Askep BPH
Askep BPH
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Tujuan umum yang diharapkan dalam penulisan makalah ini adalah:
a
b
Prostat Hiperplasia.
b. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui dan mengaplikasikan konsep asuhan keperawatan kepada pasien
Benign Prostate Hiperplasia di Rumah Sakit R.A Kartini
1.3 Manfaat
a. Untuk Pengembangan Ilmu Keperawatan
b. Untuk Lahan Praktik
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
Hiperplasia prostat
progresif dari kelenjar prostat, bersifat jinak disebabkan oleh hiperplasia beberapa atau
semua komponen prostat yang mengakibatkan penyumbatan uretra pars prostatika (Arif,
Muttaqin, 2011:257).
Hiperplasia prostatis benigna (Benign Prostatic Hyperplasia-BPH) adalah pembesaran
prostat yang mengenai uretra, menyebabkan gejala urinaria (Nursalam, 2008:135)
Benign Prostate Hiperplasia adalah pembesaran kelenjar prostat yang dapat menekan
uretra, sehingga menyebabkan obstruksi kemih berat (Kimberly, 2012:391)
Kesimpulannya Benign Prostate Hiperplasia (BPH) adalah pembesaran kelenjar
prostat yang terjadi pada uretra yang disebabkan oleh hiperplasia prostat sehingga
menyebabkan obstruksi kemih berat.
2.1.2. Etiologi
Penyebab yang pasti dari terjadinya BPH sampai sekarang belum diketahui secara
pasti, tetapi beberapa hipotesis menyebutkan bahwa hiperplasia prostat erat kaitannya
dengan peningkatan kadar dihidrotestoteron (DHT) dan proses penuaan (Arif, Muttaqin,
2011:257)
Selain faktor tersebut ada beberapa hipotesis yang diduga sebagai penyebab
timbulnya hiperplasia prostat yaitu sebagai berikut:
1. Hipotesis Dihidrotestosteron (DHT)
Peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen akan menyebabkan epitel dan
stroma dari kelenjar prostatmengalami hiperplasia.
1. Ketidak seimbangan estrogen testoteron
Dengan meningkatnya usia pada pria terjadi peningkatan hormon Estrogen dan
penurunan testosteron sedangkan estradiol tetap. yang dapat menyebabkan
terjadinya hyperplasia stroma.
2. Interaksi stroma - epitel
Peningkatan epidermal gorwth faktor atau fibroblas gorwth faktor dan penurunan
transforming gorwth faktor beta menyebabkan hiperplasia stroma dan epitel.
3. Penurunan sel yang mati
3
Estrogen yang meningkat menyebabkan peningkatan lama hidup stroma dan epitel
dari kelenjar prostat.
4. Teori stem cell
Sel stem yang meningkat mengakibatkan proliferasi sel transit (Arif, Muttaqin,
2011:257).
2.1.4. Patofisiologi
Perubahan terjadi pada jaringan glandular periuretra, prostat membesar dan dapat
meluas ke kadung kemih penekanan atau distorsi ureter prostat menghambat pengeluaran
urine PBH dapat dapat menyebabkan di vertikulum melalui muskulatur yang
menyebabkan retensi urine. ( A, Kimberly, 2012:391)
Sejalan dengan pertambahan umur, kelenjar prostat akan mengalami hiperplasia, jika
prostat membesar akan meluas ke atas (bladder), di dalam mempersempit saluran uretra
prostatica dan menyumbat aliran urine. Keadaan ini dapat meningkatkan tekanan
intravesikal. Sebagai kompensasi terhadap tahanan uretra prostatika, maka otot detrusor
dan buli-buli berkontraksi lebih kuat untuk dapat memompa urine keluar. Kontraksi yang
terus-menerus menyebabkan perubahan anatomi dari buli-buli berupa : Hipertropi otot
detrusor, trabekulasi, terbentuknya selula, sekula dan difertikel kandung kemih. (Arif,
Muttaqin, 2011:258).
Tekanan intravesikal yang tinggi diteruskan ke seluruh bagian buli-buli tidak
terkecuali pada kedua muara ureter. Tekanan pada kedua muara ureter
ini dapat
menimbulkan aliran balik urine dari buli-buli ke ureter atau terjadi refluks vesiko ureter.
