Vol - VIII No.10 II P3DI Mei 2016
Vol - VIII No.10 II P3DI Mei 2016
Abstrak
Penanganan tindak pidana terorisme selama ini dilakukan oleh Kepolisian sebagai
leading sector dari penanganan terorisme. Luasnya cakupan dari penanganan
terorisme berakibat pada munculnya wacana pelibatan Tentara Nasional Indonesia
(TNI) dalam upaya pemberantasan terorisme. Hal tersebut dapat dilihat dari sifat
ancaman dari aksi teror yang tidak terbatas pada tindak pidana, tetapi juga dapat
dilihat sebagai ancaman terhadap pertahanan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI). Pelibatan TNI dalam pemberantasan terorisme merupakan hal yang dapat
dilakukan dan memiliki dasar hukum karena telah diatur dalam Undang-Undang
No. 34 Tahun 2004 tentang TNI yakni Pasal 7 ayat (2) khususnya tentang tugas pokok
TNI dalam melaksanakan operasi militer selain perang (OMSP). Salah satu dari OMSP
adalah pemberantasan terorisme.
Pendahuluan
*) Peneliti Madya Hukum Internasional pada Bidang Hukum, Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI.
E-mail: novi_dpr@yahoo.com
Info Singkat
2009, Pusat Penelitian
Badan Keahlian DPR RI
www.pengkajian.dpr.go.id
ISSN 2088-2351
-1-
politik negara (Pasal 7 ayat (3) UndangUndang No. 34 Tahun 2004 tentang TNI).
Pasal ini menjadi landasan pelibatan TNI
dalam bentuk operasional
penindakan
terorisme. Pada tingkat internasional, PBB
juga telah membuka ruang bagi negaranegara
untuk
menggunakan
kekuatan
militer dalam melawan terorisme. Misalnya,
dengan memberikan otorisasi penyerangan
ke Afghanistan berdasarkan Resolusi Dewan
Keamanan PBB.
Pelibatan TNI dalam pemberantasan
terorisme perlu dirumuskan dalam peraturan
hukum yang mengatur khusus tentang
terorisme, agar TNI memiliki dasar hukum
yang lebih kuat dalam pelaksanaan kewenangan
tersebut dan dapat diterapkan jika diketahui
terdapat ancaman terhadap pertahanan
negara melalui aksi teror. Hal tersebut dapat
diwujudkan melalui pengaturan pelibatan TNI
dalam RUU tentang Perubahan Atas UU Anti
Terorisme yang sedang dilakukan pembahasan
oleh Pansus. Jika substansi pelibatan TNI dalam
pemberantasan terorisme disetujui maka perlu
diatur dalam rumusan norma yang jelas dan
tegas, khususnya berkaitan dengan pengaturan
mengenai peran TNI dalam pemberantasan
terorisme, mekanisme penugasan TNI, serta
pembagian porsi wewenang yang jelas antara
kepolisian dan TNI dalam pemberantasan
tindak pidana terorisme. Pengaturan tersebut
diperlukan mengingat pergeseran paradigma
tindak pidana terorisme yang ada saat ini, yakni
menuju ancaman terhadap kedaulatan negara
dan bersifat transnasional.
Referensi
DPR Menolak Tergesa-gesa Bahas Revisi UU
Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme,
Harian Republika, 25 Mei 2016.
Ini Pasal Yang Dianggap Kontroversial Dalam
RUU Terorisme, Harian Kompas, 26 Mei
2016.
Keterlibatan Militer Dalam Penanggulangan
Terorisme
di
Indonesia,
http://
jurnalintelijen.net, diakses 22 Mei 2016.
Komisi I DPR Kaji Aturan TNI Terlibat Dalam
Pemberantasan Terorisme dan Narkoba,
http://nasional.harianterbit.com/
nasional/2016/03/11/58339/0/25/ KomisiI-DPR-Kaji-Aturan-TNI-Terlibat-DalamPemberantasan-Terorisme-dan - Narkoba,
diakses 1 Juni 2016.
Konsep
Pelibatan
TNI
Dalam
Pemberantasan Terorisme, http://www.
universitassuryadarma.ac.id/,
diakses
Tanggal 21 Mei 2016.
