Acara 5
Acara 5
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu percobaan Mendel menyilangkan tanaman kacang ercis yang
tinggi dengan yang pendek. Tanamana yang dipilih adalah beruba tanaman galur
murni dari tetuanya yaitu tanaman jika menyerbuk sendiri tidak akan
menghasilkan tanaman yang berbeda dengannya. Hal ini tanaman tinggi akan
tetap menghasilkan tanaman tinggi. Begitu juga tanaman pendek akan selalu
menghasilkan tanaman pendek.
Cara menyilangkan galur murni tinggi dengan galur murni pendek, Mendel
mendapatkan tanaman yang semuanya tinggi. Selanjutnya tanaman tinggi hasil
persilangan
ini
dibiarkan
menyerbuk
sendiri.
Ternyata
keturunannya
Penyimpangan ini disebabkan dari bebrpa pengaruh yang ada didalam maupun
90
luar. Hal ini menyebabkan perubahan juga padaa hasil fenotipe keturunannya.
Sehingga pada perubahan ini dapat diaplikasikan oleh para genetika atau
pemuliaan tanaman daplam merekayasa sifat-sifat dan membuat sifat baru pada
individu yang terdapat dalam golongan penyimpangan hukum Mendel ini.
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum acara ini adalah mengidentifikasi beberapa bakteri
yang mengandung plasmid berdasarkan pola pita DNA plasmid hasil pemotongan
enzim restriksi dengan teknik RFLP.
Beberapa gen yang berinteraksi atau dipengaruhi oleh gen lain, digunakan
untuk menumbuhkan karakter. Gen-gen itu mungkin terdapat pada kromosom
sama (berangkai), mungkin pula pada kromosom berbeda. Setelah penemuan
Mendel dan penelitian awal tentang pewarisan sifat secara bebas, diketahui bahwa
91
hibrid
menyimpang
dari
penemuan
Mendel,
disebut
juga
92
93
dengan teori tertentu, perlu dilakukan suatu pengujian dengan melihat besarnya
penyimpangan nilai pengamatan terhadap nilai harapan. Selanjutnya besarnya
penyimpangan tersebut dibandingkan terhadap kriteria model tertentu. Dalam
percobaan persilangan akan dibandingkan frekuensi genotipe yang diamati
terhadap frekuensi harapannya dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
X =
(fofe)
fe
III.
METODE PRAKTIKUM
A. Bahan dan Alat
94
GTE, NaOH, SDS, Potassium asetat, isopropanol, agarosa, Buffer, enzim restriksi
EcoR1, TBE 1x, dan larutan perendam EtBr. Sedangkan alat yang digunakan
adalah tube 1.5 mL, mikropipet, tips, centrifuge, virtex, tanki elektroforesis, dam
hasil visualisasi dari foto UV.
B. Prosedur Kerja
1. Ekstraksi DNA Plasmid
Tahapan dalam melaksanakan ekstraksi DNA Plasmid sebagai berikut :
a) Escherichia coli dari hasil praktikum sebelumnya diambil dari tabung dan
dipindahkan ke tube 2 mL sebanyak 1500 mL;
a) Tube disentifus sampai terbentuk pellet dibagian bawah;
b) Supernatan dibuang;
c) Tahapan ke 1 dan 2 diulangi kembali untuk setiap tue dengan sampel
d)
berbeda;
Kedalam tabung ditambahkan GTE sebanyak 100 L lalu di vortex
sampai homogen;
e) Tabung yang telah homogeny kemudian di centrifuge sampai terbentuk
pellet dan diulangi tahapan ke-5 dan ke-6;
f) Supernatan dibuang;
g) Kedalam tabung kemudian ditambahkan NaOH dan SDS masing masing
sebanyak 100 L;
h) Tabung dikocok dengan cara dibolak balik perlahan sampai terbentuk
serat-serat halus dilapisan teratas;
i) Supernatan diambil dan dipindahkan kedalam tube baru lalu ditambahkan
isopropanol dingin;
j) Tube didiamkan selama 1 2 jam, sampai terbentuknya benang benang
halus;
k) Setelah dibolak- balik dan telah terbnetuk benang benang halus, kemudian
tabung dicentrifuge sampai terbentuk pellet;
95
telah disterilkan;
Tambahkan 2 l larutan penyangga;
Tambahkan 7,5 l air steril;
Tambahkan 0.5 l ezim restriksi EcoRI;
Kocok tabung selama 1 menit;
Inkubasi pada suhu 37oC selama 1 jam dengan digoyang pelan-pelan;
Setelah inkubasi hasil RFLP di masukkan ke dalam sumur gel, dan
elektroforesis;
h) di jalankan pada 50 V selama 1 jam;
i) Hasil dari elektroforesis kemudian gel agaros direndam di dalam larutan
EtBr selama 20 menit untuk menimbulkan warna saat visualisasi.
j) Hasil dari visualisasi gel agaros difoto dan dianalisis.
