Anda di halaman 1dari 11

CACINGAN PADA ANAK BALITA

DI SUSUN OLEH : KELAS A


Dosen pembimbing

BINTI ISTIQOMAH SST


Nama anggota :
1. Nikmatul kamilah

{2011740006}
{2011740038}
{2011740044}
{
}

AKADEMI KEBIDANAN
WIRA HUSADA NUSANTARA
MALANG 2012

KATA PENGGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya,sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ini dengan lancar.
Maksud dan tujuan kami menyusun makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Asuhan Neonatus bayi dan balita.
Kami

menyadari bahwa dalam penyusunan Askeb ini tidak lepas dari kekurangan,sebab

kurangnya pengetahuan dan terbatasnya referensi yang kami dapatkan, sehingga kami
memerlukan saran dan kritik untuk menyempurnakan makalah ini.
Kami mengharap semoga Askeb ini dapat memberikan manfaat pengetahuan bagi pembaca
tentang Asuhan Neonatus Bayi dan Balita.

Malang 30 november 2012

BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Cacingan adalah Penyakit yang rentan terjangkit pada anak dan tidak bias dianggap
enteng. Karena biasanya pada anak yang cacingan identik dengan badan kurus, perut
buncit, wajah pucat dan sebagainya. Yang jelas cacingan dapat mempengaruhi kondisi
gizi si anak, Karena zat-zat gizi "dimakan" cacing yang terus berkembang biak. Makin
banyak cacing, makin banyak pula zat gizi yang diambil sehingga si kecil mengalami
kondisi kurang gizi.
Penyakit cacingan juga berdampak buruk terhadap tingkat kecerdasan, serta
perkembangan mental. Terutama jika terjadi pada saat anak dalam masa pertumbuhan.
Bisa juga terjadi radang paru, gangguan hati, bahkan penyumbatan usus karena cacing
melubangi usus. Cacingan pun bisa menghambat tumbuh-kembang anak, kecacatan,
bahkan kebutaan.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah melaksanakan asuhan kebidanan neonatus pada anak cacingan diharapkan
mahasiswa mampu membuat asuhan kebidanan secara komprehensif dan
Mengetahui penyakit ini secara keseluruhan serta mampu menangani bagaimana
cara pencegahan dan terapi.
2. Tujuan khusus
Mahasiswa mampu :
a. Mengidentifikasi masalah
b. Menginterfensi masalah pada penyakit cacingan
c. Implementasi pada suatu interfensi
d. Mengevaluasi tindakan
C. METODE PENULISAN
1. Pengamatan
2. Wawancara
3. Praktik
4. Mempelajari status dan kepustakaan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DIFTERI
2.1 Pengertian
Cacingan adalah Penyakit yang rentan terjangkit pada anak dan tidak bias
dianggap enteng. Karena biasanya pada anak yang cacingan identik dengan badan kurus,
perut buncit, wajah pucat dan sebagainya. Yang jelas cacingan dapat mempengaruhi
kondisi gizi si anak, Karena zat-zat gizi "dimakan" cacing yang terus berkembang biak.
Makin banyak cacing, makin banyak pula zat gizi yang diambil sehingga si kecil
mengalami kondisi kurang gizi.
Penyakit cacingan juga berdampak buruk terhadap tingkat kecerdasan, serta
perkembangan mental. Terutama jika terjadi pada saat anak dalam masa pertumbuhan. Bisa
juga terjadi radang paru, gangguan hati, bahkan penyumbatan usus karena cacing melubangi
usus. Cacingan pun bisa menghambat tumbuh-kembang anak, kecacatan, bahkan kebutaan.
2.2 Penyebab Penyakit Cacingan
- Tidak mencuci tangan sebelum makan, sehingga telur cacing masuk ke dalam mulut sebagai
jalan masuk pertama ke tempat berkembang biak cacing di perut kita.
- Tidak menggunakan alas kaki jika menginjak tanah Jenis cacing ada macamnya. Cara
masuknya pun beragam macam, salah satunya adalah cacing tambang (Necator
americanus ataupun Ankylostoma duodenale).
-

Tidak menggunting dan membersihkan kuku secara teratur. Kadang telur cacing yang
terselip di antara kuku akan selamat masuk ke usus dan mendirikan koloni di sana.

