Case IUFD
Case IUFD
Pembimbing :
Dr. Pandji Setiawan, Sp.OG
Penyusun :
Ines Marianne Santoso
030.06.127
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
anugerah-Nya case report berjudul IUFD ini dapat diselesaikan.
Adapun maksud penyusunan case report ini adalah dalam rangka memenuhi tugas
kepaniteraan klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan di Rumah Sakit Umum Daerah
Bekasi periode 21 November 2011- 28 Januari 2012.
Pada kesempatan ini pula, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Pandji Setiawan, Sp.OG selaku pembimbing dalam pembuatan case report ini.
2. Para konsulen, dokter, paramedis dan seluruh staf di SMF Ilmu Kebidanan dan Penyakit
Kandungan
3. Serta semua pihak yang turut serta membantu baik dalam penyusunan case report
maupun membimbing serta menyediakan fasilitas yang diperlukan dalam penyelesaian
case report ini tidak dapat saya sebutkan satu per satu di sini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan case report ini masih banyak terdapat
kesalahan dan kekurangan. Oleh sebab itu saran dan kritik sangat diharapkan untuk
menyempurnakan case report ini.
Akhir kata semoga case report ini berguna baik bagi saya sendiri, rekan-rekan di tingkat
klinik, pembaca, Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti, serta semua pihak yang
membutuhkan.
Jakarta, Januari 2012
Penyusun
i
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.....i
Daftar Isi..ii
BAB I
Pendahuluan.....1
BAB I
PENDAHULUAN
3
Setiap tahunnya diperkirakan terjadi 7,6 juta kematian perinatal di seluruh dunia dimana
57% diantaranya merupakan kematian fetal atau intrauterine fetal death (IUFD). Sekitar 98%
dari kematian perinatal ini terjadi di negara yang berkembang.
1,2
antepartum atau intrapartum dan merupakan komplikasi yang paling berbahaya dalam
kehamilan. Insiden kematian janin ini bervariasi diantara negara. Hingga saat ini, IUFD masih
menjadi masalah utama dalam praktek obstretrik. 3,4,5
WHO dan American College of Obstetricians and Gynecologist menyatakan Intra
Uterine Fetal Death ( IUFD ) adalah kematian pada fetus dengan berat lahir 500 gram atau lebih.
3
Menurut United States National Center for Health Statistic, kematian janin atau fetal death
dibagi menjadi Early Fetal Death, kematian janin yang terjadi pada usia kehamilan kurang dari
20 minggu, Intermediate Fetal Death, kematian janin yang berlangsung antara usia kehamilan
20-28 minggu dan Late Fetal Death, kematian janin yang berlangsung pada usia lebih dari 28
minggu.
Angka kematian janin termasuk dalam angka kematian perinatal yang digunakan sebagai
ukuran dalam menilai kualitas pengawasan antenatal. Angka kematian perinatal di Indonesia
tidak diketahui dengan pasti karena belum ada survei yang menyeluruh. Angka yang ada ialah
angka kematian perinatal dari rumah sakit besar yang pada umumnya merupakan referral
hospital, sehingga belum dapat menggambarkan angka kematian perinatal secara keseluruhan.
Penyebab kematian janin bersifat multifaktorial baik dari faktor fetal, maternal, plasenta
maupun iatrogenik dengan 25 35 % kasus tidak diketahui penyebabnya. Untuk dapat
menentukan penyebab pasti harus dilakukan pemeriksaan autopsi.
Diagnosis dini dalam kasus kematian janin adalah melalui pemantauan kesejahteraan
janin serta pemeriksaan kehamilan ( antenatal care ) yang teratur. Berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang dapat menegakkan diagnosis kematian janin intra
uterin.
Penatalaksanaan kematian janin intra uterin ialah melakukan terminasi kehamilan yang
dapat dilakukan melalui penanganan ekspektatif dan penanganan aktif. Ada beberapa metode
terminasi kehamilan pada kematian janin intra uterin, yaitu dengan induksi persalinan per
vaginam dan persalinan per abdominam ( Sectio Caesaria ).
Pemeriksaan kehamilan ( antenatal care ) sangat berperan penting dalam upaya
pencegahan kematian janin dan secara tidak langsung dapat menurunkan angka kematian janin.
Dalam referat ini akan dibahas lebih lanjut mengenai IUFD dari faktor risiko, etiologi
hingga upaya penatalaksanaannya.
