Anda di halaman 1dari 13

BAB 3

METODOLOGI
3.1

Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir digunakan untuk memberikan kemudahan dalam

memahami alur penelitian skripsi.


Referensi :
Topik :

Jurnal Anjak_2005_VI_08

Pungutan ekspor terhadap industry minyak CPO

Jurnal kelapa%20sawit

Analisis Permasalahan :

Menganalisis pungutan ekspor terhadap kinerja agribisnis kelapa sawit dalam negeri
Menganalisis implikasi profit loss dari kenaikan harga CPO terhadap pasar ekspor dan
pasar dalam negeri
Menganalisis kebijakan-kebijakan industri CPO dalam menangani fluktuasi harga minyak
CPO

Pemilihan objek penelitian :

pungutan ekspor
Tarif Pungutan Ekspor, Jumlah Ekspor, HPE, Nilai Kurs Rp terhadap USD dan profit loss
analysis

Pengumpulan data :

Badan Pusat Statistik

Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian

Departemen Pertanian dan Kantor Pemasaran Bersama PT. Perkebunan Nusantara.

hasil kajian yang dilakukan oleh peneliti Pusat Analisis Sosial Ekonomi

Pengolahan data

Kesimpulan

Gambar 3.1 Kerangka Berpikir

43

44

Dari gambar diatas dapat disimpulkan bahwa peneliti menentukan topik yang
akan diambil yaitu mengenai hubungan pungutan ekspor terhadap kinerja industry
minyak CPO (Crude Palm Oil) berdasarkan referensi-referensi yang didapat. Dari
hasil itulah didapat perumusan masalah yang ingin dibahas antara lain adalah
Menganalisis pungutan ekspor terhadap kinerja agribisnis kelapa sawit dalam
negeri, Menganalisis implikasi profit loss dari kenaikan harga CPO terhadap pasar
ekspor dan pasar dalam negeri, Menganalisis kebijakan-kebijakan industri CPO
dalam menangani fluktuasi harga minyak CPO. Dari perumusan masalah diatas
ditemukan ada dua variabel yang mempengaruhi penelitian yaitu variabel terikat
dan variabel bebas. Variable terikat dalam penelitian ini adalah pungutan ekspor.
Sedangkan variabel bebasnya adalah Tariff pungutan ekspor, Jumlah ekpor, Harga
Pokok Ekspor (HPE), Nilai Kurs Rp terhadap USD, Profit Loss Analysis.
Dimana variabel ini sangat berpengaruh dalam mengolah data dan dilakukannya
hipotesis.

3.2

Pemilihan Objek Penelitian


Penelitian ini dilakukan dengan melihat perkembangan minyak CPO dunia

dari tahun 1990 hingga saat ini baik dari sisi harga maupun jumlah minyak CPO
itu sendiri. Objek penelitian dalam penelitian ini adalah Tarif Pungutan Ekspor,
Jumlah Ekspor, HPE, Nilai Kurs Rp terhadap USD dan local price. Dimana
masing-masing objek tersebut mempunyai pengaruh yang besar terhadap
pungutan ekspor yang ditetapkan. Dari penelitian ini pula juga dapat terlihat sisi

45

keuntungan dan kerugian dari penetapan pungutan ekspor terhadap kinerja


agribisnis kelapa sawit PT. KALPATARU INVESTAMA dan pendapatan petani.

3.2.1 Sekilas tentang PT. KALPATARU INVESTAMA


Cikal-bakal kelompok bisnis ini dirintis sejak tahun 1982 dengan memulai
kegiatan dalam bidang pengadaan barang/jasa dan kontraktor untuk keperluan
perusahaan perkebunan milik Negara (PTP) di Sumatera Utara. Kelompok usaha
Kalpataru sejak tahun 1989 mulai memasuki bidang perdagangan umum
sementara terus giat sebagai kontraktor.
Dalam bidang perdagangan bisnis perusahan ini bertumpu pada komoditi
primer terutama produk-produk perkebunan seperti minyak kelapa sawit dan
turunannya.

Sebagai

kontraktor,PT.

KALPATARU

INVESTAMA

telah

menyelesaikan sejumlah proyek pembangunan pabrik secara turn-key, antara lain


rehabilitasi PKS di Malingping milik PT Perkebunan XI (Persero) pada tahun
1993-94, pembangunan pabrik produk

hilir karet di Purwakarta milik PT

Agrintara pada tahun 1995-96, pembangunan pabrik PFR di Batam milik PT


Agrintara pada tahun 1996-97.
Sejak tahun 1999, perseroan diarahkan untuk lebih banyak bergerak di bidang
investasi yaitu mengelola asset seperti kebun dan pabrik minyak kelapa sawit.
Sebagai realisasi dari misi baru ini, perseroan pada tahun 2001-2002 mengambilalih suatu proyek perumahan di Tangerang, Banten. Dan sejak tahun 2004
Kalpataru aktif mencari areal kebun kelapa sawit di Sumatera dan Kalimantan.