Buang air besar sembarangan dan tidak mencuci tangan saat membasuh.
Tidak mencucilah sayur dengan baik sebelum diolah. Sehingga kotoran yang melekat
tidak terlepas/hilang terbawa air yang mengalir.

2.3 Cara Penularan Penyakit cacingan

Cacing masuk ke dalam tubuh manusia lewat makanan atau minuman yang tercemar
telur-telur cacing. Umumnya, cacing perut memilih tinggal di usus halus yang banyak berisi
makanan. Meski ada juga yang tinggal di usus besar. Penularan penyakit cacing dapat lewat
berbagai cara, telur cacing bisa masuk dan tinggal dalam tubuh manusia. Ia bisa masuk lewat
makanan atau minuman yang dimasak menggunakan air yang tercemar. Jika air yang telah
tercemar itu dipakai untuk menyirami tanaman, telur-telur itu naik ke darat. Begitu air
mengering, mereka menempel pada butiran debu. Telur yang menumpang pada debu itu bisa
menempel pada makanan dan minuman yang dijajakan di pinggir jalan atau terbang ke
tempat-tempat yang sering dipegang manusia. Mereka juga bisa berpindah dari satu tangan
ke tangan lain. Setelah masuk ke dalam usus manusia, cacing akan berkembang biak,
membentuk koloni dan menyerap habis sari-sari makanan. Cacing mencuri zat gizi, termasuk
protein untuk membangun otak.

Jenis jenis Cacing :


Cacing gelang : Setiap satu cacing gelang memakan 0,14 gram karbohidrat dan 0,035
protein per hari.
Cacing cambuk : setiap satu cacing cambuk menghabiskan 0,005 milimeter darah per hari
Cacing tambang : Setiap satu cacing tambang minum 0,2 milimeter darah per hari.

2.4 Tanda dan gejala berdasarkan jenis cacing


1. Cacing gelang. Cacing betinanya yang panjangnya kira-kira 20-30 cm ini mampu
bertelur 200.000 telur per harinya. Dalam waktu lebih kurang 3 minggu telur ini akan
berisi larva yang bersifat infektif, yang dapat menjadi sumber penularan jika secara tidak
sengaja mencemari makanan/minuman yang kita konsumsi. Cacing ini hidup sebagai
parasit dalam usus halus, sehingga akan mengambil nutrisi yang bermanfaat bagi tubuh
kita dan menimbulkan kerusakan pada` lapisan usus tersebut. Akhirnya timbullah diare
dan gangguan penyerapan sari-sari makanan tersebut. Bahkan pada keadaan yang berat,
larva dapat masuk ke paru sehingga membutuhkan tindakan operatif.
2. Cacing cambuk (Trichuris trichiura). Cacing ini juga menghisap sari makanan yang
kita makan. Dia menghisap darah dan hidup di dalam usus besar. Cacing betinanya bisa
bertelur 5 ribu-10 ribu butir per hari. Biasanya infeksi cacing ini menyerang pada usus
besar. Infeksinya sering menimbulkan perlakaan usus, karena kepala cacing dimasukkan
ke dalam permukaan usus penderita. Pada infeksi yang ringan biasanya hanya timbul
diare saja. Tetapi pada infeksi yang berat, hampir pada sebagian besar permukaan usus
besar dapat ditemukan cacing jenis ini. Akibatnya diare yang terjadi juga relatif berat dan
dapat berlangsung terus menerus. Karena juga dapat menyebabkan perlukaan usus, maka
anemia sebagai komplikasi perdarahan merupakan akibat yang tidak begitu saja dapat
dianggap ringan. Inilah sebetulnya akibat-akibat infeksi cacing yang tidak pernah kita
perkirakan selama ini dan proses yang merugikan itu berlangsung terus tanpa kita sadari.
Infeksi cacing biasanya menimbulkan anemia.
3. Cacing tambang (Necator americanus dan Ancylostoma duodenale). Inilah cacing
yang paling ganas, karena ia menghisap darah. Cacing betinanya bisa bertelur 15 ribu-20