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
INTRAUTERINE FETAL DEATH (IUFD)
2.1. Definisi
Intrauterine fetal death (IUFD) menurut ICD 10 International Statistical
Classification of Disease and Related Health Problems adalah kematian fetal atau janin pada
usia gestasional 22 minggu. 2. WHO dan American College of Obstetricians and Gynecologist
(1995) menyatakan Intra Uterine Fetal Death ( IUFD ) ialah janin yang mati dalam rahim dengan
berat badan 500 gram atau lebih tau kematian janin dalam rahim pada kehamilan 20 minggu atau
lebih. 2,3 The US National Center for Health Statistics menyatakan bahwa Intrauterine fetal death
adalah kematian pada fetus dengan berat badan 350 gram atau lebih dengan usia kehamilan 20
minggu atau lebih.
2.2. Faktor Risiko
Beberapa studi yang dilakukan pada akhir-akhir ini melaporkan sejumlah faktor risiko
kematian fetal, khususnya IUFD. Peningkatan usia maternal juga akan meningkatkan risiko
IUFD. Wanita diatas usia 35 tahun memiliki risiko 40-50% lebih tinggi akan terjadinya IUFD
dibandingkan dengan wanita pada usia 20-29 tahun. Risiko terkait usia ini cenderung lebih berat
pada pasien primipara dibanding multipara. Alasan yang mungkin dapat menjelaskan sebagian
risiko terkait usia ini adalah insiden yang lebih tinggi akan terjadinya kehamilan multiple,
diabetes gestasional, hipertensi, preeklampsia dan malformasi fetal pada wanita yang lebih tua.
Merokok selama kehamilan berhubungan dengan sejumlah risiko kematian fetal.
Sejumlah hubungan kausatif juga telah dideskripsikan. Merokok meningkatkan risiko retardasi
pertumbuhan intrauterine dan solusio plasenta. Merokok menjadi faktor kausatif utama stillbirth
khususnya pada kehamilan prematur.
Berat maternal pada kunjungan antenatal care juga mempengaruhi risiko IUFD.
Hubungan antara indeks massa tubuh (IMT) dan IUFD telah dilaporkan oleh Little dan
6
Cnattingius. Stephansson dkk dalam studi kasus kontrol terhadap 700 primipara dengan IUFD
dan 700 kontrol melaporkan bahwa primipara yang mengalami kelebihan berat badan(IMT 2529,9) ternyata memiliki risiko dua kali lipat akan terjadinya IUFD dibandingkan wanita dengan
IMT 19,9. Risiko ini akan jauh berlipat pada primipara obesitas (IMT 30). Kenaikan berat
badan yang terjadi selama kehamilan tampaknya tidak memperngaruhi risiko IUFD. 2
Faktor sosial seperti status sosioekonomi dan edukasi juga mempengaruhi risiko
terjadinya IUFD. Mereka yang berada dalam status sosioekonomi rendah ternyata memiliki
risiko dua kali lipat menderita IUFD.2
2.3. Etiologi
Pengetahuan akan etiologi stillbirth menjadi penting untuk mencapai penurunan angka
mortalitas perinatal. Pemahaman kausa IUFD yang lebih baik sangat dibutuhkan untuk
perencanaan kesehatan yang adekuat dan penentuan prioritas dalam kesehatan perinatal. 2
Infeksi
Hipertensi
Pre-eklampsia
Eklampsia
7
Hemoglobinopati
Kelainan kongenital
Penyakit rhesus
Anomali kromosom
Ruptura uteri
Antiphospholipid sindrom
Kematian ibu
listeria)
Faktor Plasenta
Abruptio
Plasenta
(lepasnya
plasenta)
Faktor fetal
Kehamilan ganda
Intrauterine
growth
restriction
Insufisiensi plasenta
Vasa previa
Perdarahan Feto-maternal
Hubungan berat badan kelahiran rendah dan kematian perinatal juga telah
ditegaskan. Janin IUFD juga rata-rata memiliki berat badan yang kurang dibanding janin
normal pada tingkat usia gestasional yang sama. Hal ini disebabkan karena proses
restriksi pertumbuhan yang mungkin berbagi kausa yang sama dengan insufisiensi
plasenta. 2
IUGR adalah penyebab penting IUFD. IUGR diketahui berhubungan dengan
kehamilan multipel, malformasi kongenital, kelainan kromosom fetal dan preeklampsia.
