Step 2 Chassis Air Bag
Step 2 Chassis Air Bag
SRS
(Supplemental Restraint System)
SRS Airbag
KATA PENGANTAR
Modul training ini dipersiapkan untuk teknisi yang akan mempelajari Supplemental Restraint
System. Disini teknisi akan mempelajari informasi umum mengenai supplementari restraint
system termasuk diagnosa dan cara troubleshooting. Kami mengharap buku ini dapat
membantu para teknisi dalam menangani masalah yang berkenaan dengan Supplemental
Restraint System. Untuk informasi lengkap dan prosedur perbaikannya, lebih lanjut dapat
menglihat shop manual.
SRS Airbag
Necessity
Purpose
Effect
Air Bag System Category
Basic Structure
Basic Principle
Operation Sequence
Location of A/Bag after Deployment
2. Modules
2.1
2.2
2.3
2.4
2.5
2.6
3. Seat belt
3.1
3.2
3.3
3.4
3.5
3.6
3.7
3.8
4. Sensor
4.1
4.2
4.3
4.4
4.5
4.6
4.7
SRS Airbag
5. ACU
5.1
5.2
5.3
5.4
5.5
General
Connector
Block Diagram
Inside Sensors and Etc.
Diagnostic Troubleshooting Flow Chart
6. Others
6.1
6.2
6.3
6.4
SST
Crash Test (Barrier Test)
Seating Position
Index
SRS Airbag
dan lainnya),
sehingga hanya dengan seat belt saja tubuh tidak bisa terlindungi dengan baik.
Dan khususnya terhadap tabrakan antara depan dan belakang kendaraan, bagian atas tubuh akan
terlempar kedepan meskipun orang tersebut sudah memakai sabuk pengaman, sehingga bagian kepala
atau bahu akan membentuk kemudi atau kaca depan kendaraan sehingga dapat menyebabkan cedera
serius.
SRS Air bag System adalah suatu alat yang dapat mengurangi resiko cedera pada bagian kepala dan
bahu pengemudi atau penumpang melalui pengembangan kantong udara yang dipasang di kemudi atau
instrument panel ketika kerjadi tabrakan pada kendaraan, dan alat ini adalah sebagai tambahan dari seat
belt yang sudah ada sebelumnya.
SRS Air bag System adalah suatu perlengkapan tambahan fungsi pengekang dan pelindung pada sealt.
Karena alasan bahwa nama sistemnya sudah ada maka sebagai akronimnya adalah Supplemental
Restraint System (SRS Air bag).
1.2 Tujuan
Fungsi Air Bag
Meredam energi energi kinematik penumpang.
Melindungi penumpang dari benturan dengan interior trim.
Melindungai penumpang dari pecahan kaca.
Mengurangi tertekuknya leher.
1.3 Efek
Efek sistem keselamatan
Mengurangi resiko kecelakaan fatal (Data yang dikeluarkan oleh NHTSA, 1999)
Bila hanya menggunakan Seat Belt: tingkat berkurangnya adalah 45%
Bila hanya memakai Air Bag : tingkat berkurangnya 14%
Bila menggunakan Seat Belt + Air Bag : tingkat berkurangnya adalah 50%
Training Support & Development
SRS Airbag
Sebelumnya sensornya secara mekanis dan sekarang menggunakan sensor elektronik. Tentunya ada
perbedaan pada ACU tergantung dari parbik pembuatnya seperti Siemens, Hyundai Air Bag (HAE), TRW,
dan Delphi Mando yang sudah ada sekarang, umumnya ada dua macam yaitu : sensor dipasang di
dalam ACU, atau dipasang diluar.
1) Tipe Single Sensor (Terintegrasi dengan sensor di dalam Air bag control module)
Di dalam ACU, terdapat sensor untuk mengukur benturan dari depan, belakang, kiri dan kanan.
PAB
DAB
SAB
ACU
PAB
CAB
FIS
DAB
ACU
SRS Airbag
PAB
ACU
PBP
RSAB
BS
FIS
FSAB
SIS
CAB
DAB
DBPT
wheel, PAB dipasang di dalam panel (crash pad) depan tempat duduk penumpang. FRT SAB dipasang di
tempat duduk, dan Rear SAB dipasang di samping tempat duduk. BPT dipasang dibagian bawah center
filler, dan CAB dipasang di kedua sisi.
Letak Sensor FIS letaknya dibelakang Front Bumper, untuk air bag sisi kanan dan kiri. SIS letaknya
dibawah Center filler (umumnya disamping BPT), digunakan untuk meletuskan SAB dan CAB.
Sensor untuk mendeteksi benturan dari sisi depan kiri dan kanan dipasang di dalam ACU. Kebanyakan
sensor yang dipakai oleh Hyundai motor adalah tipe elektronik, dan hanya Safing sensor saja yang ada di
dalam ACU yang bertipe mekanis.
Sensor-sensor ini satu sama lain tidak kompatibel. Disamping itu, seluruh sensor tersebut adalah
direction-oriented, sehingga perlu kehati-hatian pada saat pemasangannya. Karena jika pemasangan
sensor terbalik atau miring, maka bisa menimbulkan masalah pada sistem Air bag.
SENSING
DECISION
DEPLOYMENT
SRS Airbag
Urutan dasar meletusnya Air bag adalah sebagai berikut . ketika terjadi benturan, masing-masing sensor
akan mengukur benturan tersebut. Hasil pengukurannya dikirim ke ACU. Kemudian ACU menganalisa
benturan tersebut dan memutuskan apakah air bag perlu meletus atau tidak. Jika perlu meletus, ACU
akan memberikan suplai arus ke module yang akan dikembangkan. Setiap module akan meletuskan Air
bag melalui arus listrik yang disuplai. Kemudian Air bag akan meletus dan mengelembung untuk
melindungi penumpang. Terlihat prosesnya cukup sederhana, namun sebenarnya variabel yang terlibat
disini cukup banyak. Dikarenakan air bag meletus pada saat mobil melaju atau mengembungnya sedikit
sehingga akan membahayakan penumpang dari pada melindungi. Benturan termasuk benturan dari
bawah, benturan bagian atas, dan benturan dengan material elastik seperti kayu, membuat sistem air ini
makin rumit. Dan tentunya jika air bag ini terlalu sensitif terhadap benturan, maka kemungkinan tidak bisa
meletus pada saat terjadi benturan kuat. Karena itulah lembaga peneliti
3 mSec
Crash
Crash
Sensing
or undeployment
20 mSec
35 mSec
40 mSec
Bag Deploying
Full Deployment of the Bag
Protect the Occupants
Vent Gas (Bag Deflation)
SRS Airbag
PAB
FSAB (F,R)
CAB (R)
RSAB (R,R)
DAB
FASB (F,L)
CAB (L)
RSAB (R,L)
2. Module
2.1 DAB (Driver Air Bag)
Modul untuk pengemudi dipasang persis ditengah-tengah steering wheel. Pada saat kecepatan tinggi dan
terjadi benturan, maka bahaya terlemparnya pengemudi mengarah ke steering wheel meskipun sudah
ada sabuk pengaman.
Air bag melindungi pengemudi dari benturan dengan kemudi sehingga aman dari kecelakaan serius.
Clock Spring
DAB
Steering Wheel
SRS Airbag
Unit air bag terdiri dari cup-shape generator, kantong udara, cover dan instalasi seperlunya. Lipatan kantor
udara yang disusun dengan sangat rapi membuat ruang yang dipercederan untuk menempatkan kantong
tersebut tidak begitu besar. Volume air bag biasanya sekitar 40 ~ 60
Setelah sistem air bag mendapat setrum,
tutup cover air bag akan terbuka membuka jalan agar kantong
udara bisa meletus melalui aliran gas yang masuk ke dalamnya. Semua koneksi elektrikal dan lead
dilengkapi dengan shorting bar untuk melindungi agar tidak terjadi kesalahan pemberian arus ke air bag
(air bag meletus sendiri).
memakai air bag tipe depowered (powernya dikurangi). Namun demikian, untuk pengemudi yang
berukuran kecil
(tinggi dibawah 150cm) kemungkinan bisa juga tercedera oleh meletusnya Air bag
ini.
dapat menggunakan air bag tipe depower (mengurangi tekanan gelembung angin) sehingga kantong
udara tidak meletus dengan cepat.
