PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II
Percobaan
: 10
Hari / Tanggal
( PO.71.39.014.073 )
( PO.71.39.014.074 )
Yosa Desriza
( PO.71.39.014.077 )
Kelas
: Reguler II B
Grup
: Genap
Subgrup
:5
I.
Tujuan Praktikum
1
Memahami efek bahan uji sebagai anti emetika terhadap hewan coba yang
diinduksi dengan Kupri Sulfat.
II.
Teori
Mual sering kali di artikan sebagai keinginan untuk muntah atau gejala yang
dirasakan ditenggorokan dan di daerah sekitar lambung yang menandakan kepada
seseorang bahwa ia akan segera muntah. Muntah diartikan sebagai pengeluaran isi
lambung melalui mulut, yang seringkali membutuhkan dorongan yang sangat kuat
(Sukandar,
2008).
Muntah
merupakan
suatu
cara
saluran
pencernaan
membersihkan dirinya sendiri dari isinya ketika hampir semua bagian atas saluran
pencernaan teriritasi secara luas, sangat mengembung, atau bahkan terlalu
terangsang. Distensi atau iritasi berlebihan dari duodenum menyebabkan suatu
rangsangan yang kuat untuk muntah.
Antiemetik adalah obat-obatan yang digunakan dalam penatalaksanaan mual
dan muntah. Obat-obatan tersebut bekerja dengan cara mengurangi hiperaktifitas
refleks muntah menggunakan satu dari dua cara, yaitu secara lokal, untuk
mengurangi respons lokal terhadap stimulus yang dikirim ke medula guna memicu
terjadinya muntah, atau secara sentral, untuk menghambat CTZ secara langsung
atau menekan pusat muntah. Anti emetik yang bekerja secara lokal dapat berupa
anastid, anastesi lokal, adsorben, obat pelindung yang melapisi mukosa GI, atau
obat yang mencegah distensi dan menstimulasi pereganan saluran GI. Agen ini
sering kali digunakan untuk mengatasi mual yang ringan (Mutschler,1991).
Secara umum muntah terdiri atas 3 ( tiga ) fase, yaitu :
1. Nausea (Mual)
Merupakan sensasi psikis yang ditimbulkan akibat rangsangan pada organ
organ dalam, labirin (organ keseimbangan) atau emosi dan tidak selalu diikuti
oleh retching atau muntah.
2. Retching (maneuver awal untuk muntah)
Merupakan fase dimana terjadi gerak nafas pasmodik dengan glotis tertutup,
bersamaan dengan adanya usaha inspirasi dari otot dada dan diafragma
sehingga menimbulkan tekanan intratoraks yang negatif.
3. Regurgitasi / Emesis ( pengeluaran isi lambung/usus ke mulut )
Terjadi bila fase retching mencapai puncaknya yang ditandai dengan kontraksi
kuat otot perut, diikuti dengan bertambah turunnya diaphragma, disertai
1.
2.
3.
4.
Prosedur
Hewan coba masing-masing ditimbang
Dibagi ke dalam 3 kelompok dan masing-masing terdiri atas 6
Tiap kodok diberi makan cacing tanah 15 menit sebelum percobaan
Dibuat Kupri Sulfat 20mg, kemudian di sonde (diberikan secara oral) ke kedua
IV.
kodok hijau
500 20 500
KupriSulfat20mg=
x= =1mL
5. Beri penanda pada tiap kodok, kodok 1 merupakan kontrol pembanding yang
25 x
500
hanya diberi Kupri Sulfat, sedangkan kodok 2 merupakan hewan uji dimana
V.
Perlakuan
Kodok 1 Diberi
Cacing + 1mL
CuSO4
+
0,5mL antimo
Prosedur
Waktu
Keterangan
Diberi cacing (4
potong)
14.14
WIB
Menit ke-0
Diberi Cu SO4
1mL (20mg/1mL)
14.29
WIB
Menit ke-15
Disonde 0,5mL
Antimo
(5mg/0,5mL)
14.34
WIB
Menit ke-20
Menit ke-24
Kodok 2 Diberi
Cacing + 1mL
CuSO4
Kodok Muntah
14.38
WIB
Diberi cacing (4
potong)
14.19
WIB
Menit ke-0
14.36
WIB
Menit ke-17
(9 menit setelah
pemberian Kupri
Sulfat)
Menit ke-18
14.37
WIB
(1 menit setelah
pemberian Kupri
Sulfat)
Prosedur
Waktu
Keterangan
Diberi cacing (4
potong)
14.10
WIB
Diberi Cu SO4
1mL (20mg/1mL)
14.25
WIB
Kodok Muntah
Perlakuan
Kodok 1 Diberi
Cacing + 1mL
CuSO4
+
Menit ke-0
Menit ke-15
0,5mL antimo
Disonde 0,5mL
Antimo
(5mg/0,5mL)
14.30
WIB
Menit ke-20
Menit ke- 15
Kodok 2 Diberi
Cacing + 1mL
CuSO4
Kodok Muntah
14.4554
WIB
Diberi cacing (4
potong)
14.15
WIB
Menit ke-0
14.30
WIB
Menit ke-15
Menit ke-19
Kodok Muntah
VI.
14.3447
WIB
(4 menit setelah
pemberian Kupri
Sulfat)
Kesimpulan
Pada praktikum ini, dapat diketahui bahwa kodok yang diberi Antimo (anti
emetika) muntah pada 9 menit setelah diberi Kupri Sulfat (agen muntah).
Sedangkan kodok yang tidak diberi Antimo (anti emetika) muntah pada 1 menit
setelah diberi Kupri Sulfat (agen muntah).
Pada kelompok kami menggunakan dosis CuSO4 20mg/1mL dan Antimo
5mg/0,5mL. Kodok 1 dan kodok 2 muntah disebabkan dosis CuSO4 yang terlalu
besar sedangkan dosis antimo kecil, sehingga kodok tidak mampu menahan
keinginan muntah (mual).
Pada kelompok pembanding, kodok 1 jauh lebih lama dapat menahan muntah
yaitu sekitar 20 menit setalah diberikan agen muntah yang sama dosisnya dengan
kelompok kami. Kodok 2 juga lebih lama dapat menahan muntah yaitu sekitar 4
menit setelah diberikan agen muntah yang juga sama dosisnya dengan kelompok
kami.
5
Hal di atas kemungkinan terjadi akibat perbedaan perlakuaan dari kedua kodok
kelompok kami dan kelompok pembanding, serta juga ada kemungkinan kodok
kelompok kami tidak dapat menahan muntah lebih lama daripada kodok kelompok
pembanding diakibatkan oleh kodok kelompok kami yang sudah lemas sebelum
percobaan. Sehingga kedua hal tersebut menyebabkan kedua kodok kami tidak
mampu menahan muntah jauh lebih lama daripada kodok kelompok pembanding.
SUMBER PUSTAKA
Drs. Tan Hoan Tjay Apt, Drs. Kirana Rahardja Apt. (2010). Obat-Obat Penting. Edisi
Keenam Cetakan Ketiga. Jakarta: PT Elex Media Komputindo: Kompas-Gramedia.
https://www.academia.edu/21583197/anti_emetik (Diakses pada 5 Juni 2016)
https://www.academia.edu/6857070/Muntah (Diakses pada 5 Juni 2016)
Lampiran
Muntah Kodok