Anda di halaman 1dari 8

BAB XII:

PEMILIHAN DAN PERANCANGAN


BIOREAKTOR
A. PENGENALAN DAN PEMILIHAN BIOREAKTOR
1. Identifikasi Bioreaktor
a. Sistem pendinginan pada proses bioreaksi/fermentasi
Bioreaktor/fermentor adalah suatu bejana di mana proses fermentasi dalam industri
berlangsung. Ukurannya bermacam-macam mulai dan yang kecil untuk skala
laboratorium (5-10 lt) sampai yang paling besar (400,000 lt) untuk skala industri. Ada
dua macam fermentor, yaitu untuk proses aerob dan anaerob. Fermentor anaerob lebih
sederhana dari yang aerob, tidak memerlukan suplai oksigen hanya memerlukan alat
tambahan untuk menurunkan panas. Sedangkan yang aerob memerlukan lebih banyak
alat tambahan, karena itu yang akan dibahas adalah fermentor aerob, selain itu fermentor
jenis ini lebih banyak dipakai dalam industri. Fermentor untuk skala besar biasanya
dibuat dari stainless. Bejana ini berbentuk silinder tertutup yang dilengkapi dengan
berbagai pipa dan katup. Hal yang cukup penting untuk diperhatikan pada bejana ini
adalah alat untuk menurunkan panas yang timbul selama proses fermentasi, yaitu berupa
pipa pendingin spiral yang menyelubungi bagian luar bejana atau bagian dalam pada
fermentor yang sangat besar. Air dingin dialirkan ke dalam pipa ini sehingga mampu
menyerap panas yang berlebih.
b. Sistem aerasi pada proses bioreaksi/fermentasi
Hal penting lainnya adalah alat untuk aerasi. Di dalam suatu fermentor yang sangat besar
di mana populasi mikroba yang sangat tinggi maka keperluan oksigen sangat besar sekali.
Sedangkan oksigen sukar larut di dalam air atau difusi oksigen dari gas ke cairan
merupakan hal yang sulit. Untuk itu diperlukan suatu peralatan yang dapat memastikan
oksigen bercampur dengan baik di dalam medium.
Ada dua peralatan yang dipasang di dalam fermentor untuk memastikan aerasi yang
cukup, yaitu aerator dan pengaduk. Udara steril dengan tekanan tinggi masuk melalui
aerator dan menyemprot ke luar berupa gelembung-gelembung kecil sehingga
memungkinkan oksigen berdifusi ke dalam medium. Sedangkan pengaduk berfungsi
untuk memastikan gelembung-gelembung udara tercampur rata di dalam medium, selain
itu juga sel-sel mikroba akan tercampur. rata di dalamnya. Bentuk pengaduk berupa
lempengan yang diletakkan bertingkat-tingkat di tengah-tengah fermentor. Pengaduk
diputar cepat oleh sebuah motor. Untuk meyakinkan pengadukan berjalan dengan baik
dipasang lempeng-lempeng penghalang memanjang di dalam fermentor. Ketika pengaduk
berputar, cairan akan menghantam penghalang dan pecah menjadi butiran-butiran yang
lebih kecil lagi sehingga cairan medium menjadi lebih homogen.

c. Sistem pengendalian lingkungan proses bioreaksi/fermentasi


Mengendalikan bioreaksi/fermentasi dalam skala besar jauh lebib sulit daripada
fermentasi dalam skala laboratoriun. Dalam skala besar pengaruh faktor lingkungan
sangat menentukan, seperti konsentrasi oksigen, pH, massa sel dan konsentrasi dari
produk. Selain itu juga perlu diperhatikan perubahan suhu dan adanya busa. Pemantauan
dan pengendalian faktor lingkungan ini perlu dilakukan terus-menerus selama proses
fermentasi berlangsung. Untuk itu agar lebih memudahkan pemantauan dan pengendalian
faktor lingkungan, fermentor dihubungkan dengan komputer. Komputer akan memproses
data yang masuk dari proses fermentasi kemudian mengendalikannya dengan mengambil
tindakan yang tepat.

Gambar: Satu model fermentor


2. Pemilihan Bioreaktor/Fermentor
Pada bioproses terdapat dua komponen penting, yaitu biokatalis (enzim atau sel hayati)
dan kondisi lingkungan. Kedua komponen tersebut berguna agar katalis dapat bekerja
optimal. Lingkungan optimal ini dapat dicapai dengan menempatkan biokatalis dalam
wahana yang disebut fermentor/bioreaktor.
a. Pertimbangan Untuk Pemilihan Bioreaktor
Dalam pemilihan bioreaktor perlu dipertimbangkan beberapa faktor antara lain: jenis
mikroba yang digunakan, sifat media, parameter proses, dan faktor produksi (Schugerl
dan Sittig, 1987).

