Anda di halaman 1dari 14

Rana Gita Widawati

240210140100

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Nutrisi sebagai sumber makanan bakteri memiliki kaitan erat pada pertumbuhan
bakteri, hal ini dikarenakan, bakteri memiliki kondisi yang spesifik, dimana
kebutuhan nutrisinya berbeda-beda. Kultur sel merupakan suatu teknik yang
digunakan untuk mengembang-biakan sel di luar tubuh (in-vitro). Contohnya
medium yang dipakai, telah diatur nutrisi apa saja yang akan diberikan untuk
mikroorganisme, selain itu apakah proses yang beelangsung aerob ataupun anaerob
dan yang lainnya.
Kultur sel dilakukan secara aseptik. Kultur sel banyak digunakan untuk
berbagai aplikasi, maka dari itu penting untuk diketahui cara cara mngkultur yang
efisien. Kultur sel diterapkan juga untuk mengembangbiakan bakteri, karena pada
kultur sel, lingkungan tempat hidupnya dapat dikontrol dan diatur sehingga kondisi
fisiologis dari kultur relatif konstan. Untuk mendapatkan kultur yang baik, maka
diperlukan beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan. Kultur sel
dapat dilakukan menggunakan bioreaktor. Bioreaktor merupakan sebuah sistem
yang dapat menyediakan lingkungan biologis yang menunjang suatu reaksi
biokimia. Alat ini digunakan untuk mengolah proses dengan adanya
mikroorganisme di dalamnya. Baik untuk mengolah suatu bahan mentah menjadi
bahan jadi menggunakan mikroorganisme ataupun untuk mengkultur
mikroorganisme itu sendiri. Berdasarkan hal diataslah maka praktikan melakukan
pengamatan bioreaktor

1.2. Tujuan
Tujuan dilakukannya praktikum kali ini adalah untuk mengetahui bagaimana
cara kerja bioreaktor serta bagian-bagian alat serta fungsinya.
Rana Gita Widawati
240210140100

II. PEMBAHASAN
Komponen penting dalam bioproses adalah biokatalis (berupa enzim atau
sel makhluk hidup) dan kondisi lingkungan. Setiap reaksi metabolisme sel
membutuhkan enzim spesifik yang bertindak sebagai biokatalis. Bahan penyusun
utama biokatalis berupa protein, yang dapat berfungsi pada lingkungan yang sesuai.
Lingkungan optimal dapat dicapai dengan menempatkan biokatalis dalam wahana
yang disebut bioreaktor.
Bioreaktor memberikan lingkungan fisik sehingga sel/biokatalis dapat
melakukan interaksi dengan lingkungan dan nutrisi yang dimasukkan ke dalamnya.
Bioreaktor sebagai wahana bioproses memegang peranan penting untuk
mendayagunakan reaksi-reaksi biokimiawi yang dilakukan oleh enzim atau sel
(mikroba, tanaman, dan hewan).
Pemilihan bioreaktor sangat ditentukan oleh jenis makhluk hidup yang
digunakan, sifat media tumbuh makhluk hidup tersebut, parameter bioproses yang
akan dicapai, dan faktor-faktor produksi. Optimasi bioproses dalam bioreaktor
dapat dicapai dengan memasok:
Sumber energi
Nutrisi
Inokulum sel atau makhluk hidup yang unggul
Kondisi fisikokimiawi yang optimal.
Pada praktikum kali ini diamati mengenai alat bioreaktor. Dalam laporan
kali ini akan dijelaskan mengenai pengertian bioreaktor, prinsip alat yang
digunakan, fungsi alat, macam-macam bioreaktor, fungsi setiap bagian alat serta
aplikasi penggunaan bioreaktor.