Mengapa TNI-Polri Saling Berebut Wewenang
Memberantas
Terorisme?http://www.
teropongsenayan.com/31414-mengapa-tnipolri-saling-berebut-wewenang-memberantasterorisme, diakses 1 Juni 2016.
Peran TNI Dibatasai Dalam Pemberantasan
Terorisme, Harian Kompas, 23 Mei 2016.
Edy Prasetyono, Beberapa Pemikiran Revisi
Undang-Undang Tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Terorisme, Makalah pada
Seminar Nasional Perlindungan HAM dan
Penegakan Hukum Dalam Penanganan
Tindak Pidana Terorisme di Indonesia,
Jakarta, 25 Mei 2016.
Ridwan Habib, Perlindungan HAM dan
Penegakan Hukum Dalam Penanganan
Tindak Pidana Terorisme, Makalah pada
Seminar Nasional Perlindungan HAM dan
Penegakan Hukum Dalam Penanganan
Tindak Pidana Terorisme di Indonesia,
Jakarta, 25 Mei 2016.
Penutup
Wacana
pelibatan
TNI
dalam
pemberantasan terorisme yang menjadi
perdebatan diharapkan ada satu titik terang.
Pelibatan tersebut berdasarkan pemahaman
bahwa ancaman terorisme tidak dapat
dipandang hanya sebagai tindak pidana
semata. Ancaman terorisme harus dilihat juga
sebagai ancaman terhadap pertahanan NKRI.
Pelibatan TNI atau militer perlu dilakukan asal
tetap dalam koridor yang sudah ditentukan.
Dalam kaitan ini diperlukan keputusan
politik pemerintah untuk menetapkan tingkat
ancaman terorisme dan penetapan situasi
keamanan yang memerlukan pelibatan TNI.
Oleh karena itu pemerintah harus jeli dan
mampu secara cepat menetapkan gradasi
ancaman terorisme, situasi yang berkembang,
dan kekuatan TNI yang akan digunakan. Pada
-4-
Majalah
HUBUNGAN INTERNASIONAL
Abstrak
Diplomasi total merupakan negosiasi yang menyangkut banyak aspek, bukan hanya
membangun kedekatan pada bidang-bidang yang bersifat politis, tetapi juga dalam
peningkatan investasi, perdagangan, kesempatan kerja, pariwisata, dan semua sektor
yang dibutuhkan untuk membangun Indonesia. Intinya adalah diplomasi total dilakukan
secara bilateral dengan melibatkan semua stakeholder. Diplomasi total bukan dilakukan
terhadap satu negara saja tetapi juga dalam lingkungan yang lebih luas seperti
Perserikatan Bangsa-bangsa, maupun dalam kerjasama yang bersifat regional dan
multilateral.
Pendahuluan
*) Peneliti Utama Masalah-masalah Hubungan Internasional pada Bidang Hubungan Internasional, Pusat Penelitian, Badan Keahlian
DPR RI. E-mail: dhanny_2000@yahoo.com
Info Singkat
2009, Pusat Penelitian
Badan Keahlian DPR RI
www.pengkajian.dpr.go.id
ISSN 2088-2351
-5-
Pembebasan
dan
penyelamatan
para Anak Buah Kapal (ABK) warga
negara Indonesia menjadi tujuan utama
diplomasi total yang dipraktikkan oleh
pemerintahan Presiden Joko Widodo.
Langkah pertama yang dilakukannya adalah
dengan membangun komunikasi secara
intensif dengan Presiden Filipina Benigno
Aquino. Selanjutnya, sesuai dengan karakter
diplomasi total yang melibatkan banyak
aktor, negosiasi yang terjadi bukan hanya
melibatkan aktor negara saja tetapi juga
melibatkan aktor-aktor non-negara. Dengan
kata lain, pelibatan aktor formal maupun
nonformal dilakukan agar pembebasan 14
ABK dapat berjalan cepat tanpa ada pihak
yang merasa dirugikan.
Secara
formal,
pembebasan
14
ABK merupakan hasil kombinasi antara
diplomasi dan intelijen yang berjalan
bersamaan. Operasi intelijen dilakukan
TNI bukan dalam rangka mengirimkan
pasukan khusus ke wilayah Filipina tetapi
dalam rangka pengiriman penasehat dan
asistensi di bawah koordinasi Menteri
Luar Negeri. Selama upaya pembebasan,
pemerintah Indonesia selalu berkoordinasi
dengan Pemerintah Filipina dengan bertukar
informasi, nasehat, strategi, dan asistensi.