Penurunan powernya sekitar 20 sampai 35 persen (inflator)
Tujuannya adalah untuk memaksimalkan keselamatan bagi penumpang wanita dan anak-anak
Melindungi leher
Untuk itulah, sekarang ini sudah dikembangkan Dual Stage Air bag module yang lebih aman
dibandingkan dengan air bag tipe depowered. Ketika terjadi trabrakan pada kendaraan, kemungkinan
terjadi benturan cukup keras, sehingga selanjutnya kemungkinan dipikirkan untuk membuat air bag tiga
stage menggantikan dual stage. Pada dasarnya Air bag dirancang untuk meletus dengan tekanan
konstan mengabaikan kecepatan ketika terjadi benturan. Akibatnya, ketika terjadi benturan dengan
kecepatan rendah, kadang kala Air bag malah dapat membuat kecelakaan. Untuk itu sekarang ini
dipercederan untuk merancang Air bag yang dapat meletus dengan tekanan dan kecepatan yang
berbeda berdasarkan kondisi benturannya. Dengan Dual Stage Air bag masalah ini dapat dipecahkan.
Untuk menyesuaikan kecepatan dan tekanan meletusnya air bag, pada air bag tiga stages, terdapat dua
Igniter yang dipasang di dalam Air bag Module.
Dengan pertimbangan tekanan dan kecepatan air bag harus 100% meletus, tekanan dan kecepatan
igniter pertama disetel sekitar 70%. Dan igniter ke dua di setel sekitar 30%. Melalui tes benturan yang
dilakukan, hasinya adalah penyetelan dengan rasio 70:30. Contohnya untuk kecepatan yang lebih rendah,
hanya Igniter pertama saja yang meletus. Dan untuk benturan dengan kecepatan menengah,
Igniter
kedua akan meletus juga dalam waktu 10milidetik. Untuk benturan dengan kecepatan yang lebih tinggi
lagi maka igniter pertama dan kedua akan meletus secara bersamaan.
Training Support & Development
10
SRS Airbag
Dengan menyesuaikan tekanan dan kecepatan meletusnya air bag berdasarkan kondisi benturan
kendaraan, maka tingkat keselamatan pengemudi akan lebih terjaga. Terakhir ini untuk lebih
meningkatkan keselamatan, ketika air bag meletus, modul akan mempertimbangkan informasi apakah
pengemudi mengenakan sabuk pengeman atau dimana letak kursi pengemudi, dsb.
2) Dual stage
1st Squib
2nd Squib
11
SRS Airbag
Inflator Assembly
Module Cover
Reacting Plate
Warning Label
One Igniter
Clock spring dapat memberikan jaminan koneksi elektrikal untuk semua posisi
putaran.
Ring Gear
Rotor
Screw
Warning Label
Cable
Gear
Upper Case
Sheet
Lower Case
Sebelum memasang atau melepas clock spring, roda depan kendaraan harus diset lurus ke depan, dan posisi
clock spring jangan sampai terlipat ketika sudah dilepas untuk menghindari agar tidak terjadi kerusakan pada
clock spring.
Apabila akan mengganti Clock Spring baru, pastikan keakuratan posisinya terhadap tape atau clip untuk
menghindari agar tidak ikut
berputar di dalam coil spring, untuk itu lepas dahulu sebelum memasangnya.
Jika tetap tidak bisa bekerja meskipun pemasangannya benar, kemungkinan Clock Spring bisa terputus
Training Support & Development
12
SRS Airbag
pada saat mobil melaju. Jika hendak membongkar Clock Spring, pertama pastikan kedua roda depan
lurus ke depan, kemudian jaga putaran clock spring dalam satu arah dengan siklus putaran 5.5 sampai
7.5. kemudian putar sekitar 3 sampai 3.5 dengan arah kebalikannya, luruskan tanda segitiga pada
permukaan Clock Spring. Selanjutknya pasang dengan hati-hati.
Clock spring
2.3 Inflator
Inflator Assembly
PYROTECHNIC INFLATOR
1. Ignition system
2. Autoignition charge
3. Inflator housing
4. Filter system
5. Initiator
6. Gas generator
7.Connector with integral shorting clip
Sekarang mari kita perhatikan Pyrotechnic Inflator yang terakhir ini banyak dipakai akhir-akhir ini dipakai.
Dahulu banyak model yang dipakai seperti tipe compressed air dan Pyrotechnic, namun sekarang yang
banyak dipakai adalah Pyrotechnic Inflator karena sudah terbukti baik, kuat dan mudah pemasangannya.
Dilihat dari struktur bagian dalamnya, ketika arus mengalir di dalam Initiator kelima, dengan kata lain pada
saat arus tertentu disuplai dari ACU, maka Initiator pertama akan membuat ledakan kecil, kemudian
menyalakan Auto Ignition Charge kedua . Panas penyepian akan mengaktifkan Gas Generator keenam,
untuk mengasilkan gas secara cepat. pada saat tersebut terjadinya panas sangat cepat, sehingga
mengeluarkan debu.
Karena itulah, panas dari gas ini lebih rendah dan debunya dibuang lewat melalui Filter keempat. Gas ini
Training Support & Development
13
SRS Airbag
lah yang mengisi kantong udara agar mengelembung. Komposisi utama gas ini adalah He. N2,CO2,Ar.
Struktur bagian dalam DAB, PAB, dan SAB, dst. Hampir sama. Posisi modul untuk penumpang di
tempatkan di dalam glove box dalam dash board (crash pad).
Inflator assembly
Warning label
Connector
Mounting bracket
PAB fungsinya adalah untuk melindungi penumpang depan ketika terjadi kecelakaan. Dikarenakan PAB
diharapkan dapat melindungi dengan area yang lebih luas, maka volumenya sekarang adalah sekitar
120~160. Akan berbahaya apabila ada handphone atau benda lain mengenai area meletusnya air bag.
Karena apabila Air bag meletus, benda diatasnya akan terpental dan mengenai orang di depannya.
14
SRS Airbag
DAB
ON
OFF
50 ms
Td=1ms
PAB
ON
OFF
Tf
Waktu yang dibutuhkan untuk meletuskan kantong udara dilakukan dalam janga waktu yang sangat
singkat, sehinga pada saat kantong udara mengelembung karena disisi oleh gas pada saat tersebut
sampai mengeluarkan bunyi yang cukup keras (suara letusan). Biasanya lebih dari 100dB.
Ketika kantong udara untuk pengemudi dan penumpang meletus pada saat yang bersamaan, suara yang
ditimbulkan dari letusan kedua kantong udara tersebut dapat menggangu alat pendengaran manusia.
Karena itulah mengapa terjadinya pengembangan air bag dilakukan dengan DAB lebih dulu 1milidetik.
Sehingga bisa mengurangi noise dan memperlambat naiknya tekanan di dalam kendaraan.
Ketika kantong udara untuk dada (Air bag samping) mengalami benturan dari samping, kantong udara
dapat mengurangi resiko cedera pada dada sekitar 20%.
Training Support & Development
15
SRS Airbag
Crash
Impact Sensing
16
SRS Airbag
10866
8590
10000
8000
6000
4000
593
2000
0
Europe
Without CAB
577
US
With CAB
Curtain air bag akan tetap meletus selama lebih dari 6 detik untuk mempersiapkan kemungkinan terjadi
lagi benturan selanjutnya karena tubrukan beruntun atau ketika kendaraan jungkir balik. Ketika
Training Support & Development
17
SRS Airbag
benturannya terjadi dari samping kendaraan, kantung udara ini akan melindungi penumpangnya agar
tidak terlempar keluar.
INFLATOR
CAB: Letaknya diatas Roof Rack, dan akan bergerak kebawah apila kantung udaranya meletus.
18
SRS Airbag
3. Seat Belt
3.1 Sejarah dan Fungsi Seat Belt
1) Static Belt dua titik (sekitar tahun 1922)
Belt yang panjang sabuknya dapat disesuaikan tanpa fungsi retraction atau pencabut
(dipakai untuk
BUS).
dan akan kembali keposisi semula apabila fungsi locking dilepas (kekurangan: dada pemakainya agak
tertekan).
alat ini dipasang di Amerika Utara. Sabuk pengaman ini diaktifkan oleh Gear dan Cam, dan apabila
sabuknya tertarik, maka ALR akan aktif, dan setelah tergulung kembali, maka sabuknya akan kembali ke
posisi ELR.