ribu butir per hari. Penularannya cepat, karena larva cacing tambang sanggup menembus
kulit kaki dan selajutnya terbawa oleh pembuluh darah ke dalam usus. Cacing dewasa
bertahan hidup 2-10 tahun. Cacing tambang ini menimbulkan perlukaan pada permu-kaan
usus, sehingga perdarahan dapat terjadi secara lebih berat dibanding dengan infeksi
cacing jenis lainnya. Perdarahan yang lebih berat ini disebabkan karena mulut (stoma)
cacing mengerat permukaan usus. Bahkan satu ekor cacing saja dapat menyebabkan
kehilangan darah sebanyak 0,0050,34 cc sehari. Mengingat itu semua, maka infeksi
cacing tambang merupakan penyebab anemia yang paling sering ditemukan pada anakanak, sehingga dapat mempengaruhi daya tahan tubuhnya dan menurunkan prestasi
belajarnya. Telur cacing gelang yang masuk ke pencernaan akan menetas menjadi larva.
Larva ini menembus dinding usus halus menuju jantung dan paru-paru. Cacing gelang
menyebabkan gizi buruk dan membuat anak tidak nafsu makan, karena nutrisinya direbut
cacing. Cacing betinanya bisa bertelur mencapai 200 ribu butir per hari. Cacing dewasa
dapat bertahan hidup 6-12 bulan.
4. Cacing kremi. Cacing ini mirip kelapa parut, kecil-kecil dan berwarna putih. Awalnya,
cacing ini akan bersarang di usus besar. Saat dewasa, cacing kremi betina akan pindah ke
anus untuk bertelur. Telur-telur ini yang menimbulkan rasa gatal. Bila balita menggaruk
anus yang gatal, telur akan pecah dan larva masuk ke dalam dubur. Saat digaruk, telurtelur ini bersembunyi di jari dan kuku, sebagian lagi menempel di sprei, bantal atau
pakaian. Lewat kontak langsung, telur cacing menular ke orang lain. Lalu siklus cacing
dimulai lagi.
2.5 Pencegahan Penyakit Cacing Pada Anak
Untuk dapat mengatasi infeksi cacing secara tuntas, maka upaya pencegahan dan terapi
merupakan usaha yang sangat bijaksana dalam memutus siklus penyebaran infeksinya.
Pemberian obat anti cacing secara berkala setiap 6 bulan dapat pula dikerjakan. Menjaga
kebersihan diri (Ian lingkungan serta sumber bahan pangan adalah merupakan sebagian dari
usaha pencegahan untuk menghindari dari infeksi cacing. Memasyarakatkan cara-cara hidup
sehat, terutama pada anak-anak usia sekolah dasar, dimana usia ini merupakan usia yang
sangat peka untuk menanamkan dan memperkenalkan kebiasaan-kebiasaan baru. Kebiasaan
untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala merupakan salah satu contohnya.

Beberapa Tips Pencegahan :

Cucilah tangan sebelum makan.

Budayakan kebiasaan dan perilaku pada diri sendiri, anak dan keluarga untuk mencuci
tangan sebelum makan. Kebiasaan akan terpupuk dengan baik apabila orangtua
meneladani. Dengan mencuci tangan makan akan mengeliminir masuknya telur cacing ke
mulut sebagai jalan masuk pertama ke tempat berkembang biak cacing di perut kita.

