PENDAHULUAN
kongenital
(keratokonus,
keratoglobus)
dan
akuisita
Untuk mencegah agar miopia tidak bertambah, kesehatan badan, dan mata
harus dijaga. Usahakan untuk cukup istirahat, mengurangi pekerjaan dekat,
banyak bekerja di luar. Bila membaca jangan terus menerus dan usahakan dalam
posisi tegak, jangan membungkuk di atas buku. Kacamata harus terus dipakai.
Penerangan haruslah sesuai, yang terbaik adalah penerangan dari atas dan
belakang. Untuk miopia tinggi, hindari olah raga seperti sepak bola, tinju, angkat
berat dan yang sejenisnya.1,5,8
Prognosis pada miopia simpleks adalah baik dengan koreksi yang baik dan
pemeliharaan mata yang baik. Miopia progresif yang disertai penyulit yang gawat,
kadang-kadang membutuhkan pengurangan bahkan penghentian dan pekerjaan
dekat.Miopia maligna, prognosisnya buruk.1,4,5
Berikut ini dilaporkan sebuah kasus mengenai miopia dengan judul Miopia
Okuli Dekstra et Sinistra.
LAPORAN KASUS
RESUME
Seorang penderita perempuan, 30 tahun, datang berobat ke Poliklinik Mata
RSU Prof. Dr. R.D. Kandou pada tanggal 16 Januari 2006 dengan keluhan utama
penglihatan kabur pada kedua mata. Penglihatan kabur dirasakan mengganggu
sejak satu tahun yang lalu, terutama dialami saat melihat benda atau tulisan pada
jarak jauh. Penderita merasa lebih enak bila melihat atau membaca dalam jarak
dekat.
Penderita sering merasa sakit kepala yang hilang timbul, mata berair, dan
cepat lelah terutama bila melihat atau membaca pada jarak jauh dalam waktu yang
cukup lama.
Status Oftalmikus
Pemeriksaan Subjektif
VOD 6/20, dikoreksi dengan S 1,25 6/6
VOS 6/30, dikoreksi dengan S 1,50 6/6
Jarak kedua pupil 62 mm.
Diagnosis
Miopia okuli dekstra et sinistra.
Terapi
Kacamata monofokus OD: S 1,25 dan OS: S 1,50
Roborantia
Prognosis
Dubia ad bonam
Anjuran
Penerangan haruslah sesuai, yang terbaik adalah penerangan dari atas dan
belakang
DISKUSI
Diagnosis miopia ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
oftalmologi.
Dari anamnesis didapatkan adanya keluhan berupa penglihatan kabur
terutama saat melihat benda atau tulisan pada jarak jauh. Penderita merasa lebih
enak bila melihat atau membaca dalam jarak dekat. Hal ini sesuai dengan
kepustakaan bahwa miopia merupakan suatu keadaan refraksi mata dimana sinar
sejajar yang datang dari jarak tak terhingga dalam keadaan mata istirahat,
dibiaskan di depan retina sehingga pada retina didapatkan lingkaran difus dan
bayangan kabur. Cahaya yang datang dari jarak yang lebih dekat mungkin
dibiaskan tepat di retina tanpa akomodasi.1,2,3
Keluhan lain yang biasa didapatkan pada penderita miopia juga didapati
pada penderita, antara lain : sakit kepala, mata berair, rasa lekas lelah dan pusing
yang hilang timbul.4,5
Pada pemeriksaan oftalmologi didapatkan visus okulus dekstra 6/20
sedangkan visus okulus sinistra 6/30. Untuk mencapai visus 6/6, mata kanan
dikoreksi dengan lensa sferis 1,25 D, sedangkan mata kiri dikoreksi dengan
lensa sferis 1,50 D. Berdasarkan kepustakaan, miopia dapat dikoreksi dengan
pemakaian lensa sferis negatif.5,6,7
Karena orang miopia jarang melakukan akomodasi, jarang terjadi miosis,
sehingga pupil menjadi midriasis. Otot-otot siliaris menjadi atrofi menyebabkan
iris letaknya lebih ke dalam, sehingga bilik mata depan menjadi lebih dalam. 1,5
Pada pasien ini dengan inspeksi didapatkan bilik mata depan yang cukup dalam.
Pasien ini diterapi dengan kacamata mengunakan lensa sferis. Ukuran lensa
yang digunakan adalah yang terkecil yang memberikan visus maksimal pada saat
dilakukan koreksi. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa
pada penderita miopia diberikan lensa sferis negatif yang terkecil yang
memberikan visus maksimal agar penderita dapat melihat dengan baik tanpa
melakukan akomodasi.1,5 Roborantia diberikan sebagai tambahan nutrisi mata.
Pemeriksaan dengan oftalmoskop pada ODS didapatkan refleks fundus (+)
uniform, batas tegas, warna vital, makula dan retina dalam batas normal. Hal ini
menunjukkan bahwa belum terjadi kelainan akibat miopianya, sehingga pada
pasien ini belum ditemukan adanya penyulit/komplikasi.1
Berdasarkan tingginya dioptri, pasien ini mengalami miopia ringan. Dari
hasil pemeriksaan dengan oftalmoskop juga tidak ditemukan adanya kelainan.
Sehingga pasien ini dapat juga digolongkan sebagai miopia simpleks yang timbul
pada usia muda kemudian berhenti, atau dapat naik sedikit sampai umur 20 tahun,
tidak disertai kelainan patologik fundus, dan berat kelainan refraktifnya kurang
dari -5 D atau -6 D.1,5
Pada penderita miopia simpleks usia muda dianjurkan untuk menjaga
kesehatan badan dan mata. Usahakan untuk cukup beristirahat, mengurangi
pekerjaan dekat, banyak bekerja di luar. Bila membaca jangan terus-menerus dan
usahakan dalam posisi tegak, jangan membungkuk di atas buku. Kacamata harus
terus dipakai. Penerangan haruslah sesuai, yang terbaik adalah penerangan dari
atas dan belakang.1,5,8
Apabila penderita miopia simpleks dikoreksi dengan baik, dan menjaga agar
badan dan matanya sehat, maka prognosisnya baik.1,6
PENUTUP
Demikian telah dilaporkan sebuah kasus berjudul Miopia Okuli Dekstra et
Sinistra dari seorang penderita perempuan berusia 30 tahun yang datang berobat
ke Poliklinik Mata RSU Prof. dr. R.D. Kandou pada tanggal 16 januari 2006.
10
DAFTAR PUSTAKA
1. Wijana N. Refraksi. Dalam : Ilmu Penyakit Mata cetakan ke-6. Jakarta, 1993
2. