Medication Error Pada Pasien Rawat Inap
Medication Error Pada Pasien Rawat Inap
- perawatan intensif
- rawat inap yang berkesinambungan
- sistem dan proses desain
Misal : - kurang komunikasi antara dokter, perawat, apoteker, dan tenaga kesehatan lain
- sistem pelaporan rumah sakit yang tidak saling terhubung
- sistem pemotongan uang yang dilakukan rumah sakit tidak dikembalikan dengan
benar
- kompetensi, pendidikan, dan pelatihan
Misal : - variasi tenaga kesehatan memnutuhkan pelatihan dan pengalaman yang berbeda
- mengakui kegagalan dalam pencegahan dan kesalahan serius medikasi
- faktor manusia dan ergonomik
Misal : - tenaga kesehatan yang mengalami kelelahan
- sistem yang mengekang, tekanan oleh waktu, pasien yang berbeda
- depresi
Langkah pencegahan medication error :
- Intervensi Farmasis
Merupakan tantangan bagi pelayanan kesehatan, terutama saat operasi. Operasi bukan
tindakan yang diresepkan sehingga solusinya adalah tenaga teknis kefarmasian mencatat
secara lengkap rekam medis dalam form yang sesuai. Sehingga farmasis dapat melakukan
evaluasi dan dokter dapat menentukan terapi yang paling sesuai yang harus dilakukan
selanjutnya.
- Sistem Resep Elektronik ( Computerized Physician Order Entry/ CPOE)
Penelitian menunjukkan bahwa CPOE efektif dalam mengurangi jumlah medication
error. Cara kerja sistem ini adalah, dokter menulis resep pada komputer yang secara langsung
akan terkirim ke komputer apoteker di instalasi farmasi. Dengan mengetik resep, tidak akan
terjadi kesalahan pembacaan resep ( yang dikarenakan tulisan yang sulit dibaca) sehingga
ketepatan pemberian obat meningkat. Selain itu, rumah sakit juga dapat menghemat kertas,
karena resep tidak menggunakan kertas lagi.
Dengan menggunakan CPOE dapat langsung diketahui interaksi obat yang mungkin
terjadi, selain itu resep elektronik dirancang dengan kelengkapan resep yang harus diisi
dengan lengkap sehingga resep anak-anak tidak dapat ditulis bila umur dan berat badan
pasien anak tidak diisi.
- Sistem Bar code
Ketika seorang pasien dirawat di bangsal, maka pasien akan menerima sebuah gelang
dengan barcode satu dimensi dari bagian administrasi rumah sakit. Gambar 1
mengilustrasikan barcode sampel dari gelang pasien. Meskipun one dimensional, barcode
dapat menyimpan hingga 20 bytes, dimana rumah sakit hanya menggunakan 10 byte. Byte
pertama menunjukkan mulai dan 8 byte berikutnya digunakan untuk mengidentifikasi jumlah
pasien, dan byte terakhir menunjukkan akhir dari barcode.
Gambar 1 : Contoh barcode 1 dimensi pada gelang pasien
No register
Nama dan sex
Reregister
No rekam Medis
Reregister
Barcode 2 dimensi
Sistem berbasis barcode yang digunakan terbagi menjadi dua bagian : diluar
kamar pasien atau pada sisi tempat tidur pasien dan ruang server dimana mesin server
ditempatkan. Di bangsal, pasien menggunakan gelang yang berisi informasi
identifikasi dan bungkus obat, sertya kantung darah diberi label barcode. Ketika
perawat menscan barcode menggunakan PDA, maka data yang diperoleh dari barcode
akan dikirim ke server yang terletak di ruangan lain melalui Access Point Nirkabel
(AP). Kemudian server akan memeriksa kembali data yang berisi informasi yang telah
diresepkan oleh dokter dan mengirim kembali informasi tersebut pada PDA (gambar
2).
Gambar 2 : alur informasi barcode
Kantung darah untuk tranfusi diberi label dengan barcode oleh petugas di bank darah
(gambar 3). Meskipun barcode dua dimensi dapat menyimpan hingga 2000 bytes, rumah sakit
menggunakan 32 byte saja. Umumnya rumah sakit menggunakan BIP-5300 PDA dari
Bluebird Soft Inc. PDA memiliki barcode dengan kemampuan untuk membaca hasil scan
barcode dari gelang, kantung obat, dan kantung darah. Selain itu sebuah driver jaringan
wireless terhubung dengan jaringan HIS (Hospital Information System) dan transfer data ke
server. Kemudian layar PDA dapat memberikan hasil yang telah diperiksa dan diterima dari
server.
Gambar 3 : Pencegahan Kesalahan Obat dengan Menempelkan Barcode Pasien pada Obat,
bagian tranfusi
Daftar pustaka
Bakhtiari, Elyas., (2010). Study: Bar Code Technology Reduces Medication Errors, diambil
25 Oktober 2010 dari http://www.healthleadersmedia.com/content/TEC-250673/
Bate, David W.,(2000). Using Information to Reduce Medication Errors in Hospitals, BMJ
Journal diambil 26 Oktober 2010 dari http://www.bmj.com/content/320/7237/788.full
Choi, Jong Soo., Kim, Dongsoo., (2009). Technical Considerations for Successful
Implementation of Barcode-Based Medication System in Hospital, diambil 23 Oktober
2010 dari http://synapse.koreamed.org/Synapse/Data/PDFData/0088JKSMI/jksmi
FDA. (2011).Strategies to Reduce Medication Errors : Working to Improve Medication
Safety. Diakses 25 Februari 2012 dari
http://www.fda.gov/Drugs/ResourcesForYou/Consumers/ucm143553.
htm