Pakailah alas kaki jika menginjak tanah. Jenis cacing ada macamnya. Cara masuknya pun
beragam macam, salah satunya adalah cacing tambang (Necator americanus ataupun
Ankylostoma duodenale). Kedua jenis cacing ini masuk melalui larva cacing yang
menembus kulit di kaki, yang kemudian jalan-jalan sampai ke usus melalui trayek saluran
getah bening. Kejadian ini sering disebut sebagai Cutaneus Larva Migran (dari namanya
ini kita sudah tahu lah apa artinya; cutaneus: kulit, larva: larva, migrant: berpindah). Nah,
setelah larva cacing sampai ke usus, larva ini tumbuh dewasa dan terus berkembang biak
dan menghisap darah manusia. Oleh sebab itu Anda akan anemia. *Lha wong berbagi
darah dan hidup dengan cacing

Gunting dan bersihkan kuku secara teratur. Kadang telur cacing yang terselip di antara
kuku Anda dan selamat masuk ke usus Anda dan mendirikan koloni di sana.

Jangan buang air besar sembarangan dan cuci tangan saat membasuh. Setiap kotoran
baiknya dikelola dengan baik, termasuk kotoran manusia. Di negara kita masih banyak
warga yang memanfaatkan sungai untuk buang hajat. Dengan perilaku ini maka kotorankotoran ini akan liar tidak terjaga, sehingga mencemari lingkungannya. Dan, jika
lingkungan sudah cemar, penularan sering tidak pandang bulu. Orang yang sudah
menjaga diri sebersih mungkin sekalipun masih dapat dihinggapi parasit cacing ini.

Bertanam atau Berkebunlah dengan baik. Ambillah air yang masih baik untuk menyiram
tanaman. Agar air ini senantiasa baik maka usahakan lingkungan sebaik mungkin.
Menjaga alam ini termasuk bagian dalam merawat kesehatan.

Peduli lah dengan lingkungan, maka akan dapat memanfaatkan hasil yang baik. Jika air
yang digunakan terkontaminasi dengan tinja manusia, bukan tidak mungkin telur cacing
bertahan pada kelopak-kelopak tanaman yang ditanam dan terbawa hingga ke meja
makan.

Cucilah sayur dengan baik sebelum diolah. Cucilah sayur di bawah air yang mengalir.
Mengapa demikian? Ya, agar kotoran yang melekat akan terbawa air yang mengalir, di
samping itu nilai gizi sayuran tidak hilang jika dicuci di bawah air yang mengalir. Cara
mengolah sayuran yang baik dapat Anda lihat di artikel Cerdas mengolah Sayuran :
Menjamin Ketersediaan Nutrisi.

Hati-hatilah makan makanan mentah atau setengah matang, terutama di daerah yang
sanitasinya buruk. Perlu dicermati juga, makanan mentah tidak selamanya buruk. Yang
harus diperhatikan adalah kebersihan bahan makanan agar makanan dapat kita makan
sesegar mungkin sehingga enzim yang terkandung dalam makanan dapat kita rasakan

manfaatnya. Ulasan saya tentang makanan mentah yang menyehatkan dapat dilihat pada
artikel Diet Sunda ini.

Buanglah kotoran hewan hewan peliharaan kesayangan Anda seperti kucing atau anjing
pada tempat pembuangan khusus

Pencegahan dengan meminum obat anti cacing setiap 6 bulan, terutama bagi Anda yang
risiko tinggi terkena infestasi cacing ini, seperti petani, anak-anak yang sering bermain
pasir, pekerja kebun, dan pekerja tambang (orang-orang yang terlalu sering berhubungan
dengan tanah.

