jika tegangan internalnya turun dibawah batas, maka konventer ini akan membetulkannya.
Watchdog : Micro controller (C) secara kontinyu diperiksa oleh watchdog. Bilamana ada kesalahan
maka C akan direset dan firing loop akan terkunci, dan lampu peringatan menyala.
X/Y-Acceleration Sensor : Electrical accelerometer yang sudah terintegrasi memberikan data informasi
mengenai akselerasi kendaraan sepanjang sumbu longitudinal dan orthogonal dengan menggunakan
media sinyal elektrik. Sinyal elektrik ini berbanding sama mengikuti kecepatan kendaraan. Sinyal-sinyal
tersebut dievaluasi oleh micro controller melalui A/D converter. Batas firing (pengapiannya) dapat
disesuaikan dengan penyetelan parameter berdasarkan algoritmanya. Jika batas yang disetel terlalu
berlebihan maka SDM akan menjalankan transistor high dan agar firing loop-nya sesuai.
Arming / Safing Circuit :

Di dalam SDM ada satu Trigger switch untuk mengatur power FET yang

dipakai sebagai sensor pengaman/arming. Trigger switch ini dibuat hanya untuk frontal air bag firing loop
dan mempunyai fungsi untuk menjaga agar sirkuit firing frontal air bag dapat bekerja sebagaimana
mestinya apabila terjadi tabrakan dan juga menjaga agar sirkuit firing air bag siap sedia pada saat kondisi
kendaraan dalam keadaan normal. Seluruh komponen safing sircuit dapat dites, sehingga tingkat ke
andalannya menjadi lebih baik. Untuk mengamankan belt pretensioner loops,

trigger sensor dimonitor

dan pengaktipannya hanya dilakukan apabila terdeteksi adanya closure (pengakhiran).


Firing Loops Front Air bags : Setiap firing loop terdiri dari high side dan low side switch. Arus ini dibatasi
oleh ASICs ke 2-4A. kedua tahapan front air bag mendapat pengapian dari kapasitor energi cadangan
(energy reserve capacitor).
Firing Loops Side Air bags : Firing loops terdiri dari high side dan low side switch. Arus dibatasi oleh
ASIC ke 2-4A. Side air bag ditembakkan oleh arus listrik dari battery.
Firing Loops Belt Pretensioners :

Firing loop terdiri dari high side dan low side switch. Arus dibatasi

oleh ASIC ke 2-4A. Belt pretensioner dicetus oleh aliran listrik dari battery.
Energy Reserve dan Autonomous Operating Time : SDM mempunyai energi cadangan yang
gunanya adalah untuk memastikan bahwa kerja central unit di dalam dan untuk penyangga firing circuit
selama minimal 150milidetik setelah tenaga battery hilang. Maksimal 5 detik setelah tegangan battery
terlepas dari SDM, maka kemampuan untuk mendeteksi adanya tabrakan pada kendaraan dan
meletuskan kantong udara akan tidaka ada lagi. Karena itulah energi cadangan ini dapat menampung
energi selama kurang lebih 10 detik setelah tegangan yang diberikan ke SDM arusnya kecil dibawah
Training Support & Development

67

SRS Airbag

spesifikasi.

4) Penjelasan mengenai perangkat Elektrikal


Warning Lamp : Warning Lamp digunakan untuk memberitahukan status air bag kepada pengemudi.
Lampu yang digunakan adalah sejenis lampu pijar dengan ciri sebagai berikut : 14 Volts, 1.2 atau 2.0
Watts dengan bohlam yang berumur panjang. Lampu peringatan ini diprotek dari arus dan temperatur
yang berlebihan.
Diagnostic Interface : Untuk komunikasi antara SDM dan diagnostic scanner memakai perangkat kabel
serial data yang sudah sesuai dengan ISO9141.
Side Satellite Interface : Satellites dihubungkan melalui dua jalur. Suplai pada satellites terjadi pada
koneksi ini sama halnya seperti komunikasi secara serial. Data dikirim dalam bentuk modulasi arus suplai
yang sesuai dengan spesifikasi Side Sensor
Front Impact Sensor Interface : Satellites dihubungkan melalui dua jalur. Suplai pada satellites terjadi
pada koneksi ini sama halnya seperti komunikasi secara serial. Data dikirim dalam bentuk modulasi arus
suplai yang sesuai dengan spesifikasi Front Sensor
Firing Loops Belt Pretensioners : Firing loop terdiri dari high side dan low side switch. Arusnya dibatasi
oleh ASIC ke 2-4A. Belt pretensioners dicetus oleh tegangan dari battery.
Buckle Switches : Buckle switch bentuknya adalah kutub memutar. Statusnya berubah setiap 5 kali
putaran.