Pemerintah Filipina telah melakukan
upaya bersama dan memberikan dukungan
sepenuhnya sehingga Indonesia tidak terlalu
sulit dalam membuka ruang komunikasi
dengan pihak penyandera.
Pelibatan masyarakat juga dilakukan
Indonesia antara lain dengan mengandalkan
pihak-pihak yang memberikan perhatian
khusus terhadap peristiwa penyanderaan ini
terutama yang mempunyai akses komunikasi
dengan penyandera. Salah satu tokoh
masyarakat yang terlibat adalah Kivlan Zein.
Kivlan merupakan tokoh militer Indonesia
yang pernah memegang jabatan Kepala
Staf Kostrad dan yang terpenting pernah
menjadi Komandan Kontingen Garuda yang
memperjuangkan perdamaian di Filipina
Selatan tahun 1995-1996.
Selain
Kivlan
Zein,
negosiator
Indonesia lainnya adalah Nur Misuari
dan Gubernur Sulu Toto Tan. Nur Misuari
adalah pimpinan MNLF yang sudah lama
berteman dengan Kivlan Zen ketika Kivlan
Diplomasi
total
memberikan
banyak langkah kreatif dan inovatif yang
dikembangkan oleh semua komponen
bangsa. Bagaimanapun juga implementasi
diplomasi total ini mendasarkan pada
asumsi yang sederhana; yaitu pemerintah
tidak dapat secara sendiri mengatasi
berbagai
tantangan
dalam
isu-isu
Internasional yang semakin kompleks
sehingga menuntut keterlibatan banyak
stakeholder. Melalui peningkatan aktivitas
diplomasi yang menyertakan banyak
stakeholder, pemerintah meyakini bahwa
upaya diplomasi akan berjalan lebih efektif
dan memberikan dampak yang lebih luas
dan besar pada masyarakat internasional.
Pemerintah
berharap
bahwa
keterlibatan
banyak
stakeholder
ini
dapat membuka jalan bagi negosiasi yang
lebih fokus oleh wakil-wakil pemerintah.
Sebab, jika proses diplomasi tradisional
dikembangkan
melalui
mekanisme
government to government relations,
maka diplomasi total menekankan pula
pada government to people atau bahkan
people to people relations. Tujuannya
adalah agar masyarakat internasional
mempunyai persepsi yang baik tentang
suatu negara, sebagai landasan sosial bagi
hubungan dan pencapaian kepentingan
yang lebih luas. Tujuan lainnya dari
diplomasi total adalah mengurangi atau
menyelesaikan konflik melalui pemahaman
komunikasi dan saling pengertian serta
mempererat jalinan hubungan antar-aktor
internasional;
mengurangi
ketegangan,
kemarahan, ketakutan, dan salah persepsi;
menambah pengalaman dalam berinteraksi;
mempengaruhi pola pikir dan tindakan
pemerintah dengan menjelaskan akar
permasalahan, perasaan, kebutuhan, dan
mengeksplorasi pilihan-pilihan diplomasi
tanpa prasangka; dan terakhir adalah
memberikan landasan bagi terselenggaranya
negosiasi-negosiasi yang lebih formal serta
merancang kebijakan pemerintah.
Kementerian Luar Negeri tetap
harus memegang peran sentral dalam
diplomasi total ini agar peran diplomat
tidak terdegradasi meskipun secara de
facto diplomat jelas tidak sendiri lagi.
Hanya negiosiasi yang fungsinya relatif
utuh berada di tangan diplomat. Keutuhan
fungsi negosiasi merupakan gambaran
-7-
Referensi
Abu Sayyaf Releases Four Remaining RI
Hostages, The Jakarta Post, 12 Mei
2016.
Detains of Realease Kept Quiet, The
Jakarta Post, 3 Mei 3016.
Filipina
dan
Pembebasan
Sandera,
Kompas, 11 Mei 2016.
Fokus Pada 4 Sandera, Kompas, 3 Mei
2016.
Isu Keamanan Kian Mendesak, Kompas, 7
Mei 2016.
