PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Yang dimaksud dengan Diabetes Melitus adalah suatu penyakit kronik yang
ditandai dengan peningkatan kadar glukosa didalam darah. Penyakit ini dapat
menyerang segala lapisan umur dan sosial ekonomi. Di Indonesia saat ini
penyakit DM belum menempati skala prioritas utama pelayanan kesehatan
walaupun sudah jelas dampak negatifnya , yaitu berupa penurunan kualitas SDM,
terutama akibat penyulit menahun yang ditimbulkannya.
Dari berbagai penelitian epidemiologis di Indonesia didapatkan
prevalensi DM sebesar 1,5 2,3 % pada penduduk usia lebih dari 15 tahun,
bahkan pada suatu penelitian epidemiologis di Manado didapatkan prevalensi
DM 6,1 %. Penelitian yang dilakukan di Jakarta, Surabaya, Makasar dan kotakota lain di Indonesia membuktikan adanya kenaikan prevalensi dari tahun
ketahun. Berdasarkan pola pertambahan penduduk , diperkirakan pada tahun
2020 nanti akan ada sejumlah 178 juta penduduk berusia diatas 20 tahun dan
dengan asumsi prevalensi DM sebesar 4 % akan didapatkan 7 juta pasien DM ,
suatu jumlah yang sangat besar untuk dapat ditangani oleh dokter spesialis /
subspesialis / endokrinologis.
Dalam strategi pelayanan kesehatan bagi penderita DM, yang seyogyanya
diintegrasikan kedalam pelayanan kesehatan primer, peran dokter umum adalah
sangat penting. Kasus DM yang tanpa disertai dengan penyulit dapat dikelola
dengan tuntas oleh dokter umum. Apalagi kalau kemudian kadar glukosa darah
ternyata dapat terkendali baik dengan pengelolaan ditingkat pelayanan kesehatan
primer. Tentu saja harus ditekankan pentingnya tindak lanjut jangka panjang
pada para pasien tersebut. Pasien yang potensial akan menderita penyulit DM
perlu secara periodik dikonsultasikan kepada dokter ahli terkait ataupun kepada
tim pengelola DM pada tingkat lebih tinggi di rumah sakit rujukan. Kemudian
mereka dapat dikirim kembali kepada dokter yang biasa mengelolanya.
Demikian pula pasien DM yang sukar terkendali kadar glukosa darahnya, pasien
DM dengan penyulit, apalagi penyulit yang potensial fatal, perlu dan harus
ditangani oleh instansi yang lebih mampu dengan peralatan yang lebih lengkap,
dalam hal ini Pusat DM di Fakultas Kedokteran / Rumah Sakit Pendidikan / RS
Rujukan Utama. Untuk mendapatkan hasil pengelolaan yang tepat guna dan
berhasil guna bagi pasien DM dan untuk menekan angka penyulit, diperlukan
suatu standar pelayanan minimal bagi penderita DM. Diabetes Melitus adalah
penyakit menahun yang akan diderita seumur hidup, sehingga yang berperan
dalam pengelolaannya tidak hanya dokter, perawat dan ahli gizi, tetapi lebih
penting lagi keikutsertaan pasien sendiri dan keluarganya. Penyuluhan kepada
pasien dan keluarganya akan sangat membantu meningkatkan keikutsertaan
mereka dalam usaha memperbaiki hasil pengelolaan DM.
B. TUJUAN
a) Mahasiwa/I mampu berkomunikasi secara lisan dan tertulis.
b) Mahasiswa/i mampu menganalisa asuhan keperawatan pada lansia dengan
kasus DM dengan mengintegrasikan ilmu biologi, biokimia, anatomi,
fisiologi, patologi, patofisiologi, farmakologi, dan diet.
c) Mahasiswa/i mampu mensimulasikan keterampilan memberikan suntik
insulin, memberikan pendkes perawatan kaki dan cek GDS, reduksi urine.
C. MANFAAT
a) Mahasiswa/I bisa memahami tentang system endokrin.
b) Mahasiswa/I bisa memahami tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan
DM, dan implementasi yang tepat dalam menangani pasien pasien dengan
DM.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Anatomi dan Fungsi Kelenjar Pankreas
Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan
memadukan fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk
mempertahankan homeostasis tubuh. Fungsi mereka satu sama lain saling
berhubungan, namun dapat dibedakan dengan karakteristik tertentu. Misalnya,
medulla adrenal dan kelenjar hipofise posterior yang mempunyai asal dari saraf
(neural). Jika keduanya dihancurkan atau diangkat, maka fungsi dari kedua
kelenjar ini sebagian diambil alih oleh sistem saraf.
Bila sistem endokrin umumnya bekerja melalui hormon, maka sistem saraf
bekerja melalui neurotransmiter yang dihasilkan oleh ujung-ujung saraf.
Pankreas merupakan sekumpulan kelenjar yang panjangnya kira kira 15
cm, lebar 5 cm, mulai dari duodenum sampai ke limpa dan beratnya rata rata 60
90 gram. Terbentang pada vertebrata lumbalis 1 dan 2 di belakang lambung.
Pankreas merupakan kelenjar endokrin terbesar yang terdapat di dalam tubuh
baik hewan maupun manusia. Bagian depan (kepala) kelenjar pankreas terletak
pada lekukan yang dibentuk oleh duodenum dan bagian pilorus dari lambung.
