Diajukan oleh:
Putri Pertiwi
LEMBAR PENGESAHAN
Tutorial Klinik
Disusun oleh :
Putri Pertiwi
Mengetahui
Dosen Penguji Klinik
PROBLEM
HIPOTESIS
MEKANISME
TU
TAMBAHAN
BE
dalam Tidak didapatkan 1. Mamp
Identitas pasien
Nama: Ny. M
Usia: 48 th
Epistaksis
(tertera
anterior et
tinjauan pustaka)
Anamnesis
hipertensi
causa
DATA
data tambahan
gejala
anterio
2. Mamp
meneg
diagno
anterio
hiperte
3. Mamp
dan
telah
menjalani
atau
ke
masuknya
dalam
benda
hidung
serta
menyangkal
adanya
riwayat
penyakit
hidung
(sinusitis,
di
penata
epitak
Rhinoskopi
anterior
vestibulum
septum
Rhinoskopi
nasi
anterior
anterior.
vestibulum
dalam
batas normal
Pemeriksaan telinga dalam batas
normal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Patofisiologi
Epistaksis atau perdarahan pada hidung dapat disebabkan oleh kelainan lokal dan
juga sistemik. Penyebab lokal meliputi trauma hidung (mengorek hidung, terjatuh,
terpukul), infeksi hidung dan sinus paranasal (rhinitis, sinusitis), tumor, pengaruh
lingkungan, benda asing dan idiopatik. Penyebab sistemik meliputi penyakit
kardiovaskular (hipertensi), kelainan darah (trombositopenia), infeksi sistemik (DBD,
morbili, demam tiphoid), gangguan endokrin dan kelainan kongenital.
Perdarahan epistaksis anterior berasal dari pleksus Kiesselbach atau dari arteri
etmoidalis anterior. Hipertensi diduga tidak menyebabkan epistaksis secara langsung
tapi memperberat episode epitaksi.
Keterkaitan antara epistaksis dan hipertensi masih menjadi suatu hal yang
kontroversial. Penelitian menyebutkan bahwa perubahan endotel pembuluh darah pada
orang dengan hipertensi dapat menjadi faktor risiko hipertensi. Hipertensi dapat
menjadi pemberat epistaksis jika sebelumnya ditemukan lesi lokal di hidung yang
menyebabkan stagnasi aliran pembuluh darah darah seperti infeksi atau penyebab lain
yang menyebabkan rapuhnya dinding endotel pembuluh darah.
Teori remodeling vaskuler adalah suatu proses adaptif sebagai respon terhadap
perubahan kronik pada kondisi hemodinamik atau faktor hormonal. Substansi vasoaktif
dapat meregulasi homeostasis vaskuler melalui efek jangka panjang pada struktur
vaskuler. Pada hipertensi terjadi perubahan struktur pembuluh darah sebagai tanggapan
terhadap peningkatan tekanan arterial. Perubahan pembuluh darah tersebut
menyebabkan kerusakan vaskuler. Kerusakan tersebut meliputi: pelebaran pembuluh
darah, hilangnya sel vaskuler akibat aneurisma, pengurangan masa aliran pembuluh
darah, berubahnya struktur dari vasa darah. Perubahan-perubahan pembuluh darah
tersebut berisiko terjadinya epistaksis.
Terdapat dua hipotesis yang menerangkan keterkaitan antara epistaksis dengan
hipertensi: (1) Pasien dengan hipertensi yang lama memiliki kerusakan pembuluh
darah yang kronis, hal ini berisiko terjadi epistaksis terutama pada kenaikan tekanan
darah yang abnormal. (2) Pasien epistaksis dengan hipertensi cenderung mengalami
perdarahan berulang pada bagian hidung yang kaya dengan persyarafan autonom yaitu
bagian pertengahan posterior dan bagian diantara konka media dan konka inferior.
B. PENATALAKSANAAN
Perdarahan dihentikan dengan cara menekan hidung luar 10-15 menit. Jika tidak
berhasil lakukan pemasangan tampon anterior menggunakan kasa yang diberi pelumas
vaselin atau antibiotic. Tampon dimasukan 2-4 buah dan diusahakan menekan daerah
perdarahan. Tampon dipertahankan 2x24 jam. Jika pasien dengan hipertensi lakukan
pengobatan sesuai stadium hipertensi. Selama 2x24 jam dilakukan pemeriksaan
penunjang untuk mencari penyebab perdarahan.
1. Tampon kasa + efedrin
2. Kalnex injeksi 3x500
3. Ceftriaxon 1x1 gr
Mengendalikan Hipertensi konsul Sp. PD