5) Mengetahui adanya kesalahan (Fault Recognition)


SDM akan menyimpan data kesalahan apabila ada kesalahan yang muncul dalam beberapa kali selama
dalam rangkaian proses system monitoring test. Jika ada kesalahan yang terdeteksi, maka SDM akan
menyimpan datanya dalam bentuk kode kesalahan dan menyalakan lampu peringatan. Maksimal kode
data kerusakan yang dapat disimpan di dalam memori non volatile adalah sebanyak 15 kode. Termasuk
kode untuk tegangan battery yang terlalu rendah dan data saat terjadi benturan frontal. Apabila terdeteksi
adanya benturan, maka SDM akan menyimpan kejadian benturan tersebut kemudian menyalakan lampu
peringatan secara terus- menerus.
Kesalahan external dikelompokan sebagai berikut:
Scanning setiap 400milidetik
Jika nilai ukurannya dianggap tidak sesuai , maka akan diganti (fault counter) dengan nilai konstan 4.
Jika fault counter mencapai angka 40, maka kesalahan tersebut sudah memenuhi syarat terjadinya
Training Support & Development

68

SRS Airbag

suatu kesalahan (fault aktif) maka selanjutnya lampu peringatan akan dinyalakan.
Nilai maksimal untuk fault counter adalah 64.
Nilai minimal fault counter adalah 0.
Apabila nilai yang terukur bukan merupakan suatu kesalahan , maka angka fault counter diturunkan
dengan angka konstan 1.
Jika nilai kesalahannya sudah memenuhi syarat dan fault counter diturunkan dengan nilai lebih kecil
dari 40, maka status kesalahannya masih berubah-rubah, dan fault counter akan diset ke 0.
lamanya waktu kualifikasi tinggi/rendah adalah : 16sec.
De-qualification time : 9.6 detik. AWL de-qualification time adalah 9.6 detik.
Max Limit of
fault counter(counter 64)
64
Fault qualification
threshold (counter 40)

Max Limit of
fault counter(counter
1 64)
64
1
1
1
1
1

4
4
4
4
Fault qualification
threshold (counter 40)

4
4
4

Counter reset

4
4
4

Counter 0
Fault qualification
Process

Fault De-qualification
Process

Diagram of fault counter handing

Kualifikasi kesalahan dalam tahap permulaan adalah sebagai berikut :


Tes EEPROM dan ROM adalah sejenis pengecekan dengan metode perhitungan. Apabila hasil tes
yang keluar adalah merupakan kesalahan, maka micro-controller dalam kondisi berhenti dan
menunggu perintah reset dari external watchdog. Setelah proses reset selesai maka pengetesan
diulangi kembali. Kesalahan yang disebabkan oleh pengetesan EEPROM atau watchdog test akan
segera dikualifikasi.
Pengapian pada transistor hanya dites pada saat proses start up. Suatu kesalahan akan dikualifikasi
setelah adanya dua atau lima kali kesalahan dalam pengukuran.
Kesalahan

Sensor dikualifikasi tergantung dari banyaknya status pengetesan (lihat bab "tests

pada saat tahap Start Up saja"), apabila ada sensor (X- and/or Y-Sensor) yang salah maka
selamanya pengapian tersebut segera akan dicegah kemudian lampu peringatan akan terus menyala.
Selanjutnya SDM harus diganti.
Pengetesan terhadap Safety Circuit akan dilakukan ketika komponen mekanis dan sambungan pin
yang ada pada seluruh komponen dites oleh micro-controller.
Training Support & Development

69

SRS Airbag

6) Daftar Kesalahan
Daftar kesalahan dibawah ini dapat dilihat /dibaca oleh Hi-Scan Pro.
st

Firing Loop Frontal Air bag Driver Resistance 1 Stage too High
st

Firing Loop Frontal Air bag Driver Resistance 1 Stage too Low
st

Firing Loop Frontal Air bag Driver Leakage 1 Stage to Vbatt


st

Firing Loop Frontal Air bag Driver Leakage 1 Stage to GND


nd

Firing Loop Frontal Air bag Driver Resistance 2 Stage too High
nd

Firing Loop Frontal Air bag Driver Resistance 2 Stage too Low
nd

Firing Loop Frontal Air bag Driver Leakage 2 Stage to Vbatt


nd

Firing Loop Frontal Air bag Driver Leakage 2 Stage to GND


st

Same as Passenger 1 Stage


Same as Passenger 2nd Stage
Same as Belt pretensioner Driver
Same as Belt pretensioner Passenger
Same as Front Side Air bag Driver
Same as Front Side Air bag Passenger
Same as Rear Side Air bag Driver
Same as Rear Side Air bag Passenger
Same as Curtain Air bag Driver
Same as Curtain Air bag Passengeract Sensor
Side Impact Sensor Driver defect
st

Same as Passenger 1 Stage


Same as Passenger 2nd Stage
Same as Belt pretensioner Driver
Same as Belt pretensioner Passenger
Same as Front Side Air bag Driver
Same as Front Side Air bag Passenger
Same as Rear Side Air bag Driver
Same as Rear Side Air bag Passenger
Same as Curtain Air bag Driver
Same as Curtain Air bag Passenger act Sensor
Side Impact Sensor Driver defect

Training Support & Development

70

SRS Airbag

Side Impact Sensor Driver communication error


Side Impact Sensor Driver wrong ID (gSat3)
Same as Side Impact Sensor Passenger Side
Front Impact Sensor Driver Leakage to Vbatt
Front Impact Sensor Driver Leakage to GND
Front Impact Sensor Driver defect
Front Impact Sensor Driver communication error
Same as Front Impact Sensor Passenger Side
Buckle Switch Driver Resistance too High
Buckle Switch Driver Resistance too Low
Buckle Switch Driver Settle failure
Same as Buckle Switch Passenger Side
PPD Hardware Fault
PPD Communication Fault
Battery Voltage too High
Battery Voltage too Low
Crash Front Recorded (SDM locked, no reuse )
Belt pretensioner Driver Fired
Belt pretensioner Passenger Fired
Side Air bag Driver Fired
Side Air bag Passenger Fired
Maximum Number of Reusability exceeded
Warning Lamp defectInterconnection fault
Interconnection fault

Training Support & Development

71

SRS Airbag

5.2

Connector

4-firing-loop

5WK4 3066

Ocean Blue

25

24

23

22

21

20

19

18

17

16

15

14

13

12

11

10

50

49

48

47

46

45

44

43

42

41

40

39

38

37

36

35

34

33

32

31

30

29

28

27

26

75

74

73

72

71

70

69

68

67

66

65

64

63

62

61

60

59

58

57

56

55

54

53

52

51

Shorting bar trap(SBT)

NC : Electrical not connected

Pin # Name Description


1

Not used

2~25 STB

Shorting Bar

26

VBatt Battery Supply (VBatt)

27

WL Warning Lamp

28

GND

29

DAB 1Lo

Front Driver A/Bag Inflator,1 Low

30

DAB 1Hi

Front Driver A/Bag Inflator, 1High

31

PAB 1Hi

Front A/Bag Passenger Inflator,1 High

32

PAB 1Lo

Front A/Bag Passenger Inflator ,1 Low

33

DBPT Lo

Driver Belt Pretensioner, Low

34

DBPT Hi

Driver Belt Pretensioner, High side

35

PBPT Hi

Belt Pretensioner, High (Passenger)

36

PBPT Lo

Belt Pretensioner, Low (Passenger)

37

DSAB Lo

Driver Side Air bag, Low

38

DSAB Hi

Driver Side Air bag, High

39

PSAB Hi

Passenger Side Air bag, High

40

PSAB Lo

Passenger Side Air bag, Low

Battery Ground

41~53

Tidak dipakai

54

K-Line

55

Tidak dipakai

56

Crash Output

57~60

Tidak dipakai

61

Driver Buckle Switch

DBS

Training Support & Development

72

SRS Airbag

62

PBS

Passenger Buckle Switch

63

PPD

Passenger Presence Detection

64~67

Tidak dipakai

68

PSIS Lo

Passenger Side Impact Sensor, Low

69

PSIS Hi

Passenger Side Impact Sensor, High

70

DSIS Hi

Driver Side Impact Sensor, High

71

DSIS Lo

Driver Side Impact Sensor, Low

72~75

Tidak dipakai

Istilah Driver dan Passenger untuk kendaraan stir kanan dan kiri adalah tersendiri.
Sistem air bag untuk model EF mempunyai pin connector sebanyak 75. 12 shorting bar untuk melindungi
firing loops dan satu menutup sirkuit lampu peringatan pada saat SDM tidak terdeteksi. Tahanan
kontaknya harus tidak sampai melebihi 35 m, pelat emas. Untuk durasi lamanya setiap loop bisa sampai
4 Amps diluar dari supply pin battery.

Training Support & Development

73

SRS Airbag

5.3 Block Diagram


1) ACU Block Diagram (XD)

IG 1
Battery

W/Lamp
DSTPS
GND

PSTPS

Telltale lamp
FIS
PSIS
DSIS

OCS

A
C
U

Clock Spring

DAB 1
DAB 2
PAB 1
PAB 2

DBSW

ETACS

PBSW
Door Unlock

DCAB

DSAB

PCAB

PSAB
DBPT
PBPT

A
C
U

K
Shorting Bar

Training Support & Development

GND Case

Diagnostic Line

74

SRS Airbag

2) SRSCM Block Diagram (GK)

Ignition
Key

Fuse

Battery

IGN

SRI

Contact
Coil

WL
DAB HI

GND

DAB LO
PAB HI

Door
Control
Module

PAB LO

Cont

DBPT HI

HAE3

DBPT LO

DriverSeat-belt
buckle switch

PBPT HI
PBPT LO

Drive
Front Airbag

Passenger
Front Airbag
Drive
Seat-belt
Pretensioner
Passenger
Seat-belt
Pretensioner

DSB HI
DSB LO
PSB HI
PSB LO

PassengerSeat-belt
buckle switch
Case
GND
To Diagnostic
Connector

Training Support & Development

Shorting Bar

75

SRS Airbag

3) Diagram internal
U-Balt

Fining Back up Path


Voltage Up Path
Fining Voltage

Safing Circuit

DC/DCConverter

Test

Watch-Dog
Test

Test

Sensor-X/Y
Acceleration

Filter
Test

Microcontroller
(RAM, ROM, EEPROM)