Bagian badan yang merupakan bagian utama dari organ ini merentang ke arah
limpa dengan bagian ekornya menyentuh atau terletak pada alat ini. Dari segi
perkembangan embriologis, kelenjar pankreas terbentuk dari epitel yang berasal
dari lapisan epitel yang membentuk usus.
Pankreas terdiri dari dua jaringan utama, yaitu :
1. Asini sekresi getah pencernaan ke dalam duodenum.
2. Pulau Langerhans yang tidak tidak mengeluarkan sekretnya keluar, tetapi
menyekresi insulin dan glukagon langsung ke darah.
Pulau pulau Langerhans yang menjadi sistem endokrinologis dari pamkreas
tersebar di seluruh pankreas dengan berat hanya 1 3 % dari berat total pankreas.
Pulau langerhans berbentuk ovoid dengan besar masing-masing pulau berbeda.
Besar pulau langerhans yang terkecil adalah 50, sedangkan yang terbesar 300,
terbanyak adalah yang besarnya 100 225. Jumlah semua pulau langerhans di
pankreas diperkirakan antara 1 2 juta. Pulau langerhans manusia, mengandung
tiga jenis sel utama, yaitu :
glukagon,
hormon
adrenokortikotropik
(ACTH),
gastrin)
dan
Sekresi diurnal adalah pola yang naik dan turun dalam periode 24 jam.
Kortisol adalah contoh hormon diurnal. Kadar kortisol meningkat pada pagi
hari dan turun pada malam hari.
2. Pola sekresi hormonal pulsatif dan siklik naik turun sepanjang waktu tertentu,
seperti bulanan. Estrogen adalah non siklik dengan puncak dan lembahnya
menyebabkan siklus menstruasi.
3. Tipe sekresi hormonal yang ketiga adalah variabel dan tergantung pada kadar
subtrat lainnya. Hormon paratiroid disekresi dalam berespons terhadap
kadar kalsium serum. Hormon bekerja dalam sistem umpan balik. Loop
umpan balik dapat positif atau negatif dan memungkinkan tubuh untuk
dipertahankan dalam situasi lingkungan optimal. Hormon mengontrol laju
aktivitas selular. Hormon tidak mengawali perubahan biokimia. Hormon
hanya mempegaruhi sel-sel yang mengandung reseptor yang sesuai, yang
melalukan : fungsi spesifik. Hormon mempunyai fungsi dependen dan
interdependen. Pelepasan hormon dari satu kelenjar sering merangsang
pelepasan hormone dari kelenjar lainnya. Hormone secara konstan di
reactivated oleh hepar atau mekanisme lain dan diekskresi oleh ginjal.
E. Regulasi Peran hipotalamus dan kelenjar hipofise
Dua kelenjar endokrin yang utama dalah hipotalamus dan hipofise.
Aktivitas endokrin dikontrol secara langsung dan tak langsung oleh hipotalamus,
yang menghubungkan sistem persarafan dengan sistem endokrin. Dalam
berespons terhadap input dari area lain dalam otak dan dari hormon dalam dalam
darah, neuron dalam hipotalamus mensekresi beberapa hormon realising dan
inhibiting. Hormon ini bekerja pada sel-sel spesifik dalam kelenjar pituitary yang
mengatur pembentukan dan sekresi hormon hipofise. Hipotalamus dan kelenjar
hipofise dihubungkan oleh infundibulum. Hormon yang disekresi dari setiap
kelenjar endokrin dan kerja dari masing-masing hormon. Perhatikan bahwa
setiap hormon yang mempengaruhi organ dan jaringan terletak jauh dari tempat
kelenjar induknya. Misalnya oksitosin, yang dilepaskan dari lobus posterior
kelenjar hipofise, menyebabkan kontraksi uterus. Hormon hipofise yang
mengatur sekresi hormon dari kelenjar lain disebut hormon tropik. Kelenjar yang
dipengaruhi oleh hormon disebut kelenjar target. Sistem umpan balikKadar
hormon dalam darah juga dikontrol oleh umpan balik negatif manakala kadar
hormon telah mencukupi untuk menghasilkan efek yang dimaksudkan, kenaikan
kadar hormon lebih jauh dicegah oleh umpan balik negatif. Peningkatan kadar
hormon mengurangi perubahan awal yang memicu pelepasan hormon. Misalnya
peningkatan sekresi ACTH dari kelenjar pituitari anterior merangsang
peningkatan pelepasan kortisol dari korteks adrenal, menyebabkan penurunan
pelepasan ACTH lebih banyak. Kadar substansi dalam darah selain hormon juga
memicu pelepasan hormon dan dikontrol melalui Sistem umpan balik. Pelepasan
b. ACIH
c. TRH
d. TIH
e. GnRH
f. GnIH
g. PTRH
h. PTIH
i. PRH
j. PIH
k. GRH
l. GIH
m. MRH
n. MIH
sedangkan
hormon
nontropik
akan
bekerja
langsung
transportasi
asam
amino
dari
otot
serta
meningkatkan
10
pada
minggu
ke
tujuh
dan
ke
delapan
gestasi.
dan
diperlukan
untuk
estradiol
dibawah
mempertahankan
pengaruh
LH.