2.1. Pengertian Bioreaktor


Berikut adalah beberapa pengertian bioreaktor menurut para ahli:
Fermentor adalah tangki atau wadah dimana didalamnya seluruh sel
(mikrobia) mengubah bahan dasar menjadi produk biokimia dengan atau
tanpa produk sampingan (Pujaningsih, 2005).
Bioreaktor/ reaktor biologi/ fermenter suatu wahana/ tempat untuk
keberlangsungan proses fermentasi /transformasi bahan dasar menjadi
Rana Gita Widawati
240210140100

produk yang dinginkan yang dilakukan oleh sistem enzim dalam mikroba
atau enzim yang diisolasi. Bioreaktor merupakan sistem tertutup utk reaksi
biologis dr suatu proses bioteknologi (Saepudin dan Sateakasih, 2009).
Fermentor adalah peralatan untuk mengendalikan pertumbuhan
mikroorganisme dalam medium cair. Parameter-parameter seperti pH,
komposisi medium, suhu, pengadukan, konsentrasi metabolit dan gas dapat
dimonitor serta dikendalikan (Dwiari et al, 2008).
Bioreaktor (fermentor) merupakan bejana fermentasi aseptis untuk produksi
senyawa oleh mikrobia melalui fermentasi. Bioreaktor dirancang untuk
proses fermentasi secara anaerob dan aerob (Andheklawang, 2008).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa bioreaktor adalah suatu unit alat yang
digunakan untuk melangsungkan proses biokimia dari suatu bahan baku menjadi
produk yang diinginkan, dimana prosesnya dikatalisis oleh enzim-enzim mikrobial
atau isolat enzim murni

2.2. Fungsi Bioreaktor


Fungsi bioreaktor digunakan untuk menghasilkan produk oleh mikrobia
baik kultur murni atau campuran, yang dikendalikan menggunakan sistem
komputer dalam mengatur faktor lingkungan dan pertumbuhan serta kebutuhan
nutriennya.
Menurut Pujaningsih (2005), fungsi dasar fermentor/ bioreactor yaitu
menyediakan kondisi lingkungan yang cocok bagi mikrobia didalamnya untuk :
Menghasilkan biomassa
Menghasilkan enzim
Menghasilkan metabolit dsb.
Fungsi utama bioreaktor adalah memberikan lingkungan terkontrol bagi
pertumbuhan mikroorganisme atau campuran tertentu mikroorganisme untuk
memperoleh produk yang diinginkan. Bioreaktor hendaknya mencegah
kontaminasi produksi dari lingkungan pada kultur sambil mencegah pelepasan
kultur ke lingkungan. Bioreaktor sebaiknya memiliki instrumentasi untuk
pemeriksaan agar terjadi pengawasan proses optimum.
Rana Gita Widawati
240210140100

Fungsi utama bioreaktor adalah dapat memberi kondisi lingkungan optimal


dan terkendali dengan baik bagi biokatalis. Dengan demikian ada beberapa hal yang
dipertimbangkan dalam perancangan bioreaktor, yaitu:
Bentuk bioreaktor mudah untuk dioperasikan dan mudah pula dalam
pemeliharaan.
Aerasi dan agitasi harus dapat diatur sesuai dengan kebutuhan biokatalis
untuk melakukan metabolisme secara optimal.
Konsumsi energi untuk pengoperasian dibuat seminimal mungkin.
Pengendalian suhu, pH, dan faktor fisikokimia lain merupakan bagian
perlengkapan bioreaktor.
Fasilitas pengambilan contoh sangat diperlukan untuk pengukuran
parameter yang berguna dalam pemantauan kinerja bioreaktor.
Proses evaporasi diupayakan tidak berlebihan.
Bentuk geometri serupa pada penggandaan skala, karena umumnya
bioreaktor diuji terlebih dahulu dalam skala kecil.

2.3. Jenis Bioreaktor


Menurut Pujaningsih (2005), macam-macam reactor adalah sebagai berikut :
Bioreaktor tanki adukan (stirres tank bioreactor) dimana udara
disirkulasikan melalui medium yang diaduk dengan impeller.
Biorekator kolum gelembung (Bubble column bioreactor) dimana udara
dialirkan melalui sparger di dasar bejana.
Bioreaktor dengan pancaran udara (Airlift bioreactor) dimana terdiri dari
dua kolum yang dimasukkan ke dalam kolum yang lain. Udara dipaksa
masuk melewati pipa sehingga udara dapat terpancar keatas dan medium
ikut terbawa.
Bioreaktor terkemas padat diisi dengan bahan padatan yang dapat menjaring
mikrobia masuk kedalamnya.
Menurut Andhiko (2008), berdasarkan proses penyebaran organisme dan media
dalam bejana mengelompokkan jenis fermentor ke dalam 3 grup :
Rana Gita Widawati
240210140100