Jangan Terulang di Masa Depan, Kompas,
14 Mei 2016.
Kapal Buatan RI Perkuat Filipina, Media
Indonesia, 8 Mei 2016.
Negosiator itu Pendidik, Media Indonesia,
4 Mei 2016.
Pembebasan 4 WNI Bisa Terganggu,
Media Indonesia, 7 Mei 2016.
Pembebasan 4 WNI Buah Pertemuan
Trilateral, Media Indonesia, 12 Mei
1916.
Pembebasan WNI Hasil Kerja Bersama,
Kompas, 12 Mei 1916
Pemerintah Siapkan Opsi Terbuka
Bebaskan 4 WNI, Media Indonesia 3
Mei 2016.
Pesan Politik dari Gedung Negara,
Kompas, 8 Mei 2016.
Tim Pembebasan 4 WNI di Bawah Menko
Polhukam, Media Indonesia, 4 Mei
2016.
Penutup
Keberhasilan diplomasi total dalam
pembebasan WNI yang disandera oleh
kelompok Abu Sayyaf memperlihatkan tekad
pemerintah untuk lebih mengedepankan
pendekatan
damai
daripada
militer.
Diplomasi total semacam ini memerlukan
keterlibatan semua pihak, baik pemerintah,
-8-
Majalah
KESEJAHTERAAN SOSIAL
Abstrak
Kasus-kasus yang marak diberitakan akhir-akhir ini memperlihatkan telah terjadinya
peningkatan kuantitas dan tingkat kekejaman kejahatan seksual di Indonesia. Fenomena ini
mendorong pemerintah untuk menerbitkan Perppu Nomor 1 tahun 2016 Tentang Perubahan
Kedua Atas UU Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak sebagai upaya untuk
memberikan efek jera dengan meningkatkan berat hukuman bagi para pelaku kejahatan.
Namun demikian, penanganan masih terfokus pada pelaku kejahatannya saja, sedangkan
para penyintas kejahatan seksual (mereka yang berhasil lolos dari upaya pemerkosaan,
dan atau mereka yang telah menjadi korban pemerkosaan akan tetapi tidak dibunuh
atau tidak meninggal) belum mendapatkan perhatian yang cukup. Oleh karena itu perlu
program pemerintah yang terpadu dipimpin oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak sebagai upaya memberikan hak perlindungan penyintas kejahatan
seksual. Pelaksanaan program ini harus diawasi oleh DPR agar dapat dijalankan sesuai
sasaran.
Pendahuluan
*) Peneliti Pertama Psikologi pada Bidang Kesejahteraan Sosial, Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI.
Email: luckey_knap@yahoo.com
Info Singkat
2009, Pusat Penelitian
Badan Keahlian DPR RI
www.pengkajian.dpr.go.id
ISSN 2088-2351
-9-
0-6 tahun
Menangis,
merintih,
berteriak
lebih sering dari biasanya; terus
menempel ke pengasuhnya; tidak
mau beranjak dari tempat yang
menurutnya
aman;
kesulitan
tidur atau terus menerus tidur;
sulit
berbicara;
penurunan
perkembangan;
menunjukkan
ketertarikan
pada
tindakantindakan seksual yang tidak pantas
untuk seusianya.
6-9 tahun
10-19 tahun
- 10 -
Upaya Pemerintah
Penutup
Referensi
- 12 -
Majalah
Abstrak
Menjelang bulan Ramadan, harga beberapa kebutuhan pokok atau sembako melonjak
drastis. Kenaikan harga ini jika diperhatikan merupakan fenomena yang berulang setiap
tahun, seharusnya sudah diantisipasi secara lebih maksimal oleh pemerintah, baik terkait
ketersediaan maupun distribusinya. Salah satu sebab kenaikan tersebut dikarenakan adanya
permintaan yang meningkat dari konsumen, kenaikan biaya distribusi, dan psikologi pasar
menjelang Ramadan. Pemerintah berperan penting dalam mengantisipasi dan mengontrol
kenaikan harga agar tidak terjadi inflasi yang semakin tinggi. Distribusi barang, pasokan,
dan sistem kontrol terhadap harga harus tetap terjaga. Koordinasi antar-instansi pemerintah
yang menangani permasalahan kenaikan harga barang kebutuhan pokok hendaknya
dapat berjalan dengan sinergis dan saling mendukung. DPR dapat melakukan pengawasan
dalam pemantauan harga di pasar serta mendorong pemerintah agar segera mengeluarkan
Peraturan Presiden terkait pengendalian harga komoditas pokok, dan memastikan bahwa
Peraturan Presiden tersebut dapat dilaksanakan, sehingga tidak ada jarak antara regulasi
dengan realitas di lapangan.
