ABORTUS IMMINENS
Oleh:
NURFATRIANI
Pembimbing Supervisor :
dr.Hj.Samsiah
Nama : Nurfatriani
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian obstetric
dan ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia.
Mengetahui,
Supervisor
dr.Hj.Samsiah
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Pendahuluan
Aborsi di dunia dan di Indonesia khususnya tetap menimbulkan banyak persepsi
dan bermacam interpretasi, tidak saja dari sudut pandang kesehatan, tetapi juga dari
sudut pandang hukum dan agama. Aborsi merupakan masalah kesehatan masyarakat
karena memberi dampak pada kesakitan dan kematian ibu. Sebagaimana diketahui
penyebab kematian ibu yang utama adalah perdarahan, infeksi dan eklampsia.(9,10)
Salah satu komplikasi terbanyak pada kehamilan adalah terjadinya perdarahan,
yang dapat terjadi pada setiap usia kehamilan. Pada kehamilan muda, sering
dihubungkan dengan abortus.1
World Health Organization (WHO) melaporkan terdapat 210 kematian wanita tiap
100.000 kelahiran hidup akibat komplikasi kehamilan dan persalinan pada tahun
2013, dan jumlah total kematian wanita adalah 289.000 kematian. Jumlah ini
menurun sebesar 45% bila dibandingkan tahun 1993 di mana Maternal Mortality Rate
(MMR) pada tahun tersebut sebesar 380 dan jumlah kematian wanita 523.000. Negara
berkembang memiliki jumlah MMR empat belas kali lipat lebih tinggi dibandingkan
negara maju. Berdasarkan survei terakhir tahun 2012 yang dilakukan oleh Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SKDI), AKI menunjukkan kenaikan dari 228 di
tahun 2007 menjadi 359 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup di tahun 2012.2
Diperkirakan diseluruh dunia setiap tahun terjadi 20 juta kasus aborsi tidak aman,
70 ribu perempuan meninggal akibat aborsi tidak aman dan 1 dari 8 kematian ibu
disebabkan oleh aborsi tidak aman. 95% (19 dari 20 kasus aborsi tidak aman)
dintaranya bahkan terjadi di negara berkembang. (11,12)
Di Indonesia setiap tahunnya terjadi kurang lebih 2 juta kasus aborsi, artinya
43 kasus/100 kelahiran hidup (sensus 2000). Angka tersebut memberikan gambaran
bahwa masalah aborsi di Indonesia masih cukup besar (Wijono 2000). Suatu hal yang
dapat kita tengarai, kematian akibat infeksi aborsi ini justru banyak terjadi di negara-
negara dimana aborsi dilarang keras oleh undang-undang. (11,12)
BAB II
TINJAUAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. N
Tanggal lahir : 27 November 1987
Umur : 31 tahun
Alamat : Jl. N-Selayar 8, Makassar
Pendidikan terakhir : SMA
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Status Perkawinan : Kawin
Tanggal Masuk : 23 Juli 2018
II. ANAMNESIS
a. Anamnesis : Autoanamnesis (pada pasien) di poli umum puskesmas
b. Keluhan Utama : muncul bercak darah dari jalan lahir
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Muncul bercak darah kecoklatan dari jalan lahir setiap pagi sejak 3 hari
terakhir. Riwayat jatuh di kamar mandi 3 hari yang lalu. Keluhan disertai nyeri
perut bagian bawah. Riw. keluar gumpalan jaringan (-). Demam (-), BAK
lancar, BAB biasa. Riw. Minum jamu (-). Riw. perut dipijit (-).
Riwayat Menstruasi :
Menarche : 15 tahun
Lama haid : 7 hari
Siklus haid : 28 hari, teratur
HPHT : 27-3-2018
d. Riwayat Pernikahan
Menikah 1x, dengan suami sekarang selama ±18 tahun.
e. Riwayat Obstetri
Komplikasi Anak
N Tempat Penolong Tah Jenis
Kehamilan BBL Keadaan
o. Bersalin Persalinan un Persalian Kehamilan Persalinan Nifas JK
(gr) Sekarang
1. Bidan Bidan 2002 Aterm PPN - - - ♂ 3400 Hidup
2. Bidan Bidan 2007 Aterm PPN - - - ♀ 3300 Hidup
3. Bidan Bidan 2011 Aterm PPN - - - ♂ 3000 Hidup
4. 2018/Kehamilan sekarang
f. Riwayat Kehamilan Sekarang
G4P3A0
Usia Kehamilan : 17 minggu 6 hari
Taksiran Persalinan : 27-12-2018
Periksa Kehamilan : 1 kali di dokter puskesmas
Suntik TT : tidak pernah
g. Riwayat KB
Riwayat pernah menggunakan metode KB suntik tiap 3 bulan.
h. Perilaku kesehatan
Merokok : disangkal
Minum alkohol : disangkal
Konsumsi narkoba : disangkal
i. Riwayat Operasi
Tidak pernah
j. Riwayat Penyakit
Riwayat Hipertensi : disangkal
Riwayat Diabetes Mellitus : disangkal
Riwayat Asma : disangkal
Riwayat Alergi : disangkal
Riwayat ISK : disangkal
Riwayat IMS : disangkal
Riwayat TORCH : disangkal
Riwayat penyakit selama kehamilan : disangkal
Riwayat penggunaan obat-obatan dan jamu : disangkal
k. Riwayat Penyakit Keluarga
Asma : disangkal
Hipertensi : disangkal
Riwayat Diabetes melitus : disangkal
Penyakit Jantung : disangkal
Alergi : disangkal
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. HASIL USG TRANSABDOMINAL
(-)
b. HASIL PEMERIKSAAN LAB
(-)
VI. RESUME
Ny. N, 31 tahun, datang dengan keluhan Muncul flek (bercak darah
kecoklatan) setiap pagi sejak 3 hari terakhir. Riwayat jatuh di kamar mandi 3
hari yang lalu. Keluhan disertai nyeri perut bagian bawah. Riw. keluar gumpalan
jaringan (-). Demam (-),Riw. Minum jamu (-). Riw. perut dipijit (-).
Gangguan haid disangkal. Kehamilan sekarang G4P3A0 dengan usia
kehamilan 17 minggu 6 hari, ANC 1 kali di puskesmas dan suntik TT tidak
pernah. Riwayat pernah menggunakan metode KB suntik tiap 3 bulan.
Riwayat hipertensi, DM, asma, alergi, dan penyakit infeksi disangkal.
Penggunaan obat-obatan dan jamu dan operasi disangkal.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum sakit sedang/gizi
lebih/compos mentis. Tanda-tanda vital dalam batas normal. Anemis (-/-),
ikterus (-/-), edema ekstremitas (-/-). Pemeriksaan luar abdomen didapatkan
pembesaran abdomen,uterus sesuai usia kehamilan, pelepasan darah (+) lendir
(+).
VII. DIAGNOSIS
G4P3A0 gravid 27 minggu 6 hari + abortus imminens
VIII. PENATALAKSANAAN
Rujuk poli kandungan RS daya
IX. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad functionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
2. Definisi
Abortus dapat dibagi atas dua golongan yaitu menurut terjadinya abortus dan
menurut gambaran klinis. Menurut terjadinya dibedakan atas abortus spontan yaitu
abortus yang terjadi dengan sendirinya tanpa disengaja dan tanpa menggunakan
tindakan apa-apa sedangkan abortus provokatus adalah abortus yang disengaja, baik
dengan memakai obat-obatan maupun dengan alat-alat.8
3. Etiologi
Ada banyak sebab genetik yang berhubungan dengan abortus. Sebagian besar
abortus spontan disebabkan oleh kelainan kariotip dari embrio.3Data ini berdasarkan
pada 50% kejadian abortus pada trimester pertama merupakan kelainan sitogenetik
yang berupa aneuploidi yang bisa disebabkan oleh kejadian nondisjuction meiosis
atau poliploidi dari fertilas abnormal dan separuh dari abortus kerana kelainan
sitogenetik pada trimester pertama berupa trisomi autosom.5
Triplodi ditemukan pada 16% kejadian abortus di mana terjadi fertilisasi ovum
normal oleh 2 sperma (dispermi).3 Insiden trisomi meningkat dengan bertambahnya
usia. Trisomi (30% dari seluruh trisomi) adalah penyebab terbanyak abortus spontan
diikuti dengan sindroma Turner (20-25%) dan Sindroma Down atau trisomi 21 yang
sepertiganya bisa bertahan sehingga lahir.3 Selain kelainan sitogenetik, kelainan lain
seperti fertilisasi abnormal iaitu dalam bentuk tetraploidi dan triploid dapat
dihubungkan dengan abortus absolut.3
Kelainan dari struktur kromosom juga adalah salah satu penyebab kelainan
sitogenetik yang berakibat aborsi dan kelainan ini sering diturunkan oleh ibu
memandangkan kelainan struktur kromoson pada pria berdampak pada rendahnya
konsentrasi sperma, infertelitas dan faktor lainnya yang bisa mengurangi peluang
kehamilan.3
Selain itu, gen yang abnormal akibat mutasi gen bisa mengganggu proses
impantasi dan mengakibatkan abortus seperti mytotic dystrophy yg berakibat pada
kombinasi gen yang abnormal dan gangguan fungsi uterus.3 Gangguan genetik seperti
Sindroma Marfan, Sindroma Ehlers-Danlos, hemosistenuri dan pseusoxantoma
elasticum merupakan gangguan jaringan ikat yang bisa berakibat abortus.3 Kelainan
hematologik seperti pada penderita sickle cell anemia, disfibronogemi, defisiensi
faktor XIII mengakibatkan abortus dengan mengakibatkan mikroinfak pada plasenta.3
Selain kelainan yang disebut di atas, serviks inkompeten juga telah terbukti dapat
meyebabkan abortus terutama pada kasus abortus spontan.3Pada kelainan ini, dilatasi
serviks yang “silent” dapat terjadi antara minggu gestasi 16-28 minggu.1 Wanita
dengan serviks inkompeten selalu memiliki dilatasi serviks yang signifikan yaitu 2cm
atau lebih dengan memperlihatkan gejala yang minimal.3 Apabila dilatasi mencapai 4
cm atau lebih, maka kontraksi uterus yang aktif dan pecahnya membran amnion akan
terjadi dan mengakibatkan ekspulsi konsepsi dalam rahim.3 faktor-faktor yang
mengakibatkan serviks inkompeten adalah kehamilan berulang, operasi serviks
sebelumnya, riwayat cedera serviks, pajanan pada dietilstilbestrol, dan abnormalitas
anatomi pada serviks.1
Sebelum kehamilan atau pada kehamilan trimester pertama, tidak ada metoda
yang bisa digunakan untuk mengetahui bila serviks akan inkompeten namun, setelah
14-16 minggu, USG baru dapat digunakan untuk menilai anatomi segmen uterus
bahagian bawah dan serviks untuk melihat pendataran dan pemendekan abnormal
serviks yang sesuai dengan inkompeten serviks.1
Ovulasi, implantasi dan kehamilan dini sangat bergantung pada koordinasi sistem
pengaturan hormonal martenal yang baik. Perhatian langsung pada sistem humoral
secara keseluruhan, fase luteal, dan gambaran hormon setelah konsepsi terutamanya
kadar progesteron sangat penting dalam mengantisipasi abortus.3
Pada diabetes mellitus, perempuan dengan kadar HbA1c yang tinggi pada
trimester yang pertama akan berisiko untuk mengalami abortus dan malformasi janin.
IDDM dengan kontrol yang tidak adekuat berisiko 2-3 kali lipat untuk abortus.3
Ada pelbagai teori untuk menjelaskan keterkaitan infeksi dengan kejadian abortus.