19
SRS Airbag
Enforcement
Applied Seat
Fine
Australia
1972. 1
All seats
70~100 Aus $
95%
France
1973. 7
40~80 Fr
Norway
1975. 9
Denmark
1976. 1
Germany
1976. 1
40 D-Mark
Japan
1986. 11
Violation 1 point
L1:
t:
V(t):
Vp(t):
Vp(t) = V0 - V(t)
20
SRS Airbag
Pada saat terjadi tubrukan, ruang yang masih didapat untuk penumpang adalah L1 + L2. ketika suatu
kendaraan berbenturan dengan suatu benda atau kendaraan lain di depannya, maka akan terjadi
rangkaian benturan.
1st Collision : benturan pada mobil tersebut
2nd Collision : benturan antara penumpang dengan bodi kendaraan seperti kemudi dan instrument
panel.
3rd Collision : benturan di dalam tubuh penumpang seperti tulang dengan tulang dan tulang dengan
otot, dsb.
Penyeluran energi pada bagian dalam bodi kendaraan
Action
Reaction Direct
Reaction Indirect
Tingkat keseriusan cedera apabila tidak memakai air bag adalah 9.3 kali lebih besar dibandingkan
dengan yang menggunakan air bag.
Saat terjadi tabrakan, apabila memakai sabuk pengaman, kemungkinan meninggal dunia adalah 75%
dengan kondisi sebagai berikut: dari fatal menjadi luka serius ; serius menjadi agak serius; agak serius
menjadi luka biasa , dimana dari kemungkinan meninggal dunia menjadi luka biasa adalah 49%.
21
SRS Airbag
In the event of crash when it bears both hands and feet , the
allowable velocity should be less than 7Km/h.
2
Impact power [Kg] = body weightdeceleration [m/s ]gravity
Assumed that a body weight is 70Kg, the impact power goes
70Kg19.4m/s29.8m/s2 = 138.6 Kg
Therefore, the above resultant proved that the limitation of bearing
force is similar to an impact power.
APT
APT
APT
APT
3.2
Height Adjuster
Buckle
Webbing
Adjustable
Tongue
Adjust Clip
Web Guide
Retractor
Tongue
Buckle
Anchor Plate
Anchor Plate
Anchor Plate
22
SRS Airbag
2)
RETRACTOR
Static Belt
2 Points Belt
Automatic Belt
3 Points Belt
23
SRS Airbag
BUCKLE
Sewed to Webbing
Sewed to Webbing
Steel Plate Stalk
Boot Type Stalk (Cable Type Stalk)
WEBBING
+ Plastic Molding
SHOULDER HEIGHT
ADJUSTER
Pull Type
Push Type
Release Button Type
24
SRS Airbag
3.3
BUCKLE
WEBBING
HEIGHT
ADJUSTER
TONGUE
STOPPER
TONGUE
SLIP GUIDE
(D-RING)
WEB GUIDE
WARNING
SWITCH
STAY BRACKET
RETRACTER
(TYPE : ELR)
MOUNTING BRACKET
Istilah
1. Anchor Plate: Komponen yang dipasang di bodi mobil. Bagian ujung keluar sabuk retractor dipasang
ke bodi.
2. Buckle: konektor yang bisa dilepas dengan cepat untuk mengencangkan si pemakai seat belt.
3. Height Adjuster: dikarenakan tinggi orang berbeda beda, maka seat belt harus bisa disetel
menyesuaikan postur pemakainya agar lebih aman dan nyaman.
4. Karena itulah, Height Adjuster berperan dalam menyesuaikan posisi slip guide ke atas dan ke bawah.
5. Mounting Bracket: komponen yang dipasang dibabian bawah retractor.
6. Retractor: alat yang dipasang untuk menggulung sabuk pengaman.
7. Slip Guide (D-Ring): komponen untuk merubah arah sabuk pengaman.
8. Stay Bracket: suatu komponen yang dipasang dibagian atas retractor untuk menempatkan posisi
retractor di bodi kendaraan, mudah dipasang dan anti guncangan.
9. Tongue: komponen yang dipasang pada buckle.
10. Tongue Stopper: alat untuk menopang Tongue agar posisi sabuk pengamannya benar.
11. Warning Switch: alat untuk memberitahukan kepada pengemudi apabila sabuk pengaman tidak
terpasang.
12. Webbing: Sabuk yang terbuat dari bahan polyester.
13. Web Guide: suatu peralatan induksi agar sabuk dapat bekerja dengan normal ketika ditarik dan
dikendurkan.
25
SRS Airbag
Anchor Plate
Buckle
Adjustable
Adjust Clip
Anchor Plate
Tongue
Isilah
1) Adjustable Tongue: komponen yang dipasang pada buckle.
2) Anchor Plate: komponen yang dipasang pada bodi kendaraan. Bagian ujung sabuk yang terdapat
retractor dipasang pad bodi kendaraan.
3) Buckle: konektor yang bisa dilepas dengan cepat dipakai untuk mengencangkan orang yang
memakai seat belt.
Anchor Plate
Buckle
Retractor
Anchor Plate
(Type : NLR)
Istilah
1) Anchor Plate: komponen yang dipasang di bodi kendaraan. Bagian ujung sabuk yang terikat dengan
retractor dipasang ke bodi kendaraan.
2) Buckle: konektor yang bisa dilepas dengan cepat dipakai untuk mengencangkan orang yang
memakai seat belt..
3) Retractor: komponen untuk menggulung sabuk pengaman.
26
SRS Airbag
Kepekaan
Deteksi
VSIR
Vehicle Sensing
WSIR
Web Sensing
DSIR
27
SRS Airbag
1. Normal
Status
1) Tilt
15
2) Vel. Dev.
V0.7g
WEBBING RE/EXTRACTION
B-PILLAR
WEBBING
C.G UNIT
C.G PAWL
C.G BALL
2. Working
NORMAL
Status
1) Tilt
27
2) Vel. Dev.
V 07
NOTE:
1. Tilt
15
2. Vel. Dev.
V0.7g
3. C. G pawl is
in steady.
TILT
LOCKING
VEHICLE VELOCITY
1. Tilt
Activated
angle
15 27
2. Vel. Dev.
V0.7g
3. C.G pawl is
&
1. Necessary
Locking
27
2. Vel. Dev.
V0.7g
3. A retractor
should be
locked.
28
SRS Airbag
NON-LOCK
LOCK
NON-LOCK
FLYWHEEL
MASS FLYWHEEL
FIG 1
LOCK
POWL
SHAFT
HOOK
LOCKRING
FIG 3
FIG 2
1. Normal Status
2. First Locking
1) Free of extraction
and
retraction.
2) There are no web
and
3. Second(Final) Locking
is
rotated by hook
WEBBING EXTRACTION
NON-LOCK HOOK & PAWL
WEBBING EXTRACTION
NON-LOCK PAWL
LOCK HOOK
WEBBING
NON-LOCK PAWL
HOOK
PAWL
C.G BALL
FIG 1
FIG 2
1. Normal Status
1) No activation, VSIR and
WSIR
2) Free of extraction and
retraction
2. Vehicle Sensing
1) When the speed difference
HOOK
LOCKRING
FIG 3
PAWL
SHAFT
FIG 4
rotated by hook.
worked.
FLYWHEEL
MASS FLYWHEEL
sensing.
29
SRS Airbag
3.5
150
ELR
100
50
WLR
500
1000
1500
Webbing Force (N)
30
SRS Airbag
1)
Sensor Ball
Sensor Lever
Webbing Lockg
C/WIDGE
C/WIDGE
S/WIDGE
PAWL
S/WDIGE
Sensor ASSY
15
Beats
LOCKG
S/DISC
S/DISC
Sensor Ball
Sensor Lever
PAWL
Sensor ASSY
Selama besarnya Spool pada ELR adalah antar 100mm~150mm, maka kemungkinan bisa terjadi
cedera karena terjadi benturan I/P atau kemudi dengan kepala dan bahu. Sehingga perlu dimasukkan
lagi fungsi tambahan.
Besarnya Spool WLR yang keluar adalah
: 20~40mm
WEBBING
EXTRACTION
LEVER
UNIT
LEVER
UNIT
WEBBING
RE / EXTRACTION
LOCK
RING
PAWL
RECEIVER
1. Initial Status
The retraction and
extraction of webbing
are not controlled.
2. ELR Working
When the speed difference
and the tilting of vehicle
occur, vehicle sensor is
worked. Then first locking by
hook and final locking occur
in sequence.
3. WLR Working
The webbing is locked by
a clamper.
31
SRS Airbag
2) Tension Reducer
Struktur & Perilaku : Tension reducer dipasang bersama dengan normal spring dan reducer spring
dibagian dalam holder. Jika penumpang mengencangkan sabuk pengaman, maka holder akan mengunci
melalui solenoid valve, yakni gaya pengas merubah dari normal spring menjadi reducer spring, karena
itulah tension reducer mempunyai struktur yang dapat menciutkan tekanan yang disebabkan oleh
gerakan sabuk oleh bahu penumpang.