Reaktor dengan agitasi internal. Merupakan biorekator yang paling lazim


digunakan di berbagai industri fermentasi. Grup ini termasuk stirred tank
reactor.
Bubble column bioreactor. Merupakan bioreaktor paling sederhana. Terdiri
dari tabung panjang dengan beberapa sparger di bagian dasarnya.
Loop reactor. Merupakan collumn reactor di tnana percampuran dan
sirkulasi diinduksi dengan alat-alat tertentu.
Berdasarkan penggunaan alat tersebut, fermentor ini dikelompokkan atas tiga jenis:
Air lift loop reactor.
Pro pellerloop reactor.
Jet loop reactor.
Berdasarkan pemasukan nutrisinya kedalam bioreaktor, ada tiga jenis
bioreaktor, yaitu bioreaktor kontinu, semikontinu, dan diskontinu.
1. Bioreaktor Kontinu
Pada bioreaktor kontinu, pemberian nutrisi dan pengeluaran sejumlah fraksi
dari volume kultur total terjadi secara terus menerus. Dengan metode kontinu
memungkinan organisme tumbuh pada kondisi setimbang (steady state), dimana
pertumbuhan terjadi pada laju konstan dan lingkungan stabil. Faktor seperti pH
dan konsentrasi nutrisi dan produk metabolit yang tidak terelakkan berubah selama
siklus pertumbuhan pada suatu diskontinu dapat dijaga konstan dalam kultur
kontinu.
Dalam suatu bioreaktor kontinu, medium steril dimasukkan kedalam
biorekator dengan laju aliran yang konstan, dan kultur yang keluar dari bioreaktor
terjadi dengan laju yang sama, sehingga volume kultur di dalam reaktor
konstan. Dengan pencampuran yang efisien, medium yang masuk tersebut
menyebar secara cepat dan merata pada seluruh bagian rekator. Contoh dari
biorektor kontinu yaitu Reaktor Tangki diaduk Kontinu (RTDK).
Udara steril dimasukkan pada dasar reaktor melalui pipa terbuka atau
penyemprot udara. Suattu batang vertical dilengkapi dengan pengarah dengan satu
atau lebih impeler. Impeler biasanya dipasang di sepanjang batang pada interval
jarak sama dengan diameter reaktor untuk menghindari tipe pergerakan melingkar.
Peranan impeler adalah untuk menimbulkan agitasi dalam bioreaktor untuk
Rana Gita Widawati
240210140100

mempermudah aerasi. Fungsi utama agitasi adalah untuk mensuspensikan dan


meratakan nutrisi dalam medium, untuk memberikan hara termasuk oksigen- bagi
sel, dan untuk memindahkan panas.
2. Bioreaktor Diskontinu
Pada bioreaktor diskontinu, inokulen dan nutrisi yang akan diperlukan bagi
pertumbuhan dicampur dalam suatu bejana tertutup pada kondisi suhu, pH, dan
pencampuran optimum. Sistem ini adalah tertutup, kecuali untuk organism aerobik
dimana suplai udara kontinu dialirkan kedalam bioreaktor. Pada bioreaktor
diskontinu, laju pertumbuhan dan laju pertumbuhan spesifik jarang konstan. Hal ini
menunjukkan adanya perubahan karakteristik nutrisi dari sistem.
Salah satu contoh dari bioreaktor diskontinu adalah Bioreaktor Lumpur
Buangan Teraktivasi. Bioreaktor ini digunakan secara luas untuk pengolahan secara
oksidasi air buangan dan sampah industri lain. Prosesnya difungsikan untuk
meningkatkan pemasukan udara, sehingga bahan organic massa dapat didegradasi
secara optimum. Bioreaktor ini sangat besar, sehingga untuk mempermudah
pencampuran dan penyebaran oksigen diperlukan sejumlah besar agitator pada
kebanyakan pabrik pengolahan air buangan skala kota.
3. Bioreaktor semikontinu
Bioreaktor semikontinu adalah suatu bentuk kultivasi dimana medium atau
substratnya ditambahkan secara kontinu atau berurutan ke dalam tumpukan
diskontinu awal tanpa mengeluarkan sesuatu dari sistem. Produk yang dihasilkan
dari sistem seperti ini dapat melebihi produk yang dihasilkan dari kultur diskontinu.
Pendekatan ini secara luas diterapkan dalam industry misalanya dalam produksi
ragi yang dibutuhkan untuk pembuatan roti.
Contoh bioreaktor semikontinu yaitu digestor atau bioreaktor anaerobik,
tetapi bioreaktor ini dapat pula dioperasikan secara kontinu. Pengunaan sistem ini
pada pengolahan air buangan padat, misalnya lumpur buangan (sludge) yang
diperoleh dari pengolahan buangan perkotaan, akan memberikan stabilisasi air
buangan yang efisien dan produksi metan yang tinggi. Dalam sistem ini Lumpur
buangan dicampur dengan mikroorganisme anaerobic pada suhu 30 C dan waktu
retensi hidrolik. Untuk air buangan berkekuatan sedang dari industri makanan dan
fermentasi, teknik operasi yang dapat menahan biomassa mikroba lebih lama dalam
Rana Gita Widawati
240210140100

