Anda di halaman 1dari 6

TUTORIAL KLINIK

EPISTAKSIS ANTERIOR ET CAUSA HIPERTENSI


Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti
Ujian Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung dan Tenggorok
RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta

Diajukan kepada Yth:


dr. Asti Widuri, Sp. THT-KL M. Kes

Diajukan oleh:
Putri Pertiwi

BAGIAN ILMU KESEHATAN TELINGA, HIDUNG, DAN TENGGOROK


RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016

LEMBAR PENGESAHAN

Tutorial Klinik

EPISTAKSIS ANTERIOR ET CAUSA HIPERTENSI


Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Mengikuti Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung dan Tenggorok
Di RS. PKU Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh :
Putri Pertiwi

Mengetahui
Dosen Penguji Klinik

dr. Asti Widuri, Sp. THT-KL M. Kes

PROBLEM

HIPOTESIS

MEKANISME

TU

TAMBAHAN
BE
dalam Tidak didapatkan 1. Mamp

Identitas pasien
Nama: Ny. M
Usia: 48 th

Epistaksis

(tertera

anterior et

tinjauan pustaka)

Anamnesis

hipertensi

causa

DATA

data tambahan

gejala

anterio
2. Mamp

Seorang pasien wanita 48 tahun

meneg

datang ke poli THT pada tanggal

diagno

26 April 2016 jam 13.10 dengan

anterio

keluhan utama hidung mimisan

hiperte
3. Mamp

sejak semalam sebelum datang ke


RS. Mimisan keluar darah segar
dari hidung sebelah kanan secara
tiba-tiba, mimisan berhenti setelah
30 menit. Pasien mengeluh pusing
sejak malam sebelum datang ke
RS. Pasien mempunyai riwayat
hipertensi

dan

telah

menjalani

pengobatan rutin dengan dokter Sp.


PD. Mual, muntah dan demam
disangkal oleh pasien. Pasien juga
menyangkal adanya riwayat trauma
hidung (mengorek-ngorek lubang
hidung)
asing

atau
ke

masuknya

dalam

benda

hidung

serta

menyangkal

adanya

riwayat

penyakit

hidung

(sinusitis,

di

rhinitis). Pasien tidak memiliki


riwayat penyakit gula.
RPD:
- Hipertensi
RPK:
- Hipertensi
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum: compos mentis
Vital sign:
- TD 154/97 mmHg
- N 88x/menit
- R 21x/menit
- S 36,5oC
Pemeriksaan
hidung:
deviasi
hidung (-), depresi tulang hidung
(-), krepitasi tulang hidung (-).

penata

epitak

Rhinoskopi

anterior

vestibulum

nasi dextra tampak bleeding point


pada

septum

Rhinoskopi

nasi

anterior

anterior.
vestibulum

nasi sinistra: kelainan anatomi


hidung (-), pembesaran konka (-),
edema mukosa (-)
Pemeriksaan tenggorok

dalam

batas normal
Pemeriksaan telinga dalam batas
normal.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Patofisiologi
Epistaksis atau perdarahan pada hidung dapat disebabkan oleh kelainan lokal dan
juga sistemik. Penyebab lokal meliputi trauma hidung (mengorek hidung, terjatuh,
terpukul), infeksi hidung dan sinus paranasal (rhinitis, sinusitis), tumor, pengaruh
lingkungan, benda asing dan idiopatik. Penyebab sistemik meliputi penyakit
kardiovaskular (hipertensi), kelainan darah (trombositopenia), infeksi sistemik (DBD,
morbili, demam tiphoid), gangguan endokrin dan kelainan kongenital.
Perdarahan epistaksis anterior berasal dari pleksus Kiesselbach atau dari arteri
etmoidalis anterior. Hipertensi diduga tidak menyebabkan epistaksis secara langsung
tapi memperberat episode epitaksi.
Keterkaitan antara epistaksis dan hipertensi masih menjadi suatu hal yang
kontroversial. Penelitian menyebutkan bahwa perubahan endotel pembuluh darah pada
orang dengan hipertensi dapat menjadi faktor risiko hipertensi. Hipertensi dapat
menjadi pemberat epistaksis jika sebelumnya ditemukan lesi lokal di hidung yang
menyebabkan stagnasi aliran pembuluh darah darah seperti infeksi atau penyebab lain
yang menyebabkan rapuhnya dinding endotel pembuluh darah.
Teori remodeling vaskuler adalah suatu proses adaptif sebagai respon terhadap
perubahan kronik pada kondisi hemodinamik atau faktor hormonal. Substansi vasoaktif
dapat meregulasi homeostasis vaskuler melalui efek jangka panjang pada struktur
vaskuler. Pada hipertensi terjadi perubahan struktur pembuluh darah sebagai tanggapan
terhadap peningkatan tekanan arterial. Perubahan pembuluh darah tersebut
menyebabkan kerusakan vaskuler. Kerusakan tersebut meliputi: pelebaran pembuluh
darah, hilangnya sel vaskuler akibat aneurisma, pengurangan masa aliran pembuluh
darah, berubahnya struktur dari vasa darah. Perubahan-perubahan pembuluh darah
tersebut berisiko terjadinya epistaksis.
Terdapat dua hipotesis yang menerangkan keterkaitan antara epistaksis dengan
hipertensi: (1) Pasien dengan hipertensi yang lama memiliki kerusakan pembuluh
darah yang kronis, hal ini berisiko terjadi epistaksis terutama pada kenaikan tekanan
darah yang abnormal. (2) Pasien epistaksis dengan hipertensi cenderung mengalami
perdarahan berulang pada bagian hidung yang kaya dengan persyarafan autonom yaitu
bagian pertengahan posterior dan bagian diantara konka media dan konka inferior.
B. PENATALAKSANAAN

Perdarahan dihentikan dengan cara menekan hidung luar 10-15 menit. Jika tidak
berhasil lakukan pemasangan tampon anterior menggunakan kasa yang diberi pelumas
vaselin atau antibiotic. Tampon dimasukan 2-4 buah dan diusahakan menekan daerah
perdarahan. Tampon dipertahankan 2x24 jam. Jika pasien dengan hipertensi lakukan
pengobatan sesuai stadium hipertensi. Selama 2x24 jam dilakukan pemeriksaan
penunjang untuk mencari penyebab perdarahan.
1. Tampon kasa + efedrin
2. Kalnex injeksi 3x500
3. Ceftriaxon 1x1 gr
Mengendalikan Hipertensi konsul Sp. PD

Anda mungkin juga menyukai