WEBBING
EXTRACTION
WEBBING
HOLDER
EXTRACTION
HOLDER
RETRACTION
RETRACTION
NORMAL SPRING
NORMAL SPRING
REDUCER SPRING
REDUCER SPRING
SOLENOID ASM
LEVER
LEVER
LEVER SPRG
LEVER SPRG
1. Initial Status
When an occupant does not buckle up, that
worked.
Simultaneously, normal switch goes OFF
and retraction and extraction of
WEBBING
EXTRACTION
webbing
HOLDER
RETRACTION
NORMAL SPRING
REDUCER SPRING
SOLENOID ASM
LEVER
LEVER SPRG
32
SRS Airbag
3.6
Pretensioner
1) Fungsinya adalah
Mencagah agar sabuk tidak kendur
Mengurangi gerakan ke depan
Bekerja kembali seperti semula setelah terjadi kecelakaan tabrakan
33
SRS Airbag
Jenis Pretensioner
Buckle pretensioner
50
2x
50
x
70
70
Terjadi tubrukan
Sabuk menggulung
Sabuk mengurangi
kendurannya
Performa penyelamatan
menjadi optimal
E-P/T : Diaktifkan oleh sinyal elektrik berkat adanya external detect sensor.
M-P/T : Pin Firing activation system oleh self-sensing detect sensor.
B-P/T : Fungsi tambahan Pretensioning pada BUCKLE.
34
SRS Airbag
GAS GENERATOR
TUBE ASSY
SPINDLE
Fungsi tambahan
REWIND SPRING
* ALR/ELR
* LOAD LIMITER
Ball Trap
Performa Pretensioner
Buckle
Fb < 9.5 KN
Maksimal beban bio-mechanical pada seat belts tanpa menyebabkan cedera selama pretensioning
bekerja.
Retractor pretensioner F pr < 4.7 KN
Lap belt load F l< 4.9 KN
35
SRS Airbag
Initial
SHAFT P/T
PLATE
RELEASE
Stable Stage
P/COVER
STOPPER
Drum
Reduction
P/RELEASE
Rotation is
prevented
by Stopper
SHEAR
PIN
T/Bar
Distorsion
SHEAR PIN
PLATE DRIVE
WIRE
Pengaktivan Pretensioner
(1) Aktivasi
Pada saat microprosessor memutuskan untuk meletuskan air bag, maka ECU akan mensuplai arus ke
activator untuk mengaktifkan sirkuit yang menjalankan presentioner. Disini Safing sensor tidak dipakai.
Setiap kali seat belt pretensioner diaktifkan, maka internal counter akan ditambah. Apabila counter ini
mencapai angka 6, maka warning lamp akan di-set, dan pesan kesalahan akan disimpan di dalam
memori non-volatile. Disini unit ECU dapat digunakan kembali sampai lima kali sejak pengaktipan
pretensioner. Setelah enam kali pengaktifpan, maka Control Module harus diganti dengan yang baru.
(2) Firing circuit
Sebagai pilihan ada dua tambahan firing circuit untuk seat belt. Masing-masing firing circuit dapat
diaktifkan sendiri. Konfigurasi firing circuits dibuat sedemikian rupa sehingga tidak terjadi koneksi yang
low-impedance dari squibs ke ground lainnya atau positif potential di dalam ECU dengan status tidak
bergerak.
(3) Firing sequence
Sistem yang mempunyai sirkuit opesional seat belt pretensioner normlalnya adalah untuk mengaktifkan
seat belt pretensioners, jika kekuatan benturannya sedikit,
untuk pengemudi dan penumpang diaktifkan pada saat yang bersamaan. Urutan pengapian dan waktu
ON untuk firing circuit diatur oleh ECU, dan waktu ON normalnya adalah 4 milidetik.
Training Support & Development
36
SRS Airbag
Gaspressure
Ball Trap
(2)
(3)
Pipe
Piston
sepanjang tube.
(4)
Pinion
(AI.-Balls)
Power Unit Assembly
Pada saat Propellant dihidupkan (mendapat arus) oleh sinyal elektrikal dari ECU maka dia akan
menghasilkan tekanan gas tinggi dan mengaktifkan Ball (Gas Generator).
37
SRS Airbag
Tube Cover
Assembled
Screw
Tube
Assembled
Rivet
14 Mass Balls
Spring
Gas Generator
Tube
Ball Stop
38
SRS Airbag
7) Struktur Pretensioner
Electrical Pretensioner
8) MGG
MGG (Micro Gas Generator)
- Bentuk (Diagram)
BOOSTER CUP
SQUIB
SHORTG CLOP
SHORTG CLOP
RETAINER
RETAINER
- Ciri Elektrikal
No.
ITEM
SPESIFIKASI
2.150.35
0.8A2ms
NO FIRE CURRENT
No fire current
0.2A10s
39
SRS Airbag
40
SRS Airbag
9) Mechanical Pretensioner
Pretensioner mekanis sama dengan tipe elektrikal.
Dua perlengkapan keselamatan (perlengkapan keselamatan primery & secondary )
Perlengkapadan keselamatan transportasi primary
Dihilangkan apabila sudah ada unit single yang terpasang, atau sudah ada perlengkapan
keselamatan primary yang dapat mencegah letupan karena mishandling, atau dengan
mengencangkan baut MTG ke kendaraan. Sebelum pemasangan, celah antara Primary Safety
Device dan RTR base adalah 3mm, safety device akan aktif.
PPD: Passenger Present Detection
Setelah dipasang pada kendaraan, maka alat ini akan melelas dan mengaktifkan Safety Device yang
ditentukan berdasarkan deteksi apakah penumpang ada (memakai seat belt) , melalui sejumlah
webbing output dan secondary safety device yang mengaktifkan Pretensioner hanya pada ketika
penumpang memakai seat belt. Jika terjadi benturan pada kendaraan dan penumpang di dalamnya
tidak menggunakan seat belt, maka Pretensioner-nya tidak bisa bekerja. Pada saat terjadi tabrakan
perlengkapan keselamatan primary dan secondary akan diaktifkan sekaligus dan sensor mekanis
akan aktif.
41
SRS Airbag
Sensor Lever
Percussion
Spring
Servo Lever
Mass Frame
Overlap
Sensor
spring
Gas
Generator
Firing Pin
3.7
Load Limiter
42
SRS Airbag
SHAFT TORSION
SHAFT SENSOR
SHAFT P/T
SPOOL
Komponen
1. Komponen Shaft
: SHAFT SENSOR, SHAFT TORSION,
SHAFT P/T
2. Status pengencangan komponen
Prinsip kerja
1. Menghentikan Shaft Sensor karena adanya
faktor Locking.
2. Ketika bebannya melebih sekitar 5KN yang
terjadi pada sabuknya, kekencangan Shaft akan
SPOOL+SHAFT P/T
Arah).
43
SRS Airbag
LOAD LIMITER
Pada saat gaya terbesar disalurkan ke tubuh manusia ketika terjadi tubrukan (sekitar 5575msec),
mekanisme ini memungkinkan bahu penumpang dapat terluka karena menghilangnya keseimbangan
dan terserapnya gaya akibat rusaknya plastic retractor dan Spool, dsb ketika terjadi benturan.
Occupant Acceleration
Energy Absorption
40
80
120
Time(ms)
160
44
SRS Airbag
Tread Head
Torsion Bar
Spindle
Adalah gelondongan tempat melilitnya ikat sabuk,
dan ketika elemen pengemucinya dikuncki ke
frame, ditahan oleh torsion bar, dan apabila beban
tarikannya lebih dari 5.5KN, maka akan disalurkan
ke T/bar kemudian melilitnya.