Dalam studi Gardosi dkk, dilaporkan bahwa 41% kasus IUFD adalah janin yang kecil
untuk usia gestasional dan kelompok ini juga sangat berisiko memicu terjadinya
persalinan prematur. Pada kehamilan postterm, atau usia gestasi lebih dari 41 minggu,
risiko IUFD juga semakin meningkat. 2
8
Plasenta ; Pada kehamilan, janin yang normal mendapatkan sirkulasi dari pembuluh
darah umbilikal dengan jumlah 350 400 ml/menit. 8
2.
Tali Pusat ; terdiri dari 2 arteri umbilikalis dan 1 vena umbilikalis allantois dan
mesoderm primer. Panjang tali pusat N ialah 50 60 cm dengan diameter 12 mm.
Hal ini berkaitan dengan aktivitas janin di dalam dua trimeter pertama.
Tali pusat abnormal :
10
Lilitan tali pusat juga pernah dilaporkan sebagai salah satu penyebab kematian
pada janin. Gambar di bawah ini menunjukkan perubahan warna pada tubuh janin yang
berhubungan dengan keadaan hipoksia janin yaitu kekurangan oksigen akibat
tertekannya arteri umbilikalis. 9
11
Solusio plasenta atau disebut juga abruptio placenta atau ablasio placenta adalah
separasi prematur plasenta dengan implantasi normalnya di uterus, dilaporkan sebanyak
12 % menyebabkan IUFD. 10
Abruptio Plasenta. 9
5. Infeksi
Plasenta dan janin dapat terinfeksi baik melalui transmisi transplasental
(hematogen) maupun melalui ascending infection dari vagina. Proporsi IUFD terkait
infeksi dilaporkan berkisar 6-15 % dari seluruh kasus IUFD.
Beberapa agen dipertimbangkan berperan penting terhadap kematian janin.
Infeksi virus kongenital oleh parvovirus B19 dan cytomegalovirus (CMV) juga sering
dilaporkan sebagai pemicu kematian janin. Infeksi beberapa enterovirus juga dilaporkan
berhubungan dengan IUFD walaupun lebih jarang.
12
Rubela maternal pada awal kehamilan juga dapat memicu IUFD. Pada kasus yang
jarang, IUFD juga dapat disebabkan oleh infeksi intrauterine dari herpes simpleks.
Infeksi maternal primer oleh Toxoplasma gondii juga dapat ditransmisikan menuju janin
dan memicu toksoplasmosis kongenital bahkan kematian janin. Beberapa agen bakterial
yang berhubungan dengan mortalitas perinatal ialah Streptococcus grup B, Escherichia
coli, Listeria monocytogenes, lues, mycoplasma genital dan Ureaplasma urealyticum.
Korioamnionitis akibat infeksi kandida juga dipertimbangkan dapat memicu IUFD.
Malaria juga terkenal dapat memicu IUFD. Kematian janin intrauterin dapat
terjadi akibat hiperpireksi, anemi berat, penimbunan parasit di dalam plasenta yang
menyebabkan gangguan sirkulasi ataupun akibat infeksi trans-plasental.
Kematian janin akibat sepsis maternal berat dengan trombosis pada plasenta dan
IUFD juga sering dilaporkan.2
13
Menurut United States National Center for Health Statistic Kematian janin dapat dibagi
menjadi 4 golongan, yaitu: 3,8
1. Golongan I : kematian sebelum massa kehamilan mencapai 20 minggu penuh (early fetal
death)
2. Golongan II : kematian sesudah ibu hamil 20-28 minggu (intermediate fetal death)
3. Golongan III : kematian sesudah masa kehamilan >28 minggu (late fetal death)
4. Golongan IV : kematian yang tidak dapat digolongkan pada ketiga golongan di atas.
Bila janin mati dalam kehamilan yang telah lanjut terjadilah perubahan- perubahan
sebagai berikut : 3,8
1. Rigor mortis (tegang mati)
Berlangsung 2,5 jam setelah mati, kemudian lemas kembali.
2. Maserasi grade 0 (durasi < 8 jam) :
kulit kemerahan setengah matang
3. Maserasi grade I (durasi > 8 jam) :
Timbul lepuh-lepuh pada kulit, mula-mula terisi cairan jernih tapi kemudian menjadi
merah dan mulai mengelupas.
4. Maserasi grade II (durasi 2-7 hari) : kulit mengelupas luas, efusi cairan serosa di rongga
toraks dan abdomen. Lepuh-lepuh pecah dan mewarnai air ketuban menjadi merah
coklat.