46

3.2.2 Kegiatan Bisnis PT. KALPATARU INVESTAMA


Pada tahun 2003 kelompok usaha ini melakukan konsolidasi dengan mendirikan
induk perusahaan (holding company) yaitu PT Kalpataru Investama (KI).
Bidang usaha yang ditempuh tetap bertumpu pada kegiatan perdagangan
komoditas primer sebagai bisnis intinya sambil melakukan investasi ke arah hulu
yaitu merencanakan investasi perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit.
Tabel 3.1 Struktur Kepemilikan dan Pengurusan Kalpataru Grup pada 2007

Perusahaan
PT. Kalpataru Investama

Pemegang Saham
Ir. Burhanuddin 68%

Modal IDR
25.000.000.000-

Ir. Muhammad Ikbal Bey 32%


PT. Kalpataru Semesta

PT. Kalpataru Investama 90%

PT. Kalpataru Investama 90%

1.100.000.000-

200.000.000-

PT. Kalpataru Semesta 10%


PT. Prima Cable Indo

PT. Kalpataru Investama 90%

1.000.000.000-

PT. Kalpataru Investama 90%


PT. Prima Cable Indo 10%

PT. Kalpataru Sawit Plantation

PT. Kalpataru Investama 95%

PT. Kalpataru Investama 95%

1.000.000.000-

PT. Kalpataru Investama 95%


Ir. Burhanuddin 5%

Direksi

: Ir. M. Ikbal Bey

Komisaris : Ir. Burhanuddin

1.000.000.000-

: Ir. M. Ikbal Bey

Komisaris : Drs. Fadil Rahman


: Ir. Suhardiyoto

Komisaris : Ir. Burhanuddin


: Ir. Budi Mulia Rahmat

Komisaris : Ir. Burhanuddin


Dirut

1.000.000.000-

: Ir. I Made Weda

Komisaris : Ir. Burhanuddin

Dirut

Ir. Burhanuddin 5%
PT. Malaya Sawit Khatulistiwa

: Ir. Burhanuudin

Dirut

Ir. Burhanuddin 5%
PT. Kutai Sawit Plantation

Dirut

Dirut
200.000.000-

: Ir. Burhanuudin

Komisaris : Ir. M. Ikbal Bey

Dirut

PT. Kalpataru Semesta 10%


PT. Mestika Karunia Abadi

Komisaris : Muhammad Ali


Dirut

PT. Karsima Utama Karya 10%

PT. Karsima Utama Karya

Pengurus

: Ir. Budi Mulia Rahmat

Komisaris : Ir. Burhanuddin


Dirut

: Ir. Budi Mulia Rahmat

47

PT. Sawit Khatulistiwa Plantation

PT. Kalpataru Investama 95%

1.000.000.000-

Ir. Burhanuddin 5%
PT. Mahakam Sawit Plantation

PT. Kalpataru Investama 95%

Dirut
1.000.000.000-

Ir. Burhanuddin 5%
PT. Kota Bangun Plantation

PT. Kalpataru Investama 95%

1.000.000.000-

PT. Kalpataru Investama 95%


Ir. Burhanuddin 5%

: Ir. Budi Mulia Rahmat

Komisaris : Ir. Burhanuddin


Dirut

1.000.000.000-

: Ir. Budi Mulia Rahmat

Komisaris : Ir. Burhanuddin


Dirut

Ir. Burhanuddin 5%
PT. Kutai Inti Utama

Komisaris : Ir. Burhanuddin

: Ir. Budi Mulia Rahmat

Komisaris : Ir. Burhanuddin


Dirut

: Ir. Budi Mulia Rahmat

3.2.3 Sekilas tentang GAPKI


GAPKI (Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia)adalah wadah
perusahaan produsen minyak sawit (CPO) yang terdiri dari perusahaan PT.
Perkebunan Nusantara, Perusahaan Perkebunan Swasta Nasional dan Asing serta
peladang Kelapa Sawit yang tergabung dalam Koperasi. GAPKI berdiri pada
tanggal 14 Febuari 1981. GAPKI didirikan dengan tujuan yaitu mengembangkan
usaha-usaha perkelapasawitan seutuhnya dalam rangka menunjang kebijaksanaan
Pemerintah di bidang Perkebunan. Dan juga Mempersatukan perusahaanperusahaan kelapa sawit di Indonesia agar menjadi salah satu kekuatan ekonomi
yang dapat meningkatkan kemakmuran masyarakat, bangsa dan negara kesatuan
Republik Indonesia serta Meningkatkan daya saing perusahaan kelapa sawit
Indonesia di pasar Internasional.
GAPKI telah melakukan berbagai upaya untuk memajukan perkelapasawitan
Indonesia.GAPKI selaku mitra Pemerintah telah memberikan masukan masukanmasukan sebagai bahan pemerintah dalam menyusun berbagai kebijakan tentang

