Anda di halaman 1dari 13

www.rajaebookgratis.

com

Alap-alapan Sukesi
Lakon ini oleh sebagian dalang disebut Sastrajendra. Prabu Sumali mengumumkan sayembara, bahwa siapa
yang dapat menjabarkan ilmu Sastra Jendra Pangruwating Diyu, akan dapat menjadi suami putrinya, yaitu
Dewi Sukesi.
Ilmu yang disayembarakan ini adalah ilmu rahasia, yang hanya diketahui para dewa. Karenanya, tidak ada
seorang pun yang mencoba mengikuti sayembara itu.
Di Kerajaan Lopakapala, Prabu Danaraja meminta ayahnya, yaitu Begawan Wisrawa, untuk melamarkan
Dewi Sukesi baginya. Karena itu, Begawan Wisrawa lalu berangkat ke Alengka untuk mengikuti sayembara.
Karena ilmu yang akan dijabarkan adalah ilmu rahasia, maka Begawan Wisrawa dan Dewi Sukesi harus
berada di ruang tertutup.
Pada saat Begawan Wisrawa memulai ajarannya, kahyangan geger, karena pengaruh ilmu itu. Untuk
mencegah penyebarluasan ilmu itu Batara Guru dan Dewi Uma turun ke dunia. Batara Guru menyusup ke
raga Wisrawa, sedangkan Dewi Uma ke raga Dewi Sukesi. Akibatnya hubungan antara guru dan murid
merubah menjadi hubungan antara pria dan wanita yang dimabuk asmara.
Karena peristiwa ini akhirnya Begawan Wisrawa dikawinkan dengan Dewi Sukesi. Berita perkawinan ini
membuat Prabu Danaraja murka. Ia lalu mengerahkan bala tentara Lokapala untuk menyerbu Alengka guna
menghukum ayahnya, yang dianggapnya telah mengkhianatinya.
Sewaktu Begawan Wisrawa dan Prabu Danaraja berperang tanding, Batara Narada datang melerai.
Dikatakan oleh Narada, bahwa Dewi Sukesi memang merupakan jodoh bagi Wisrawa

Anggada Duta
Menjelang pecah perang antara bala tentara kera yang memihak Ramawijaya dengan tentara raksasa dari
Kerajaan Alengka, Ramawijaya mengutus Anggada untuk memberi ultimatum kepada Prabu Dasamuka.
Waktu Anggada bertemu Prabu Dasamuka, raja Alengka itu menghasutnya dengan mengatakan bahwa
Anggada sebenarnya adalah keponakannya, dan kematian Resi Subali ayah Anggada, adalah akibat
perbuatan Rama. Termakan oleh hasutan itu Anggada kembali dan langsung menyerang Rama. Untunglah
Gunawan Wibisana dan Anoman berhasil menyadarkan Anggada.
Anggada lalu kembali ke Alengka dan memberi laporan palsu bahwa Rama dan Laksmana sudah tewas.
Ketika Prabu Dasamuka sedang bersuka ria mendengar berita baik itu, Anggada menyerangnya, dan
berhasil merampas serta melarikan mahkota raja Alengka itu, dan kemudian melarikan diri. Usaha prajurit
Alengka untuk menangkapnya sia-sia saja.
Mahkota Alengka itu dipersembahkan pada Ramawijaya, tetapi Rama kemudian menyerahkannya pada
Prabu Sugriwa.

Anoman Duta
Prabu Dasamuka menyerahkan Dewi Sinta yang diculiknya, di bawah pengawasan Dewi Trijata di Taman
Argasoka, kemenakannya.
Sementara Regawa alias Rama terus mencari istrinya yang hilang. Ia sudah mendapat petunjuk dari Jatayu
bahwa Sinta diculik raja Alengka bernama Prabu Dasamuka. Perjalan Rama ke Alengka disertai Laksamana,
adiknya, dan Prabu Sugriwa serta seluruh bala tentara Kerajaan Guwakiskenda.
Setelah membangun perkemahan di daerah Mangliawan, Ramawijaya mengutus Anoman untuk menjadi
duta, menemui Dewi Sinta di Keraton Alengka.

www.rajaebookgratis.com

Hal ini membuat iri Anggada, sehingga terjadi perkelahian dengan Anoman. Rama kemudian menyadarkan
Anggada, bahwa nanti akan ada tugas penting lainnya bagi Anggada.
Perjalanan Anoman ke Alengka ternyata penuh hambatan. Mulanya ia berjumpa dengan Dewi Sayempraba,
salah seorang istri Prabu Dasamuka. Anoman dirayu, dan diberi hidangan buah-buahan beracun. Akibatnya
Anoman menjadi buta. Untunglah ia ditolong oleh Sempati, burung raksasa yang pernah dianiaya oleh
Dasamuka. Berkat pertolongan Sempati, kebutaan Anoman dapat disembuhkan. Ia juga ditolong oleh
Begawan Maenaka, saudara tunggal bayu-nya, sehingga dapat sampai ke negeri Alengka.
Sesampainya di Alengka, Senggana pergi ke Taman Argasoka bertemu dengan Dewi Sinta dengan
membawa cincin pemberian Rama. Dalam pertemuan itu Dewi Sinta menyerahkan tusuk kondenya, dengan
pesan agar disampaikan kepada Ramawijaya, dengan pesan bahwa Sinta masih tetap setia pada suaminya.
Setelah menyelesaikan misinya sebagai duta, Anoman sengaja membuat dirinya ditangkap. Peristiwa
penyusupan itu membuat Dasamuka marah, maka ia memerintahkan membakar hidup-hidup Senggana.
Setelah bulunya terbakar, Anoman melepaskan diri dari ikatan, dan berlompatan kesana-kemari membakar
Keraton Alengka. Setelah menimbulkan banyak kerusakan, ia pulang menghadap Ramawijaya