.
15
Hepar kuning kecoklatan, efusi cairan keruh, mungkin terjadi mumifikasi. Badan janin
sangat lemas, hubungan antara tulang-tulang sangat longgar dan terdapat oedem dibawah
kulit.
2.5. Diagnosis
2) Pemeriksaan Fisik :
16
Inspeksi
Palpasi
Auskultasi
merupakan
yaitu tumpang tindih (overlapping) secara ireguler tulang tengkorak, yang terjadi
akibat likuefaksi massa otak dan melemahnya struktur ligamentosa yang
membentuk tengkorak. Biasanya tanda ini muncul 7 hari setelah
kematian.
Namun ciri-ciri yang sama dapat ditemukan pada kehamilan ekstrauterin dengan
janin hidup.
Spaldings sign. 11
4)
18
TORCH.
malformasi
bercak/ noda
derajat maserasi
2. Tali pusat
prolaps
3. Cairan Amnion
konsistensi
volume
4. Plasenta
berat plasenta
5. Membran amnion
bercak/noda
ketebalan
19
Kemungkinan
Diagnosis
terdengar
Solusio Plasenta
menetap, perdarahan
pervaginam sesudah hamil
22 minggu
Gerakan janin dan DJJ
Ruptur Uteri
mekonium
Gawat Janin
(<100/mnt/>180/mnt)
20
Tanda-tanda kehamilan
IUFD
2.6. Komplikasi 3
Komplikasi yang dapat terjadi ialah trauma psikis ibu ataupun keluarga, apalagi bila
waktu antara kematian janin dan persalinan berlangsung lama. Bila terjadi ketuban pecah dapat
terjadi infeksi. Terjadi koagulopati bila kematian janin lebih dari 2 minggu.
10. Jika tes pembekuan sederhana lebih dari 7 menit atau bekuan mudah pecah, waspada
koagulopati
11. Berikan kesempatan kepada ibu dan keluarganya untuk melihat dan melakukan kegiatan
ritual bagi janin yang meninggal tersebut.
12. Pemeriksaan patologi plasenta adalah untuk mengungkapkan adanya patologi plasenta dan
infeksi .
22
Partus Spontan
dalam 2 minggu
diindikasikan
(80%)
Psikologis
Infeksi
Penurunan kadar fibrinogen
Retensi janin lebih dari 2 minggu
Servik matang
Infus Oksitosin
Prostaglandin gel
Diulang setelah 6-8 jam
23
Gagal
gagal
Ditambah Prostaglandin/vaginam
METODE-METODE TERMINASI
1. Terminasi harus selalu dilakukan dengan induksi, yaitu :
Infus Oksitosin
Cara ini sering dilakukan dan efektif pada kasus-kasus dimana telah terjadi pematangan
serviks. Pemberian dimulai dengan 5-10 unit oksitosin dalam 500 ml larutan Dextrose 5%
melalui tetesan infus intravena. Dua botol infus dapat diberikan dalam waktu yang bersamaan.
Pada kasus yang induksinya gagal, pemberian dilakukan dengan dosis oksitosin dinaikkan pada
hari berikutnya. Infus dimulai dengan 20 unit oksitosin dalam 500 ml larutan Dextrose 5%
dengan kecepatan 30 tetes per menit.
Bila tidak terjadi kontraksi setelah botol infus pertama, dosis dinaikkan menjadi 40 unit.
Resiko efek antidiuretik pada dosis oksitosin yang tinggi harus dipikirkan, oleh karena itu tidak
boleh diberikan lebih dari dua botol pada waktu yang sama.
Pemberian larutan ringer laktat dalam volume yang kecil dapat menurunkan resiko tersebut.
Apabila uterus masih refrakter, langkah yang dapat diulang setelah pemberian prostaglandin per
vaginam. Kemungkinan terdapat kehamilan sekunder harus disingkirkan bila upaya berulang
tetap gagal menginduksi persalinan.
Prostaglandin
Pemberian gel prostaglandin (PGE2) per vaginam di daerah forniks posterior sangat efektif
untuk induksi pada keadaan dimana serviks belum matang. Pemberian dapat diulang setelah 6-8
jam. Langkah induksi ini dapat ditambah dengan pemberian oksitosin.
Pada kasus IUFD jarang dilakukan. Operasi ini hanya dilakukan pada kasus yang dinilai
dengan plasenta praevia, bekas SC ( dua atau lebih) dan letak lintang.