1) Pertumbuhan Biokatalis Yang Optimal


Fermentor dan seluruh sistem harus dirancang sebaik mungkin agar proses yang
dilakukan oleh biokatalis dapat berlangsung optimal. Optimasi pertumbuhan biokatalis
atau pembentukan produk dalam bioreaktor dapat dicapai dengan memasok :
- sumber energi,
- nutrisi (hara) esensial,
- inokulum yang baik, dan
- kondisi fisikokimiawi yang optimal.
2) Galur Mikroba Yang Stabil
Pengoperasian bioreaktor sangat tergantung pada kemantapan galur mikroba. Hanya
galur-galur mikroba stabil yang cocok digunakan dalam operasi sinambung. Kondisi
operasi ini juga dipengaruhi oleh apakah suatu mikroba bersifat aerobik atau anaerobik.
Karena kelarutan oksigen dalam media sangat rendah, maka O2 harus dipasok terusmenerus dengan cara mendispersikan udara dalam media. Dalam kondisi ini suatu
bioreaktor harus mampu mencapai keadaan tersebut dengan berbagai perlengkapannya.
3) Sifat Media Yang Sesuai
Penentuan galur sangat menentukan media yang digunakan. Media biakan yang
digunakan ini berpengaruh terhadap jenis bioreaktor yang akan dijadikan tempat reaksi.
Sifat-sifat fisik subtrat yang digunakan beragam, misalnya gas (metanas), cairan dan
senyawa larut air (metanol, etanol), bahan padat dan larut air (glukosa, laktosa), bahan
cair dan tidak larut air (minyak bumi, parafin), serta padatan yang larut sebagian atau tak
larut dalam air (pati, selulosa). Setiap sifat fisik berpengaruh terhadap bioreaktor yang
dipilih. Sebagai contoh, substrat metana dan udara yang eksplosif tentunya tidak tepat
bila menggunakan bioreaktor yang mempunyai bagian untuk udara. Substrat-substrat
mudah menguap (volatil) dapat digunakan dengan aliran searah dengan pencampuran
aksial atau unit tahapan ganda untuk memperkecil kehilangan gas. Bioreaktor khusus
tangki dengan pengaduk heliks dapat menggunakan media yang sangat kental (misalnya
pada proses produksi polisakarida).
4) Parameter Proses Biokimiawi Yang Tepat
Salah satu faktor dasar yang berpengaruh terhadap pemilihan bioreaktor untuk
pertumbuhan mikroba aerobik adalah laju perpindahan oksigen (OTR, oxygen tranfer
rate). Pada fermentasi sinambung, proses tidak pernah dilakukan pada daerah
pertumbuhan tanpa batas, karena dalam keadaan ini bioreaktor bersifat tidak stabil. Bila
digunakan substrat yang tidak mengandung oksigen (misal parafin), maka kebutuhan
oksigen akan lebih tinggi.
5) Faktor Produksi Yang Sesuai Kriteria

Berbagai faktor produksi yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan bioreaktor adalah
sebagai berikut :
- Ketersediaan bahan mentah (pati, tetes, sirup, gula).
- Ketersediaan energi dan air pendingin.
- Ketersediaan tenaga kerja berkualitas.
- Fasilitas perdagangan untuk produk dan bahan mentah.
- Keadaan pasar (penjualan stabil, penjualan berubah, pabrik tunggal, pabrik
fleksibel).
- Peraturan kerja dan keselamatan.
- Undang-undang tentang pembatasan polusi lingkungan.
- Penggunaan secara ekonomis hasil samping produk.
b. Prototipe Bioreaktor ideal
Sistem bioreaktor yang digunakan bioproses adalah curah, sinambung dan semi
sinambung. Pada semua sistem tersebut terjadi pencampuran substrat dan
mikroorganisme secara sempurna dan seragam sehingga keadaan reaksi dan taraf
biokatalik merupakan suatu sistem homogen. Sistem ini adalah ideal, sehingga bioreaktor
yang mempunyai ciri tersebut dijadikan model untuk analisis yang disebut sebagai
bioreaktor ideal. Anggapan tersebut hanya valid bila perubahan yang terjadi dalam
bioreaktor cukup kecil, sehingga laju reaksi secara lokal terjadi di dalam sel dan partikel
biokatalis, dari suatu sisi reaktor ke bagian lainnya. Pada pihak lain terjadi sebaliknya,
pencampuran mikroba penghasil polimer eksoseluler yang berdensitas tinggi dengan
cairan fermentasi bukan newton (non-newtonian fluid).
1) Fermentor Semi-Curah/Semi-Sinambung (Fed-Batch)
Pada beberapa proses seringkali diperlukan penambahan aliran cairan ke dalam
bioreaktor curah. Hal ini misalnya dikerjakan untuk menambah prekursor produk yang
diinginkan dan untuk menambah senyawa pengatur (induser) untuk mempertahankan
taraf hara pada konsentrasi rendah sehingga represi katabolit dapat dihindari. Semua itu
dapat dikerjakan dengan menggunakan sistem bioreaktor unggun terumpani (fed-batch)
yang disebut juga semi-curah atau semi-sinambung.
2) Fermentor Sinambung (Continuous Stirred Tank Reaktor [CSTR])
Beberapa jenis CSTR untuk reaksi enzimatik dapat digunakan. Penggunaannya
tergantung pada metoda yang digunakan untuk mencapai tingkatan aktivitas enzimatik
yang diperlukan. Pada rancangan paling sederhana, enzim secara terus-menerus
dimasukkan ke dalam biorektor dan dikeluarkan dari reaktor melalui pompa
pengumpanan dan pengeluaran (elluent).