4
Keadaan ini jika berlangsung terus akan mengakibatkan hidroureter, hidronefrosis, bahkan
akhirnya dapat jatuh ke gagal ginjal. (Arif, Muttaqin, 2011:258).
2.1.5. Komplikasi
1. Retensi urine akut dan involusi kontraksi kandung kemih.
2. Reflek kandung kemih, hidroureter, dan hedronefrosis.
3. Gross hematuria dan urineary tract infection (UTI). (Nursalam dan Franssisca,
2008:137)
2.1.6 Penatalaksanaan
a. Observasi
Biasanya dilakukan pada pasien dengan keluhan ringan, nasehat yang diberikan
ialah mengurangi minum setelah makan malam untuk mengurangi nokturia,
menghindari obat dekongestan (parasimpatik), mengurangi minum kopi dan tidak
diperbolehkan minum alkohol agar tidak sering miksi.
b. Terapi medikamentosa
1) Mengurangi
resistensi
leher
buli-buli
dengan
obat-obatan
blocker
3. Pemeriksaan fisik
a) Pemeriksaan TTV
Pemeriksaan TTV dilakukan terutama pada klien pra operatif. Nadi
dapat meningkat pada keadaan kesakitan, pada retensi urine akut,
dehidrasi sampai syok pada retensi urine, serta urosepsi sampai syok
septik.
b) Pemeriksaan penis dan uretra untuk mendeteksi kemungkinan stenosis
meatus, striktur uretra, batu uretra, karsinoma, dan finosis.
c) Pemeriksaan skrotum untuk menentukan adanya epididimitis.
d) Pemeriksaan abdomen dilakukan dengan teknik bimanual untuk
mengetahui adanya hidronefrosis dan pyeloneprosis.
e) Pemeriksaan colok dubur bertujuan untuk menentukan konsistensi
sistem persarafan unit vesiko uretra dan besarnya prostat. (Arif
Muttaqin, 2011:258-259).
4. Pemeriksaan penunjang
a) Laboratorium
Hitung kadar hemoglobin, leukosit, trombosit, dan retikulosit.
b) Pencitraan
USG atau scan pada limpa untuk mengetahui ada tidaknya pembesaran
limpa atau ada penyebab yang mendasari seperti tumor.
c) Urinalis untuk melihat adanya infeksi pada saluran kemih.
d) Pemeriksaan uroflowmetri.
e) Foto polos abdomen, untuk menilai adanya batu saluran kemih.
f) PIV, untuk melihat adanya komplikasi pada ureter dan ginjal, seperti
hidroureter, hidronefrosis. (Kimberly, 2012:391)
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada penyakit BPH adalah :
1. Pre Operasi
a. Retensi urin akut/kronis berhubungan dengan obstruksi mekanik,
pembesaran prostat, dekompensasi otot destrusor, ketidakmampuan
kandung kemih untuk berkontraksi dengan adekuat.
b. Nyeri akut berhubungan dengan peregangan dari terminal saraf,
distensi kandung kemih, spesme otot spinter
c. Resiko infeksi berhubungan dengan penumpukan urine yang lama di
kandung kemih
d. Ansietas/cemas berhubungan dengan krisis situasi, perubahan status
kesehatan, kekhawatiran tentang pengaruhnya prosedur bedah.
e. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya informasi.
7
2. Post Operasi
a. Resiko perdarahan berhubungan dengan insisi area bedah vaskuler
(tindakan pembedahan) , reseksi bladder, kelainan profil darah.
b. Disfungsi seksual berhubungan dengan ketakutan impoten akibat dari
pembedahan.
c. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif: alat selama
pembedahan, kateter, irigasi kandung kemih.
2.2.3 Intervensi
1. Retensi urine b.d sukar berkemih.
NOC : Urinariy elimination
Urinary continence
NIC
abdomen
Kateterisasi jika perlu
Sediakan privasi untuk eliminasi
: Pain Menegement
-
Analgesic administration
- Cek riwayat alergi
- Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya
3. Resiko infeksi b.d penumpukan urine di kandung kemih dan pemasangan
kateter
NOC : Immune Status
Knowledge: infaction control
Risk Control
NIC : Infaction Control
- Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
- Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
-
perawatan
Gunakan sabun anti mikroba untuk cuci tangan
8
yang tepat
6. Resiko perdarahan b.d insisi area bedah vaskuler (tindakan pembedahan) ,
reseksi bladder, kelainan profil darah.