Antaranya adalah adanya metabolik toksik, endotoksin, eksotoksin, dan sitokin yang
berdampak langsung pada janin dan unit fetoplasenta.3 Infeksi janin yang bisa
berakibat kematian janin dan cacat berat sehingga janin sulit untuk bertahan hidup.3
Infeksi plasenta akan berakibat insufisiensi plasenta dan bisa berlanjut kematian
janin.3 Infeksi kronis endometrium dari penyebaran kuman genetalia bawah yang bisa
mengganggu proses implantasi. Amnionitis oleh kuman gram positif dan gram negatif
juga bisa mengakibatkan abortus.3 Infeki virus pada kehamilan awal dapat
mengakibatkan perubahan genetik dan anatomik embrio misalnya pada infeksi rubela,
parvovirus, CMV, HSV, koksakie virus, dan varisella zoster.3
Di sini adalah beberapa jenis organisme yang bisa berdampak pada kejadian abortus
- trombosis vaskular (satu atau lebih episode trombosis arteri, venosa atau
kapiler yang dibuktikan dengan gambaran Doppler, dan histopatologi)3
- komplikasi kehamilan (3 atau lebih abortus dengan sebab yang tidak jelas,
tanpa kelainan anatomik, genetik atau hurmonal/ satu atau lebih kematian
janin di mana gambaran sonografi normal/ satu atau lebih persalinan prematur
dengan gambaran janin normal dan berhubungan dengan preeklamsia
berat,atau insufisiensi plasenta yang berat)3
- kriteria laboratorium (IgG dan atau IgM dengan kadar yang sedang atau tinggi
pada 2 kali atau lebih dengan pemeriksaan jarak lebih dari 1 atau sama dengan
6 minggu)3
aPA ditemukan 20% pada perempuan yang mengalami abortus dan lebih dari 33%
pada perempuan yang mengalami SLE. Pada kejadian abotus berulang, ditemukan
infark plasenta yang luas akibat adanya atherosis dan oklusi vaskular.3
3.6 Faktor trauma
Diperkirakan 1-10% malformasi janin adalah akibat dari paparan obat, bahan
kimia atau radiasi yang umumnya akan berakhir dengan abortus.6 faktor-faktor yang
terbukti berhubungan dengan peningkatan insiden abortus adalah merokok, alkohol
dan kafein.
Kontrasepsi oral atau agen spermicidal yang digunakan pada salep dan jeli
kontrasepsi tidak berhubungan dengan risiko abortus.1 Namun, jika pada kontrasepsi
yang menggunakan IUD, intrauterine device gagal untuk mencegah kehamilan, risiko
aborsi khususnya aborsi septik akan meningkat dengan signifikan.1
4. Patogenesis
Abortus dimulai dari perdarahan ke dalam decidua basalis yang diikuti dengan
nekrosis jaringan disekitar perdarahan.1 Jika terjadi lebih awal, maka ovum akan
tertinggal dan mengakibatkan kontraksi uterin yang akan berakir dengan ekpulsi
karena dianggap sebagai benda asing oleh tubuh.1 Apabila kandung gestasi dibuka,
biasanya ditemukan fetus maserasi yang kecil atau tidak adanya fetus sama sekali dan
hal ini disebut blighted ovum.1
Pada abortus yang terjadi lama, beberapa kemungkinan boleh terjadi. Jika fetus
yang tertinggal mengalami maserasi, yang mana tulang kranial kolaps, abdomen
dipenuhi dengan cairan yang mengandung darah, dan degenarasi organ internal. 1
Kulit akan tertanggal di dalam uterus atau dengan sentuhan yang sangat minimal. 1
Bisa juga apabila cairan amniotik diserap, fetus akan dikompress dan mengalami
desikasi, yang akan membentuk fetus compressus.1 Kadang-kadang, fetus boleh juga
menjadi sangat kering dan dikompres sehingga menyerupai kertas yang disebut fetus
papyraceous.1
5. Gambaran klinis
6. Diagnosis
6.1 Anamnesis
3 gejala utama (postabortion triad) pada abortus adalah nyeri di perut bagian
bawah terutamanya di bagian suprapubik yang bisa menjalar ke punggung,bokong
dan perineum, perdarahan pervaginam dan demam yang tidak tinggi. 7 Gejala ini
terutamanya khas pada abortus dengan hasil konsepsi yang masih tertingal di dalam
rahim.7 Selain itu, ditanyakan adanya amenore pada masa reproduksi kurang 20