Pendahuluan
Dua
minggu
menjelang
bulan
Ramadan, harga sejumlah kebutuhan pokok
terus mengalami kenaikan. Melambungnya
harga
kebutuhan
pokok
tersebut
menyebabkan
masyarakat
dihadapkan
pada persoalan ketidakmampuan untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Ada
beberapa faktor yang dapat memengaruhi
perubahan
harga
kebutuhan
pokok,
diantaranya adalah hukum pasar dengan
berbagai kondisi yang bisa terjadi. Harga
akan tinggi jika angka permintaan lebih
besar dibandingkan dengan ketersediaan
*) Peneliti Muda Ekonomi Terapan pada Bidang Ekonomi dan Kebijakan Publik, Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI.
Email: mangeswuri@yahoo.com
Info Singkat
2009, Pusat Penelitian
Badan Keahlian DPR RI
www.pengkajian.dpr.go.id
ISSN 2088-2351
- 13 -
Jenis Komoditas
Harga/kg
(per 24/04/2016)
Harga/kg
(per 24/04/2016)
1.
Bawang merah
Rp43,024
Rp42,604
2.
Daging sapi
Rp111,779
Rp113,254
3.
Gula pasir
Rp13,157
Rp15,213
4.
Beras
Rp10,658
Rp10,613
5.
Daging ayam
Rp29,068
Rp30,097
6.
Telur ayam
Rp22,416
Rp22,826
7.
Minyak goreng
Rp11,140
Rp11,474
Penutup
Pentingnya kebutuhan pokok dan
tingginya
frekuensi
gejolak
terhadap
ketersediaan dan harga bahan pangan,
mengharuskan
pemerintah
melakukan
intervensi
pasar
melalui
perangkatperangkat kebijakan yang dimiliki, sehingga
ketersediaan dan harga terkelola pada
tingkat fluktuasi yang wajar. Perangkat
kebijakan dapat menyentuh produsen,
- 15 -
Harga
Sembako
Terbaru
Mei-Juni
2016,http://hargautama.com/hargasembako/,diakses 24 Mei 2016.
Harga Sembako Mulai Naik Menjelang
Ramadhan,http://www.
voaindonesia.com/content/hargasembako-mulai-naik-menjelangramadan-126204473/96019.
html,diakses 24 Mei 2016.
Harga Terus Naik, Penjualan Meningkat,
Kompas, 24 Mei 2016,
Jelang Ramadan dan Idul Fitri KPPU
bersama 9 Asosiasi Pelaku Usaha
Lahirkan Pakta Integritas Anti Praktik
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak
Sehat,http://www.kppu.go.id/id/
blog/2016/05/jelang-Ramadan-danidul-fitri-kppu-bersama-9-asosiasipelaku-usaha-lahirkan-pakta-integritasanti-praktik-monopoli-dan-persainganusaha-tidak-sehat/,diakses 24 Mei 2016.
Jelang Ramadan ini Daftar Harga Sembako
di
Makassar,http://news.rakyatku.
com/read/5687/2016/05/21/jelangramadan-ini-daftar-harga-sembako-dimakassar, diakses 24 Mei 2016.
Menurunkan Harga Kebutuhan Pokok
Jelang Lebaran, Harian Ekonomi
Neraca, 9 Mei 2016.
Referensi
Bulog Jamin Stok Beras Aman, http://
ews.kemendag.go.id/berita/NewsDetail.
aspx?v_berita=5930, diakses 25 Mei
2016.
Cara Menangani Kenaikan Harga Barang,
http://www.pendidikanekonomi.
com/2013/04/cara-menanganikenaikan-harga-barang.html, diakses 24
Mei 2016.
Harga Sembako di Bulan Ramadan 2016,
http://www.hargasembako.info/hargasembako-di-bulan-Ramadan-2016/
diakses 24 Mei 2016.