Anoman Lair
Dewi Anjani yang bersedih hati karena wajahnya yang cantik berubah ujud menjadi wajah kera.
Atas nasihat ayahnya, Begawan Gotama, ia bertapa nyantoka, serupa katak berendam di Telaga Madirda
(ada versi yang menjebut Telaga Nirmala), hanya kepala saja yang muncul di permukaan air. Selama
berbulan-bulan, Dewi Anjani hanya makan benda-benda yang hanyut dipermukaan air dan lewat di depan
mulutnya.
Pada suatu hari Batara Guru sedang melanglang buana, memeriksa keadaan dunia. Ketika ia terbang
melintasi Telaga Mandirda, dilihatnya tubuh seorang wanita berendam di telaga yang bening itu. Seketika
gairahnya bergejolak, sehingga jatuhlah kama benih (mani) nya, menimpa sehelai daun asam muda. Daun
asam muda itu melayang jatuh ke permukaan telaga, tepat di depan mulut Dewi Anjani. Segera saja Anjani
memakan daun asam muda itu (di masyarakat Jawa daun asam muda disebut sinom).
Begitu daun asam muda itu ditelan, Dewi Anjani merasa dirinya mengandung. Segara ia mencari-cari siapa
yang menjadi penyebabnya. Ketika ia melihat Batara Guru melayang-layang di atasnya, segera ia menuntut
tanggung jawab atas janin yang dikandungnya. Batara Guru tidak mengelak tangung jawab itu.
Ketika saatnya melahirkan, Batara Guru mengirim beberapa orang bidadari untuk menolong kelahiran bayi
yang berujud kera putih mulus itu. Selanjutnya Dewi Anjani diruwat sehingga menjadi cantik kembali dan
hidup di kahyangan.
Bayi yang lahir itu diberi nama Anoman.
Di kahyangan, ketika Batara Guru sedang memangku bayi Anoman, Batara Narada menertawakannya.
Segera Batara Guru menghampirinya, dan menempelkan sehelai daun nila di punggung Narada, dan
seketika itu juga di punggung Batara Narada menggelendot seekor bayi kera berwarna biru nila. Bayi kera
itu diberi nama Anila. Para dewa yang hadir tertawa semua.
Karena merasa ditertawakan, Batara Guru lalu memerintahkan para dewa untuk menciptakan seekor kera
bagi anak mereka masing-masing.

Arjunasasra Gugur
Prabu Garbamurti dari Jonggarba akan membalas dendam kepada Arjuna Sasrabahu atas kematian
ayahnya. Rama Bargawa bersedia membantunya.
Prabu Garbamurti mendatangi tempat Dewi Citrawati yang sedang berpesta dengan delapan ratus putri raja,

www.rajaebookgratis.com

dengan cepat Garbamurti menculik salah satu putri raja, tetapi patih Kartanadi dapat menggagalkan dan
Garbamurti dibunuh. Sekarang Rama Bargawa datang menantang Arjunasasra untuk merentangkan busur
sakti Bargawastra. Arjunasasra dapat merentangkan busur itu tetapi tiba-tiba membalik dan sekaligus
membunuh Arjunasasra. Namun terdengar suara bahwa Bargawa akan terbunuh oleh pemuda tampan yang
bernama Regawa atau Ramawijaya.

Arjunasasra Lahir
Prabu Kartawirya alias Partawirya mengundang Bambang Suwandageni, saudara sepupunya, untuk hadir
pada upaca siraman, karena permaisurinya, Dewi Danuwati telah mengandung tujuh bulan.
Sesaat setelah upacara itu selesai, datanglah utusan dari Kerajaan Lokapala, bernama Gohmuka, yang
menyampaikan pesan agar Dewi Danuwati boleh dibawa ke Lokapala untuk dijadikan permaisuri Prabu
Wisrawana alias Danaraja.
Mendengar permintaan itu Suwandageni marah dan menghajar Gohmuka, yang lalu lari pulang ke
negaranya. Setelah melaporkan kegagalan tugasnya, Prabu Danaraja lalu menyiapkan bala tentaranya
untuk menyerbu Maespati. Ia juga minta bantuan seorang brahmana sakti yang berujud raksasa, bernama
Begawan Wisnungkara.
Sementara itu di kahyangan, Batara Wisnu diperintahkan oleh Batara Guru untuk turun ke dunia guna
memelihara ketentraman. Batara Wisnu dengan senjata Cakra lalu merasuk ke janin bayi yang dikandung
oleh Dewi Danuwati.
Beberapa saat kemudian, Dewi Danuwati melahirkan seorang putra, yang oleh Prabu Kartawirya diberi nama
Arjunawijaya, alias Arjuna Sasrabahu. Anehnya, bayi itu lahir dengan menggenggam senjata Cakra.
Sementara itu balatentara Kerajaan Lokapala yang dipimpin oleh Prabu Danaraja telah sampai di tapal batas
Maespati. Prabu Kartawirya bersama Suwandageni berangkat untuk menghadang musuh. Senjata Cakra
yang digenggam putranya yang baru lahir dibawa ke medan perang.
Dalam perang tanding antara Begawan Wisnungkara dengan Suwandageni berlangsung seru. Prabu
Kartawirya lalu meminjamkan senjata Cakra pada Suwandageni. Dengan senjata itu Begawan Wisnungkara
tak bisa berbuat apa-apa. Badannya hancur lebur terkena senjata Cakra.
Prabu Danaraja yang berhadapan dengan Prabu Kartawirya yang bersenjatakan Cakra, seketika luluh
semangatnya. Prabu Danaraja sadar bahwa ia berhadapan dengan senjata sakti dari kahyangan. Karena itu
ia segera lari pulang ke Lokapala.

Arjunasasra Rabi
Dikisahkan usaha Prabu Dasamuka untuk membunuh dan memenggal kepala 1000 orang pendeta di dunia.
Untuk melaksanakannya, ia menugasi raksasa sakti bernama Yaksamuka.
Waktu hendak membunuh Begawan Jumanten dari Pertapaan Giriretno, usaha Yaksamuka dihalangi oleh
Bambang Kertanadi, putra sang Begawan. Yaksamuka kalah dan lari, tetapi dikejar Bambang Kartanadi.
Dalam pelariannya raksasa Alengka itu bertemu dengan Arjunawijaya, lalu minta perlindungan.
Setelah Bambang Kartanadi dapat menyusul, Arjunawijaya menghalangi niat Bambang Kartanadi
membunuh Yaksamuka. Mereka berperang, sehingga Bambang Kartanadi takluk. Yaksamuka dan Bambang
Kartanadi lalu bersama-sama mengabdi pada Arjunasasra.
Keduanya juga mengikuti Arjunawijaya pergi ke Tunjungpura, untuk melamar Dewi Citralangeni. Setelah
dapat menenuhi segala persyaratan, Arjunawijaya menikah dengan Dewi Citralangeni, lalu membawanya
pulang ke Kerajaan Maespati.
Bambang Kartanadi tetap mengikuti Arjunawijaya, tetapi Yaksamuka pulang kembali ke Alengka karena
Bambang Kartanadi masih tetap mengancamnya. Ternyata sesampainya di Alengka, Yaksamuka dibunuh

www.rajaebookgratis.com

oleh Prabu Dasamuka karena dianggap gagal menunaikan tugas.