spermatogenesis
Testosteron
sementara
FSH
terhadap
FSH
sementara
kadar
testosteron
dan
estradiol
menjadi umpan balik negatif terhadap LH. Fungsi testis sebagai organ
reproduksi berlangsung di tubulus seminiferus.Efek testosteron pada fetus
merangsang diferensiasi dan perkembangan gnital ke arah pria. Pada masa
pubertas
hormon
ini
akan
merangsang
perkembangan
tanda-
akan
merangsang
pertumbuhan
dan
penutupan
epifise
tulang.
b. Ovarium
Seperti halnya testes, ovarium juga berfungsi sebagai organ endokrin dan
organ reproduksi. Sebagai organ endokrin, ovarium menghasilkan hormon
estrogen dan progesteron. Sebagai organ reproduksi, ovarium menghasilkan
ovum (sel telur) setiap bulannya pada masa ovulasi untuk selanjutnya siap untuk
dibuahi sperma. Estrogen dan progesteron akan mempengaruhi perkembangan
seks sekunder, menyiapkan endometrium untuk menerima hasil konsepsi serta
mempertahankan proses laktasi.
Estrogen dibentuk di sel-sel granulosa folikel dan sel lutein korpus luteum.
Progesteron juga dibentuk di sel lutein korpus luteum. Fungsi endokrin kelenjar
11
pankreas sel , sel , terdiri atas 4 sel diperankan oleh pulau langerhans sel ,
dan sel F.
Sekresi sel sel ini berupa hormon yang akan langsug diangkut melalui
pembuluh darah.Sel Hormon Target Utama Efek Hormonal Regulasi
1. (Glukagon)
Target : Hati, jaringan adiposa .
Efek : merombak cadangan lipid, merangsang sintesis glukosa dan
pemecahan glikogen di hati, menaikan kadar glukosa. Distimulasi oleh kadar
glukosa darah yang rendah, dihambat oleh somatostatin.
2. (Insulin)
Target : Sebagian besar sel
Efek : membantu pengambilan glukosa oleh sel, menstimulasi pembentukan
dan penyimpanan glikogen dan lipid, menurunkan kadar glukosa darah.
Distimulasi oleh kadar glukosa darah yang tinggi, dihambat oleh
somatostatin.
3. (Somatostatin)
Target : Sel langerhans lain, epitel saluran pencernaan
Efek : menghambat sekresi insulin dan glukagon, menghambat absorbsi usus
dan sekresi enzim pencernaan. Distimulasi oleh makanan tinggi-protein,
mekanismenya belum jelas.
4. F (Polipeptida pankreas)
Target : Organ pencernaan
Efek : menghambat kontraksi kantong empedu, mengatur produksi enzim
pankreas, mempengaruhi absorbsi nutrisi oleh saluran pencernaan.
Distimulasi oleh makanan tinggi-protein dan rangsang parasimpatis.
2. Mekanisme Umpan Balik Hormon dari Kelenjar Pankreas
Peningkatan glukosa darah merangsang pankreas untuk mensekresi insulin,
yang memicu sel sel targetnya untuk mengambil kelebihan glukosa dari darah.
Ketika kelebihan itu telah dikeluarkan atau ketika konsentrasi glukosa turun,
maka pancreas akan merespons dengan cara mensekresikan glukagon(membantu
penyerapan glukosa oleh sel tubuh) , yang mempengaruhi hati untuk menaikkan
kadar glukosa darah. Maka kadar gula darah kembali normal.
12
14
15
Branching
E
(Unit glikosidik
1,4)x
UDG
Glikoge
n
Primer
Glikoge
n
sintase
+
insuli
n
UDPGluk
Ke Jalur
Uronat
PPi
Fosforilas
e
-
cAM
P
Glukago
n
Epinefrin
Debranching
E
Glukosa-1 P
Hasil dari
debranching
E
UDP Glukosa
Pirofosforilase
Glukosa-1
P
Fosfoglukomutas
e
Glukosa-6
H2O P
ADP
Glukosa 6 PMg++ ase
Glukokinase
Pi
ATP
Glukos
a
UTP
16
Ke HMP-shun
Glikolisis
Anaerob-aero
Glikogen Lisis
Glukagon
Protein kinase
Inkatif
Glikogen Sintase
Aktif
ATP
Fosforilase Kinase
Inaktif
AD
ATP P
AD
P
Glikogen Sintase
Aktif
Glikogen fosforiilase
Inaktif
Fosforisase Kinase
aktif
Glikogen fosforiilase
aktif
17
18
Glukosa
Glkuosa Pi
6 P-ase
H2O
Glkuosa 6 P
Glikogen
ATP
Glkokinase
Heksokinase
ADP
Fruktosa 6 P
Fruktosa 1,6 Pi
di-P-ase
H2O
ATP Fosfofruk
ADP tokinase
Di-OH aseton-P
Fosfoenol Piruvat
Gliserol 3-P
Piruvat kinase
laktat Gliserol Asam lemak
Piruvat
sitosol
GDP
Fosfoenol Piruvat
Karboksilase
Sitrat
mitokondria
Piruvat
GTP
CO2 + ATP
Asetil-Koa
Piruvat DH-ase
Piruvat Karboksilase
Oksalo-asetat
NADH +
H+
NA
Malat
NADH + H+
ADP + Pi
Oksalo-asetat
NAD
Malat
Sitrat
Propionat
19
Glukosa-6
P
NADP
+
Bentuk
Enedio
l
Ribulosa5P
Ribosa 1P
Fruktosa
6P
NADPH+H
+
Mg++
6
GlukosaFosfoglukonolakton
6P
DH-ase
Ribosa-5 P
Ketoisomeras
e
H2
O
6
Mg+
Fosfoglukonat
Glukonolakto
+
n
NADP
Hidrolase
+
Mg+
6
+
Fosfoglukonat
DH-ase
NADPH+H
+
Ribulosa5P
Xylulosa5P
Gliseral3P
CO2
Sedopheptulosa7P
Fruktosa
6P
Xylulosa 5
P
Gliseraldehid3P
3-Keto-6Fosfo
glukonat
Eritrosa-4P
DIABETES MELITUS
1. Pengertian Diabetes Melitus
Diabetes adalah suatu penyakit karena tubuh tidak mampu
mengendalikan jumlah gula, atau glukosa, dalam aliran darah. Ini
menyebabkan hiperglikemia, suatu kadara gula darah yang tingginya sudah
membahayakan.