B. PERANCANGAN DAN PENGEMBAGAN BIOREAKTOR


1. Perancangan Bioreaktor
a. Dasar dan pendekatan perancangan bioreaktor
1) Dasar Perancangan Dan Analisis Fermentor
Pada telaah terdahulu telah disinggung tentang berbagai jenis bioreactor, baik yang
digunakan untuk reaksi enzimatik maupun mikroba secara ideal ataupun modifikasinya.
Telaahan bioreaktor dititik-beratkan pada rekayasa perancangan.
Kinetika reaksi biokimiawi di satu pihak dan fenomena perpindahan massa di pihak lain,
merupakan landasan utama untuk memahami kinerja suatu bioreaktor. Dalam
pemahaman dan analisis dua fenomena tersebut diintegrasikan secara terpadu dalam
suatu sistem yang bekerja. Agar dapat mendeskripsi kinerjanya, dua fenomena tersebut
harus dipahami secara terpadu dalam sistem yang bekerja dalam suatu bioreaktor,
misalnya pada pencampuran antara gas dan cairan serta pola kontaknya. Untuk bioreaktor
dengan ciri alir dan pencampuran yang berlainan diperlukan rancangbangun dan tata cara
penggandaan skala yang berbeda.
2) Pengembagan Proses Dengan Pendekatan Empiris-Sistematis
Untuk bioreaktor dengan proses yang kompleks pendekatan sederhana seperti di atas
tidak dapat diterapkan. Untuk ini harus diterapkan pendekatan yang lebih sistematis
berupa model matematik. Pada model ini setiap tahapan senantiasa merupakan masukan
bagi tahapan berikutnya.
Bioreaktor Laboratorium mini
Analisis
Bioreaktor sempurna

Model bioreaktor

sintesis
Pilot Plant

Bioreaktor komersial

1. Penelitian eksploratif
Dasar, galur, media
produk, kelayakan
2. Analisis Kinetika Proses
Dasar, galur, media
produk, kelayakan
3. Perancangan proses
OTR, uji ekonomis model hasil
P/V, HvTR

Produksi secara industri

Gambar: Penggunaan bioreaktor untuk perancangan proses berdasarkan


pendekatan empiris-sistematis (permodelan matematik) (Moser, 1985).