sistem operasi kontinu sudah ditemukan. Maka waktu retensi zat padat tidak dapat
digabung dengan waktu retensi cairan sehingga konsentrasi mikroba yang tinggi
dapat terjadi pada digester (atau pada bioreaktor tersebut), yang memberikan laju
degradasi yang tinggi. Bagi air buangan yang sangat encer, misalnya buangan kota,
waktu retensi zat padat yang sangat panjang diperlukan.
Teknik diskontinu merupakan teknik yang paling dominan digunakan dalam
industri, dominasi sistem bioreaktor semikontinu dan diskontinu dalam industri
disebabkan oleh beberapa alasan berikut.
1. Pada waktu tertentu, produk bioteknologi mungkin dibutuhkan dalam
jumlah yang relatif sedikit.
2. Kebutuhan pasar mungkin bersifat musiman.
3. Masa berlaku produk tertentu pendek (tidak tahan lama).
4. Konsentrasi produk yang tinggi.
5. Beberapa produk tertentu hanya dihasilkan pada fase setimbang dari siklus
pertumbuhan.
6. Ketidakstabilan beberapa galur produksi memerlukan pembaharuan secara
teratur.
7. Proses kontinu, secara teknis masih menunjukkan berbagai kesulitan.

2.4. Bagian Bioreaktor dan Prinsip Kerja Bioreaktor


Berikut adalah gambar dari bioreaktor:

Gambar 1. Bioreaktor
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2016)
Rana Gita Widawati
240210140100

Gambar 2. Bagian-Bagian Bioreaktor


(Sumber: image.slidesharecdn.com)
Bagian-bagiannya adalah sebagai berikut:
Kabel power
Kabel power berfungsi untuk menghubungkan shaker dengan sumber
listrik. Kabel power harus dihubungkan dengan sumber listrik dengan tegangan 220
volt 50 Hz.
Tutup Reaktor
Tutup reaktor berfungsi sebagai penutup badan reaktor agar terhindar dari
kontaminasi lingkungan luar dan juga sebagai pendukung kedudukan motor
pengaduk. Penutup dikuatkan ke badan reaktor dengan pengencang baut, sehingga
sekali-kali dapat dibuka/dipisahkan dari badan reaktor.
Motor Pengaduk
Motor pengaduk berfungsi sebagai penggerak pengaduk media dalam
bioreaktor. Motor pengaduk adalah berupa motor 3 phase 0,5 HP.
Box/Panel Kontrol
Box/panel control adalah tempat unit pengontrol ditempatkan. Ada
beberapa unit pengontrol yaitu:
1. Saklar Power
Saklar power berfungsi untuk menghidupkan/mematikan operasi. Ada tiga
saklar power, 1) saklar power untuk menghidupkan/mematikan motor pengaduk, 2)
saklar power untuk menghidupkan/mematikan pemanas dan 3) saklar power untuk
menghidupkan/mematikan pendingin.
2. Pengontrol Suhu
Rana Gita Widawati
240210140100