Ayodya Bedah
Prabu Banaputra dan permaisuri Dewi Kukilawati di Ayodya sedang merawat putrinya Dewi Raguwati alias
Suksalya, karena sakit lumpuh.
Berkat bantuan raja pertapa bernama Begawan Rawatmaja dan raja burung raksasa bernama Sempati,
Dewi Raguwati dapat disembuhkan. Setelah sembuh Raguwati diserahkan kepada Rawatmaja dan dibawa ke
pertapaannya.
Sementara itu Prabu Rahwana dari Alengka marah, karena merasa keingiannya mempersunting Raguwati
mendapat halangan, segera mengejar Rawatmaja.
Ketika Rahwana dan Rawatwaja berperang tanding, Dewi Ragu pergi melarikan diri ke Hutan Dandaka dan
bertemu dengan Dasarata serta Begawan Yogisrawa. Dasarata memuja bunga menjadi Dewi Ragu tiruan
dan diberikan Rahwana. Dewi Raguwati selamat. Namun, ketika Rahwana tahu bahwa dirinya tertipu, ia
marah dan pergi ke Kahyangan Suralaya.
Sesudah Rahwana mengamuk, Batara Endra memberinya tiga orang bidadari cantik sebagai gantinya
yakni: Dewi Tari, Dewi Kiswani, dan Dewi Triwati. Dengan memiliki tiga bidadari ini kerinduan terhadap
Raguwati dapat terlupakan. Beberapa waktu kemudian Dewi Kiswani diberikan pada Kumbakarna, Dewi
Triwati diberikan kepada Gunawan Wibisana, sedangkan Dasamuka hanya memperistri Dewi Tari.

Bedah Lokapala
Termasuk lakon pakem, lakon ini menceritakan keangkaramurkaan Prabu Rahwana raja Alengka, yang
membuat prihatin Prabu Danaraja, raja Lokapala. Karena itu Danapati mengutus Gohmuka untuk
mengantarkan surat peringatan sekaligus nasehat kepada Rahwana.
Rahwana membaca surat Danapati sangat murka, Gohmuka dibunuhnya; kemudian segera menyusun
kekuatan menyerang Lokapala.
Peperangan antara pasukan Alengka dan Lokapala pun terjadi. Rahwana bertanding dengan Danapati,
keduanya sama-sama sakti. Namun, peperangan belum selesai, dewa telah menjemput kematian Danapati,
untuk dinobatkan sebagai pelengkap caturlokapala (keempat dewa penguasa dunia). Karena itu Rahwana
gugat kepada dewa, minta agar Danapati dihidupkan kembali. Batara Guru tidak mengabulkan, sebagai
pengganti Rahwana dianugerahi umur panjang.
Ketika Rahwana kembali dari kahyangan, ia bertemu dengan Widawati. Rahwana jatuh cinta, namun ditolak,
bahkan Widawati bunuh diri ke dalam api, sehingga Rahwana mabuk asmara.

Brubuh Alengka
Dasamuka marah besar karena telah banyak kehilangan bala tentaranya dalam perang melawan bala
tentara Ramawijaya. Di sisi lain barisan Rama semakin kuat dan maju. Karena telah banyak makan korban
yang berjatuhan maka Dasamuka sendiri yang akan menghadapinya.
Sebelum berangkat ke medan laga, Prabu Dasamuka menemui Dewi Sinta. Sekali lagi, istri Rama itu
dirayunya, tetapi Sinta tetap menolak. Karena birahi Dasamuka telah memuncak, kama benih (mani) raja
Alengka itu jatuh, menimpa sehelai daun Nagasari. Ketika tertiup angin, daun yang telah ternoda kama
benih itu melayang jatuh di hadapan Dewi Trijata, dan menjelma menjadi seorang bayi raksasa.
Oleh Trijata, bayi itu dinamai Dasawilukrama.

www.rajaebookgratis.com

Karena kesal pada Dewi Trijata yang selalu menghalangi niatnya merayu Sinta, Dasamuka mengutuk Trijata
kelak akan kawin dengan seekor kera tua yang buruk rupanya.
Adapun di pihak Rama, selain saudaranya yang maju, ia sendiri yang akan menghadapi Dasamuka.
Dasamuka menggunakan Aji Pancasona Bumi, sedangkan Rama menggunakan siasat untuk tidak bisa
mempertemukan antara kepala dan badan Dasamuka, akhirnya Dasamuka mati terbunuh oleh Rama.

Bukbis
Bukbis, yang berujud makhluk mengerikan, adalah salah seorang anak Prabu Dasamuka, raja Alengka. Ia
mempunyai saudara tunggal ibu, yakni Trigangga yang berujud kera. Mereka dilahirkan oleh Dewi
Sayempraba dan tinggal di Kadipaten Kutawindu, bersama ibunya.
Ketika sudah dewasa keduanya menghadap ke Istana Alengka, tetapi Dasamuka tidak mengakuinya sebagai
anak, kecuali bila dapat membunuh Rama dan Laksmana.
Bukbis dan Trigangga lalu menyusup ke Pesangrahan Suwelagiri, menggunakan Aji Panyirep, dan menculik
Rama serta Laksmana, dibawa ke Kutawindu. Anoman mengejar, tetapi dihalangi Trigangga. Terjadi perang
tanding. Mereka lalu dilerai oleh Batara Narada, yang kemudian menjelaskan bahwa sesungguhnya
Trigangga adalah anak kandung Anoman.
Anak beranak ini lalu bahu membahu melawan Bukbis. Namun ketika Bukbis mengenakan topeng waja,
Anoman dan Trigangga kewalahan, karena dari mata topeng waja itu keluar sinar sakti yang dapat
menghanguskan lawannya.
Atas nasihat Gunawan Wibisana, Anoman melawan Bukbis sambil membawa sebuah cermin besar. Dengan
cermin itu ia membalikkan sinar sakti Bubis, sehingga makluk itu binasa.
Rama dan Laksamana kemudian dibebaskan, dan Trigangga selanjutnya berjuang di pihak Rama.