Diabetes mellitus diartikan pula sebagai penyakit metabolisme yang
termasuk dalam kelompok gula darah yang melebihi batas normal arau
hiperglikemia (lebih dari 120 mg/dl atau 120 mg%). Karena itu DM sering
disebut juga dengan penyakit gula. Sekarang, penyakit gula tidak hanya
dianggap sebagai gangguan metabolisme karbohidrat, tetapi juga menyangkut
metabolisme protein dan lemak. Akibatnya DM sering menimbulkan
komplikasi yang bersifat menahun (kronis), terutama pada struktur dan fungsi
pembuluh darah. Jika hal ini dibiarkan begitu saja, akan timbul komplikasi
lain yang cukup fatal, seperti penyakit jantung, ginjal, kebutaan,
aterosklerosis, bahkan sebagian tubuh bisa diamputasi.
20
Diabetes mellitus sering disebut dengan the great imitator, yaitu penyakit
yang dapat menyerang semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai keluhan.
Penyakit ini timbul secara perlahan-lahan, sehingga seseorang tidak menyadari
adanya berbagai perubahan dalam dirinya. Perubahan seperti minum menjadi
lebih banyak, buang air kecil menjadi lebih sering, dan berat badan yang terus
menurun, berlangsung cukup lama dan biasanya cenderung tidak diperhatikan,
hingga seseorang pergi ke dokter dan memeriksa kadar glukosa darahnya.
Faktor utama pada diabetes ialah insulin, suatu hormon yang dihasilkan
oleh sel khusus di pancreas. Insulin memberi sinyal kepada sel tubuh agar
menyerap glukosa. Insulin, bekerja dengan hormone pancreas lain yang disebut
glukagon, juga mengendalikan jumlah glukosa dalam darah. Apabila tubuh
menghasilkan terlampau sedikit insulin atau jika tubuh tidak menanggapi insulin
dengan tepat terjadilah diabetes.
Diabetes biasanya dapat dikendalikan dengan makanan yang rendah kadar
gulanya, obat yang di minum, atau suntukan insulin secara teratur. Meskipun
begitu, penyakit ini lama kelamaan minta korban juga, terkadang menyebabkan
komplikasi seperti kebutaan dan stroke.
Tingkat kadar glukosa darah menentukan apakah seseorang menderita DM
atau tidak. Tabel berikut menunjukkan kriteria DM atau bukan :
21
Bukan DM
Puasa
Vena
Kapiler < 80
Gangguan
Puasa
Vena
Toleransi
100
- 2 jam PP
140
Kapiler 80 120
Glukosa
Kapiler
80 -
120
DM
Puasa
Vena
Vena
> 200
Kapiler
> 120
DM
yang
dianjurkan
oleh
PERKENI
Perkumpulan
22
23
lipatan kulit, bisul atau luka yang lama sembuh, gangguan ereksi pada pria
dan keputihan pada perempuan.
Gejala:
Pada tahap awal gejala umumnya ringan sehingga tidak dirasakan, baru
diketahui sesudah adanya pemeriksaan laboratorium.
Tanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang menderita DM atau
kencing manis yaitu dilihat langsung dari efek peningkatan kadar gula darah,
dimana peningkatan kadar gula dalam darah mencapai nilai 160 - 180 mg/dL dan
air seni (urine) penderita kencing manis yang mengandung gula (glucose),
sehingga urine sering dilebung atau dikerubuti semut.
Pada tahap lanjut gejala yang muncul antara lain :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
24
25
26
27
Kronik hipoglikemia
2.
3.
b. Komplikasi kronik
1. Makroangiopati mengenai pembuluh darah besar, pem -buluh darah
jantung, pembuluh darah tepi, dan pembu -luh darah otak
2. Mikroangiopati mengenai pembuluh darah kecil retino -pati diabetik dan
nefropati diabetic
3. Neuropati diabetic
4. Rentan infeksi seperti tuberkulosis paru dan infeksi saluran kemih
5. Ulkus diabetikum.
Pada penderita DM sering dijumpai adanya ulkus yang disebut dengan
ulkus diabetikum. Ulkus adalah ke-matian jaringan yang luas dan disertai
28
invasif
kuman saprofit. Adanya kuman sap rofit tersebut menyebabkan ulkus berbau,
ulkus diabetikum juga merupakan salah satu gejala klinik dan perjalanan
penyakit DM dengan neuropati perifer. Ulkus terjadi karena arteri menyempit
dan selain itu juga terdapat gula berlebih pada jaringan yang merup akan
medium yang baik sekali bagi kuman, ulkus timbul pada daerah yang sering
mendapat tekan-an ataupun trauma pada daerah telapak kaki ulkus
berbentuk bulat biasa berdiameter lebih dari 1 cm berisi massa jaringan
tanduk lemak, pus, serta krusta di atas. Grade ulkus diabetikum yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
yang
mendasar
dan
terha-dap
ulkusnya
sendiri
yaitu
Brunner
dan
Suddarth(2001),
patofisiologi
DM
yaitu:
hiperglikemia
post
prandial
(sesudah
makan).