NOC : Blood lose severity
Blood koagulation
NIC : Bleeding precautions
Monitor ketat tanda- tanda perdarahan
Lindungi pasien dari trauma yang dapat menyebabkan
perdarahan
Hindari pemberian aspirin dan antikoagulan
7. Disfungsi seksual b.d ketakutan impoten akibat dari pembedahan.
NOC : Sexuality pattern, ineffective
Rape trauma syndrome silent reaction
NIC : Saxual counseling
- Membangun hubungan terapeutik berdasarkan
-
2.2.4 Evaluasi
a)
rasa
c)
d)
e)
gejala cemas
Kurang pengetahuan tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan b.d
kurangnya informasi.
Kriteria hasil
f)
2.3 WOC
BAB III
LAPORAN KASUS BPH
A.
PENGKAJIAN
Tanggal pengkajian :
Waktu penggkajian :
1.
Identitas Klien
Nama
: Tn. A
11
Umur
: 73 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Alamat
: kaliombo
Dx. Medis
: BPH
Tanggal masuk
: 6 mei 2015
Agama
: islam
Identitas penanggung jawab
2.
Nama
Umur
Jenis kelamin
Alamat
Status
Pekerjaan
B.
: Ny. S
: 28 tahun
: perempuan
: kaliombo
: anak
: penjahit
RIWAYAT KEPERAWATAN
a. Alasan masuk Rumah Sakit
Pasien di bawa ke Rs pada tanggal 6 mei 2015 oleh keluarganya karena badannya
kaku dan tidak bisa berkemih
b. Keluhan utama
Pasien mengatakan tidak bisa pipis dan nyeri dan panas saat pipis, badan terasa kaku
c.
d.
e.
f.
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum
a. Kesadaran: kompesmentis (E4 V5 M6)
b. Vital sign
TD
:
NADI
:
RR
:
SUHU
:
2. Pemeriksaan head to toe
a.
Kepala
1. Rambut beruban, tidak rontok, tidak ada nyeri tekan
12
2. Mata tidak anemis, gerakan bola mata normal, fungsi penglihatan tidak
normal karena faktor usia
3. Hidung tidak ada polip, hidung bersih tidak ada lendir, fungsi hidung baik
4. Telinga baik, tidak ada serumen, tidak ada alat bantu pendengaran, fungsi
pendengaran baik
5. Mulut: gigi bersih, tidak memakai gigi palsu, lidah tidak ada sariawan
6. Leher: tidak ada pembesaran typoid, tidak ada nyeri tekan pada
tenggorokan
b.
Dada
Paru- paru
Inspeksi : simetris,dinamis
Palpasi : kesimetrisan keseimbangan dinding dada saat inspirasi dan ekspirasi
Perkusi : sonor pada lapang paru
Auskultasi : Tidak terdengar bunyi wezing atau ronkhi
Jantung
13
Sebelum dirawat di rumah sakti dan sebelum dilakukan prostoktomi, paien biasa
BAB 1 kali dan sehari dengan konsistensi lunak dan saat dilakukan pengkajain pasien
sudah dapat BAB 1 kali dalam sehari dengan konsistensi lunak dan sudah seperti
biasa.
2. Kenyamanan
Pasien mengatakan nyeri pada saat batuk dan nyeri timbul saat badan klien
Digerakkan untuk membungkuk. Pada daerah sekitar jahitan atau daerah supra pubis
dengan skala nyeri 5.
3. Pola Nutrisi
Sebelum di rawat di rumah sakit pasien makan 3 kali sehari dengan nasi, sayur
dan lauk. Baisnya 6-7 gelas sehari dan setelah di rumah sakit ataui saat dikaji kilen
mengatakan kalau makan sudah seperti biasanya yaitu makan 3 x sehari dengan nasi,
sayur dan lauk tetapi tidak dihabiskan dan minum hanya 5-6 gelas sehari.
4. Keamanan
Pasien tidak merasakan demam pada tubuhnya, suhu stabil dan saat dikaji suhu
pasien 365 oC
5. Sirkulasi
Pada saat dikaji tekanan darah pasien 130/80 mmHg dan tidak ada akral dingin.