Cupu Manik Astagia


Di Pertapaan Grastina, Dewi Indradi, istri Begawan Gotama sedang asyik dengan permainan Cupu Manik
Astagina, yang dapat membuatnya dapat menikmati keadaan alam. Tiba-tiba, putri sulungnya, yaitu Dewi
Anjani datang memergokinya. Dewi Anjani meminjam alat permainan itu.
Dewi Indradi meminjamkannya, dengan syarat jangan sampai diketahui oleh adik-adiknya. Namun, Dewi
Anjani justru memamerkan kepada kedua adiknya, Guwarsa dan Guwarsi. Akibatnya Cupu Manik Astagina
itu menjadi rebutan, sehingga terjadi keributan.
Begawan Gotama yang sedang bersamadi menjadi terganggu. Dan, alangkah terkejutnya, ketika ia
mengetahui bahwa yang menjadi pangkal keributan adalah Cupu Manik Astagina, yang diketahuinya milik
Batara Surya.
Dewi Indradi yang ditanya tentang asal usul Cupu Manik Astagina itu, tidak berani menjawab. Ia hanya
membisu saja. Hal ini membuat Resi Gotama amat marah dan mengutuk Dewi Indradi menjadi tugu, lalu
membuangnya jauh-jauh, jatuh di dekat perbatasan Kerajaan Alengka.
Setelah itu, Cupu Manik Astagina dibuangnya pula, dan jatuh di Telaga Sumala. Dewi Anjani, Guwarsa, dan
Guwarsi, diikuti oleh pamong mereka Endang Suwareh, Jembawan, dan Menda, semuanya berlari mengikuti
Cupu Manik Astagina yang dibuang ayah-nya. Gurarsa dan Guwarsi yang lari lebih cepat daripada Dewi
Anjadi, lebih dulu sampai ke Telaga Sumala. Keduanya langsung terjun ke telaga itu, dan menyelam
mencari cupu itu.
Begitu menyelam, ujud keduanya berubah menjadi kera. Begitu pula Jembawan dan Menda, yang mengikuti
kedua anak Begawan Gotama itu.
Dewi Anjani dan Endang Suwareh yang tiba kemudian, tidak terjun, tetapi hanya membasuh muka untuk
mengurangi rasa lelahnya. Dan, seketika itu juga wajah mereka berubah pula menjadi wajah kera.

www.rajaebookgratis.com

Betapa sedih hati mereka ketika mengetahui bahwa ketampanan dan kecantikan mereka telah hilang dan
kini berujud kera.
Dengan penuh penyesalan mereka kembali ke pertapan, dan mohon pada Resi Gotama agar ujud mereka
dikembalikan seperti semula. Namun, Resi Gotama mengatakan bahwa perubahan ujud mereka sudah
menjadi kehendak dewata. Namun, walaupun ujudnya kera, mereka masih dapat menunaikan darma. Untuk
itu, mereka disarankan untuk bertapa.

Dasamuka Bandan/Sumantri Gugur


Diceritakan rencana Prabu Dasamuka dari Alengka menyerbu Kerajaan Maespati dengan tujuan merebut
Dewi Citrawati dari tangan Prabu Arjuna Sasrabahu. Dalam perjalanan, di tepi sungai dekat batas kerajaan,
Prabu Dasamuka mengistirahatkan dulu pasukan Alengka.
Tiba-tiba air sungai itu meluap sehingga mengenai perkemahan pasukan Alengka. Dasamuka marah dan
mencari penyebab banjir mendadak itu. Ternyata penyebab banjir itu adalah tubuh Prabu Arjuna
Sasrabahu, yang melakukan triwikrama melintang sungai sehingga airnya terbendung. Dengan demikian
Dewi Citrawati dapat bersenang-senang berenang di sungai itu.
Patih Suwanda mencoba menghalangi niat Dasamuka menyerang Prabu Arjuna Sasrabahu. Sumantri alias
Patih Suwanda akhirnya gugur sebab taring Prabu Dasamuka terisi oleh arwah Sukasrana, adiknya yang
mati terbunuh karena tidak sengaja.
Kematian Patih Suwanda membuat Arjuna Sasrabahu marah. Dengan panah sakti Kalamanggaseta ia
meringkus Dasamuka. Raja Alengka itu dibawa ke Maespati dan dipertontonkan di alun-alun. Karena
permohonan Patih Prahasta, akhirnya Prabu Arjuna Sasrabahu membebaskan Dasamuka dengan syarat
tidak boleh lagi berlaku sewenang-wenang.

Dasamuka Lair
Kebahagiaan raja Alengka, Prabu Sumali yang mendapat cucu, dengan kelahiran anak-anak Begawan
Wisrawa dan Dewi Sukesi. Kedua pasangan ini melahirkan empat anak. Yang pertama Dasamuka, lalu
Kumbakarna, dan ketiga bernama Sarpakenaka. Ketiganya berujud raksasa. Anak bungsu lahir sebagai
ksatria tampan, dinamakan Gunawan Wibisana.
Setelah menanjak dewasa, oleh Begawan Wisrawa keempatnya disuruh bertapa di Gunung Gohkarna.
Mereka pun lalu berangkat ke Gunung Gohkarno yang terkenal angker. Masing-masing mengambil tempat
yang terpisah.
Tapa mereka ternyata menimbulkan goncangan di kahyangan. Batara Guru lalu mengutus Batara Narada
untuk menghentikan tapa keempat putra Begawan Wisrawa itu.
Kepada keempat orang itu Batara Narada menanyakan, apa tujuan tapa mereka. Dasamuka menjawab, ia
ingin menjadi orang yang sakti, tidak ada orang yang mengalahkannya, dan dapat terujud semua yang
diinginkannya. Kumbakarna menjawab, ia ingin selalu dapat makan enak dan kenyang, dan dapat tidur
pulas selama ia mau. Sarpakenaka, satu-satunya perempuan dari putra Wisrawa menjawab, ia ingin agar
dapat melampiaskan nafsu birahinya; sedangkan Gunawan Wibisana menjawab bahwa ia ingin agar selalu
dapat berpihak pada kebenaran, dan berani menyatakan kebenaran.
Batara Narada mengabulkan permohonan mereka, tetapi juga mengingatkan, bahwa segala sesuatu selalu
ada batasnya, dan segara sesuatu mesti mengandung resiko, semuanya memerlukan pengorbanan.
Setelah itu keempatnya pulang, dan beberapa waktu kemudian Prabu Sumali mengangkat Dasamuka
sebagai raja, karena Begawan Wisrawa menolak menduduki takhta Alengka.