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat
29
untuk
menstimulasi
pengambilan
glukosa
oleh
jaringan.
tingkat
yang
normal
atau
sedikit
meningkat.
Namun
untuk
30
31
Pada orang DM pendrita harus pantang gula dan makanan yang manis untuk
selamanya, dan harus diperhatikan 3 J yaitu :
J1 : Jumlah kalori yang sesuai dengan resep dokter harus diperhatikan.
J2 : Jadwal makan harus diikuti sesuai dengan jam makan terdaftar.
J3 : Jenis makanan harus diperhatikan (pantang gula dan makan manis)
Jumlah kalori yang diberikan sama setiap hari yang bertjuan untuk
mempermudah pemberian insulin. Prinsip pemberian diit pada penderita DM
yaitu :
1. Karbohidrat : beras, kentang, ubi, sekitar 60-70% dari jumlah kalori.
2. Protein harus cukup paling sedikit 1 gram/KgBB/hari untuk dewasa dan 23 gram/KgBB/hari untuk anak-anak.
3. Lemak sebaiknya dikurangi, terutama yang banyak mengandung lemak
jenuh dan kolesterol. Lemak yang baik adalah lemak tak jenuh. Makanan
yang banyak mengandung lemak tak jenuh adalah minyak jagung atau
minyak kapas.
Cara mengurangi zat lemak untuk DM adalah
1. Belilah daging yang tak berlemak.
2. Potonglah lemak yang kelihatan dari daging.
3. Buanglah kulit ayam.
4. Kurangilah makan daging-daging olahan seperti : sosis.
5. Pakailah produk hewan yang rendah zat lemaknya (susu, keju, yogurt).
6. Hindarilah pemakaian santan dan bahan-bahan yang terbuat dari kelapa.
7. Kurangi memakan kue-kue, biskuit, coklat, kerupuk kentang, kue-kue
kering, makanan yang digoreng.
8. Hindari makanan ASIN: ikan asin, asinan daging dan sayur-sayuran,
asinan buah-buahan, saos
9. SUSU, sebaiknya pilihlah susu yogurt, keju dan susu kedele yang rendah
kadar zat lemaknya, atau susu skim .
Pemberian makanan selingan, diseduaikan obat yang diberikan :
1. Bila diberikan suntikan insulin tiga kali sehari maka makanan selingan
ini diberikan pada jam 10.00, 16.00 dan 21.00 WIB.
2. Bila diberikan obat Diabetes oral (yang dimakan) maka makanan selingan
diberikan pada jam 21.00 WIB.
Contoh menu yang dapat disajikan untuk DM
33
Makan Pagi
a)
b)
Roti atau roti panggang - diberi sedikit margarine yang mengandung zat
lemak kombinasi tidak jenuh.
c)
b)
c)
d)
Sayur-sayuran
e)
Seporsi kecil daging sapi, domba/kambing yang tidak berlemak, ikan telor
dan ayam yang telah dikuliti
f)
Buah-buahan
g)
8. Farmakologi Antidiabet.
Tujuan utama dari pengobatan diabetes adalah untuk mempertahankan
kadar gula darah dalam kisaran yang normal. Namun, kadar gula darah yang
benar-benar normal sulit untuk dipertahankan.
Meskipun demikian, semakin mendekati kisaran yang normal, maka
kemungkinan terjadinya komplikasi sementara maupun jangka panjang
menjadi semakin berkurang. Untuk itu diperlukan pemantauan kadar gula
darah secara teratur baik dilakukan secara mandiri dengan alat tes kadar gula
darah sendiri di rumah atau dilakukan di laboratorium terdekat.
Pengobatan diabetes meliputi pengendalian berat badan, olah raga dan
diet. Seseorang yang obesitas dan menderita diabetes tipe 2 tidak akan
memerlukan pengobatan jika mereka menurunkan berat badannya dan berolah
raga secara teratur.
Namun, sebagian besar penderita merasa kesulitan menurunkan berat
badan dan melakukan olah raga yang teratur. Karena itu biasanya diberikan
terapi sulih insulin atau obat hipoglikemik (penurun kadar gula darah) per-oral.
Diabetes tipe 1 hanya bisa diobati dengan insulin tetapi tipe 2 dapat
diobati dengan obat oral. Jika pengendalian berat badan dan berolahraga tidak
berhasil maka dokter kemudian memberikan obat yang dapat diminum (oral =
mulut) atau menggunakan insulin.