Test

PPD

Pass Curtain Airbag


Passenger Airbag
Drv. Belt Preten

Test

Pass. Belt Preten

Test

Drv. Side Airbag

Test

Pass. Side Airbag

Test

Drv. Rear Side Airbag

PPD

Test

Test

Buckle
Switch

Drive

Passenger

WL
Output

Diagnosis
Interface

Crash
Output

WL

Scanner

Crash

Training Support & Development

Satellite
Interface

Driver

Pass Rear Side Airbag


Drv. Curtain Side Airbag
Pass. Curtain Side Airbag

Pass

76

SRS Airbag

5.4 Inside Sensor dan sebagainya


1) Safing Sensor
Safing sensor tipenya adalah dual contact electromechanical switch, yang akan menutup apabila
penurunannya dibawah ambang batas.
kerja sensor ini terpisah dari komponen elektronik yang ada pada control unit Air batg dan arus
pengapiannya harus mengalir melalui kontak Safing sensor untuk mengaktifkan squib (letusan).
Sensor ini dapat memberikan proteksi tambahan pada sirkuit pengapian air bag agar tidak
meletusnya pada saat yang tidak diinginakan (karena arus pendek, dsb).
Sekarang ini, semua sensor yang diproduksi yang berhubungan dengan air bag tipenya adalah sensor
elektronik. Sensor yang ada di dalam ACU juga merupakan sensor elektronik G yang gunanya akan untuk
mengukur penurunan (deselerasi). Hanya Safing Sensor saja yang sekarang ini bertipe mekanis.
Letak safing sensor ini ada di dalam Air bag. Semua sensor yang ada mendeteksi adanya benturan kuat
dan mencoba untuk meletuskan air bag, namun apabila Safing Sensor tidak bekerja, maka kantong udara
tempat duduk depan tidak akan dapat meletus. Khususnya, meskipun

ada benturan keras dari

belakang kendaraan, kantong udara tidak akan meletus dikarenakan adanya sensor ini.

2) Sircuit di dalam E.S.P.S

ACCELERO
METER

AMPLIFIER
FILTER

SAFING SENSOR

MICRO
PROCESSOR

FIRING
CIRCUIT 1

FIRING
CIRCUIT 2

DRIVER
INFLATOR

PASSENGER
INFLATOR

SIGNAL PATH
FIRING CURRENT PATH

Terlihat bahwa, Safing sensor tidak menghantarkan sinyal dibanding sinyal lainnya. Arus mengalir melalui
jalur yang diperlukan untuk letusan kantong udara (deployment).

Training Support & Development

77

SRS Airbag

3) Accelerometer
Accelerometer yang merupakan perangkat elektronik yang sudah terintegrasi fungsinya
adalah untuk memberikan gambaran mengenai akselesasi berdasarkan pengalaman
yang ada pada kendaraan dengan garis sumbu membujur.
Sinyal elektrik ini secara garis lurus berbanding sama dengan akselerasi G.
Di dalam accelerometer terdaapat low pass filter (untuk mengurangi noise).

4) Service Reminder Indicator (S.R.I.)


Status Display
Begitu tegangan kerja diberikan ke ACU, maka SRI akan aktif untuk memeriksa kondisi bohlamnya.
Dalam fase inisialisasi ini,

Lampu peringatan harus berkedip sebanyak 6 kali selama 6 detik dengan

freksensi 1HZ kemudian mati.


Selama proses inisialisasi , ACU belum siap untuk mendeteksi benturan dan kantong udara tidak bisa
meletus sampai sinyal di dalam sirkuit ACU stabil.
Kehilangan tengan pengapian untuk suplai ke CM: lampu akan terus menyala.
Kehilangan tegangan kerja : lampu akan terus menyala.
Kehilangan fungsi CM: lampu akan berkedip sekitar 1Hz oleh sirkuit watchdog .
Reset terus-menerus akibat dari rusaknya Watchdog Trigger: SRI akan berkedip
CM tidak terkoneksi: lampu akan hidup melalui shorting bar yang ada di dalam wiring harness
connector.

Situasi kerja

RUNNING

Metode kerja

Kembali ke normal
setelah sebelumnya ada
kesalahan

ONOFF

frekwensi kesalahan
5 Active fault

Turn it on continuously

Normal
Blink 6 times

STARTING Faults frequency 4


On to off after 6 seconds

Faults frequency 5
Active fault
Training Support & Development

Turn it on continuously

78

SRS Airbag

5) Control Module (ESPS)


Sudut T.B.D. (ditentukan)
Sekitar 30 dari titik tengah kendaraan : LAW
Sekitar 45 dari titik tengah kendaraan : Maker
Objek keras
Kendaraan tertabrak dengan kecepatan 80 Km/jam, namun kantong udara tidak meletus.
T.B.D. velocity
9 MPH atau dibawahnya

Tidak meletus

9 - 12 MPH

Meletus atau tidak

12 MPH atau diatasnya

Harus meletus

Sudut T.B.D.

karena aturan,

jika kendaraan mengalami tabrakan dari sudut 30 sebelah kiri/kanan

depan, DAB atau PAB diharapkan dapat meletus, namun dalam kenyataannya banyak pabrik pembuat
kendaraan merancang kantong udara dapat meletus dengan sudut tabrakan 45 dari sisi kiri/kanan
depan kendaraan.
Objek keras