Training Support & Development
45
SRS Airbag
Penyerapan Energi
Sistem belt
Dengan
3 titik
Pretensioner
Dengan
Pretensioner
& Airbag
Dengan
Pretensioner
& Load Limiter
25
25
25
25
20
20
20
20
15
15
15
15
10
10
10
10
20
40
60
80 100 120
20
40
60
80 100 120
0
20
40
60
80 100 120
20
40
60
80 100 120
WLR
WLR + T/R
ELR + P/T
FILM
SPOOL
EFFECT
FILM
SPOOL
EFFECT
(NO FILM)
(NO FILM)
BETTER
STRETC
STRETC
STRETC
STRETC
LOCKING
LOCKING
LOCKING
LOCKING
FILM
SPOOL
EFFECT
ELR
PULL
OUT
120
SPOOL
OUT
70
25
PULL
IN
BEST
STRETC
STRETC
LOCKING
LOCKING
- P/T : Pretensioner
46
SRS Airbag
Seat
Dust cover
Buckle
Rear seat belt (2 point)
Rear retractor
Seat belt (3 point)
Front Seat
Rear Seat
4.0~5.5
Upper anchor
plate
Upper anchor
plate cover
4.0~5.5
Rear
seat belt
(3 point)
4.0~5.5
Buckle
Front
Seat belt
Emergency
Locking
Retractor
(E.L.R)
Emergency
Locking
Retractor
(E.L.R)
Buckle
Front Seat
Rear Seat
47
SRS Airbag
3.8
Retractor (ELR)
Kemungkinan penyebab
Batas menggulung dan mengulur
sudah melebih batas (yaitu lebih
dari 2.0g).
Ada benda asing yang masuk ke
dalam retractor.
Tali sabuk di dalam retractor
terlipat.
Retractor sudah rusak karena
pernah tertabrak.
Ada benda asing yang masuk ke
dalam retractor.
Tali sabuk melintir di dalam slip
guide atau retractor.
Retractor bekas tertabrak sudah
rusak
Besarnya gulungan dan tarikan
tali sabuk melebihi batas (lebih
dari 2.0g).
Ketika tali sabuk dikencangkan
pada saat kendaraan condong
keatas
Cara mengatasi
Penarikan atau penguluran tali
sabuk dari retractor dibawah
batasan (kurang dari 2.0g).
Hilangkan benda asing yang
masuk. Gulung kembali setelah
dikendurkan.
Ganti 3 point seat belt assembly
(Tongue side).
Keluarkan benda asing terebut.
Betulkan tali sabuk yang melintir
kemudian gulung kembali secara
perlahan carefully.
Ganti seat belt assembly tiga titik
(Tongue side).
Tarikan atau gulungan tali sabuk
dari retractor dibawah spesifikasi
(kurang dari 2.0g).
Kencangkan tali sabuk
pengaman pada jalan yang rata
karena VSIR bekarja dengan
kondisi condong ke atas sekitar
27% .
48
SRS Airbag
Torgue&D ring
Webbing
Retractor (ELR)
Kemungkinan
Cara mengatasi
Kemungkinan penyebab
(1) Buckle switch rusak
(2) Wiring atau ground rusak
(3) Micro gas generator rusak
Cara mengatasi
(1) Ganti buckle assembly
(2) Perbaiki bilamana perlu
(3) Ganti retractor assembly
49
SRS Airbag
Kemungkinan penyebab
Cara mengatasi
Status Status
Fastened
Loosened
Warning Lamp
Fastened
Loosened
OFF
ON
50
SRS Airbag
4. Sensor
4.1 PPD (Passenger Presence Detection)
1) Prinsip kerja
Sistem Passenger Presence Detection (PPD) fungsinya adalah untuk mendeteksi adanya penumpang
yang duduk dikursi penumpang. Sistem ini dirancang untuk menghindari agar kantong udara tidak
meletus pada tempat yang tidak perlu seperti yang tidak ada penumpangnya. Sistem PPD terdiri dari
weight sensor dan unit interface. Weight sensor menggunakan teknologi Force Sensor Resistor (FSR)
dari IEE Luxembourg. Teknologi ini terbukti andal dalam mendeteksi adanya penumpang yang duduk
dikursi penumpang dengan ketentuan sebagai berikut :
- occupied : 15 kg ()
Seat
Interface unit
Mat
2) Komponen
51
SRS Airbag
Passenger
Occupied
1.2s
1.2s x 8 = 9.6S
1.2s
Passenger
Not Occupied
1.2s
1.2s
PPD
Error
1.2s x 8 = 9.6S
4) Circuit (PPD)
FSRTM - Sensor mat
Rp = 2.2 k
470pF 30% C2 10nF + 30%
Vbatt
Drive Logic
Rp
15
C
C2
HAE3
52
SRS Airbag
4.2
1) Prinsip kerja
Passive Occupant Detection System (PODS) menggunakan sensor pad fleksibel yang ditempatkan di
dalam kursi kendaraan yang gunanya untuk mendeteksi adanya penumpang di kursi penumpang
belakang agar bila ada kecelakaan kantong udara untuk penumpang bisa meletus.
PODS system mengetahui adanya penumpang berdasarkan berat yang menduduki bantalan tempat
duduk penumpang belakang. Bladder yang diisi dengan cairan di dalam bantalan kursi dihubungkan ke
pressure sensor. Data dari pressure sensor dimasukkan ke PODS electronic control unit (ECU) yang
perangkat lunak kontrol algoritmanya di dalam microprocessor sudah diremajakan. PODS menghitung
data beban tekanan untuk mengetahui berdasarkan persentase apakah penumpangnya orang dewasa
atau bukan. Data tersebut kemudian dibandingkan dengan data yang tersimpang dikomputer. Jika proses
data tekanan menunjukkan bahwa penumpangnya memang ada, maka air bag controller akan
mengijikan kantong udara sisi penumpang untuk meletus. Jika data tekanannya kurang, air bag controller
akan menahannya agar kantong udara untuk sisi penumpang tidak meletus.
Perhitungan PODS berdasarkan faktor-faktor sebagai berikut : Seat belt tension (jika diperlukan) untuk
menahan kursi kecil yang pas untuk anak-anak yang beratnya sudah dimasukkan ke dalam bantalan
tempat duduk penumpang. Data yang dipakai sebagai acuan adalah data kasar dan batas tingkat
kehisterisan.
Kehilangan bobot berat tempat duduk, berdasarkan dari faktor seat back, lengan, dan kaki ke lantai, serta
keluarnya posisi dari tempat duduk melalui perbandingan angka bobot beratnya dalam selang waktu
waktu tertentu.
2) Mekanisme sistem
Bladder
PODS
Control Module
H
o
s
e
Pressure
Sensor
Body Harness
Connector
Ignition
PODSOUT
PODSIN
Ground
Spare
Spare
Regulated
Pressure
Ground
Spare
53
SRS Airbag
Verdeckle zone
2) Komponen
10 x 8
independent sensors
80 values
54
SRS Airbag
3) Metode
Sub divisi
4) Karakteristik
Mengoptimalkan pengembangan kantong udara multi-stage sama baiknya seperti fungsi seat belt
pre-tensioner berdasarkan ukuran dan posisi penumpang.
Konsep seat assembly sama seperti PPD.
Ketahanannya juga sama baik.
Teknologi PPD sudah terbukti andal.
Dapat dipakai untuk kursi pengemudi.
Melindungi
4.4
LeftFIS
FISsensor
sensor
Left
Central
Left
FISAirba
sensor
Controller
Left FIS
FIS sensor
sensor
Right
Multi-Point Sensing
Training Support & Development
55
SRS Airbag
Acc.(g)
200
150
Sensor Issuses
100
50
0
-50
-100
-150
0
20
40
Time (ms)
60
80
56
SRS Airbag
Jenis Benturan
Velocity [kph]
Trigger Stage One
and Two with Delay
60 kph, ODB
50
56 kph, 0
50 kph, 30
Trigger Stage One
35
35 kph, 30
35 kph, Pole
25 kph, 0, Betted
15
1520 kph, 0
Crash Severity
Low
Micro
Controller
Integrated
G-Sensor
Medium
High
Left Front
Right Front
Micro
Controller
Integrated
G-Sensor
SRS Unit
X
Judgement Block
Communication Link
Communication Link
57
SRS Airbag
4.5
Side view
Label
Bushing
HMC logo
Connector
Connector housing
Support face
sisi kanan.
Mounting guide boss
Sistem air bag yang dipakai oleh Hyundai adalah bisa untuk melepaskan kantong udara atau
menjalankan sistem seat-belt pretensioner. Dialog antara ACU dan satellite, adalah ACU yang bertugas
memutuskan apakah kantong udara perlu diletuskan atau tiak. ACU dihubungkan dengan fungsi side air
melalui dua satellite, yang bertindak sebagai sensor pintar akselerasi dan sebagai pendukung ACU
sentral.
Kedua satellite secara kontinyu melaporkan status sistem sisi kiri dan kanan mobil pada saat tersebut ke
ACU. Alat ini secara terus-menerus memonitor acceleration sensor.