www.rajaebookgratis.com

Dasarata Rabi
Di negara Alengka, Prabu Dasamuka memerintahkan Patih Prahasta untuk melamarkan Dewi Kekayi dan
Dewi Sumitrawati, putri Prabu Kusumaraja dari Kerajaan Benggala atau Bindarata.
Prabu Kusumaraja mengadakan sayembara, siapa yang dapat mengalahkan Somalawan, keponakan raja, ia
berhak mempersunting Dewi Kekayi dan Dewi Sumitrawati. Yang dapat mengalahkan Somalawan ternyata
adalah Prabu Dasarata, raja Ayodya. Dengan demikian, Dasarata memperistri kakak beradik putri Benggala
itu.
Namun, rupanya, Somalawan juga menginginkan kedua putri itu. Karena itu, setelah kalah dari Prabu
Dasarata, Somalawan lari mengadu pada ayahnya Resi Kala dari Pertapaan Taksikenda.
Sang Resi, mengdapat pengaduan itu segera beangkat ke Benggala untuk menghajar Prabu Dasarata.
Dalam perjalanan ia berjumpa dengan Patih Prahasta, yang ternyata juga akan melamar Dewi Kekayi dan
Dewi Sumitrawati. Keduanya lalu berperang tanding. Prahasta kalah dan lari pulang ke Alengka.
Prabu Dasamuka yang mendapat laporan Prahasta, langsung berangkat ke Benggala. Ia mengamuk,
menghancurkan negeri itu dan membunuh Prabu Kusumaraja, Resi Kala, dan Somalawan.
Setelah itu ia memburu Prabu Dasarata, tetapi setelah bertemu, Dasarata dapat menipunya. Raja Ayodya
itu mengatakan bahwa Dewi Kekayi dan Dewi Sumitrawati kini berada di Pertapaan Kutarungu untuk
menambah ilmu. Prabu Dasamuka puas dengan keterangan itu dan pulang ke Alengka, sedangkan Dasarata
pulang ke Ayodya.

Indrajid Lena
Di Negara Alengka Prabu dasamuka merasa gusar karena senapati Alengka sudah banyak yang mati.
Senapati terakhir adalah Kumba-kumba dan Aswani Kumba, keduanya putra Kumbakarna, telah gugur
karena kepala mereka diadubenturkan oleh Anoman.
Kini tinggal Megananda yang masih hidup dan yang menjadi harapannya, disamping Narataka. Keduanya
harus berhadapan dengan Jaya Anggada.
Indrajit maju ke medan laga didampingi kedua adaknya, Begasura dan Kuntalabahu.
Panah Nagapasa semula bisa membunuh Laksmana, tetapi adik Ramawijaya itu bisa hidup lagi berkat
kesaktian Rama. Akhirnya Narataka, anak Dasamuka yang tersisa, dibunuh oleh Jaya Anggada dan panah
pusaka Guwawijaya milik Rama bisa menghancurkan Megananda.
Begitu terkena panah, badan Indrajit musnah menjadi mega yang melayang di antara awan

Kembang Dewaretna
Prabu Dasamuka, raja Alengka, berpikir keras untuk memenangkan perang melawan bala tentara kera anak
buah Ramawijaya.
Untuk memenangkan perang, Dasamuka merebut Kembang Dewaretna dari tangan Batara Danaraja alias
Batara Kuwera. Sang Dewa berusaha mempertahankan, tetapi gagal. Ia kemudian mencipta seekor kera
berbulu kuning dari seekor kumbang yang selama ini selalu bersama dengan Kembang Dewaretna. Kera
jadi-jadian itu dinamakan Kapi Pramuja, dan diperintahkan mengabdi pada Sri Rama.
Setelah Kapi Pramuja menghadap Rama, ia diperintahkan mengambil kembali Kembang Dewaretna yang
dirampas Dasamuka.

www.rajaebookgratis.com

Sebelum berangkat ke Alengka, Kapi Pramuja lebih dulu menghadap Batara Surya dan mohon agar dewa itu
menciptakan seribu matahari.
Sewaktu orang Alengka, termasuk Prabu Dasamuka, sedang mengagumi sinar matahari di langit, Kapi
Pramuja menyusup ke Keraton Alengka. Dengan penciumannya yang amat tajam, Kapi Pramuja berhasil
menemukan Kembang Dewaretna dan membawanya kabur dari Alengka.
Dasamuka marah besar pada Patih Prahasta karena hilangnya Kembang Dewaretna, karena Prahastalah
yang diserahi tanggung jawab. Raja Alengka itu mengingatkan bahwa Prahasta masih punya tanggung
jawab lain, yaitu menjaga pedang pusaka Kyai Mentawa. Prahasta harus mempertaruhkan jiwanya untuk
menjaga pedang itu.
Dalam pada itu, setelah menerima Kembang Dewandaru, Rama yakin bahwa prajurit keranya akan menang
karena bunga sakti itu berkhasiat melindung keselamatan para kera.
Agar lebih yakin akan datangnya kemenangan, Rama memerintahkan Patih Anila untuk merampas pedang
Kyai Mentawa dari Alengka. Anila berangkat ke Alengka, dan untuk merampas pedang itu terpaksa
berperang tanding dengan Patih Prahasta.
Anila kewalahan, dan melarikan diri, tetapi tetap dikejar Prahasta. Sesampainya di perbatasan Alengka dan
Hutan Dandaka, Anila melihat sebuah tugu batu. Segera dicabutnya tugu itu, dan digunakan untuk memukul
kepala Prahasta.
Seketika itu juga Prahasta roboh, dan gugur. Tugu yang digunakan sebagai gada lenyap, dan muncullah
bidadari Dewi Indradi.
Tugu itu ternyata penjelmaan Dewi Indradi yang dikutuk. Setelah berubah ujud menjadi bidadari, ia segera
kembali ke Kahyangan.

Kumbakarna Gugur
Gunawan Wibisana dan Kumbakarna menyadarkan abangnya, Prabu Dasamuka, bahwa menculik Dewi Sinta
adalah salah. Keduanya minta agar Prabu Dasamuka mau mengembalikan Sinta secara baik-baik kepada
Ramawijaya.
Usul itu bukan diterima baik, tetapi malahan membuat Dasamuka marah. Gunawan Wibisana diusir,
sedangkan Kumbakarna karena kesal segera pulang dan tidur.
Waktu bala tentara Alengka kewalahan menghadapi musuh, Prabu Dasamuka mengutus Indrajit agar
membangunkan Kumbakarna. Setelah bangun dan menghadap, Dasamuka memaki-maki adiknya sebagai
orang tidak tahu diri dan kerjanya hanya makan dan tidur. Karena tersinggung, Kumbakarna memuntahkan
seluruh makanan yang pernah disantapnya dalam keadaan utuh dan segar. Sesudah itu ia mengenakan
pakaian serba putih dan berangkat ke medan laga.
Kumbakarna akhirnya berhadapan dengan Laksmana. Ksatria itu menggunakan panah sakti Naracabala.
Mula-mula dibidiknya kedua lengan Kumbakarna, setelah itu kedua kakinya. Sesudah kaki dan tangan
Kumbakarna buntung, Anoman memimpin prajurit kera mengeroyok Kumbakarna.
Kumbakarna gugur dengan tubuh terpotong-potong. Ia gugur demi membela negrinya dari serangan
musuh.

Rama Gandrung
Regawa alias Ramawijaya akan menjadi raja untuk menggantikan Dasarata, tetapi dari Dewi Kekayi

www.rajaebookgratis.com

menuntut agar anaknya yang bernama Baratalah yang dijadikan raja.


Barata menolak naik takhta dan minta agar Regawa tetap berada di Ayodya, tetapi Regawa tetap pada
pendiriannya semula, lalu ia pergi dari Ayodya bersama istrinya menjalani masa pembuangan di Hutan
Dandaka.
Di tengah hutan Regawa bertanding melawan dengan Karadusana yang menjadi utusannya Sarpakenaka,
adik Dasamuka. Karadusana kalah. Setelah itu Regawa melanjutkan perjalanan ke Gunung Argasoka, dan
diterima baik oleh Sutignayogi.
Di halaman tersebut terlihatlah seekor kijang kecil.
Karena Sinta menginginkannya maka binatang itu, dipanahnya, tidak lama kemudian berubah menjadi
seekor raksasa besar, penjelmaan Kalamarica.
Dewi Sinta yang tanpa dikawal oleh seorangpun lalu diculik oleh Dasamuka. Atas petunjuk Jatayu maka
Regawa tidak dapat mengejarnya dan Jatayu hampir mati karena kelelahan. Regawa merasa sedih karena
telah kehilangan pengikut yang setia.

Rama Obong
Dewi Trijata adalah abdi setia Dewi Sinta sejak pada waktu berada di Alengka lalu mengikuti Sri Rama
sampai di Ayodya. Kapi Jembawan, seorang kera tua, jatuh cinta kepadanya dan merubah ujudnya sebagai
Lesmana agar dapat bertemu dengan Trijata. Namun perbuatannya dapat dibongkar oleh Anoman maka
berubah ujud semula Jembawan. Peristiwa ini dilaporkan kepada Sang Rama, yang selanjutnya Kapi
Jembawan diperintahkan pergi ke Gunung Kutarunggu bersama Dewi Trijata.
Di perjalanan ia bertemu dengan Mayaretna anak Prabu Janaka dari Kerajaan Mantili yang jatuh cinta
kepada Dewi Sumekar. Dalam mimpinya ia melihat wanita muda yang cantik dan dikira Dewi Sinta. Atas
petunjuk Kapi Jembawan pangeran itu diminta menemui Rama dan bergabung.
Ramawijaya kemudian memutuskan akan masuk ke dalam api pembakaran dan meninggalkan pesan yang
terakhir kepada Wibisana agar memerintah negeri Alengka. Ramawijaya juga mengatakan bahwa Anoman
akan berumur panjang dan diminta bertempat tinggal di Gunung Kendalisada guna menjaga Gunung
Somawana sebagai kuburan Rahwana. Sedangkan Laksmana menjelaskan bahwa kelak ia akan menjelma
pada Kakrasana, seorang pangeran dari Madura.
Setelah semuanya siap maka Ramawijaya, Dewi Sinta dan Laksmana masuk ke dalam perapian. Demikian
juga Mayaretna bersama Dewi Sumekar juga mengikuti Rama masuk ke perapian. Sedangkan kendaraan
Mayaretna yaitu gajah Jaka Maruta serta kuda Balang Anteban masuk ke dalam Hutan Sokarembe.

Rama Tambak
Ramawijaya setelah menerima laporan mengenai kekuatan musuh maka ia memerintahkan untuk segera
menyerang Alengka. Namun ada kesulitan karena harus menyeberangi lautan, maka ia memerintahkan
kepada Sugriwa dan Anoman membuat bendungan.
Para prajurit kera dikerahkan untuk mengambil batang pohon dan batu yang berada di Pasanggrahan
Maliawan, tetapi mereka mendapat gangguan sekelompok kera hitam di bawah pimpinan Endang Suwareh
dan Bambang Suweda, anak Suwareh, tapi gangguan itu dapat dikalahkan, bahkan kemudian dipaksa
membantu membuat bendungan.
Setelah bendungan menjelang selesai tiba-tiba diterjang gelombang besar sehingga batang-batang pohon
itu hanyut. Hal ini membuat Sri Rama marah
maka ia melepaskan anak panah Suwarah Geni ke dalam laut dan seketika itu air surut.

www.rajaebookgratis.com

Tak lama kemudian Sang Hyang Baruna menampakan diri serta berjanji akan membantu dalam pembuatan
bendungan, asalkan Rama mengembalikan air laut yang surut itu, sehingga makhuk di laut tidak mati.
Dalam waktu yang singkat bendungan dapat diselesaikan serta para bala tentara kera mulai
menyeberang menuju ke Alengka.
Diperjalanan tentara Rama dihadang oleh raksasa dari Alengka yakni Agsraba, Rahibaya, Yuyurumpung dan
Rahirebata. Mereka menyerang bala tentara kera sehingga menjadi kalang kabut.
Para raksasa dari utusan Rahwana itu akhirnya dapat dibunuh oleh prajurit kera yang bernama Kapi
Yasraba, Kapi Rekata dan Kapi Menda. Pada waktu itu keadaan bendungan sangat mengkhawatirkan karena
adanya gangguan dari prajurit Alengka. Sementara Anoman sangat khawatir akan keselamatan tentara
yang melewati bendungan itu, maka Anoman melakukan triwikrama, tubuhnya menjadi besar dan
membawa para prajurit kera ke daratan Alengka dan membangun Pesanggrahan di Swelagiri.
Sementara itu Rahwana membuat tipu muslihat kepada Sinta untuk meyakinkan bahwa Rama dan
Laksmanatelah mati, ia memenggal kepala Trikala dan Kalasekti, yaitu dua orang raja taklukannya.
Setelah melihat penggalan dua kepala ksatria itu Dewi Sinta sangat sedih. Namun, Dewi Trijata yang setia
kepada menaruh curiga dan mengadakan penyelidikan, ia pergi ke Swelagiri dan bertemu dengan Anoman.
Trijata mendapat penjelasan bahwa Rama dan Laksmana masih segar bugar. Dengan demikian ia akan
dapat menentramkan hati Sinta.
Sarpakenaka juga ikut mencampuri urusan ini, ia mengutus Anggrisana ke Swelagiri dan membaur sebagai
kera, dengan tujuan membuat kekacauan serta huru-hara. Tindakannya itu dapat diketahui Anoman maka
Anggrisana ditangkap dan telinganya dipotong dan diminta kembali ke Alengka.
Setelah tiba di Alengka, Sarpakenaka sangat marah melihat utusannya terluka, ia pergi melawan Anoman
sendiri, tetapi akhirnya ia terbunuh oleh Anoman.