34
tidaknya
stress
akut,
dan
kegiatan
jasmani
Jumlah kalori yang masuk lebih penting dari pada jenis asal kalori
Menghitung kebutuhan kalori dengan menggunakan: Rumus Broca (yang
dipakai di klinik)
BBI=(TB-100)-10%
Status gizi:
BB kurang BB<90%BBI
BB normal BB90-110%BBI
BB lebih BB110-120%BBI
BB gemuk BB>120% Bbi
IMT (Index Massa Tubuh)
Berikut ini pembagian terapi farmakologi untuk diabetes, yaitu:
1. Obat Hipoglikemik Oral (OHO).
Golongan sulfonilurea seringkali dapat menurunkan kadar gula darah
secara adekuat pada penderita diabetes tipe II, tetapi tidak efektif pada
diabetes tipe I. Contohnya adalah glipizid, gliburid, tolbutamid dan
klorpropamid. Obat ini menurunkan kadar gula darah dengan cara
merangsang pelepasan insulin oleh pancreas dan meningkatkan efektivitasnya.
35
36
37
38
h) Acarbose
i) Hati-hati risiko hipoglikemia berikan glukosa oral(minuman manis atau
permen).
Dalam jangka pendek penatalaksanaan DM bertujuan untuk menghilangkan
keluahan atau gejala sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah untuk
mencegah komplikasi tujuan tersebut dilaksanakan dengan cara menormalkan
kadar
glukosa.
Penatalaksanaan
pada
diabetes
melitus
yaitu
a. Perencanaan makan
Menurut
Tjokro
Prawiro
(1999)
Pada
konsensus
perkumpulan
endokrinologi
indonesia (PERKENI) telah ditetapkan bahwa standar yang dianjurkan adalah
santapan dengan komposisi seimbang berupa :
Karbohidrat : 60-70 %
Protein : 10-15 %
Lemak : 20-25 %
Pada diet DM harus memperhatikan jumlah kalori, jadwal makan, dan
jenis makan yang harus dipantang gula. Menurut Tjokro Prawiro,(1999)
Penentuan gizi penderita dilakukan dengan menghitung prosentase Relatif Body
Weigth dan dibedak an menjadi :
a) Kurus : berat badan relatif : <90%
b) Normal : berat badan relatif : 90-110
c) Gemuk : berat badan relatif : >110 %4). Obesitas : berat badan relatif :
>120 %
d) Obesitas ringan 120 130 %
e) Obesitas sedang 130 140 %
f)
39
IMT = BB(kg)/TB(m2)
<90cm (Pria)
>90cm (Pria)
<80cm (Wanita)
>80cm (Wanita)
Risk of co-morbidities
BB Kurang
<18,5
Rendah
Rata-rata
BB Normal
18,5-22,9
Rata-rata
Meningkat
BB Lebih
>23,0 :
Sedang
Obes I
: 25,0-29,9 Sedang
Berat
Obes II
: 30
Sangat berat
Berat
40
sehingga
reseptor
akan
berikatan
silang
dan
membentuk
41
42
Ketoasidosis diabetik
1. Kenali jenis insulin yang ada, kandungan/ml(unit/ml).
2. Kenali jenis spuit insulin yang tersedia: 40u/ml, 100 u/ml, 50u/0,5 ml.
3. Suntikan diberikan subkutan di deltoid, pahabagian luar, perut, sekitar
pusat.
4. Tempat suntikan sebaiknya diganti-ganti.
5. Suntikan diberikan secara tegak lurus.
6. Pasien segera diberi makan setelah suntikan diberikan. Paling lama
setengah jam setelah suntikan diberikan.
7. Kalau pasien suntik sendiri, harus dapat melihat dengan jelas angka pada
alat suntik.
8. Saat ini ada alat suntik bentuk pena dengan kontrol dosis yang lebih mudah
dan lebih tepat,dan mudah dibawa-bawa.
10. ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MELITUS
KASUS
Tn Aris (58) datang ke Rs dg Ku : sakit berat , kesdaran : somnolent
,dari hasil pengkajian di dapatkan data : pasien sesak nafas , nafas kusmaull,
nafas bau aseton ,hasil TTV S :37,N:90, RR:40,TD :90/60,GDS:380,BB:60kg
TB:150cm hasil lab BGA :PCO2 50,PH 7,2 , HCO3 18 , HBA 1C 7 , Sao2
93% , chol 250. HDL 60, albumin 3.0, Na 125, kalium 3,0 ,klorida 90, pada
hasil lab urine glukosa positif , urine protein 35 , keton 7, reduksi urine +3,
terpasang O2 masker 7 lt. pasien tampak lemah dan kelelahan , pumya riwayat
DM, tidak punya riwayat penyakit prankeas. Pasien sudah lima hari dirawat di
RS, hasil pengkajian terakhir : KU sakit sedang, kesadaran CM , pasien
mengeluh sesak nafas berkurang, mual,muntah,nyeri abdomen , kulit kering,
gatal gatal pada kulit, mata kabur, pada ibu jari terdapat ulkus kehitaman,
terpasang O2 nasal 3 lt, SaO2 96% S: 36 , N : 88 , RR : 30 , TD : 100/60,
jumlah urine 3000cc, hasil GDS : 290, pasien punya kebiasaan olahraga senam
lansia, pasien mendapat diet DM . Pasien mendapat injeksi Hum N4 unit jam
20.00, terapi oral amaryl 1x1 mg pagi, injeksi ca gluconas 1 x 10 mg
43
Analisa Data
DATA
PROBLEM
Resiko cidera
DS:
-Gatal-gatal pada kulit
ETIOLOGI
- Nutrisi (Mual muntah, nyeri
abdomen)
- Usia
- Fisik (Integritas kulit tidak
- Mual muntah
- Nyeri abdomen
utuh)
DO:
- Kulit kering
- Pada ibu jari terdapat
ulkus kehitaman.