- 16 -
Majalah
Abstrak
Peristiwa Gerakan 30 September 1965 oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) atau dikenal
dengan G30S/PKI dianggap sebagai peristiwa pengkhianatan terbesar terhadap bangsa
Indonesia. Belakangan timbul fobia dalam masyarakat Indonesia akan kembalinya paham
komunis dan PKI di Indonesia. Untuk mengatasi hal tersebut, aparat penegak hukum merazia
atribut berlambang palu-arit yang identik dengan lambang PKI dan menyita buku-buku berbau
komunis atau sejarah PKI di sejumlah daerah Indonesia. Namun demikian, apakah benar
komunis kembali mengancam Indonesia, mengingat bahwa Indonesia telah memiliki beberapa
pengaturan yang menegaskan bahwa Indonesia merupakan negara demokrasi Pancasila.
Pancasila telah diletakkan sebagai dasar negara yang menjadi ideologi dan pedoman dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pendahuluan
*) Peneliti Muda Ilmu Politik pada Bidang Politik Dalam Negeri, Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI.
Email: debora.sanur@dpr.go.id
Info Singkat
2009, Pusat Penelitian
Badan Keahlian DPR RI
www.pengkajian.dpr.go.id
ISSN 2088-2351
- 17 -
Pada
tahun
1999,
Presiden
Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sempat
melontarkan ide untuk mencabut TAP MPRS/
XXV/Tahun 1966. Pada dasarnya keinginan
Gus Dur tersebut untuk menunjukkan bahwa
telah terjadi perubahan dalam pemerintahan
Indonesia dari yang sebelumnya cenderung
otoriter menjadi demokratis.
Sebagai negara demokrasi, nilai yang
mendasari demokrasi menurut Henry B.
Mayo dalam Budiardjo (Miriam Budiardjo
1998; 62-64) adalah:
1. Menyelesaikan
perselisihan
secara
damai dan melembaga.
2. Menjamin adanya perubahan secara
damai dalam suatu masyarakat yang
sedang berubah.
3. Menyelenggarakan
pergantian
kepemimpinan/pemimpin
secara
teratur.
4. Membatasi pemakaian kekerasan secara
minimum.
5. Mengakui serta menganggap wajar
adanya keanekaragaman.
6. Menjamin tegaknya keadilan.
Penutup
Untuk mengatasi permasalahan paham
komunisme dan fobia terhadap PKI di
Indonesia saat ini dan kemudian hari, hal yang
harus senantiasa diingat dan diterapkan ialah
kesadaran untuk tidak mengatasnamakan
diskriminasi, hak asasi manusia (HAM),
dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai alasan
untuk mengembalikan ajaran komunis ke
Indonesia, karena Indonesia sudah memiliki
Pancasila sebagai dasar negara. Dalam hal
ini pemerintah dituntut konsisten untuk
mengawasi dan membatasi munculnya
kembali komunisme. Caranya adalah dengan
penanaman nilai-nilai Pancasila secara terus
menerus kepada masyarakat terutama di
lembaga pendidikan dan kepada kaum muda
Indonesia. Pemerintah juga harus melibatkan
tokoh masyarakat dan tokoh agama untuk
membina dan memberi pendidikan ahlak
yang baik bagi setiap warga negara. Dengan
penanaman nilai-nilai ini, maka akan memberi
pemahaman yang baik akan pentingnya
meningkatkan
kewaspadaan
nasional
terhadap bahaya komunisme. Walaupun
ada opini bahwa bangsa kita tidak lagi perlu
mencemaskan bahaya laten komunis, namun
sikap waspada tetap perlu dimiliki oleh
setiap anggota masyarakat demi terwujudnya
ketahanan nasional berdasarkan Pancasila
sebagai ideologi berbangsa dan bernegara.
Referensi
A.Muhaimin Iskandar. 2004. Gus Dur yang
Saya Kenal: Sebuah catatan tentang
transisi demokrasi kita, LKiS.
Budiardjo, Miriam. 1998. Dasar-Dasar Ilmu
Politik, Gramedia Pustaka Utama.
Saleh Asad Djamhari (ed.). 2009., Komunisme
Di Indonesia Jilid I Perkembangan
- 20 -