Hasil tes dilaporkan ke ACU melalui sinyal status secara berkala.
Power
Signal
Voltage
Regulator
EEPROM
Interface
Microcontroller
Sensor
58
SRS Airbag
(2)
Spesifikasi
Tegangan
:
7V - 17V
59
SRS Airbag
(3)
A/Bag S/W
1) SWITCH
(1) WARNING SWITCH
- Switch for warning no Seat belt wearing
- Turns on the Warning Lamp when Seat belt is not worn (N/C state)
- Turns off the Warning Lamp when Seat belt is worn.
60
SRS Airbag
Apabila Seat belt dikenakan, Untuk benturan pelan P/T tidak akan diaktifkan; P/T dan Air Bag
keduanya akan aktif jika kecepatannya konstan.
Apabila Seat belt tidak dikenakan, ketika terjadi benturan P/T tidak akan diaktifkan; Air Bag akan
aktif jika kecepatannya konstan.
2) Buckle Sensor
Alasan pemakaiannya : Tergantung apakah penumpannya memakai seat belt, besarnya pengembangan
kantong udara dan kerja seat belt pretensioner ditentukan dari si pemakai seat belt.
NO
Item
Pengaturan nilai
XD, GK
VQ
LZ
Switch Type
Micro Switch
Hall Sensor
Micro Switch
12 V
12 V
5V
Applied
Voltage
Condition
Unbuckle
Buckle
Unbuckle
Buckle
Unbuckle
Buckle
110%
410%
110%
410%
40010%
70010%
Output
10.76
2.69
10.76
2.69
8.8
4.58
Current
~ 12
~ 3
~ 12
~ 3
~13.8
~8.8
Buckle
Sensor
Output
Resistance
61
SRS Airbag
M/SWITCH TYPE
4 K 10%
Unbelted (Unbuckled)
Type
1 K 10%
VSB
2.49 k
1
Switch
8 or 12
3 k
RSB
2
(Normal
Close)
To
33 or 47
1 k
Seat-belt Buckle Switch
(Switch Type)
HAE3
Dikencangkan
High threshold
Low threshold
Dikendurkan
Low threshold
No trigger
Low threshold
Low threshold
Low threshold
Low threshold
4)
62
SRS Airbag
M/Switch Circuit
Applied Vehicle Model : LZ
ECU
VCC
R2(1 kohm, F)
R1(680 ohm, J)
HALL
SENSOR
R3(3 kohm, F)
300
NC
Q2(KRC1065)
400
GND
(+)
R3(600 ohm, F) R4(390 ohm, F)
R1(1 kohm, F) R2(4.7 kohm)
TR1
TR2
HALL
SENSOR
WARNG
SWITCH
NC
TR3
400
(-)
300
GND(0V)
63
SRS Airbag
4.7
Ketika kantong udara meletus (tipe lama), sering sekali dapat melukai pengemudi atau penumpangnya,
sehingga diperkenalkan yang namanya depowered Air bag (kantong udara yang tenaganya dapat
dikurangi), dan kantong udara yang dapat mengatur waktu meletusnya bergantung dari apakah orang
tersebut memakai seat belt atau tidak. Namun demikian sistem ini juga mempunyai keterbatasan.
Misalnya, apabila pengemudi berpostur kecil, kemungkinan orang ini duduknya dekat dengan steering
wheel yang di dalamnya ada DAB. Dalam hal ini jika kantong udara meletus tanpa terjadi kecelakaan,
maka si pengemudi tersebut dapat cedera.
1
Seat-Track
Sensor
Power
Input
ADC
ground
Control Module
64
SRS Airbag
5. ACU
65
SRS Airbag
5.1 Umum
Peranan ACU secara umum adalah seperti uraian dibawah ini, memang sedikit perbedaan tergantung
dari pabrik pembuatnya, namun pada dasarnya fungsi dan cara kerja adalah sama.
Satu firing circuit dengan energi cadangan untuk 1 stage Passenger Front Air bag
Dua firing circuit dengan energi cadangan untuk 2nd Driver & Passenger Front Air bag
Bisa sampai dua firing circuit tanpa energi cadangan untuk Front Side Air bag termasuk tirai yang
dapat mengelembung.
Dua perangkat side Impact Satellites
Satu atau dua perangkat Front Impact Sensor
Mendeteksi, Memutuskan dan self-diagnosing apakah ada penumpang yang duduk didalamnya
Heater unit
Brake
Pedal
SRS
CONTROL
MODULE
ACU biasanya terletak dibawah audio atau dibelakang Change Lever seperti tampak pada gambar di atas.
Untuk kendaraan RV, seringkali ditemukan di belakang tempat duduk pengemudi (mengarah kebelakang
dari gambar). Selama sensor yang dipakai untuk mendeteksi benturan dari depan dan samping dipasang
di dalam ACU, maka lokasi dan keakuratan ACU adalah merupakan hal yang sangat penting.
Arah panah di dalam permukaan ACU harus menghadap ke arah depan kendaraan. Jika
pemasangannya tidak benar, maka kemungkinan air bag tidak bisa bekerja atau mengalami malfungsi.
66
SRS Airbag
Di dalam SDM ada satu Trigger switch untuk mengatur power FET yang
dipakai sebagai sensor pengaman/arming. Trigger switch ini dibuat hanya untuk frontal air bag firing loop
dan mempunyai fungsi untuk menjaga agar sirkuit firing frontal air bag dapat bekerja sebagaimana
mestinya apabila terjadi tabrakan dan juga menjaga agar sirkuit firing air bag siap sedia pada saat kondisi
kendaraan dalam keadaan normal. Seluruh komponen safing sircuit dapat dites, sehingga tingkat ke
andalannya menjadi lebih baik. Untuk mengamankan belt pretensioner loops,
Firing loop terdiri dari high side dan low side switch. Arus dibatasi
oleh ASIC ke 2-4A. Belt pretensioner dicetus oleh aliran listrik dari battery.
Energy Reserve dan Autonomous Operating Time : SDM mempunyai energi cadangan yang
gunanya adalah untuk memastikan bahwa kerja central unit di dalam dan untuk penyangga firing circuit
selama minimal 150milidetik setelah tenaga battery hilang. Maksimal 5 detik setelah tegangan battery
terlepas dari SDM, maka kemampuan untuk mendeteksi adanya tabrakan pada kendaraan dan
meletuskan kantong udara akan tidaka ada lagi. Karena itulah energi cadangan ini dapat menampung
energi selama kurang lebih 10 detik setelah tegangan yang diberikan ke SDM arusnya kecil dibawah
Training Support & Development
67
SRS Airbag
spesifikasi.
68
SRS Airbag
suatu kesalahan (fault aktif) maka selanjutnya lampu peringatan akan dinyalakan.
Nilai maksimal untuk fault counter adalah 64.
Nilai minimal fault counter adalah 0.
Apabila nilai yang terukur bukan merupakan suatu kesalahan , maka angka fault counter diturunkan
dengan angka konstan 1.
Jika nilai kesalahannya sudah memenuhi syarat dan fault counter diturunkan dengan nilai lebih kecil
dari 40, maka status kesalahannya masih berubah-rubah, dan fault counter akan diset ke 0.
lamanya waktu kualifikasi tinggi/rendah adalah : 16sec.
De-qualification time : 9.6 detik. AWL de-qualification time adalah 9.6 detik.
Max Limit of
fault counter(counter 64)
64
Fault qualification
threshold (counter 40)
Max Limit of
fault counter(counter
1 64)
64
1
1
1
1
1
4
4
4
4
Fault qualification
threshold (counter 40)
4
4
4
Counter reset
4
4
4
Counter 0
Fault qualification
Process
Fault De-qualification
Process
Sensor dikualifikasi tergantung dari banyaknya status pengetesan (lihat bab "tests
pada saat tahap Start Up saja"), apabila ada sensor (X- and/or Y-Sensor) yang salah maka
selamanya pengapian tersebut segera akan dicegah kemudian lampu peringatan akan terus menyala.
Selanjutnya SDM harus diganti.
Pengetesan terhadap Safety Circuit akan dilakukan ketika komponen mekanis dan sambungan pin
yang ada pada seluruh komponen dites oleh micro-controller.