2.8. Pencegahan 3, 8
Upaya mencegah kematian janin, khususnya yang sudah atau mendekati aterm adalah
bila ibu merasa gerakan janin menurun, tidak bergerak, atau gerakan janin terlalu keras, perlu
dilakukan pemeriksaan ultrasonografi. Perhatikan adanya solusio plasenta. Pada gemelli dengan
T+T (twin to twin transfusion) percegahan dilakukan dengan koagulasi pembuluh anastomosis.
Resiko kematian janin dapat sepenuhnya dihindari dengan antenatal care yang baik. Ibu
menjauhkan diri dari penyakit infeksi, merokok, minuman beralkohol atau penggunaan obatobatan.
Tes-tes antepartum misalnya USG, tes darah alfa-fetoprotein, dan non-stress test fetal
elektronik dapat digunakan untuk mengevaluasi kegawatan janin sebelum terjadi kematian dan
terminasi kehamilan dapat segera dilakukan bila terjadi gawat janin.
25
BAB III
IKHTISAR KASUS
I. IDENTITAS
Istri
Suami
Nama
Ny. M
Tn. A
Umur
48 thn
50 th
Suku / Bangsa
Betawi
Betawi
Agama
Islam
Islam
Pendidikan
SMP
SMA
Pekerjaan
IRT
Karyawan
RT04/RW08
RT04/RW08
Bekasi Timur
Bekasi Timur
2 Januari 2012
Alamat
Masuk RSUD
II. ANAMNESIS
Autoanamnesis dilakukan tanggal 2 Januari 2012 pukul 22.30 WIB
A. Keluhan Utama :
Perut terasa kencang sejak 2 hari SMRS
26
B. Keluhan tambahan :
Keluar air-air dan lendir
C. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke IGD RSUD Bekasi dengan keluhan utama perut terasa kencang
sejak 2 hari SMRS. Sebelumnya pasien tidak pernah merasa perutnya kencang seperti
ini. Sejak 1 hari SMRS telah keluar air-air dan lendir, berwarna bening, lengket, tidak
ada darah. Pasien merasa tidak ada gerakan bayinya sejak tiga minggu terakhir.
Pasien merasa perutnya tidak bertambah besar. Pasien juga merasa mules-mules
seperti mau melahirkan sejak tadi siang (10 jam SMRS), hilang timbul dan tidak
teratur.
Pasien melakukan ANC di Puskesmas 3x selama kehamilan,tidak teratur tiap
bulannya , terakhir pada 4 Desember 2011 dan denyut jantung janin (+), selama ANC
dikatakan tidak ada kelainan. Pasien tidak pernah dilakukan USG.
Pasien tidak mengalami trauma dalam kehamilannya, pasien juga tidak ada
riwayat demam tinggi dan alergi selama hamil, riwayat minum alkohol dan merokok
juga disangkal pasien, riwayat memelihara binatang peliharaan disangkal, riwayat
makan makanan setengah matang / panggang disangkal, riwayat keputihan disangkal,
Riwayat minum obat-obatan lama juga disangkal.
D. Riwayat Penyakit Dahulu :
Hipertensi, DM, alergi dan asma disangkal oleh pasien
E. Riwayat Penyakit Keluarga :
Hipertensi, DM, alergi dan asma disangkal oleh pasien.