- Mata kabur
- Usia 58
- TD 100/60 mmHg
Rumusan Diagnosa
1. Resiko cidera berhubungan dengan Nutrisi (Mual muntah, nyeri abdomen),
Usia, Fisik (Integritas kulit tidak utuh)
Intervensi
NO TGL/JAM
TUJUAN
INTERVENSI
44
RASIONAL
TTD
DP
1
21
2013
Mei Cidera
tidak 1.
terjadi setelah
dapat
mengetahui
dilakukan
adanya
perubahan
tindakan
status
kesehatan
keperawatan
pasien
selama 5x24 :
Pasien
tidak
alat 2. pemberian
2. berikan
alat
bantu
bantu jalan
jalan
mengeluh
membantu
gatal-gatal
dalam
pada kulit
aktifitas sehari-hari
- Pasien tidak
dan menghindarkan
Mual muntah
- Pasien tidak
cedera
nyeri abdomen
- Kulit lembab
-
Ulkus
3. Berikan
alat
bantu
kaca
mata
pasien
melakukan
3. pasien mengalami
mata
kabur
maka
dari
itu
perlu
kehitaman
tidak menjadi
melihat
luka baru
kacamata
4. menggaruk akan
(jangan
120/80 mmHg
digaruk)
seperti
membuat
pasien
rusak
kulit
menjadi
dan
rawan
untuk menimbulkan
luka baru
5. memotong kuku
6. Lakukan
perawatan
luka
ulkus
menghindarkan
infeksi
pada
7. Menghindarkan
klien dari resiko
45
7.Batasi aktivitas
cedera
klien
8.Lanjutkan
8. Merupakan obat
pemberian
injeksi Hum N
4
unit
jam
20.00 dan ca
glukonas 1 x
Lanjutkan
terapi
sehingga dapat
meningkatkan
produksi insulin
9. Merupakan obat
10 mg
9.
antidiabetes
obat
amaryl 1x1mg
tiap pagi
10.Lanjutkan
pemberian diit
DM tipe 2
DM tipe II
dalam
proses
penyembuhan.
11.Kolaborasi
untuk mencegah
dengan dokter
mual
sehingga
tentang
klien
dapat
pemberian
makan
obat
antiemetik
memenuhi
dengan
nutrisi di dalam
tubuh
11.
46
2. Tujuan
Mengontrol kadar gula darah dalam pengobatan DM
3. Prosedur
a. Fase prainteraksi
1. Ferifikasi data
2. Persiapan alat
a. Spuit insulin/ insulin pen (actrapid novolet)
b. Vial insulin
c. Kapas alcohol
d. Sarung tangan bersih
e. Daftar obat pasien
b. Fase orientasi
a) Mengucapkan salam
b) Memperkenalkan diri
c) Menjelaskan tujuan
d) Menjelaskan langkah prsedur
e) Menanyakan kesiapan pasien
c. Fase keja
1. Mencuci tangan
2. Mengambil vial insulin hisap dengan spuit insulin sebanyak yang
diperlukan untuk pasien(berdasarkan daftar obat pasien)
3. Memilih lokasi penusukan
4. Memeriksa apakah dipermukaan kulitnya terdapat kebiruan, inflamasi,
edema.
5. Memindahkan tempat atau lokasi penyuntikan insulin dengan melihat
catatan perawat sebelumnya
6. Mendesinfeksi area penyuntikan dengan alcohol swab, dimulai dari
bagian tengah area penusukan dan bergerak dalam keluar secara
sirkula kurang labih 5cm
7. Mencubit tempat area pencubitan dengan tanan yang tidak dominan.
Dengn tangan yang dominan suntik nsulin dengan pelan dan kembut
dengn tegak lurus
8. Mencabut jarum dengan cepattidak boleh dimeses hanya dilakukan
penekanan pada area penyuntikan dengan kapas alcohol
9. Menbung spuit ketempat yag ditentukan dalam kadaan jarum sudah
ditutup dengan capnya
Khusus insulin pen (actrapid novolet)
10. Memilih lokasi penusukan
11. Memeriksa apakah dipermukaan kulitnya terdapat kebiruan, inflamasi,
edema.
12. Memindahkan tempat atau lokasi penyuntikan insulin dengan melihat
catatan perawat sebelumnya
13. Mengecek apakah insulin pen berisi tipe insulin yang sesuai
14. Mengganti jarum pada insulin pen pada yang baru
15. Memasang cap insulin pen sehingga angka nol terletak sejajar dengan
inkator dosis
47
PERAWATAN
PERAWATAN
KAKI
DIABET
(SENAM
KAKI,
KUKU)
menggunakan sepatu, hanya saja sepatu yang digunakan tidak sempit atau
sesak. Sepatu atau sandal dengan bantalan yang lembut dapat mengurangi
resiko terjadinya kerusakan jaringan akibat tekanan langsung yang dapat
memberi beban pada telapak kaki.
Pada penderita diabetes melitus dengan gangguan penglihatan
sebaiknya memilih kaos kaki yang putih karena diharapkan kaos kaki putih
dapat memperlihatkan adanya luka dengan mudah.
Perawatan kuku yang dianjurkan pada penderita diabetes melitus
adalah kuku-kuku harus dipotong secara transversal untuk mengurangi risiko
terjadinya kuku yang tumbuh kedalam dan menusuk jaringan sekitar.
48
cermin.