96
IV.
B. Pembahasan
Menganalisis mengenai pembuktian dari hukum Mendel I dan hukum Mendel
II, tidak semua dari setiap individu akan menghasilkan anakan yang sesuai dengan
hasil perbandingan yang sudah ditentukan dalam hukum Mendel. Hal ini bisa saja
terjadi penyimpangan dari hukum Mendel. Penyimpangan dari hukum Mendel
disebabkan karena bebrapa factor yaitu adanya interaksi dari gen dan adanya gen
yang bersifat homozigot letal. Interaksi gen yaitu pengaruh satu alel terhadap alel
lain pada lokus yang sama dan juga pengaruh satu gen pada satu lokus terhadap
gen pada lokus lain. Keragaman nisbah ini dapat diketahui bahwa tidak semua
keturunan yang segregasi dapat dipisahkan menjadi kelas-kelas yang jelas dengan
nisbah yang sederhana.
Percobaan-percobaan persilangan sering kali memberikan hasil yang
seakan-akan menyimpang dari hukum Mendel. Hal ini tampak bahwa nisbah
fenotipe yang diperoleh mengalami modifikasi dari nisbah yang seharusnya
sebagai akibat terjadinya aksi gen tertentu. Secara garis beras modifikasi nisbah
Mendel dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu modifikasi nisbah 3:1 dan
97
modifikasi nisbah 9:3:3:1. Modifikasi nisbah 3:1 terdapat tiga peristiwa yang
menyebabkan terjadinya modifikasi nisbah 3:1, yaitu semi dominansi,
kodominansi, dan gen letal. Modifikasi nisbah 9:3:3:1 disebabkan oleh peristiwa
yang dinamakan epistasis, yaitu penutupan eksperesi suatu gen nonalelik. Hal ini
menunjukkan suatu gen bersifat dominan terhadap gen yang bukan alelnya. Ada
beberapa macam epistasis, masing-masing menghasilkan nisbah fenotipe yang
berada pada generasi F2.
Peristiwa semi dominansi terjadi apabila suatu gen dominan tidak menutupi
pengaruh alel resesifnya dengan sempurna, sehingga pada individu heterozigot
akan muncul sifat antara (intermedier). Dengan demikian, individu heterozigot
akan memiliki fenotipe yang berbeda dengan fenotipe individu homozigot
dominan. Akibatnya, pada generasi F2 tidak didapatkan nisbah fenotipe 3 : 1,
tetapi menjadi 1 : 2 : 1 seperti halnya nisbah genotipe. Contoh peristiwa semi
dominansi dapat dilihat pada pewarisan warna bunga pada tanaman bunga pukul
empat (Mirabilis jalapa). Gen yang mengatur warna bunga pada tanaman ini
adalah M, yang menyebabkan bunga berwarna merah, dan gen m, yang
menyebabkan bunga berwarna putih. Gen M tidak dominan sempurna terhadap
gen m, sehingga warna bunga pada individu Mm bukannya merah, melainkan
merah muda. Oleh karena itu, hasil persilangan sesama genotipe Mm akan
menghasilkan generasi F2 dengan nisbah fenotipe merah : merah muda : putih = 1 :
2 : 1 (Susanto, 2011).
Seperti halnya semi dominansi, peristiwa kodominansi akan menghasilkan
nisbah fenotipe 1 : 2 : 1 pada generasi F2. Bedanya, kodominansi tidak
98
99
normal (cpcp) = 2 : 1. Hal ini karena ayam dengan genotipe CpCp tidak pernah
ada. Sementara itu, gen letal resesif misalnya adalah gen penyebab albino pada
tanaman jagung. Tanaman jagung dengan genotipe gg akan mengalami kematian
setelah cadangan makanan di dalam biji habis, karena tanaman ini tidak mampu
melakukan fotosintesis sehubungan dengan tidak adanya khlorofil. Tanaman Gg
memiliki warna hijau kekuningan, sedang tanaman GG adalah hijau normal.