minggu dari HPHT.6 Perdarahan pervaginam dapat tanpa atau disertai jaringan hasil
konsepsi. Bentuk jaringan yang keluar juga ditanya apakah berupa jaringan yang
lengkap seperti janin atau tidak atau seperti anggur. Rasa sakit atau keram bawah
perut biasanya di daerah atas simpisis.6
Riwayat penyakit sekarang seperti IDDM yang tidak terkontrol, tekanan darah
tinggi yang tidak terkontrol, trauma, merokok, mengambil alkohol dan riwayat infeksi
traktus genitalis harus diperhatikan.6 Riwayat kepergian ke tempat endemik malaria
dan pengambilan narkoba malalui jarum suntik dan seks bebas dapat menambah
curiga abortus akibat infeksi.7
Bercak darah diperhatikan banyak, sedang atau sedikit.4 Palpasi abdomen dapat
memberikan idea keberadaan hasil konsepsi dalam abdomen dengan pemeriksaan
bimanual. Yang dinilai adalah uterus membesar sesuai usia gestasi, dan
konsistensinya.4 Pada pemeriksaan pelvis, dengan menggunakan spekulum keadaan
serviks dapat dinilai samaada terbuka atau tertutup , ditemukan atau tidak sisa hasil
konsepsi di dalam uterus yang dapat menonjol keluar, atau didapatkan di liang
vagina.4
Pemeriksaan fisik pada kehamilan muda dapat dilihat dari table di bawah ini:4
7. Diagnosis banding.2
- polip endoserviks
- karsinoma serviks
8. Penatalaksanaan
Pada abortus imminens, tidak perlu pengobatan khusus atau tirah baring total dan
pasien dilarang dari melakukan aktivitas fisik berlebihan ataupun hubungan seksual.
Jika terjadi perdarahan berhenti, asuhan antenatal diteruskan seperti biasa dan
penilaian lanjutan dilakukan jika perdarahan terjadi lagi. Pada kasus yang perdarahan
terus berlansung, kondisi janin dinilai dan konfirmasi kemungkinan adanya penyebab
lain dilakukan dengan segera. Pada perdarahan berlanjut khususnya pada uterus yang
lebih besar dari yang diharapkan, harus dicurigai kehamilan ganda atau mola.
8.2 Abortus insipiens.4
Jika usia kehamilan kurang dari 16 minggu, evakuasi uterus dilakukan dengan
aspirasi vakum manual. Jika evakuasi tidak dapat segera dilakukan maka, Ergometrin
0,2 mg IM atau Misopristol 400mcg per oral dapat diberikan. Kemudian persediaan
untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus dilakukan dengan segera.
Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu, ekpulsi spontan hasil konsepsi
ditunggu, kemudian sisa-sisa hasil konsepsi dievakuasi. Jika perlu, infus 20 unit
oxytoxin dalam 500cc cairan IV (garam fisiologik atau larutan Ringer Laktat) dengan
kecepatan 40 tetes per menit diberikan untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi.
Setelah penanganan, kondisi ibu tetap dipantau.
Jika perdarahan tidak beberapa banyak dan kehamilan kurang dari 16 minggu,
evakuasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk
mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika perdarahan berhenti,
Ergometrin 0,2 mg IV atau misoprostol 400mcg per oral diberikan.
Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung, dan usia kehamilan kurang
dari 16 minggu, hasil konsepsi dievakuasi dengan aspirasi vakum manual. Evakuasi
vakum tajam hanya digunakan jika tidak tersedia aspirasi vakum manual (AVM). Jika
evakuasi belum dapat dilakukan dengan segera, Ergometrin 0,2mg IM atau
Misoprostol 400mcg per oral dapat diberikan.
Jika kehamilan lebih dari 16 minggu, infus oksitosin 20 unit diberikan dalam
500ml cairan IV (garam fisiologik atau RL) dengan kecepatan 40 tetes per menit
sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi. Jika perlu Misoprostol 200mcg pervaginam
diberikan setiap 4 jam sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi. Hasil konsepsi yang
tertinggal dalam uterus segera dievakuasi.