Pengontrol suhu berfungsi untuk megatur suhu operasi dalam reaktor agar
sesuai dengan kebutuhan. Setting suhu dilakukan secara analog dengan cara menset
suhu operasi. Suhu operasi aktual akan terlihat pada display secara digital.
3. Speed Controler
Speed controller berfungsi untuk mengatur jumlah putaran pengaduk yang
dilakukan saat operasi.Pengaturan ini delakukan dengan memutar tombol lalau atur
sesuai kebutuhan. Perhatikan pada bagian indikator putaran akan menunjukkan
jumlah putaran sesuai dengan arah putaran pada saklar speed controller. Putaran
saklar ke searah jarum jam akan mengubah jumlah putaran semakin besar dan
sebaliknya.
Kondensor
Kondensor berfungsi untuk mengembunkan cairan yang menguap selama
operasi berlangsung dalam reaktor dan mengembalikan lagi ke tangki reaktor.
Dengan cara ini maka konsentrasi media dalam reaktor diharapkan tidak banyak
terjadi perubahan akibat kehilangan cairan selama operasi berlangsung. Agar
kondensor dapat berfungsi dengan baik, maka perlu pendinginan dengan media
pendingin.
Badan Reaktor
Badan reaktor adalah tangki reaktor tempat media diproses. Badan reaktor
berupa tangki berjaket untuk operasi pendinginan jika diperlukan. Di bagian bawah
ditempatkan filament pemanas untuk sterilisasi dan pemanasan saat proses jika
diperlukan
Flowrate Aerator
Flowrate aerator berfungsi untuk mengatur jumlah udara yang dimasukkan
ke dalam reaktor selama operasi berlangsung. Jumlah volume udara yang dialirkan
dapat terlihat pada display aliran. Tempat udara yang masuk menggunakan tekanan
maksimal 0,5 bar.
Corong Input
Corong input berfungsi untuk memuat bahan/media yang akan diproses
dalam reaktor secara perlahan-lahan. Corong input dapat juga disambungkan
dengan menggunakan selang untuk input menggunakan pompa.
Manhole Input
Rana Gita Widawati
240210140100

Manhole input berfungsi untuk pemuatan bahan/media ke dalam reaktor


secara cepat. Manhole input dikuatkan pada tutup reaktor dengan menggunakan
pengencang baut yang mudah dibuka/dikencangkan.
Jendela Pengintip
Jendela pengintip berfungsi untuk melihat atau memperhatikan secara
visual kondisi opersi dalam reaktor selama proses berlangsung.
Pipa Input Media Pendingin
Pipa input media pendingin berfungsi untuk mengalirkan media pendingin
berupa air dingin untuk mendinginkan media selama berlangsungnya proses jika
diperlukan. Operasi pendinginan akan berjalan otomatis, sehingga suhu dalam
reaktor sesuai dengan yang diharapkan (kondisi preset).
Valve Output
Valve output berfungsi untuk memanen hasil proses dalam reaktor.
Pemanenan dilakukan dengan cara membuka valve output tersebut.
Control Asam Basa, Sensor pH dan Tempat Larutan Asam Basa
Control asam basa berfungsi untuk mengendalikan pH pada kondisi yang
sesuai saat terjadi perubahan selama proses berlangsung, (naik atau turun), setelah
menerima sinyal-sinyal dari sensor pH. Tempat larutan asam basa berfungsi sebagai
tempat persediaan asam/ basa yang akan mengalir secara otomatis ke dalam reaktor
setelah mendapat perintah dari control asam basa, agar sesuai dengan pH yang
didinginkan.
Control Busa (Foam), Sensor Busa dan Tempat Larutan Anti Foam
Komponen-komponen ini berfungsi untuk mengendalikan proses dari
gangguan yang diakibatkan oleh terjadinya busa (foam). Oleh karena itu dilengkapi
dengan larutan anti foam yang secara otomatis akan terbuka jika dalam proses
terjadi busa.
Tempat Sampling
Tempat Sampling berfungsi sebagai tempat pengambilan sampel untuk
pengambilan data pada waktu-waktu tertentu.
Komponen utama bioreaktor terdiri
atas tangki, sparger, impeller, saringan halus atau baffle dan sensor untuk
mengontrol parameter. Tanki berfungsi untuk menampung campuran substrat, sel
Rana Gita Widawati
240210140100