Training Support & Development
69
SRS Airbag
6) Daftar Kesalahan
Daftar kesalahan dibawah ini dapat dilihat /dibaca oleh Hi-Scan Pro.
st
Firing Loop Frontal Air bag Driver Resistance 1 Stage too High
st
Firing Loop Frontal Air bag Driver Resistance 1 Stage too Low
st
Firing Loop Frontal Air bag Driver Resistance 2 Stage too High
nd
Firing Loop Frontal Air bag Driver Resistance 2 Stage too Low
nd
70
SRS Airbag
71
SRS Airbag
5.2
Connector
4-firing-loop
5WK4 3066
Ocean Blue
25
24
23
22
21
20
19
18
17
16
15
14
13
12
11
10
50
49
48
47
46
45
44
43
42
41
40
39
38
37
36
35
34
33
32
31
30
29
28
27
26
75
74
73
72
71
70
69
68
67
66
65
64
63
62
61
60
59
58
57
56
55
54
53
52
51
Not used
2~25 STB
Shorting Bar
26
27
WL Warning Lamp
28
GND
29
DAB 1Lo
30
DAB 1Hi
31
PAB 1Hi
32
PAB 1Lo
33
DBPT Lo
34
DBPT Hi
35
PBPT Hi
36
PBPT Lo
37
DSAB Lo
38
DSAB Hi
39
PSAB Hi
40
PSAB Lo
Battery Ground
41~53
Tidak dipakai
54
K-Line
55
Tidak dipakai
56
Crash Output
57~60
Tidak dipakai
61
DBS
72
SRS Airbag
62
PBS
63
PPD
64~67
Tidak dipakai
68
PSIS Lo
69
PSIS Hi
70
DSIS Hi
71
DSIS Lo
72~75
Tidak dipakai
Istilah Driver dan Passenger untuk kendaraan stir kanan dan kiri adalah tersendiri.
Sistem air bag untuk model EF mempunyai pin connector sebanyak 75. 12 shorting bar untuk melindungi
firing loops dan satu menutup sirkuit lampu peringatan pada saat SDM tidak terdeteksi. Tahanan
kontaknya harus tidak sampai melebihi 35 m, pelat emas. Untuk durasi lamanya setiap loop bisa sampai
4 Amps diluar dari supply pin battery.
73
SRS Airbag
IG 1
Battery
W/Lamp
DSTPS
GND
PSTPS
Telltale lamp
FIS
PSIS
DSIS
OCS
A
C
U
Clock Spring
DAB 1
DAB 2
PAB 1
PAB 2
DBSW
ETACS
PBSW
Door Unlock
DCAB
DSAB
PCAB
PSAB
DBPT
PBPT
A
C
U
K
Shorting Bar
GND Case
Diagnostic Line
74
SRS Airbag
Ignition
Key
Fuse
Battery
IGN
SRI
Contact
Coil
WL
DAB HI
GND
DAB LO
PAB HI
Door
Control
Module
PAB LO
Cont
DBPT HI
HAE3
DBPT LO
DriverSeat-belt
buckle switch
PBPT HI
PBPT LO
Drive
Front Airbag
Passenger
Front Airbag
Drive
Seat-belt
Pretensioner
Passenger
Seat-belt
Pretensioner
DSB HI
DSB LO
PSB HI
PSB LO
PassengerSeat-belt
buckle switch
Case
GND
To Diagnostic
Connector
Shorting Bar
75
SRS Airbag
3) Diagram internal
U-Balt
Safing Circuit
DC/DCConverter
Test
Watch-Dog
Test
Test
Sensor-X/Y
Acceleration
Filter
Test
Microcontroller
(RAM, ROM, EEPROM)
Test
PPD
Test
Test
Test
Test
PPD
Test
Test
Buckle
Switch
Drive
Passenger
WL
Output
Diagnosis
Interface
Crash
Output
WL
Scanner
Crash
Satellite
Interface
Driver
Pass
76
SRS Airbag
belakang kendaraan, kantong udara tidak akan meletus dikarenakan adanya sensor ini.
ACCELERO
METER
AMPLIFIER
FILTER
SAFING SENSOR
MICRO
PROCESSOR
FIRING
CIRCUIT 1
FIRING
CIRCUIT 2
DRIVER
INFLATOR
PASSENGER
INFLATOR
SIGNAL PATH
FIRING CURRENT PATH
Terlihat bahwa, Safing sensor tidak menghantarkan sinyal dibanding sinyal lainnya. Arus mengalir melalui
jalur yang diperlukan untuk letusan kantong udara (deployment).
77
SRS Airbag
3) Accelerometer
Accelerometer yang merupakan perangkat elektronik yang sudah terintegrasi fungsinya
adalah untuk memberikan gambaran mengenai akselesasi berdasarkan pengalaman
yang ada pada kendaraan dengan garis sumbu membujur.
Sinyal elektrik ini secara garis lurus berbanding sama dengan akselerasi G.
Di dalam accelerometer terdaapat low pass filter (untuk mengurangi noise).
Situasi kerja
RUNNING
Metode kerja
Kembali ke normal
setelah sebelumnya ada
kesalahan
ONOFF
frekwensi kesalahan
5 Active fault
Turn it on continuously
Normal
Blink 6 times
Faults frequency 5
Active fault
Training Support & Development
Turn it on continuously
78
SRS Airbag
Tidak meletus
9 - 12 MPH
Harus meletus
Sudut T.B.D.
karena aturan,
depan, DAB atau PAB diharapkan dapat meletus, namun dalam kenyataannya banyak pabrik pembuat
kendaraan merancang kantong udara dapat meletus dengan sudut tabrakan 45 dari sisi kiri/kanan
depan kendaraan.
Objek keras
Pada saat kendaraan bergerak, apabila benturannya dengan objek lunak atau elastis dan
kantong udara meletus, maka konsekwensinya adalah pemborosan, sehingga kantong udara dirancang
untuk tidak meletus ketika menabrak benda lunas. Meskipun kendaraan terlihat berbenturan dengan kuat
namun apabila yang tertabrak dengan benda lunak maka kantong udara tidak meletus.
T.B.D. Velocity
Sistem air bag tidak mengenal kecepatan kendaraan. Data yang ditampilkan disini
disiapkan sebagai bantuan tambahan untuk memberikan pengertian tambahan kepada pelanggan dan
teknisi yang mengerjakan perbaikan. Sistem Air bag mendeteksi adanya benturan akibat tabrakan dan
memerintahkan kantong udara agar meletus apabila dirasa benturan itu akan berakibat mencederai
pengemudi atau penumpangnya. Jika mobil yang dilengkapi dengan air bag bergerak dengan kecepatan
lebih dari 200 Km/jam dan mengalami benturan yang tidak sekali, namun beberapa kali, kemudian
berhenti secara perlahan, kantong udara kemungkinan tidak meletus . Kontrol unit yang ada pada Air Bag
mengabaikan benturan kecil.
79
SRS Airbag
Sebelum memperbaiki sistem Air bag, pastikan untuk memperhatikan dan mengikuti petunjuk yang
disebutkan sebelumnya diatas. Apabila petunjuknya diatas atau yang ada pada air bag sistem diabaikan
maka kemungkinan besar sistem air bag akan rusak atau mencederai teknisi yang sedang
memperbaikinya. Meskipun pekerjaan yang anda kerjakan sangat sederhana dan singkat , namun
pastikan bahwa kunci kontak dalam keadaan OFF. Apabila akan memperbaiki sistem air bag, pastikan
untuk melepas terminal negatif Battery. Tunggu beberapa menit setelah kabel battery dilepas jangan
langsung mengerjakan sesuatu. Karena di dalam ACU terdapat tenaga cadangan selama 15 detik,
meskipun arus battery diputus, namun tenaga cadangan tersebut masih tetap aktif dalam kurun waktu 15
detik, yang fungsinya sebagai persiapan (tenaga cadangan) apabila kendaraan mengalami benturan dan
merusak battery pada saat terjadi kecelakaan.
Power akan dikirim kemasing-masing module, dan kantong udara akan meletus begitu tahannya
mendapat panas. Karena itulah jika kita mengukur tahanan akibatnya adalah arus dan tegangan
meskipun kecil akan mengalir ke module. Ini berarti bahwa dengan mengukur tahanan maka kantong
udara kemungkinan bisa meletus.
Pada saat menyimpan module air bag di dalam gudang, kita asumsikan bahwa kantong udara ini
sewaktu-waktu dapat meletus sendiri , oleh karena itu khususnya DAB jangan sampai disimpan di dalam
reak.
Apabila kantong udara yang disimpan di dalam rak meletus, dapat melempar benda yang ada diatasnya
sampai sejauh tiga lantai. Disamping itu seluruh komponen Air bag jangan sampai disimpan secara terurai,
namun harus dalam satu kesatuan (assembly).