Pada kasus ini, evakuasi tidak perlu dilakukan lagi. Observasi untuk melihat
adanya perdarahan yang banyak perlu diteruskan dan kondisi ibu setelah penanganan
tetap dibuat. Apabila terdapat anemia sedang, tablet sulfas ferrosus 600mg/hari
selama 2 minggu diberikan, jika anemia berat diberikan transfusi darah. Seterusnya
lanjutkan dengan konseling asuhan pascakeguguran dan pemantauan lanjut jika perlu.
Sebelum ibu diperbolehkan pulang, diberitahu bahwa abortus spontan hal yang
biasa terjadi dan terjadi pada paling sedikit 15% dari seluruh kehamilan yang
diketahui secara klinis. Kemungkinan keberhasilan untuk kehamilan berikutnya
adalah cerah kecuali jika terdapat sepsis atau adanya penyebab abortus yang dapat
mempunyai efek samping pada kehamilan berikut.
Semua pasien abortus disuntik vaksin serap tetanus 0,5 cc IM. Umumnya setelah
tindakan kuretase pasien abortus dapat segera pulang ke rumah. Kecuali bila ada
komplikasi seperti perdarahan banyak yang menyebabkan anemia berat atau infeksi.
Pasien dianjurkan istirahat selama 1 sampai 2 hari. Pasien dianjurkan kembali ke
dokter bila pasien mengalami kram demam yang memburuk atau nyeri setelah
perdarahan baru yang ringan atau gejala yang lebih berat.13 Tujuan perawatan untuk
mengatasi anemia dan infeksi. Sebelum dilakukan kuretase keluarga terdekat pasien
menandatangani surat persetujuan tindakan.
9. Komplikasi
9.1 Perdarahan.6
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi
dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi
apabila pertolongan tidak diberikan. Perdarahan yang berlebihan sewaktu atau
sesudah abortus bisa disebabkan oleh atoni uterus, laserasi cervikal, perforasi uterus,
kehamilan serviks, dan juga koagulopati.
9.2 Perforasi.6
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi
hiperretrofleksi. Terjadi robekan pada rahim, misalnya abortus provokatus kriminalis.
Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi, laparatomi harus segera
dilakukan untuk menentukan luasnya perlukaan pada uterus dan apakah ada perlukan
alat-alat lain. Pasien biasanya datang dengan syok hemoragik.
9.3 Syok.6
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan karena
infeksi berat. Vasovagal syncope yang diakibatkan stimulasi canalis sevikalis sewaktu
dilatasi juga boleh terjadi namum pasien sembuh dengan segera.
9.4 Infeksi.6
Sebenarnya pada genitalia eksterna dan vagina dihuni oleh bakteri yang
merupakan flora normal. Khususnya pada genitalia eksterna yaitu staphylococci,
streptococci, Gram negatif enteric bacilli, Mycoplasma, Treponema (selain T.
paliidum), Leptospira, jamur, Trichomonas vaginalis, sedangkan pada vagina ada
lactobacili,streptococci, staphylococci, Gram negatif enteric bacilli, Clostridium sp.,
Bacteroides sp, Listeria dan jamur. Umumnya pada abortus infeksiosa, infeksi
terbatas padsa desidua. Pada abortus septik virulensi bakteri tinggi dan infeksi
menyebar ke perimetrium, tuba, parametrium, dan peritonium.
Organisme-organisme yang paling sering bertanggung jawab terhadap infeksi
paska abortus adalah E.coli, Streptococcus non hemolitikus, Streptococci anaerob,
Staphylococcus aureus, Streptococcus hemolitikus, dan Clostridium perfringens.
Bakteri lain yang kadang dijumpai adalah Neisseria gonorrhoeae, Pneumococcus dan
Clostridium tetani. Streptococcus pyogenes potensial berbahaya oleh karena dapat
membentuk gas.
Pada penggunaan general anestesia, komplikasi atoni uterus bisa terjadi yang
berakibatkan perdarahan. Pada kasus therapeutic abortus, paracervical blok sering
digunakan sebagai metode anestesia. Sering suntikan intravaskular yang tidak
disengaja pada paraservikal blok akan mengakibatkan komplikasi fatal seperti
konvulsi, cardiopulmonary arrest dan kematian.
10. Prognosis.6