b. Pertimbangan dalam perancangan bioreaktor


Untuk memenuhi fungsi utama dengan kondisi lingkungan terkendali dan terbaik bagi
biokatalis, maka dalam perancangan bioreaktor harus diperhatikan beberapa
pertimbangan sebagai berikut.
1) Bejana atau bentuk lain harus mampu dioperasikan dalam waktu beberapa hari
dan berlangsung untuk jangka waktu panjang.
2) Bejana atau bentuk lain harus sesuai dengan berbagai jenis proses.
3) Bejana perlu dirancang agar dapat dioperasikan dengan jumlah kerja minimal
baik untuk pengoperasian, pemanenan produk, pembersihan, dan pemeliharaan.
4) Bejana harus dikonstruksi sedemikian rupa sehingga permukaan dalamnya halus.
5) Bioreaktor harus dilengkapi juga dengan fasilitas pengambilan contoh/sample.
6) Bioreaktor harus mempunyai bentuk geometri serupa antara yang berukuran kecil
dengan yang besar, untuk memudahkan penggandaan skala.
7) Sistem pengendalian suhu dan pH harus merupakan bagian dari perlengkapan
bioreaktor.
8) Aerasi dan agitasi dapat diatur sehingga dapat mencukupi kebutuhan
biokatalis/sel untuk melakukan metabolisme secara optimal, serta tidak boleh
merusak sel.
9) Konsumsi energi untuk pengoperasian bioreaktor harus dapat dibuat seminimal
mungkin.
10) Proses evaporsi yang terjadi perlu diupayakan agar tidak berlebihan.
Bioreaktor sebagai wahana proses memegang peranan penting dalam industri yang
mendayagunakan reaksi-reaksi biokimiawi yang dilakukan oleh sel (mikroba, tanaman,
dan hewan) atau dikatalisis oleh enzim.
c. Pengubahan skala bioreaktor
Pengubaan skala fermentor dapat dilakasanakan denga cara peningkatan skala atau
pengecilan skala. Pengertian peningkatan skala (scale-up) umumnya digunakan dalam
dua pengertian yang berbeda. Pertama, peningkatan skala yang menunjukkan
kecenderungan umum dalam suatu masyarakat untuk mengembangkan sistem baru
yang lebih besar. Sistem itu dapat berupa kapal, pesawat terbang, pabrik atau
administrasi. Kedua, peningkatan skala juga digunakan untuk perancangan dari
penyusunan sistem yang lebih besar (prototipe), berdasarkan hasil percobaan dengan
menggunakan model yang berukuran lebih kecil. Dalam hal ini, peningkatan skala
disajikan untuk pengertian yang kedua.
Cara lain dalam rancangbangun suatu bioreaktor adalah teknik pengecilan ukuran (scaledown) berdasarkan pendekatan lingkungan. Percobaan pada skala kecil dilakukan pada
kondisi sama dengan skala industri/produksi (fisik maupun ekonomik), antara lain OTR
(laju perpindahan oksigen, waktu pencampuran, gaya geser, dan susunan substrat).
Gambar berikut menyajikan skema tata cara pengecilan skala.

Skala
penuh

Bioreaktor skala penuh


(yang ada/rancangan awal)

Penerapan pada
skala penuh

Skala
kecil

Bioreaktor skala kecil


(yang ada/rancangan awal)

Pemilihan galur optimasi


kondisi lingkungan

Gambar : Cara pengubahan skala (Kossen dan Oosterhius, 1985)


2. Pengembangan Bioreaktor Baru
Perkembangan bioproses yang pesat acapkali menyebabkan suatu proses menghendaki
penanganan dan pengendalian khusus yang tidak dapat dilakukan dan menggunakan
bioreaktor biasa, misalnya tangki teraduk. Sistem dan model bioreaktor baru dirancang
untuk memecahkan masalah tersebut yang jumlahnya banyak sekali. Beberapa sistem
bioreaktor baru yang telah banyak digunakan dilaporkan oleh Margaritis dan Wallace
(1984) seperti disajikan pada tabel berikut.
Tabel : Berbagai sistem fermentor baru
Rancangan Bioreaktor
1. Menara udara
(air-lift)
2. Bioreaktor
terfluidisasi
3. Bioreaktor pembawa
mikro (microcarrier)

Sistem Sel yang


Digunakan
Bakteri, khamir, dan
kapang lain
bakteri, khamir, dan
kapang imobil, lumpur
aktif
sel mamalia imobil
pada manik

4. Propagator jaringan
permukaan

jaringan mamalia
(tubuh pada
permukaan)

5. Bioreaktor membran
(serat berongga)
(hollow-fiber)
6. Tangki berpengaduk
(modifikasi)

bakteri, khamir, sel


tanaman, sel mamalia

7. Unggun diam
(modifikasi)

bakteri imobil, khamir,


kapang, sel tanaman

bakteri, khamir, dan


sel tanaman imobil

Produk
PST, enzim,
metabolit sekunder,
biosurfaktan
etanol, metabolit
sekunder,
penanganan limbah
interferon, faktor
tumbuh, faktor darah,
antibodi monoklonal
interferon, faktor
tumbuh, faktor darah,
antibodi monoklonal,
vaksin, hormon,
protease
etanol, antibodi,
monoklonal, prolease
antibodi monoklonal
faktor pertumbuhan,
interferon, produkproduk berkasiat obat
etanol, enzim,
produk, berkhasiat

8. Bioreaktor menara
dan laran
9. Bioreaktor vakum
dan siklon
10. Bioreaktor fotokimia

bakteri dan khamir

obat
PST

bakteri dan khamir

etanol, PST

bakteri fotosintetik dan PST


alga

Anda mungkin juga menyukai