Rama Tundung
Setelah memboyong Dewi Sinta, putri Mantili, sebagai istrinya ke Kerajaan Ayodya, ayah Rama, yaitu Prabu
Dasarata berniat mengangkatnya sebagai raja.
Namun niat Dasarata ini dihalangi Dewi Kekayi, istri ketiga sang Prabu. Dasarata diingatkan bahwa raja itu
pernah berjanji akan meluluskan dua permintaan Dewi Kekayi.
Adapun permintaan Kekayi adalah agar Dasarata mengangkat Barata, anaknya, sebagai raja. Yang kedua,
mengusir Ramawijaya dari Kerajaan Ayodya dan harus hidup sebagai orang buangan di Hutan Dandaka
selama 12 tahun. Kepergian Rama dan Sinta diikuti oleh Laksmana, adik tirinya.
Walaupun tidak setuju, Prabu Dasarata terpaksa memenuhi tuntutan itu. Setelah membatalkan
pengangkatan Ramawijaya sebagai putra mahkota dan mengusirnya bersama istrinya, raja Ayodya itu
sangat menyesal, sehingga meninggal dunia. Ternyata Barata tidak mau naik takhta menggantikan
ayahnya, bahkan menyusul Rama dan Laksmana di Hutan Dandaka.
Setelah bertemu, Rama menganjurkan Barata menjadi raja, dengan membekalinya ajaran Hasta Brata.

Sinta Obong
Setelah Ramawijaya dan anak buahnya berhasil mengalahkan pasukan Kerajaan Alengka, dan tewasnya
Prabu Dasamuka dan Dewi Sinta dibebaskan, Ramawijaya kembali ke Ayodya.
Beberapa waktu setelah Ramawijaya menjadi raja di Ayodya, ia mendengar desas-desus, bahwa rakyat
Ayodya tidak yakin akan kesucian Dewi Sinta, karena istri Rama itu 12 tahun lamanya berada dalam
sekapan Prabu Dasamuka.

www.rajaebookgratis.com

Keraguan rakyat Ayogya yang mempengaruhi Ramawijaya itu membuat Dewi Sinta merasa perlu untuk
membuktikan kesuciannya. Kemudian Dewi Sinta minta agar dirinya dibakar hidup-hidup, dan bilamana
tubuhnya tidak termakan api, berarti ia tetap suci, walaupun selama 12 tahun berada di dalam kekuasaan
Dasamuka.
Ketika api mulai berkobar, Batara Agni melindungi tubuh dan pakaian Sinta, sehingga tidak hangus dijilat
api.
Pada lakon ini juga diceritakan tentang Kapi Jembawan, seekor tua kera yang sedih karena rupanya yang
buruk. Sesudah bertapa, Batara Narada datang menemuinya, dan mengatakan bahwa ujud sebagai kera
sudah nasibnya. Namun, pada dewa berkenan akan memberikan keturunan yang mulya bagi Kapi
Jembawan. Batara Narada lalu mengubah ujud Jembawan menjadi Laksmana tiruan, dan disuruh
menjumpai Dewi Trijata di Alengka.
Dewi Trijata menyanbut kedatangan Laksamana tiruan dengan suka cita karena diam-diam ia memang
jatuh cinta pada Laksmana. Terjadilah cumbu rayu di antara mereka.
Ketika kejadian ini dilaporkan Sri Rama, segera Laksama asli disuruh menjumpai Laksamana tiruan.
Terjadilah perang tanding antara yang asli dengan yang tiruan, dan saat itu yang tiruan menjelma kembali
menjadi Jembawan.
Rama kemudian memutuskan Jembawan menjadi suami Dewi Trijata, sebab itu memang sudah jodohnya.

Subali Gugur
Setelah berguru pada Resi Subali, dan memperoleh Aji Pancasonya, Dasamuka mencari akal agar gurunya
itu mati, sehingga di dunia ini hanya Dasamuka seorang yang memiliki ilmu sakti itu.
Untuk mencapai tujuannya Prabu Dasamuka mengutus Kala Marica untuk berubah rupa menjadi dayang
pengasuh Dewi Tara, dan kemudian menghasut Resi Subali.
Kepada Resi Subali, emban dayang yang sebenarnya adalah Kala Marica itu mengadu, bahwa Dewi Tara kini
hidup menderita karena sering disiksa Prabu Sugriwa. Hasutan ini termakan oleh Subali, sehingga resi
berujud kera itu segera pergi ke Guwakiskanda untuk menghajar adiknya, Sugriwa. Sugriwa kalah,
tubuhnya dijepit di dahan pohon kamal.
Sementara itu, Prabu Dasamuka berhasil menculik Dewi Sinta, dibawa terbang ke Alengka. Dalam
perjalanan, seekor burung raksasa melihat peristiwa itu dan mencoba menolong Dewi Sinta. Namun,
Dasamuka lebih sakti. Terkena pedang Candrasa, Jatayu luka berat dan jatuh ke bumi.
Rama dan Laksmana yang mencari Dewi Sinta menemukan Jatayu yang sedang sekarat. Sebelum ajal,
Jatayu sempat memberitahukan bahwa Dewi Sinta diculik Dasamuka dan dibawa ke Alengka. Rama dan
Laksamana kemudian bertemu dengan Sugriwa yang
sedang tersisa dijepit dua buah dahan. Sugriwa ditolong. Sebagai rasa terima kasih Sugriwa menyatakan
kesanggupannya membantu Rama dalam usahanya membebaskan Dewi Sinta.
Sugriwa kemudian menantang Subali. Namun, dalam perang tanding itu Sugriwa kalah lagi. Rama lalu
menyuruh Sugriwa mengenakan janur kuning di lehernya.
Ketika kakak beradik itu berperang tanding lagi, Rama memanah Subali. Sebelum ajal, Subali bertanya pada
Rama, mengapa ia mencampuri urusan orang lain.
Rama menjawab, bahwa ia terpaksa membunuh Subali sebagai hukuman karena Subali mengajarkan ilmu
Pancasonya pada Rahwana.