F. Riwayat Menstruasi :
Menarche
: 12 tahun
Siklus
Lama haid
Banyak
Dismenorrhea
: (-)
: 28 hari
: 7 hari
27
HPHT
TP
: 15 / 07 / 2011
: 22 / 04 / 2012
G. Riwayat Perkawinan :
Menikah satu kali, usia perkawinan 21 tahun, status masih menikah
H. Riwayat Persalinan :
1. Perempuan, usia 27 tahun, spontan, bidan, 3200 gr
2. Laki-laki, usia 22 tahun, spontan, bidan, 3400 gr
3. Perempuan, usia 17 tahun, spontan, bidan, 3600 gra
4. Hamil ini
I. Riwayat KB
J. Riwayat Operasi
K. Riwayat ANC :
Kontrol ke puskesmas 3x selama kehamilan, tidak rutin: pada bulan September,
Oktober, Desember. Hamil saat ini mual (-), muntah (-), perdarahan (-), riwayat
trauma (-), riwayat infeksi (-)
L. Kebiasaan Hidup :
Merokok (-), Alkohol (-), minum obat obatan & jamu (-)
Kesadaran
: Compos mentis
28
Tanda Vital
: TD
: 130 / 80 mmHg
: 80 x / menit
RR
: 20 x / menit
Suhu : 36 C
Kepala
Mata
THT
Leher
Thorax
Pulmo
Cor
Abdomen
B. STATUS OBSTETRIKUS
Inspeksi
Palpasi
:
29
Leopold I
Leopold II
Leopold III
Leopold IV
His
: (-)
ANOGENITAL
Inspeksi
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Hematologi
Pemeriksaaan Hasil
Hb
11,8g/dL
Eritrosit
4,09 jt/uL
Ht
35,2 %
VER
86,8 fL
Leukosit
7,4 ribu/uL
HER
28,8 pg
Trombosit
250.000/ uL
KHER
33,5 %
30
PT
15,4
APTT
33,8
Control: 17,2
Control: 40,3
GDS
104 mg/dl
Protein Total
6,13 g/dL
Albumin
3.44 g/dL
Globulin
2.69 g/dL
22 U/L
Ureum
16 mg/dL
SGPT
10 U/L
Creatinin
0.65 mg/dL
IV. RESUME
Pasien, ibu hamil, 48 tahun, G4P3A0 Hamil 24 minggu, perut tegang sejak 2 hari SMRS,
mules (+), keluar air-air (+), lendir (+), gerak janin (-) , DJJ (-), ANC tidak teratur di
puskesmas , USG (+)
HPHT
: 15 / 07 / 2011
TP
STATUS GENERALIS
: 22 / 04 / 2012
Keadaan umum
: Sakit sedang
Kesadaran
: Compos mentis
Tanda Vital
: TD
: 130 / 80 mmHg
31
: 80 x / menit
RR
: 20 x / menit
Suhu : 36 C
STATUS OBSTETRIK
Kesan : TFU : 16 cm tidak sesuai dengan hamil 24 minggu, letak sunsang,
presentasi bokong, pu-ka, janin tunggal, mati.
ANOGENITAL
Inspeksi
Vaginal Tousche
11,8g/dL
Ht
35,2 %
USG : Kesan : Tidak sesuai hamil 24 minggu, plasenta letak rendah, IUFD letak sungsang.
V. DIAGNOSIS
Ibu
32
VI. PROGNOSIS
Ibu
: Dubia ad Bonam
Janin : malam
VII. PENATALAKSANAAN
Rencana Terminasi
Follow up
Tanggal
Ku / Kes : TTS / CM
G4P3A0
- Observasi TTV
St. Generalis :
H. 24 minggu,
dengan plasenta
letak rendah
dengan IUFD
- Observasi TTI
T : 140 / 80
mmHg
N : 100 x/mnt
- Hb Vit 1x1
S : 36,7
- Misoprostol
P : 24 x/mnt
St. Obstetri :
Perut tampak
buncit, TFU 16
cm, letak
sungsang.
- Palentine 625mg,
3x1
DJJ : (-)
33
Tanggal
4/1/2012
Nyeri perut
bagian bawah
(+)
08.00
His : (-)
Ku / kes : TSS / CM
P4A0
St. Generalis :
Post partus
pervaginam dengan
IUFD
T : 150 / 90
N : 96 x/mnt
S : 36,2 C
P : 22 x/mnt
P
- Palentine
625mg, 3x1
- Hb Vit 1x1
- Metronidazole
3x500mg
- Asam
mefenamat
3x500mg
St. Puerperalis :
Abdo:
Genital: fluksus
(+) 2x ganti
pembalut
Tanggal
34
5/1/2012
08.00
Keluhan (-)
Ku / kes : TSS / CM
P4A0
St. Generalis :
Post partus
pervaginam dengan
IUFD
T : 130/80
N : 80 x/mnt
S : 36,2 C
P : 22 x/mnt
St. Puerperalis :
Abdo:
- Palentine
625mg, 3x1
- Hb Vit 1x1
- Metronidazole
3x500mg
- Asam
mefenamat
3x500mg
- Pasien boleh
pulang
Genital: fluksus
(+) 2x ganti
pembalut
BAB IV
ANALISA KASUS
Pada kasus ini wanita, 48 tahun dengan diagnosa kematian janin intra uterin. Dalam
kasus ini, diagnosis Intra Uterine Fetal Death ( IUFD ) ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang disesuaikan dengan literatur.