Pada saat kendaraan bergerak, apabila benturannya dengan objek lunak atau elastis dan

kantong udara meletus, maka konsekwensinya adalah pemborosan, sehingga kantong udara dirancang
untuk tidak meletus ketika menabrak benda lunas. Meskipun kendaraan terlihat berbenturan dengan kuat
namun apabila yang tertabrak dengan benda lunak maka kantong udara tidak meletus.
T.B.D. Velocity

Sistem air bag tidak mengenal kecepatan kendaraan. Data yang ditampilkan disini

disiapkan sebagai bantuan tambahan untuk memberikan pengertian tambahan kepada pelanggan dan
teknisi yang mengerjakan perbaikan. Sistem Air bag mendeteksi adanya benturan akibat tabrakan dan
memerintahkan kantong udara agar meletus apabila dirasa benturan itu akan berakibat mencederai
pengemudi atau penumpangnya. Jika mobil yang dilengkapi dengan air bag bergerak dengan kecepatan
lebih dari 200 Km/jam dan mengalami benturan yang tidak sekali, namun beberapa kali, kemudian
berhenti secara perlahan, kantong udara kemungkinan tidak meletus . Kontrol unit yang ada pada Air Bag
mengabaikan benturan kecil.

Training Support & Development

79

SRS Airbag

5.5 Flow Chart Troubleshooting


1) Perhatian
Prosedur Perbaikan
Pastikan bahwa kunci kontak dalam posisi OFF.
Lepas terminal battery (-) dan, dan pastikan kabel tersebut tidak menyentuh bodi kendaraan.
Tunggu sekitar 1 menit.
Tarik plug dari connector yang ada pada t DAB, PAB, CAB, BPT.
Jangan memeriksa tahanan modul DAB, PAB, CAB
Jangan menaruh sesuatu diatas DAB, PAB,
Jangan sekali-kali membongkar dan memperbaiki modul A/Bag

Sebelum memperbaiki sistem Air bag, pastikan untuk memperhatikan dan mengikuti petunjuk yang
disebutkan sebelumnya diatas. Apabila petunjuknya diatas atau yang ada pada air bag sistem diabaikan
maka kemungkinan besar sistem air bag akan rusak atau mencederai teknisi yang sedang
memperbaikinya. Meskipun pekerjaan yang anda kerjakan sangat sederhana dan singkat , namun
pastikan bahwa kunci kontak dalam keadaan OFF. Apabila akan memperbaiki sistem air bag, pastikan
untuk melepas terminal negatif Battery. Tunggu beberapa menit setelah kabel battery dilepas jangan
langsung mengerjakan sesuatu. Karena di dalam ACU terdapat tenaga cadangan selama 15 detik,
meskipun arus battery diputus, namun tenaga cadangan tersebut masih tetap aktif dalam kurun waktu 15
detik, yang fungsinya sebagai persiapan (tenaga cadangan) apabila kendaraan mengalami benturan dan
merusak battery pada saat terjadi kecelakaan.
Power akan dikirim kemasing-masing module, dan kantong udara akan meletus begitu tahannya
mendapat panas. Karena itulah jika kita mengukur tahanan akibatnya adalah arus dan tegangan
meskipun kecil akan mengalir ke module. Ini berarti bahwa dengan mengukur tahanan maka kantong
udara kemungkinan bisa meletus.
Pada saat menyimpan module air bag di dalam gudang, kita asumsikan bahwa kantong udara ini
sewaktu-waktu dapat meletus sendiri , oleh karena itu khususnya DAB jangan sampai disimpan di dalam
reak.
Apabila kantong udara yang disimpan di dalam rak meletus, dapat melempar benda yang ada diatasnya
sampai sejauh tiga lantai. Disamping itu seluruh komponen Air bag jangan sampai disimpan secara terurai,
namun harus dalam satu kesatuan (assembly).

Training Support & Development

80

SRS Airbag

2) Alur Troubleshooting

Mengumpulkan informasi
dari pelanggan

Kenali keluhan
Terjadi kembali

Tidak terjadi lagi

Periksa DTC

Periksa DTC
DTC ditampilkan

Tdk ada DTC atau


komunikasi dgn
Hi-Scan tidak ada

DTC ditampilkan

Tidak ada DTC

Rekam DTC kemudian coba


hilangkan

Cek kembali gejala troublenya

No DTC

Cek DTC yang muncul


DTC muncul

Tabel pemeriksaan untuk


Gejala troublenya

Tabel pemeriksaan thd DTC

Intermittent malfunction

3) Diagnosa Troubleshooting
Spesifikasi (Umum)

DAB / PAB
Resistance
No-fire current
All-fire current

CAB

BPT

2.0 0.2

2.15 0.35

250mA for 10sec

0.4A for 10sec

0.2A for 10sec

1.2A for 3ms

1.2A for 3ms

(1.7A for 2ms)

(1.7A for 2ms)

Cyclic test current

0.3

50mA continuous

0.8A for 2ms


50mA continuous

Perhatian
Jangan sekali-kali untuk mengukur tahanan pada komponen apapun yang ada pada sistem Air bag.

Training Support & Development

81

SRS Airbag

4) Kerusakan External

SRS CM
Rsc -

INFLATOR
GND

DTC: DAB (B1348), PAB (B1354)


Rsc - < 2k

Di dalam short circuit tahanannya rendah

Rsc - >10K

Di dalam short circuit tahannya tinggi

2k<Rsc - <10k

Toleransi band

V batt

INFLATOR

Rsc +
SRS
CMCM
SRS

DTC: DAB (B1349), PAB (B1355)


Rsc + < 2k

Di dalam short circuit tahanannya rendah

Rsc + >10K

Di dalam short circuit tahannya tinggi

2k<Rsc + <10k

Toleransi band

Training Support & Development

82

SRS Airbag

OPEN CIRCUIT

INFLATOR

SRS
SRS
CMCM

SHORT CIRCUIT
SRS CM

INFLATOR

5) Kerusakan Internal
kerusakan internal ACU dapat diketahui dan dikenali dengan menggunakan tabel dibawah ini. Kode-kode
ini tidak terdapat pada personnel servis.
PENJELASAN MENGENAI KERUSAKAN
Micro controller

AD converter atau EEPROM rusak

DAB firing circuit

Activation fault measuring circuit rusak

PAB firing circuit

Activation fault measuring circuit rusak

Firing voltage

Tidak pas

Watchdog / reset

Rusak

Electronic accelerometer

Kerjanya tidak benar

Sensor

Training Support & Development

Sensor terputus
Pegangan sensor tidak kuat, hasil tes sensor tidak benar

83

SRS Airbag

6) Mekanisme anti meletus

Disconnected

Connected

Shortening bar

Shortening bar

ada dua mekanisme keamanan pada DAB yaitu twin-lock mechanism dan anti-deploy mechanism.
Anti-deploy mechanism gunanya adalah untuk mencegah agar kantong udara tidak mengambang tanpa
dikehendaki seperti air bag meletus dikarenakan adanya konsletting pada dua terminal. Konektor
twin-lock (male dan females) dikencangkan oleh dua alat pengunci agar koneksinya dapat terjaga dengan
baik. Apabila primary lock kurang sempurna, maka ada secondary lock yang menggantikannya.

Twin lock mechanism

Anti deploy mechanism

Primary lock
Shortening
bar

Secondary lock
Disconnented

Connected
Shortening bar

Sekarang ini tidak hanya dipakai oleh DAB namun juga seluruh l wiring yang ada pada PAB, BPT, CAB,
SAB, dst.

Training Support & Development

84

SRS Airbag

7) Lokasi Data Link Connector

D.L.C

8) Data Link Connector


16-PIN (Vehicle side connector : female)

ATM

BUS+LINE CHASSIS
GROUND

SIGNAL
GROUND

K-LINE

ABS

B+
AUTO
CRUISE

L-LINE

BUS-LINE

Training Support & Development

AIRBAG

REED

85

SRS Airbag

9) Tampilan pada Hi-Scan Pro

Kode kerusakan B1346 terekam sekali , dan ada kurang lebih selama 10 menit.

Training Support & Development

86

SRS Airbag

6. Lain-lain
6.1 SST
1) Special Service Tool

Deployment tool (0957A-34100A)


Meletuskan module kantong udara yang tidak metus
SRSCM DEPLOYMENT ADAPTER HARNESS
DAB,BPT: 0957A - 38500
PAB: 0957A 38100
-

SST tersebut diatas digunakan pada saat membuang kantong udara yang tidak mengembang.

2) Special Service Tool

Diagnosis check wire

Dummy

0957A - 38000

0957A - 38200
Dummy adapter
DAB, BPT: 0957A 38400
PAB: 0957A - 38300

SST diatas adalah wiring dan dummy yang digunakan pada saat akan melakukan diagnosa pada air
bag. Dummy biasanya memakai dua tahanan presisi : pertama 2.0, yang kedua 2.2. dalam proses
perbaikan, jika kita belum mengetahui problem pada module air bag secara pasti, maka kita
menggunakan alat Dummy ini.

Training Support & Development

87

SRS Airbag

3) Special Service Tool

Dummy adapter
0957A 38300
Adapter to connect PAB

Dummy adapter
0957A - 38400
Adapter to connect BPT

Deployment adapter
0957A - 38100
(Use with 0957A- 34100A)

Tergantung dati model kendaraanya, bentuk dan ukuran dummy bisa berbeda, karena itu gunakan
kabel yang sesuai untuk menghubungkan Dummy, untuk memeriksanya tarik keluar Air bag module,
kemudian hubungkan kabel utamanya. Kabel utamanya adalah sambungan tengah antara Dummy
dan ACU.

Training Support & Development

88

SRS Airbag

6.2 Barrier test


1) Tujuan
Untuk memastikan kerja Air bag Module dan ACU.
Untuk memeriksa hasil tuning pada Air bag Module dan kalibrasi ACU.
Untuk mengamankan Back Data terkait dengan aturan keandalan produk,dsb.

2) Jenis Uji Coba Benturan

Frontal Rigid Barrier

Oblique Rigid Barrier

Car To Car

Deformable Face
Frontal Deformable Barrier

Offset Deformable Barrier

Pole

Moving Barrier

Deformable Face

Moving Deformable Barrier

Training Support & Development

Car To Car

89

SRS Airbag

3) Pemahaman Star Rating untuk benturan frontal


Mengapa kita menggunakan Star Ratings?
Berdasarkan permintaan hasil konggres untuk memberikan informasi yang mudah dimengerti oleh
komsumen mengenai tingkat keselamatan kendaraan, maka lembaga National Highway Traffic Safety
Administration (NHTSA) mengembangkan suatu sistem penilaian dengan mengunakan simbol bintang.
Hasilnya diwakli oleh antara bintang satu sampai bintang lima,
Bagaimana mengartikan tingkat proteksi yang bebeda-beda?
Bintang lima adalah tingkat pemberian skor tertinggi. Data cedera pada kepala dan dada sudah termasuk
di dalam penilaian ini dan tingkat skornya diwakili oleh banyaknya simbol bintang.
Untuk rating yang hanya menilai dari aspek keselamatan dari tabrakan frontal, maka kendaraan yang
dilihat juga harus dari kelas yang sama.

4) Apakah arti simbol bintang ?


= 10% atau kurang kemungkinan mengalami cedera serius
= 11% sampai 20% kemungkinan mengalami cedera serius
= 21% sampai 35% kemungkinan mengalami cedera serius
= 36% sampai 45% kemungkinan mengalami cedera serius
= 46% atau lebih kemungkinan mengalami cedera serius
Cedera serius adalah salah satu faktor yang dipertimbangkan dalam penilaian.

5) Apakah uji tabrakan sudah berubah?


Prosedur uji coba tabrakan dari NHTSA tetap tidak berubah, dan hasil perbandingannya hanya untuk
melindungi tabrakan frontal. Kendaraan ditabrakan dengan suatu benda pada kecepatan 35 mill per jam,
yang dianggap sama dengan kejadian tabrakan antara dua kendaraan yang saling berhadapan
masing-masing dengan kecepatan 35 mill per jam. Di dalam kendaraan yang dites dimasukkan boneka
yang mirip menyerupai manusia (dummy) diposisikan ditempat duduk pengemudi dan penumpang depan
kemudian kendaraannya ditabrakan. Hasilnya pengamatan dari ujicoba tersebut dipakai untuk
menentukan peringkat bintang -nya

Training Support & Development

90

SRS Airbag

6) Pemahanan Star Rating untuk uji coba benturan dari samping


Mengapa kita menggunakan Star Ratings?
Berdasarkan permintaan hasil konggres untuk memberikan informasi yang mudah dimengerti oleh
komsumen mengenai tingkat keselamatan kendaraan, maka lembaga National Highway Traffic Safety
Administration (NHTSA) mengembangkan suatu sistem penilaian dengan mengunakan simbol bintang.
Hasilnya diwakli oleh antara bintang satu sampai bintang lima. Metologi star rating ini diperluas dengan
benturan dari samping.
Bagaimana mengartikan tingkat proteksi yang berbeda-beda hasil dari uji coba tabrakan dari
samping?
Peringkat keselamatan terhadap pengemudi dan penumpang terhadap tabrakan dari samping diwakili
oleh simbol bintang dari bintang satu sampai bintang lima, dimana bintang lima adalah standar paling
tinggi. Pemberian peringkat keselamatan terhadap benturan dari samping diambil berdasarkan kecilnya
kemungkinan cedera badan yang dialami oleh pengemudi, penumpang depan, dan belakang dari
kecelakaan tabrakan yang terjadi dari samping kendaraan. Cedera kepala tidak termasuk dalam hitungan
aspek yang diperhatikan pada uji coba tabrakan dari samping. Setiap kendaraan yang diuji coba ini
ditabrakan dengan cukup kencang oleh kendaraan lain dari sisi samping

7) Apakah arti simbol bintang ?


= 5% atau kurang kemungkinan mengalami cedera serius
= 6% sampai 10% kemungkinan mengalami cedera serius
= 11% sampai 20% kemungkinan mengalami cedera serius
= 21% sampai 25% kemungkinan mengalami cedera serius
= 26% atau lebih kemungkinan mengalami cedera serius
A serious injury is considered to be one requiring immediate hospitalization and may be life threatening.

8) Uji coba tabrakan dari samping sampai terguling (NCAP Crash Tests)
Beberapa model kendaraan SUV mengalami terguling pada saat ditabrak dari samping ketika uji coba
tabrakan menyamping dilakukan. Dikarenakan uji coba tabrakan dari samping (NCAP) tidak dirancang
untuk mengukur kecenderungan mobil akan terbalik, NHTSA tidak mengetahui jika kendaraan ini
cederung akan terguling ketika ditabrak dari samping dibanding dengan model SUV lainnya. Namun
demikian uji coba tetap dilakukan. Berdasarkan pengalaman kecelakaan tabrakan yang sudah-sudah,
biasanya kendaraan SUV yang ditabrak dari samping akan cenderung terguling. Peringkat bintang
terhadap kendaraan yang terguling seperermpat putaran akan ditampilkan dengan warna berbeda, yang
menandakan bahwa kendaraan ini mengalami terbalik ketika diuji coba.
Training Support & Development

91

SRS Airbag

9) Pengetesan tabrakan menyamping.