mikroorganisme, serta produk. Volume tanki skala laboratorium berkisar antara 1


30 L, sedangkan untuk skala industri dapat mencapai lebih dari 1 000 L. Sparger
terletak di bagian bawah bioreaktor dan berperan untuk memompa udara, dan
mencegah pembentukan gelembung oksigen. Impeller berperan
dalam agitasi dengan mengaduk campuran substrat dan sel. Impeller digerakkan
oleh rotor (Villadsen J, Lidn G, 2003) Baffle juga berperan untuk mencegah
terjadinya efek pusaran air akibat agitasi yang dapat mengganggu agitasi yang
seharusnya. Sensor berperan untuk mengontrol lingkungan dalam bioreaktor.
Kontrol fisika meliputi sensor suhu, tekanan, agitasi, foam, dan kecepatan aliran.
Sedangkan, kontrol kimia meliputi sensor pH, kadar oksigen, dan
perubahan komposisi medium (Williams JA, 2002).
Bioreaktor biasanya terbuat dari bahan stainless steel karena bahan tersebut
tidak bereaksi dengan bahan-bahan yang berada dalam bioreaktor sehingga tidak
menggangu proses biokimia yang terjadi. Selain itu, bahan tersebut juga
anti karat dan tahan panas (Ratledge C, 2001). Bioreaktor harus dapat menciptakan
lingkungan yang optimum bagi mikroorganisme ataupun reaksi yang diinginkan
maka diperlukan pengontrolan. Parameter yang biasa dikontrol pada bioreaktor
adalah suhu, pH, substrat (sumber karbon dan nitrogen), aerasi, dan agitasi
(Williams JA, 2002).
Perancangan bioreaktor adalah suatu pekerjaan teknik yang cukup
kompleks. Pada keadaan optimum, mikroorganisme atau enzim dapat melakukan
aktivitasnya dengan sangat baik. Keadaan yang memengaruhi kinerja agensia
biologis terutama temperatur dan pH. Untuk bioreaktor dengan menggunakan
mikroorganisme, kebutuhan untuk hidup seperti oksigen, nitrogen, fosfat,
dan mineral lainnya perlu diperhatikan. Pada bioreaktor yang agensia biologisnya
berada dalam keadaan tersuspensi, sistem pengadukan perlu diperhatikan agar
cairan di dalam bioreaktor tercampur merata (homogen). Seluruh parameter ini
harus dimonitor dan dijaga agar kinerja agensia biologis tetap optimum.
Bioreaktor skala laboratorium yang berukuran 1,5-2,5 L umumnya terbuat
dari bahan kaca atau borosilikat, namun untuk skala industri, umunya digunakan
bahan baja tahan karat (stainless steel) yang tahan karat. Hal ini dimaksudkan untuk
mengurangi kontaminasi senyawa metal pada saat fermentasi terjadi di dalamnya.
Rana Gita Widawati
240210140100

Bahan baja yang mengandung < 4% kromium disebut juga baja ringan, sedangkan
bila kadar kromium di dalamnya >4% maka disebut stainless steel. Bioreaktor yang
umum digunakan terbuat dari bahan baja 316 yang mengandung 18% kromium, 2-
2,5% molibdenum, dan 10% nikel. Bahan yang dipilih harus bersifat non-toksik
dan tahan terhadap sterilisasi berulang-ulang menggunakan uap tekanan tinggi (D.
P. Middaugh dkk, 2004). Untuk mencegah kontaminasi, bagian atas biorektor
dapat ditambahkan dengan segel aseptis (aseptic seal) yang terbuat dari
campuran metal-kaca atau metal-metal, seperti O-ring dan gasket. Untuk
meratakan media di dalam bioreaktor digunakan alat pengaduk yang disebut
agitator atau impeler. Sementara itu, untuk asupan udara dari luar ke dalam sistem
biorektor digunakan sistem aerasi yang berupa sparger. Untuk bioreaktor aerob,
biasanya digunakan kombinasi sparger-agitator sehingga pertumbuhan
mikrooganisme dapat berlangsung dengan baik (Mukesh Doble dkk, 2004).
Pada bagian dalam bioreaktor, dipasang suatu sekat yang
disebut baffle untuk mecegah vorteks dan meningkatkan efisiensi aerasi. Baffle ini
merupakan metal dengan ukuran 1/10 diameter bioreaktor dan menempel secara
radial di dindingnya. Bagian lain yang harus dimiliki oleh suatu bioreaktor
adalah kondensor untuk mengeluarkan hasil kondensasi saat
terjadi sterilisasi dan filter (0,2 m) untuk menyaring udara yang masuk dan keluar
tangki (J. A. Scott, 1997). Untuk proses inokulasi kultur, pengambilan sampel, dan
pemanenan, diperlukan adanya saluran khusus dan pengambilannya harus
dilakukan dengan hati-hati dan aseptis agar tidak terjadi kontaminasi. Untuk
menjaga kondisi dalam bioreaktor agar tetap terkontrol,
digunakan sensor pH, suhu, anti-buih, dan oksigen terlarut (DO). Apabila kondisi
di dalam sel mengalami perubahan, sensor akan memperingatkan dan harus
dilakukan perlakuan tertentu untuk mempertahankan kondisi di dalam bioreaktor.
Misalkan terjadi perubahan pH maka harus ditambahkan
larutan asam atau basa untuk menjaga kestabilan pH. Penambahan zat ini dapat
dilakukan secara manual namun juga dapat dilakukan secara otomatis
menggunakan bantuan pompa peristaltik. Selain asam dan basa,
pompa peristaltik juga membantu penambahan anti-buih dan substrat ke dalam
bioreaktor (Peter M. Huck, 1998).
Rana Gita Widawati
240210140100