www.rajaebookgratis.com

Sugriwa-Subali
Terjadilah keributan keluarga Resi Gotama, di Pertapaan Grastina. Gara-gara anak-anaknya
memperebutkan Cupu Manik Astagina, Resi Gotama marah. Cupu Manik Astagina dibuang, dan istrinya,
Dewi Indradi dikutuk menjadi tugu batu, dan dibuang jauh sampai jatuh di Hutan Dandaka, di tepi
perbatasan negara Alengka.
Ketiga anaknya, Guwarsa, Guwarsi, dan Dewi Anjani, memburu Cupu Manik Astagina yang dibuang
ayahnya, sampai ke Telaga Sumala. Guwarsa dan Guwarsi, diikuti cantrik Jembawan yang mencebut ke
telaga itu berubah ujud menjadi kera, sedangkan Dewi Anjani yang diikuti emban Sarweah mencuci muka,
hanya wajahnya yang berubah menjadi kera.
Setelah menjadi kera, Guwarsa berganti nama menjadi Subali, sedangkan Guwarsi menjadi Sugriwa.
Sementara itu, kahyangan diserbu oleh Patih Lembusura yang meminta bidadari Dewi Supraba dan Dewi
Tara untuk dijadikan istri Prabu Maesasura. Karena para dewa tidak sanggup menandingi kesak-tian Patih
Lembusura, mereka minta pertolongan Subali dan Sugriwa. Kedua kera itu ternyata sanggup membunuh
Lembusura.
Subali dan Sugriwa kemudian pergi ke Kerajaan Guwakiskenda, yang jalan masuknya berupa gua. Subali
berbesan, agar setelah ia masuk ke gua itu, Sugriwa segera menutupnya dengan batu Sela Gilang. Jika
nanti dari sela batu itu mengalir darah merah, berarti lawannya mati. Dan, Sugriwa harus membuka gua itu
agar Subali dapat keluar.
Namun, jika darah yang keluar berwarna putih, pintu itu jangan dibuka, karena itu berarti Sugriwa yang
gugur.
Setelah ditunggu, beberapa waktu kemudian, keluar darah berwarna merah muda. Sugriwa mengira,
abangnya mati bersama musuhnya. Karena itu, ia tidak membuka mulut gua itu, lalu pergi ke kahyangan
untuk melapor.
Karena para dewa menganggap Sugriwa berjasa, maka ia dianugerahi Dewi Tara sebagai istrinya.
Tak lama kemudian datang Subali marah-marah, karena adiknya tidak membukakan pintu. Sugriwa
menjelaskan kejadiannya, ia tidak tahu jika darah itu bercampur dengan otak, dan bukan darah putih.
Subali mau memahami.
Para dewa pun kemudian memberi anugerah pada Subali, berupa Aji Pancasonya, yang tidak dapat mati,
bilamana tubuhnya masih bersentuhan dengan tanah. Kelemahan Aji Pancasonya hanya jika berhadapan
dengan panah sakti Guwawijaya, milik Batara Wisnu.

Tambak Undur
Rahwana telah terbunuh oleh Ramawijaya, selanjutnya ia mengutus Wibisana untuk masuk ke Istana
Alengka terlebih dahulu untuk menemui Sinta. Ternyata Dewi Sinta walaupun masih tetap setia pada Rama
meskipun telah lama tinggal di Alengka bersama Rahwana, Rama masih meragukan. Untuk mendapat
kepastian tentang kesuciannya, Rama meminta Dewi Sinta masuk ke dalam api pembakaran yang
dinyalakan dan ternyata ia dapat keluar dari api sebagai gadis remaja yang penuh sinar.
Setelah keraguan Rama lenyap, ia memerintahkan anak buahnya segera kembali ke Ayodya. Karena
perjalanannya menyeberangi lautan, Batara Baruna dan Batara Amburawa diperintah untuk membantu
Rama dan Sinta dengan cara membuat bendungan di atas laut serta pesanggrahan Kuta Giriging.
Perjalanan Rama dan istrinya menuju Ayodya di tengah tambak (bendungan) mendapat serangan Dewi
Jarini, putri Sarpakenaka yang dibantu Sekesa anak Prabu Sumali dari Krenda Buntala.
Bala tentara Sekesa menghancurkan bendungan, tetapi berkat kesigapan Anoman para raksasa itu dapat
dibunuh. Bahkan Dewi Jarini yang memiliki kekebalan kulit yang berbulu dapat dibinasakan Anoman.
Selanjutnya Rama dan Sita bertemu lagi dengan Branta serta Trugena di Ayodya, mereka sangat gembira
selanjutnya pesta bersama.

www.rajaebookgratis.com

Trikaya Lena
Pada lakon itu dikisahkan tentang kematian Trikaya alias Atikaya, salah seorang anak Prabu Dasamuka, raja
Alengka. Ketika terjadi peperangan untuk membebaskan Dewi Sinta, Trikaya yang amat mahir dan cekatan
dalam meluncurkan anak panah, bahu membahu bersama raksasa Mataka berhasil memporakporandakan
pasukan kera. Anoman kewalahan menghadapi kedua musuhnya. Baru setelah Kapi Saraba datang
membantunya, Anoman dapat membunuh Ditya Mataka.
Sedangkan yang membunuh Trikaya adalah Laksmana. Waktu Trikaya melepaskan anak panah pusaka
bernama Pawaksara, Laksmana menghadapinya dengan anak panah pusaka bernama Surawijaya.
Pawaksara artinya panah api, sedangkan Surawijaya artinya pahlawan kemenangan.

Wibisana Tundung
Dalam lakon yang termasuk serial Ramayana ini, dua orang adik Prabu Dasamuka, yakni Gunawan Wibisana
dan Kumbakarna mencoba mengingatkan bahwa penculikan Dewi Sinta merupakan perbuatan salah. Prabu
Dasamuka diminta mengembalikan Sinta pada suaminya, Ramawijaya.
Peringatan itu membuat Dasamuka marah. Setelah dikata-katai, kedua adiknya itu diusir.
Karena pengusiran itu Kumbakarna meninggalkan Keraton Alengka, pergi ke Gunung Gohkarna untuk
bertapa tidur, sedangkan Wibisana pergi meninggalkan Alengka, dengan niat hendak mengabdi pada
Ramawijaya. Pengabdian Gunawan Wibisana diterima dengan baik oleh Ramawijaya.
Sementara itu, untuk melemahkan semangat Dewi Sinta, Prabu Dasamuka membunuh dan kemudian
memenggal kepala Prabu Kalaseti dan Prabu Trikala, kakak beradik taklukan Alengka. Keduanya mirip
dengan Rama dan Laksmana. Kepala kedua orang itu diperlihatkan pada Dewi Sinta.
Sinta tidak yakin kalau kepala itu adalah kepala suami dan adik iparnya. Ia menyuruh Dewi Trijata, putri
Gunawan Wibisana, untuk pergi ke Pasanggrahan Mangliawan guna membuktikan Rama dan Laksamana
masih hidup.
Setelah Trijata menunaikan tugas itu, ternyata Rama dan Laksmana memang masih hidup.

Anda mungkin juga menyukai