6. Mobilitas Fisik
Sebelum dilakukan prostaktomi pasien dapat beraktifitas seperti biasa dalam
memenuhi kebutuhan sehari-hari, personal hygiene dilakukan sendiri di kamar mandi.
Setelah dilakukan prostaktomi kebutuhan sehari-hari dibantu oleh keluarga dan
perawat karena pasien masih takut untuk buat bergerak atau beraktifitas.
7. Seksualitas
Pasien merasa masih nyeri pada daerah kandung kemih sehingga pasien masih
takut untuk melakukan seksualitasnya.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Nama pasien
: Tn. A
Umur
: 73
Alamat
: kaliombo
14
Ruang
: dahlia
No RM
:557399
06 mei 2015
Pemeriksaan
Hasil
Angka normal
Satuan
GDS
99
80-150
mg%
Ureum
88,2
10-50
mg%
Kreatinin
1,5
0,6-1,2
mg%
HBSAG
Negatif
Haemoglobin
10,9
14-18
gr%
Leucocyt
9640
5000-10000
mm3
Trombocyt
287000
150000-400000
mm3
Haematocryt
33,3
40-48
Waktu perdarahan
200
1-3
Menit
Waktu pembekuan
305
2-6
Menit
GDS
98
80-150
mmg%
Ureum
35,1
10-50
mg%
Kreatinin
0,8
0,6-12
mmg%
HBSAG
Negatif
Haemoglobin
8,9
14-18
gr%
Leucocyt
5570
5000-10000
mm3
Trombocyt
293000
150000-400000
mm3
Haematocryt
26,5
40-48
Waktu perdarahan
215
1-3
Menit
Waktu pembekuan
442
2-6
Menit
08 mei 2015
15
ANALISA DATA
No. Register
:-
Umur
Dx. Medis
: Post op BPH
: 65 tahun
Tgl/Jam
Data Fokus
Problem
7/5/2015 DS :
09.00
Nyeri Akut
Etiologi
Post operasi
Luka insisi
DO :
-ekspresi wajah nampak tegang
Nyeri akut
Gangguan pola
Prosedur bedah
eliminasi urin
Pemasangan kateter
kemih
DO :
Perubahan pola
eliminasi urin
7/5/2015 DS :
09.20
Resiko Infeksi
Adanya prosedur
invasi sekunder
terhadap tindakan
pembedahan dan
adanya kateter di
Ruang
: Dahlia
Alamat
: Jombang 1/3
Intervensi
No.Diagnosa
NOC
NIC
Tgl/Jam
7/5/2015
Nyeri akut
10.30
-Pain Level
-Pain Control
-Comfort level
Activity
-Pain
-lakukan
management
pengkajian
-Administration
nyeri
-ajarkan tentang
teknik
nonfarmakologi
s
-tingkatkan
istirahat
-Monitor vital
sign
7/5/2015
10.40
-urinary
Urinary
-menerapkan
urin
elimination
retention care
kateterisasi
intermiten
-urinary
contynence
7/5/2015
10.50
Resiko infeksi
-Immune status
-kontrol infeksi
-Knowledge ;
-protensi
infection
terhadap infeksi
17
-berikan terapi
antibiotik bila
perlu
control
-risk control
-monitor tanda
dan gejala
infeksi
-inspeksi
kondisi
luka/insisi
bedah
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Dari pembahasan yang telah ada dapat disimpulkan bahwa Benign Prostate
Hiperplasia (BPH) adalah pembesaran kelenjar prostat yang terjadi pada uretra yang
disebabkan oleh hiperplasia prostat sehingga menyebabkan obstruksi kemih berat.
Penyebab yang pasti dari terjadinya BPH sampai sekarang belum diketahui secara pasti,
tetapi beberapa hipotesis menyebutkan bahwa hiperplasia prostat erat kaitannya dengan
peningkatan kadar dihidrotestoteron (DHT) dan proses penuaan. Dalam patofisiologinya
terbagi menjadi 2 yaitu waktu pree operasi dan post operasi.
4.2 Saran
Dari simpulan yang telah ada penulis dapat memberi saran kepada pembaca bahwa
untuk dokumentasi keperawatan akan dapat dilihat sejauh mana peran dan fungsi
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien. Hal ini akan bermanfaat
bagi peningkatan mutu pelayanan dan bahan pertimbangan dalam kenaikan jenjang karir/
18
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
19