2.6 Pengobatan
1. Penanganan untuk mengatasi infeksi cacing dengan obat-obatan merupakan
pilihan yang dianjurkan. Obat anti cacing Golongan Pirantel Pamoat (Combantrin
dan lain-lain) merupakan anti cacing yang efektif untuk mengatasi sebagian besar
infeksi yang disebabkan parasit cacing.
2. Intervensi berupa pemberian obat cacing ( obat pirantel pamoat 10 mg / kg BB
dan albendazole 10 mg/kg BB ) dosis tunggal diberikan tiap 6 bulan pada anak
SD dapay mengurangi angka kejadian infeksi ini pada suatu daerah
3. Paduan yang serasi antara upaya prevensi dan terapi akan memberikan tingkat
keberhasilan yang memuaskan, sehingga infeksi cacing secara perlahan dapat
diatasi secara maksimal, tuntas dan paripurna

BAB III
ASUHAN KEBIDAN PADA BALITA X
DENGAN DIFTERI

1. Pengkajian
A. Data Subyektif
1. Biodata
Nama orang tua, nama balita dan umur balita.untuk menghindari terjadinya
kekeliruan.
2. Keluhan Utama
Panas, batuk, pilek, mual, muntah dan sakit pada tenggorokan.
3. Riwayat penyakit sekarang
Bisa ada atau tidak penyakit penyerta.
4. Riwayat penyakit keluarga
Dalam keluarga apakah ada yang menderita penyakit menular dan menahun
seperti: TBC, DM, dan lain-lain
5. Pola kebiasaan sehari-hari
Istirahat
Pola aktifitas
Pola eliminasi BAK/BAB
Pola nutrisi
Pola kebersihan
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum
Kesadaran
Tekanan darah
Nadi
Berat badan sekarang
Berat badan sebelum sakit
2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Saluran pernapasan
Mata

: Baik/cukup
: kompos mentis
:::
:

kulit

Palpasi

Leher : apakah ada pembengkakan pada kelenjer tiroid

3. Data kunjungan
Terapi
: isolasi untuk mencegah penularan melalui droplet
Anti difteri serum {ADS}
Mengikat toksin dalam darah
Serum heterolok {serum kuda}
Di uji/test kulit baru > mata
Positif besredka
Dosis tergantung dari klinis
Mematikan kuman

Penicillin procain
50 mg/kgbb selama 10 hari berturut-turut
Dihentikan kultur dan biakan negative

C. IDENTIFIKASI MASALAH DAN DIAGNOSA


D. INTERVENSI
E. IMPLEMENTASI
F. EVALUASI
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah melaksanakan asuhan neonates dengan difteri kami menilai bahwa penyakit
ini merupakan suatu infeksi akut pada saluran pernafasan dan lebih sering
menyerang anak-anak. Dan ditularkan melalui droplet atau percikan ludah dari
orang yang membawa kuman ke orang lain yang sehat selain itu penyakit ini bisa
ditularkan melalui benda atau makanan yang terkontaminasi. tetapi tak jarang racun
juga menyerang kulit dan bahkan menyerang kerusakan saraf dan jantung.
B. SARAN
Sebaiknya bayi usia kurang dari 1 tahunsudah harus mendapatkan 5 imunisasi dasar
lengkap {BCG, DPT, HEPATITIS, POLIO DAN CAMPAK}. Dan juga diharapkan
1

berperilaku hidup bersih dan sehat, apabila ada masyarakat yang mengalami gejala
seperti penyakit difteri, secepatnya berobat kepelayanan medis terdekat {puskesmas
/ rumah sakit}. Apabila tidak diadakan pemeriksaan sejak timbul gejala awal akan
membawa pada kematian. Oleh karenanya informasi ini sangat penting bagi
pemeliharaan kesehatan bagi masyarakat, apapun alasannya maka mencegah
timbulnya difteri adalah lebih baik dan lebih ringan biayanya dari pada mengobati
penyakit. Semoga askeb neonates ini dapat bermanfaat bagi kita semua yang
membaca.

Anda mungkin juga menyukai