Pengetesan dilakukan dengan menghantam mobil yang dalam keadaan diam dari samping dengan balok
seberat 3015 pound dengan kecepatan 38.5 mil per jam yang didalamnya terdapat boneka manusia.
Hasilnya pengukurannya menggunakan "Star Ratings" .

10) Boneka manusia (Dummy)

Pada saat pabrik mobil membuat model baru, dilakukan uji coba benturan dengan menggunakan boneka
yang mirip dengan manusia. Namun boneka yang dipakai ini tidak sama seperti boneka yang
menggunakan baju yang kita lihat di department store sebagai model. Boneka yang dipakai untuk uji coba
benturan ini disebut dengan Dummy, bukan manusia sungguhan.
Permukaan (kulit) Dummy dibuat dari karet, dan bagian dalamnya terbuat dari metallic network agar
elastis menyerupai struktur tubuh manusia. Di dalam dummies ini berisi tiga macam instrumen yaitu:
Accelerometer, Load Cell, dan Displacement. Sensors for measuring the amount of the crash and
dummys behaviors are installed in the dummys head (weight center), neck, chest, abdomen, pelvis, shin
etc.
Sensors in the abdomen can measure the impact a pregnant woman can get. All crash test dummies are
faithful to the human form they simulate in overall weight. When lining American adult, the 50% of the
middle of the line is averaged, then the weight of a dummy imitating an average male adult is 78Kg, and its
height is 178cm. When testing dummy, various human sizes can be considered, and there are dummies
imitating woman, pregnant woman, and child. Women may consider their breasts important, so they think
there may be the sensors for the breast, but thats not the case.

Training Support & Development

92

SRS Airbag

The price of one dummy is over a hundred million won. Dummy family is very expensive family.
The car used for crash test is damaged but car inside is safe, therefore dummies will not be broken easily.
Dummies can be used continuously, and a damaged part can be replaced.
Dummy is a test tool that is necessary in the research institute of the car manufacture that develops and
sells a car with its own technology. Through crash test, if the magnitude of impact, measured by the
sensors installed in various parts of the human body, shows the possibility of human injury or fatality,
research and development for securing crash safety shall be done. Accordingly, various opinions may
exist, but for the benefit of passenger, it is better for a car to absorb all impact, and only a minimum of
impact is applied to the passenger.

Training Support & Development

93

SRS Airbag

6.3

Seating Position

1) Bad or Danger

2) Good Position

Training Support & Development

94

SRS Airbag

3) Child under 12

Children who are less than 59 inches (150Cm) tall may be hit in the head by air bag inflating at 200 miles
an hour (322 km/h).

4) Infant in a safety seat

Very small children in a rear-facing safety seat in the front may be slammed face-first into the backrest.

Training Support & Development

95

SRS Airbag

5) Wanita hamil

beberapa penasehat keselamatan percaya bahwa benturan dengan kantong udara dapat melukai
cabang bayi, namun memang belum ada bukti yang kongkrit. Sedangkan pendapat bahwa kantong udara
dapat melindungi si Ibu adalah benar.

6) Dengan Balita
Benar

Training Support & Development

Salah

96

SRS Airbag

6.4

Index

ACU

A/Bag Control Unit (SRSCM)

ALR

Automatic Locking Retractor

ASIC

Application-Specific Intergrated Circuit

BPS

Back up Power Supply

B-P/T :

Buckle Pretensioner

CAB

Curtain Air bag

CLR

Convertible Locking Retractor

DAB

Driver Air bag

DBPT :

Driver Belt Pretensioner

DSAB :

Driver Side Air bag

DSIR :

Dual Sensitive Inertia Reel

DTC

Data Trouble Code

ELR

Emergency Locking Retractor

E-P/T :

Electrical Pretensioner

ESPS :

Electronical Single Position Sensor

FIS

Front Impact Sensor

HIC

Head Injury Criterion

M-P/T :

Mechanical Pretensioner

NLR

Non Locking Retractor

OCS

Occupant Classification Sensor

ODB

Offset Deformable Barrier

PAB

Passenger Air bag

PBPT :

Passenger Belt Pretensioner

PCB

Printed Circuit Board

PODS :

Passive Occupant Detection System

PPD

Passenger Presence Detector (PPD)

PSAB :

Passenger Side Air bag

P/T

Pretensioner

SAB

Side Air bag

SDM

Single Diagnostic Module

SIS

Side (Satellite) Impact Sensor

Training Support & Development

97

SRS Airbag

SRI

Service Reminder Indicator

SRS

Supplemental Restraint System

SRSCM:

SRS Control Module (ACU)

SST

Special Service Tool

STPS :

Seat Track Position Sensor (STS)

T/R

Tension Reducer

VSIR

Vehicle Sensitive Inertia Reel

WL

Warning Lamp

WLR

Webbing Clamp Locking Retractor (Web Locking Retractor)

WSIR :

Webbing Sensitive Inertia Reel

Training Support & Development

98

Anda mungkin juga menyukai