Kaki
harus
dilindungi
dari
kedinginan.
Kaki harus dilindungi dari kepanasan,batu atau pasir panas dan api. Sepatu
harus cukup lebar dan pas. Dianjurkan memakai kaus kaki setiap saat. Kaus
kaki harus cocok dan dikenakan secara teliti tanpa lipatan. Alas kaki tanpa
pegangan, pita atau tali antara jari. Kuku dipotong secara lurus. Berhenti
merokok.
2. Penanganan Ulkus.
Di klinik dibedakan 2 bentuk ulkus diabetik pada kaki, yaitu kaki
neuropati dan kaki neuro-iskemik.
terjadi pada kalus yang tidak terawat dengan baik. Kalus ini terbentuk karena
rangsangan dari luar pada ujung jari atau penekanan oleh ujung tulang.
Nekrosis terjadi dibawah kalus yang kemudian membentuk rongga berisi
cairan serous dan bila pecah akan terjadi luka yang sering diikuti oleh infeksi
sekunder.
Penanganan ulkus diabetik dapat dilakukan dalam beberapa tingkatan, yaitu ;
a) Tingkat 0.
Penanganan meliputi edukasi kepada pasien tentang alas kaki khusus
dan pelengkap alas kaki yang dianjurkan. Sepatu atau sandal yang dibuat
secara khusus dapat mengurangi tekanan yang terjadi. Bila pada kaki
terdapat tulang yang menonjol atau adanya deformitas, biasanya tidak
dapat hanya diatasi dengan penggunaan alas kaki buatan umumnya
memerlukan tindakan pemotongan tulang yang menonjol (exostectomy)
atau dengan pembenahan deformitas.
b) Tingkat I.
Memerlukan debridemen jaringan nekrotik atau jaringan yang
infeksius, perawatan lokal luka dan pengurangan beban.
c) Tingkat II.
49
50
pada
daerah
kaki
51
2. Mengatur posisi duduk tegak dikursi, badan lurus tanpa bersandar kaki
diluruskan
3. Duduk diataskursi dan meluruskan kakinya, tumit menekan lantai,
gerakan kaki kebawah dan keatas, dilakukan sebanyak 10 x.
4. Mengagngkat telapak kaki dan tahaan sekuat tenaga, agkat jari-jari
kaki dan tahan kaki sekuat tenaga,dilakukan 10 x
5. Meletakkan tumit kaki dilantai, angkat kedua telapak kaki dan putar
ujung kaki kearah jam, dilakukan 10x
6. Meletakkan jari-jari kaki diantai, agkat kedua tumit kaki dan putarlah
pelan-pelan keatas, dilakukan 10 x
7. Mengangkat lutut kaki, rentangkan kaki, rentangkan kaki kedepan dan
gerakkan jari-jari kaki kemudian turunkan tumit kelantai dan gantian
dengan kaki yang satunya, lakukan 10 x setiap kaki
8. Merentangkan kaki dan agkat kemudian tahan, agkat kaki merenang
pelan-pelan, kendorkan jari-jari kaki dan luruskan kehidung kemudian
9.
PEMERIKSAAN
GLUCOMETER
1. Pengertian
52
GULA
DARAH
DENGAN
d) Berpamitan
e) Merapikan alat
f) Cuci tangan
MELAKUKAN PEMERIKSAAN GLUKOSA DALAM URINE
1. Pengertian
Suatu tindakan untuk memerika adanya glukosa dalam urine dengan
berbagai cara
2. Tujuan
g) Mengetahui apakah ada glukosa dalam urine
h) Mengetahui kadar glukosa dalam urine tersebut
3. Prosedur
a. Fase prainteraksi
1. Ferifikasi data
2. Persiapan alat :
a) Sarung tangan bersih
b) Botol urine tidak steril
c) Glukotest
b. Fase orientasi
a) Mengucapkan salam
b) Memperkenalkan diri
c) Menjelaskan tujuan
d) Menjelaskan langkah prsedur
c. Fase kerja
1. Mencuci tangan
2. Menganjurkan klien untuk berkemih, spesiment diambil 1020menit setelah berkemih yang pertama kali
3. Menggunakan sarung tangan sebelum memegang urine
4. Mengambil spesiment urine, dalam tempat yang disediakan
5. Memasukkan satu buah glukotest kedalam urine selama 30
detik (sesuaipetunjk pemakaian diagstik)
6. Mengangkat glukotest diamkan selama 30 detik sampai sati
menit amati perubahan warna yang timbul
7. Membaca hasil bandingkan perubahan warna pada glukotest
d.
e)
f)
g)
h)
i)
j)
54
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Diabetes
adalah
suatu
penyakit
karena
tubuh
tidak
mampu
dicegah dengan merubah pola makan yang seimbang (hindari makanan yang
banyak mengandung protein, lemak, gula, dan garam), melakukan aktivitas
55
fisik minimal 30 menit setiap hari (berenang, bersepeda, jogging, jalan cepat),
serta rajin memeriksakan kadar gula urine setiap tahun.
Daftar Pustaka
1. Davey, Patrick. 2003. At a Glance Medicine. Jakarta : PT Gelora Aksara
Pratama F. Gary Cunningham. 2006. Obstetri William edisi 21 Vol.2. jakarta :
EGC
2. Himawan, Sutisna. 1996. Patologi. Jakarta : Arthur C, Guyton. 1996. Fisiologi
3.
4.
5.
6.
56