48

masalah perkelapasawitan, termasuk menetapkan kebijakan tata niaga minyak


sawit yang memberikan harga jual yang menarik sehingga akan merangsang untuk
melakukan investasi pada perkebunan kelapa sawit. Perusahaan anggota GAPKi
telah menyediakan minyak sawit sebagai bahan baku untuk kepentingan industri
dalam negeri dengan jumlah yang cukup dan terus menerus, sehingga dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat terutama terhadap kebutuhan minyak goreng
dengan harga yang terjangkau, disamping itu juga mengekspor minyak sawit
dalam meningkatkan pendapatan devisa negara
Berikut ini adalah daftar anggota perusahaan-perusahaan dibawah naungan
GAPKI.
Tabel 3.2 Daftar Anggota GAPKI
No

Nama
Perusahaan

Alamat

Telepon

Fax

PTP Nusantara II

Tanjung Morawa, Medan

061-7940055

0617940233

PTP Nusantara III

Jl. Sei Batanghari No. 2, Sei


Sikambing, Medan
Ptp3@indosat.net.id

061-8452244
061-8453100

0618455177

PTP Nusantara IV

Jl. Suprapto No. 2, Medan

061-

0614515453

Socfindo, PT

Jl. K.L Yos Sudarso No. 106, Medan

061-6616066

0616614390

London Sumatera
Tbk, PT

Jl. Jend. A. Yani No. 2, Medan

061-4532300

0614550437

Hasjrat Tjipta, PT

Jl. Samanhudi No. 15, Medan

061-4538877
061-4538105

0614518611

PD Paya Pinang, PT Jl. Samanhudi No. 15, Medan

061-4538877
061-4538105

0614518611

Tolan Tiga
Indonesia, PT

Bank Sumut 7 th Floor Jl. Imam


Bonjol No. 18 P.O. Box 7, Medan20152

061-4152043

0614520908

Sidojadi, PT

Jl. Malaka No. 20 AB, Medan

061-4520264

0614550248

10

Serdang Tengah,
PT

Jl. Ir. Juanda Baru No.17-19, Medan

061-7350161

0617350110

49

11

Proyek Small
Jl.Kampten Muslim No.189 A, Medan
Holder Kodam I/BB

061-8470665

0618470325

12

Smart Corp, PT

Jl. Monginsidi No.14/16, Medan

061-4556566

0614556470

13

Asam Jawa, PT

Jl. Gajah Mada No. 40 Medan

061-4156600
061-4536379

0614155217

14

Binanga Mandala,
PT

Jl. Garuda No. 30, Sei Sikambing,


Medan

061-8469274

0618469274

15

Moeis, PT

Jl. Palang Merah No. 102-104, Medan

061-4510233
061-4517940

0614532095

16

Gunung Melayu, PT

Uni Plaza Building Jl. Letjend Haryono


MT No.A-1, Medan

061-4532155
061-4532388

0614532095

17

Cisadane Sawit
Raya, PT

Jl. Kali Besar Barat No.50H Jakarta


Barat-11230

021-6906190

021912569

18

Torganda, PT

Jl. Abdulah Lubis No.26, Medan

061-4151950
061-4557950

0614156378

19

Tasik Raja, PT

Wisma HSBC 3rd Floor Jl. Diponegoro


Kav. 11, Medan ukindo@attglobal.net

061-4528683

0614520029

20

Herfinta Farm &


Plant, PT

Jl. Kapt. Maulan Lubis No. 9, Medan

061-4517032

0614153796

Dan seterusnya

3.2.3.1 Struktur Organisasi dan Susunan Pengurus GAPKI


Struktur organisasi GAPKI terdiri dari organisasi tingkat Pusat dan organisasi
tingkat Cabang. Pengurus terdiri dari: Pengurus Pusat dan Pengurus Cabang.
Susunan Pengurus Pusat terdiri dari Ketua Umum, beberapa orang Ketua,
Sekretaris Umum dan beberapa orang Sekretaris, Bendahara Umum dan beberapa
orang Bendahara, serta beberapa orang Ketua Kompartemen. Kepengurusan juga
dilengkapi dengan Pembina dan Penasehat yang sifatnya ex officio.
Susunan Pengurus Cabang terdiri dari Ketua dan beberapa orang Wakil Ketua,
Sekretaris dan beberapa orang Wakil Sekretaris, Bendahara dan bebeapa orang
Wakil Bendahara serta beberapa orang Komisaris. Pengurus Cabang sah jika telah
mendapat pengukuhan secara tertulis dari Pengurus Pusat. Pembentukan cabang di
satu propinsi harus memenuhi syarat-syarat sbb:

50

a. Minimal harus ada tiga perusahaan perkebunan yang beroperasi di propinsi tsb.
b. Total luas areal yang ada di propinsi tersebut minimal 6000 Ha.

Masa Jabatan Pengurus


1. Masa jabatan Pengurus Pusat ialah antara dua Kongres yang berurutan.
Kongres diselenggarakan setiap tiga tahun sekali.
2. Setelah selesai masa jabatannya, anggota Pengurus Pusat dapat dipilih
kembali.
3. Masa jabatan Pengurus Cabang ialah antara dua Konperensi Cabang yang
berurutan. Konperensi Cabang diselenggarakan setiap tiga tahun sekali.
4. Setelah selesai masa jabatannya, anggota Pengurus Cabang dapat dipilih
kembali.
5. Khusus untuk jabatan Ketua Umum dan Ketua Cabang hanya
diperkenankan 2 (dua) periode berturut-turut.

3.3

Metode Pengumpulan Data


Pengumpulan data yang dilakukan dalam penyusunan thesis ini adalah

sebagai berikut:

Riset kepustakaan
Pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan cara membaca buku,
literature, dan sumber lain guna mendapatkan definisi, konsep-konsep
yang relevan berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Sumber data
adalah lembaga/instansi yang terkait dengan data/informasi yang

51

dibutuhkan dalam kajian ini antara lain seperti Badan Pusat Statistik,
Direktorat

Jenderal

Pengolahan

dan

Pemasaran

Hasil

Pertanian

Departemen Pertanian dan Kantor Pemasaran Bersama PT. Perkebunan


Nusantara, dan hasil kajian yang dilakukan oleh peneliti Pusat Analisis
Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian dan Lembaga Riset Perkebunan
Nasional.

Metode Dokumentasi
Dokumentasi adalah tehnik pengumpulan data melalui catatan atau arsip
yang terdapat pada Badan Pusat Statistik. Dokumentasi yang dilakukan
adalah

mengumpulkan

semua

data

sekunder

yang

dibuat

dan

dipublikasikan. Sumber data adalah lembaga/instansi yang terkait dengan


data/informasi yang dibutuhkan dalam kajian ini antara lain seperti Badan
Pusat Statistik, Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Pertanian Departemen Pertanian dan Kantor Pemasaran Bersama PT.
Perkebunan Nusantara, dan hasil kajian yang dilakukan oleh peneliti Pusat
Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian dan Lembaga Riset
Perkebunan Nasional.

3.4

Model dan Metode Analisis

3.4.1 Model Analisis


Model penelitian yang digunakan pada penulisan bab 2 (dua), yaitu
analisis matematis dengan menggunakan profit or loss analysis.

Dimana

penelitian ini menggunakan komponen-komponen Tarif Pungutan Ekspor, Jumlah

52

Ekspor, HPE, Nilai Kurs Rp terhadap USD dan local price, profit loss analysis
dan pungutan ekspor dalam model analisis ini.

Model
Penelitian

Analisismatematis

HargaPokokEkspor

LocalCPOPrice

ProfilLossAnalysis

JumlahPungutanEkspor

Gambar 3.2 Model Penelitian

3.4.2 Metode Analisis


3.4.2.1 Analisis Matematis
Dalam perekonomian suatu negara, kebijakan perdagangan internasional berperan
sangat penting. Kebijakan perdagangan tersebut pada umumnya diutamakan untuk
perluasan pasar internasional dan proteksi bagi pembeli domestik (industri atau
rumah tangga). Namun tidak tertutup kemungkinan, kebijakan perdagangan
tersebut

ditujukan

untuk

meningkatkan

penerimaan

pemerintah

melalui

pajak/pungutan dan terkait dengan kebijakan luar negeri suatu negara atau alasan-