Persilangan antara sesama tanaman Gg akan menghasilkan keturunan dengan
nisbah fenotipe normal (GG) : kekuningan (Gg) = 1 : 2 (Susanto, 2011).
Peristiwa epistasis resesif terjadi apabila suatu gen resesif menutupi ekspresi
gen lain yang bukan alelnya. Akibat peristiwa ini,
100
antara waluh putih (WWYY) dan waluh hijau (wwyy) menghasilkan nisbah
fenotipe generasi F2 dengan perbandingan 12:3:1 (Susanto, 2011).
Apabila gen resesif dari suatu pasangan gen, katakanlah gen I, epistatis
terhadap pasangan gen lain, katakanlah gen II, yang bukan alelnya, sementara gen
resesif dari pasangan gen II ini juga epistatis terhadap pasangan gen I, maka
epistasis yang terjadi dinamakan epistasis resesif ganda.
Epistasis ini
101
segitiga disebabkan oleh gen dominan C dan D, sedang bentuk oval disebabkan
oleh gen resesif c dan d. Dalam hal ini C dominan terhadap D dan d, sedangkan D
dominan terhadap C dan c (Susanto, 2011).
Epistasis dominan-resesif terjadi apabila gen dominan dari pasangan gen I
epistatis terhadap pasangan gen II yang bukan alelnya, sementara gen resesif dari
pasangan gen II ini juga epistatis terhadap pasangan gen I.
Epistasis ini
102
103
masing-masing dapat dituliskan sebagai R-pp untuk mawar, rrP- untuk kacang, RP- untuk walnut, dan rrpp untuk tunggal (Susanto, 2011).
Manfaat dalam mempelajari penyimpangan hukum Mendel ini, kita dapat
mengukur seberapa besar pengaruh gen yang bersegregasi terhadap alel yang akan
terbentuk dan peluang munculnya gen anakan baru. Kemudian dapat
meminimalisir kondisi yang kurang diinginkan dalam sebuah keturunan dengan
memperhatikan calon parental atau induknya untuk menurunkan keturunan yang
baik.
Hasil dari pengamatan yang dilakukan pada praktikum acar ini, dapat
diketahui bahwa dari 12 data tabulasi uji chi square menghasilkan x hitung yang
bervariasi. Hasil pengamatan tabulasi dari kelompok pertama yaitu pembuktian
penyimpangan hukum Mendel dari simulasi percobaan pengambilan kancing
warna baju sebanyak 90x. Warna kancing yang dilakukan pengambilan 90x yakni
warna hitam dan pink dengan perbandingan 15:1. Percobaan ini setelah dianalisis
dengan menggunakan uji chi-square menghasilkan x hitung sebesar 1,57,
sedangkan pada x tabel sebesar 3,84. Jumlah x htiung berarti signifikan, karena
x htiung lebih kecil dari x tabel. Percobaan pada pengambilan sampel 90x telah
dilaksanakan, kemudian pada pengambilan kancing warna sebanyak 160x
dilakukan dengan warna kancing yang sama serta perbandingannya. Percobaan ini
menghasilkan x hitung sebesar 2,160 setelah dilakukan pengambilan secara acak
(dikocok) dan dianalisis dengan uji chi square. Nilai x tabelnya sebesar 3,84,
sehingga data tersebut menanmpakkan hasil yang signifikan dan sesuai
perbandingan.
104
105
perbandinga 13:3. Kedua hasil data dari nilai x hitung menghasilkan data yang
signifikan karena kedua nilai x hitung lebih kecil dibanding dengan x tabelnya.
Pengujian
pada
kelompok
yang
menggunakan
kancing
warna
106
signifikan dan sesuai dengan perbandingan, begitu juga sebaliknya nilai frekuensi
x > x tabel maka data tidak dapata dikatan signifikan artinya tidak sesuai dengan
perbandingan.
A. Kesimpulan
107
3:1 tergolong semi dominasi, kodominasi dan gen letal. Modifikasi perbandingan
nisbah 9:3:3:1 yaitu yang disebabkan karenaadanya epistasis (epistasis dominan,
epistasis resesif, epistasis dominan-resesif, epistasis dominan-duplikat, epistasis
resesif-duplikat, dan epistasis gen duplikat dengan efek kumulatif).
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
108
109