2.5. Aplikasi Penggunaan Bioreaktor


Awalnya bioreaktor hanya digunakan untuk memproduksi ragi,
ekstrak khamir, cuka, dan alkohol. Namun, alat ini telah digunakan secara luas
untuk menghasilkan berbagai macam produk dari makhluk hidup seperti antibiotik,
berbagai jenis enzim, protein sel tunggal, asam amino, dan senyawa metabolit
sekunder lainnya. Selain itu, suatu senyawa juga dapat dimodifikasi dengan
bantuan mikroorganisme sehingga menghasilkan senyawa hasil transformasi yang
berguna bagi manusia (Jetsuya Tosa dkk, 1992). Pengolahan limbah buangan
industri ataupun rumah tangga pun sudah dapat menggunakan bioreaktor untuk
memperoleh hasil buangan yang lebih ramah lingkungan (Debra R. Reinhart dkk,
1997) Aplikasi dari teknik bioproses dijumpai pada industri obat-
obatan, bioteknologi, dan industri pengolahan air.
Rana Gita Widawati
240210140100

DAFTAR PUSTAKA

Andiko, A. 2008. Fermentasi Antibiotik.


http://andheklawbae.blogspot.com/2008/09/fermentasi-antibiotik.html
diakses 7 Desember 2016.

Atledge C, Kristiansen B. 2001. Basic Biotechnology. Cambridge: Cambridge


University Pr. Hal. 5-17.

Debra R. Reinhart, Timothy G. Townsend (1997). Landfill Bioreactor Design &


Operation. CRC Press. ISBN 978-1-56670-259-1.

Dwiari, S.R. 2008. Teknologi Pangan. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen


Pendidikan Nasional

J. A. Scott, K. L. Smith (January 1997). "A bioreactor coupled to a membrane to


provide aeration and filtration in ice-cream factory wastewater
remediation". Water Research31 (2): 6974. doi:doi:10.1016/S0043-
1354(96)00234-5

Jetsuya Tosa, Atsuo Tanaka, Takeshi Kobayashi, Tetsuya Tosa (1992). Industrial
Application of Immobilized Biocatalysts (Biotechnology and
Bioprocessing). CRC Press. ISBN 978-0-8247-8744-8.

Mukesh Doble, Anil Kurnar Kruthiventi, Vilas Gajanan Gaikar


(2004). Biotransformations and Bioprocesses. MARCEL DEKKER
Inc. ISBN 0-8247-4775-5.

Peter M. Huck (1998). Design of Biological Processes for Organics Control.


Amer Water Works Assn. ISBN 978-0-89867-936-6.

Pujaningsih, Retno. 2005. Teknologi Fermentasi dan Peningkatan Kualitas Pakan.


Laporan dalam bentuk Pdf. Laboratorium Teknologi Makanan Ternak
Fakultas Peternakan UNDIP.

Williams JA. 2002. Keys to bioreactor selection. Chemical Eng


Progress 98(3):34-41.

Anda mungkin juga menyukai