53

alasan politik. Dalam konteks ini, kebijakan pemerintah tentang penerapan PE


untuk CPO dan produk turunannya lebih diutamakan untuk meningkatkan
penerimaan pemerintah dan proteksi bagi industri dalam negeri penghasil produk
turunan CPO, seperti industri minyak goreng dan oleokimia. Dalam aspek legal,
pungutan ekspor yang dimaksudkan dalam PP No. 35 tahun 2005 adalah pungutan
ekspor yang dikenakan atas barang ekspor tertentu, termasuk CPO dan produk
turunannya. Berdasarkan UU No. 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara
Bukan Pajak (PNBP), PE untuk CPO dan produk turunannya termasuk PNBP
yang bersumber dari pemanfaatan sumber daya alam. Masih berdasarkan UU
tersebut, sesuai jenisnya PNBP dari PE ini dapat digunakan untuk kegiatan
tertentu yang meliputi penelitian dan pengembangan teknologi, pendidikan dan
pelatihan, pelayanan yang melibatkan kemampuan intelektual tertentu dan
pelestarian sumber daya alam. Dengan ketentuan ini, maka pungutan ekspor
berbeda dengan pajak ekspor masa lalu. Penerimaan negara dari pajak ekspor
tidak jelas rincian penggunaannya. Penerapan PE pada CPO dan produk
turunannya mengandung konsekuensi yang menguntungkan dan merugikan.
Secara potensial, pihak yang diuntungkan dari penerapan PE adalah pembeli
dalam negeri (industri hilir minyak sawit), pemerintah dan pesaing ekspor
Indonesia untuk produk-produk tersebut. Industri hilir minyak sawit diuntungkan
karena penerapan PE akan menekan harga CPO dan produk turunannya di pasar
dalam negeri. Penerimaan negara akan meningkat sesuai dengan besarnya tarif,
harga dan volume ekspor. Penerapan PE cenderung menurunkan volume ekspor,
sehingga pengekspor luar negeri diuntungkan karena pengurangan ekspor CPO
dan produk turunannya oleh Indonesia merupakan peluang pasar bagi mereka

54

Sedangkan pihak yang dirugikan dari penerapan PE adalah produsen kelapa sawit
dan CPO nasional, pembeli (importir) CPO dan produk turunannya di luar negeri,
penyedia jasa di pelabuhan dan pemasok input perkebunan kelapa sawit serta
negara. PE akan menekan harga di pasar dalam negeri sehingga menimbulkan
disinsentif berproduksi bagi produsen CPO dan produk turunannya. Hal ini dapat
berwujud pengurangan penggunaan input sehingga pemasok input juga
mengalami imbas kerugian produsen. Khusus untuk kasus CPO, pengusaha
penghasil CPO akan menekan harga tandan buah segar (TBS) yang dihasilkan
petani. Jadi secara implisit, TBS juga terkena pungutan ekspor, meskipun petani
tidak mengekspor. Selanjutnya, penurunan produksi CPO dan produk turunannya
menyebabkan ekspor CPO dan produk turunannya turun. Penurunan ekspor ini
mengakibatkan kebutuhan importir di luar negeri tidak terpenuhi. Bahkan, apabila
penerapan PE oleh Indonesia ini menimbulkan guncangan harga di pasar
internasional, maka importir akan membeli CPO dan produk turunannya dengan
harga lebih tinggi dari pada tanpa PE. Penurunan volume ekspor ini juga berarti
merugikan pelaku bisnis di pelabuhan dan negara juga kehilangan devisa

Profit Loss Analysis


Profit Loss Analysis merupakan salah satu moedel analisis yang cocok untuk
digunakan mengetahui berapa besar perubahan keuntungan atau kerugian yang
diperoleh para petani dengan diberlakukannya pungutan ekspor terhadap produk
CPO. Profit Loss Analysis ini dihitung dengan
menggunakan rumus :
1) HPE = TR TC ............................................................................ (1)

55

dimana :
HPE = Harga Patokan Ekspor (USD/unit atau Rp/unit)
TR = total penerimaan
TC = total biaya
P = harga per unit
Q = jumlah unit
PI = harga komponen biaya operasional
XI = jumlah komponen biaya operasional

2) Local CPO Price = Tender KPB Price - PPN Local Transport Price ......... (3)
Dimana :
Tender KPB Price = harga lelang CPO oleh KPB eX Kuala Lumpur bulan
Oktober 2005 (USD/unit atau Rp/unit).
PPN = Pajak Pertambahan Nilai = 10% X TR Local Transport Price (Rp).

3) Profit Loss Analysis = HPE Local CPO Price


Jumlah Pungutan Ekspor
Untuk jumlah pungutan ekspor dihitung dengan cara :
Tarif Pungutan Ekspor X Jumlah Ekspor X HPE X Nilai Kurs Rp
terhadap USD ................................................................ ............................... (4)

Anda mungkin juga menyukai