35
Dari anamnesis didapatkan bahwa pasien dengan G4P3A0 Hidup 3. Hamil 24 minggu
datang ke IGD RSUD Bekasi karena perut terasa tegang sejak 2 hari SMRS. Ibu tidak merasakan
gerakan bayi selama 3 minggu dan perut tidak bertambah besar. Keadaan ini sesuai dengan salah
satu dasar diagnosis IUFD yang bersifat subjektif. Selain itu ibu merasa perut bagian bawahnya
terasa mules yang hilang timbul dan tidak teratur sejak 10 jam SMRS. Pasien juga merasakan
keluar air dan lendir dari kemaluannya. Pemeriksaan kehamilan (antenatal care) tidak teratur 3x
selama kehamilan. Pemeriksaan USG tidak pernah dilakukan.
Pada pasien ini tidak ada riwayat trauma, infeksi, dan alergi dalam kehamilannya ini.
Pasien juga mengaku tidak punya kebiasaan minum alkohol, merokok, dan minum obat- obatan
lama. Pasien juga tidak memiliki binatang peliharaan.
Pada pemeriksaan fisik yaitu pemeriksaan obstetri, inspeksi menjelaskan tanda- tanda
kehamilan pada pasien ini tidak sesuai dengan masa kehamilan. Ukuran tinggi fundus uteri yang
berkurang dari usia kehamilan ditemukan dalam kasus ini mengingat kematian janin
berlangsung 3 minggu sebelum ke rumah sakit. Pada palpasi, gerak janin (-), dan pada auskultasi
dengan pemeriksaan Doppler tidak terdengar bunyi jantung janin, hal ini turut membuktikan
adanya kematian janin intra uterin. Pada pemeriksaan laboratorium, hanya didapatkan
pemeriksaan darah rutin dalam batas normal pada wanita dengan kehamilan. Seharusnya
dilakukan pemeriksaan darah yang lebih lengkap
tidaknya permasalahan pada faktor pembekuan darah dari faktor janin terhadap maternal. Pada
pemeriksaan USG, ditemukan Janin Tunggal, Intra uterine, letak sungsang dengan plasenta letak
rendah. IUFD dengan plasenta letak rendah. Didapatkan kesan janin IUFD disertai dengan
deskripsi yang menjadi dasar diagnosis IUFD, seperti tidak adanya gerakan janin dan DJJ ( - ),
Spaldings Sign ( + ) sehingga dapat ditegakkan diagnosis IUFD dengan pasti.
Penyebab IUFD bisa karena faktor maternal, fetal dan plasental. Berdasarkan anamnesis,
pasien ini tidak ada riwayat trauma, infeksi, dan alergi dalam kehamilannya ini. Pasien juga
mengaku tidak punya kebiasaan minum alkohol, merokok, dan minum obat- obatan lama.
Namun melihat usia ibu 48 tahun, dapat merupakan faktor ibu yang terlalu tua saat kehamilan.
Faktor fetal belum dapat kita singkirkan karena sebaiknya dilakukan pemeriksaan
autopsi apakah terdapat kelainan kongenital mayor pada janin. Pasien tidak memiliki binatang
peliharaan, makan daging setengah matang, yang menurut literatur dapat menyebabkan infeksi
toksoplasmosis pada janin. Anomali kromosom biasanya terjadi pada ibu dengan usia diatas 40
36
tahun, dan dibutuhkan analisa kromosom. Inkompatibilitas Rhesus juga sangat kecil
kemungkinannya mengingat pasien dan suaminya dari suku yang sama.
13. Penatalaksanaan pada pasien ini sesuai dengan literatur, yaitu dilakukan dengan penanganan
aktif. Terminasi kehamilan segera pada pasien ini dipilih melalui induksi persalinan
pervaginam dengan mempertimbangkan kehamilan aterm dan mengurangi gangguan
psikologis pada ibu dan keluarganya. Penanganan secara aktif pada pasien ini juga sudah
sesuai dengan prosedur yang seharusnya. Pada kasus ini persalinan spontan tidak terjadi
dalam 2 minggu, sehingga perlu pematangkan serviks dengan misoprostol. Komplikasi IUFD
lebih dari 6 minggu akan mengakibatkan gangguan pembekuan darah, infeksi dan berbagai
komplikasi yang membahayakan nyawa ibu
Penyebab kematian pada janin dalam kasus ini, kemungkinan besar akibat dari faktor
maternal,dimana usia ibu yang terlalu tua (>40 tahun)
Edukasi pada pasien ini ialah penjelasan mengenai program KB dan memotivasi ibu
untuk mengikutinya, mengingat sudah memiliki anak 3 dan usia ibu yang sudah tua.