80
SRS Airbag
2) Alur Troubleshooting
Mengumpulkan informasi
dari pelanggan
Kenali keluhan
Terjadi kembali
Periksa DTC
Periksa DTC
DTC ditampilkan
DTC ditampilkan
No DTC
Intermittent malfunction
3) Diagnosa Troubleshooting
Spesifikasi (Umum)
DAB / PAB
Resistance
No-fire current
All-fire current
CAB
BPT
2.0 0.2
2.15 0.35
0.3
50mA continuous
Perhatian
Jangan sekali-kali untuk mengukur tahanan pada komponen apapun yang ada pada sistem Air bag.
81
SRS Airbag
4) Kerusakan External
SRS CM
Rsc -
INFLATOR
GND
Rsc - >10K
2k<Rsc - <10k
Toleransi band
V batt
INFLATOR
Rsc +
SRS
CMCM
SRS
Rsc + >10K
2k<Rsc + <10k
Toleransi band
82
SRS Airbag
OPEN CIRCUIT
INFLATOR
SRS
SRS
CMCM
SHORT CIRCUIT
SRS CM
INFLATOR
5) Kerusakan Internal
kerusakan internal ACU dapat diketahui dan dikenali dengan menggunakan tabel dibawah ini. Kode-kode
ini tidak terdapat pada personnel servis.
PENJELASAN MENGENAI KERUSAKAN
Micro controller
Firing voltage
Tidak pas
Watchdog / reset
Rusak
Electronic accelerometer
Sensor
Sensor terputus
Pegangan sensor tidak kuat, hasil tes sensor tidak benar
83
SRS Airbag
Disconnected
Connected
Shortening bar
Shortening bar
ada dua mekanisme keamanan pada DAB yaitu twin-lock mechanism dan anti-deploy mechanism.
Anti-deploy mechanism gunanya adalah untuk mencegah agar kantong udara tidak mengambang tanpa
dikehendaki seperti air bag meletus dikarenakan adanya konsletting pada dua terminal. Konektor
twin-lock (male dan females) dikencangkan oleh dua alat pengunci agar koneksinya dapat terjaga dengan
baik. Apabila primary lock kurang sempurna, maka ada secondary lock yang menggantikannya.
Primary lock
Shortening
bar
Secondary lock
Disconnented
Connected
Shortening bar
Sekarang ini tidak hanya dipakai oleh DAB namun juga seluruh l wiring yang ada pada PAB, BPT, CAB,
SAB, dst.
84
SRS Airbag
D.L.C
ATM
BUS+LINE CHASSIS
GROUND
SIGNAL
GROUND
K-LINE
ABS
B+
AUTO
CRUISE
L-LINE
BUS-LINE
AIRBAG
REED
85
SRS Airbag
Kode kerusakan B1346 terekam sekali , dan ada kurang lebih selama 10 menit.
86
SRS Airbag
6. Lain-lain
6.1 SST
1) Special Service Tool
SST tersebut diatas digunakan pada saat membuang kantong udara yang tidak mengembang.
Dummy
0957A - 38000
0957A - 38200
Dummy adapter
DAB, BPT: 0957A 38400
PAB: 0957A - 38300
SST diatas adalah wiring dan dummy yang digunakan pada saat akan melakukan diagnosa pada air
bag. Dummy biasanya memakai dua tahanan presisi : pertama 2.0, yang kedua 2.2. dalam proses
perbaikan, jika kita belum mengetahui problem pada module air bag secara pasti, maka kita
menggunakan alat Dummy ini.
87
SRS Airbag
Dummy adapter
0957A 38300
Adapter to connect PAB
Dummy adapter
0957A - 38400
Adapter to connect BPT
Deployment adapter
0957A - 38100
(Use with 0957A- 34100A)
Tergantung dati model kendaraanya, bentuk dan ukuran dummy bisa berbeda, karena itu gunakan
kabel yang sesuai untuk menghubungkan Dummy, untuk memeriksanya tarik keluar Air bag module,
kemudian hubungkan kabel utamanya. Kabel utamanya adalah sambungan tengah antara Dummy
dan ACU.
88
SRS Airbag
Car To Car
Deformable Face
Frontal Deformable Barrier
Pole
Moving Barrier
Deformable Face
Car To Car
89
SRS Airbag
90
SRS Airbag
8) Uji coba tabrakan dari samping sampai terguling (NCAP Crash Tests)
Beberapa model kendaraan SUV mengalami terguling pada saat ditabrak dari samping ketika uji coba
tabrakan menyamping dilakukan. Dikarenakan uji coba tabrakan dari samping (NCAP) tidak dirancang
untuk mengukur kecenderungan mobil akan terbalik, NHTSA tidak mengetahui jika kendaraan ini
cederung akan terguling ketika ditabrak dari samping dibanding dengan model SUV lainnya. Namun
demikian uji coba tetap dilakukan. Berdasarkan pengalaman kecelakaan tabrakan yang sudah-sudah,
biasanya kendaraan SUV yang ditabrak dari samping akan cenderung terguling. Peringkat bintang
terhadap kendaraan yang terguling seperermpat putaran akan ditampilkan dengan warna berbeda, yang
menandakan bahwa kendaraan ini mengalami terbalik ketika diuji coba.
Training Support & Development
91
SRS Airbag
Pada saat pabrik mobil membuat model baru, dilakukan uji coba benturan dengan menggunakan boneka
yang mirip dengan manusia. Namun boneka yang dipakai ini tidak sama seperti boneka yang
menggunakan baju yang kita lihat di department store sebagai model. Boneka yang dipakai untuk uji coba
benturan ini disebut dengan Dummy, bukan manusia sungguhan.
Permukaan (kulit) Dummy dibuat dari karet, dan bagian dalamnya terbuat dari metallic network agar
elastis menyerupai struktur tubuh manusia. Di dalam dummies ini berisi tiga macam instrumen yaitu:
Accelerometer, Load Cell, dan Displacement. Sensors for measuring the amount of the crash and
dummys behaviors are installed in the dummys head (weight center), neck, chest, abdomen, pelvis, shin
etc.
Sensors in the abdomen can measure the impact a pregnant woman can get. All crash test dummies are
faithful to the human form they simulate in overall weight. When lining American adult, the 50% of the
middle of the line is averaged, then the weight of a dummy imitating an average male adult is 78Kg, and its
height is 178cm. When testing dummy, various human sizes can be considered, and there are dummies
imitating woman, pregnant woman, and child. Women may consider their breasts important, so they think
there may be the sensors for the breast, but thats not the case.
92
SRS Airbag
The price of one dummy is over a hundred million won. Dummy family is very expensive family.
The car used for crash test is damaged but car inside is safe, therefore dummies will not be broken easily.
Dummies can be used continuously, and a damaged part can be replaced.
Dummy is a test tool that is necessary in the research institute of the car manufacture that develops and
sells a car with its own technology. Through crash test, if the magnitude of impact, measured by the
sensors installed in various parts of the human body, shows the possibility of human injury or fatality,
research and development for securing crash safety shall be done. Accordingly, various opinions may
exist, but for the benefit of passenger, it is better for a car to absorb all impact, and only a minimum of
impact is applied to the passenger.
93
SRS Airbag
6.3
Seating Position
1) Bad or Danger
2) Good Position
94
SRS Airbag
3) Child under 12
Children who are less than 59 inches (150Cm) tall may be hit in the head by air bag inflating at 200 miles
an hour (322 km/h).
Very small children in a rear-facing safety seat in the front may be slammed face-first into the backrest.
95
SRS Airbag
5) Wanita hamil
beberapa penasehat keselamatan percaya bahwa benturan dengan kantong udara dapat melukai
cabang bayi, namun memang belum ada bukti yang kongkrit. Sedangkan pendapat bahwa kantong udara
dapat melindungi si Ibu adalah benar.
6) Dengan Balita
Benar
Salah
96
SRS Airbag
6.4
Index
ACU
ALR
ASIC
BPS
B-P/T :
Buckle Pretensioner
CAB
CLR
DAB
DBPT :
DSAB :
DSIR :
DTC
ELR
E-P/T :
Electrical Pretensioner
ESPS :
FIS
HIC
M-P/T :
Mechanical Pretensioner
NLR
OCS
ODB
PAB
PBPT :
PCB
PODS :
PPD
PSAB :
P/T
Pretensioner
SAB
SDM
SIS
97
SRS Airbag
SRI
SRS
SRSCM:
SST
STPS :
T/R
Tension Reducer
VSIR
WL
Warning Lamp
WLR
WSIR :
98