Mengedukasi kemungkinan-kemungkinan yang terjadi mengenai kehamilan pada usia ibu yang
tua. Memberikan dukungan psikologis agar pasien tidak terganggu akibat kematian janin yang
dialaminya saat ini, dan menyarankan kepada keluarga pasien untuk memberikan dukungan yang
besar untuk ibu.
BAB V
PENUTUP
KESIMPULAN
Pada pasien ini ditegakkan diagnosis kematian janin intra uterin (IUFD)
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
37
Pengetahuan ibu mengenai pemeriksaan Ante Natal Care yang teratur dan efektif
sangat dibutuhkan untuk mengetahui kesejahteraan janin untuk mendeteksi
penurunan kesejahteraan janin dan komplikasi pada ibu dapat dihindari.
Dukungan moril / psikologis dari pihak dokter dan keluarga sangat berperan
penting pada kasus IUFD.
Pada kasus ini, kemungkinan penyebab IUFD ialah faktor maternal, yaitu faktor
usia ibu yang terlalu tua. Namun, penyebab pasti hanya dapat ditegakkan bila
pada bayi yang dilahirkan dilakukan autopsi.
SARAN
Penyuluhan bagi para ibu dengan kehamilan untuk melakukan Ante Natal Care
secara teratur di RS atau Bidan.
Penyuluhan pada para ibu dengan kehamilan untuk dapat melakukan pemantauan
kesejahteraan janinnya sendiri dengan cara yang sederhana, misalnya menghitung
gerakan janin dengan cara Cardif count, sehingga bila terjadi penurunan
kesejahteraan janin dapat di deteksi dini.
Pada kasus kematian janin intra uterin dapat ditentukan sebab kematian dengan
pemeriksaan autopsi, dengan syarat persetujuan dari pihak keluarga.
38
DAFTAR PUSTAKA
1. Agudelo AC, Beliza JM, Rossello LD. Epidemiology of Fetal Death in Latin America.
Acta Obstet Gynecol Scand 2000; 79: 3718
2. Petersson K. Diagnostic Evaluation of Fetal Death with Special Reference to Intrauterine
Infection. Thesis dari Departement of Clinical Science, Divison of Obstetrics and
Gynecology, Karolinska Institutet, Huddinge University Hospital, Stockholm, Sweden
2002.
39
3. Winknjosastro H. Ilmu Kebidanan Edisi III,cetakan enam. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Balai Penerbit FK UI. Jakarta. 2008. 732-35.
4. Patel PK. Profile of Fetal Deaths in Dhahira Region, Oman. Oman Medical Journal
2008, ;23(1)
5. Mu J, Kanzaki T, Si X, Tomimatsu T, Fukuda H, Shioji M. Apoptosis and Related
Proteins in Placenta of Intrauterine Fetal Death in Prostaglandin F Receptor Deficient
Mice. Biology or Reproduction 2003;68:1968-74
6. Ezechi OC, Kalu Bke, Ndububa VI, Nwokoro CA. Induction of Labour by Vaginal
Misoprostol for Intrauterine Fetal Death. J Obstet Gynecol Ind 2004;54(6):561-3
7. James L Lindsey, MD. Evaluation of Fetal Death. Stanford School of Medicine,
Department of Obstetrics and Gynecology, Santa Clara Valley Medical Center. 2008
8. Cuningham FG., Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap III LC, Hauth, JC., Wenstrom KD.
Williams Obstetrics Edisi ke 21. New York : McGraw-Hill 2001
9. Nucleus Medical Art Inc. Kennesaw, Georgia 30144, 1999 2009
10. Sarah D. McDonald, MD . Risk of Fetal Death Associated With Maternal Drug
Dependence and Placental Abruption A Population-Based Study. 1Department of
Obstetrics and Gynecology, McMaster University, Hamilton ON. 2007
11. Dr. Joe Antony, MD, 265, Girinagar, Cochin- 20, India. 2007. diakses dari
www.ultrasound-images.com
12. Weeks A. Misoprostol in obstetrics and gynecology. International Journal of Gynecology
and Obstetrics 2007 99 : S156S159
13. Gibbs RS, Roberts DJ. Case 27-2007: A 30-Year-Old Pregnant Woman with Intrauterine
Fetal Death. N Engl J Med 2007;357:918-25.
40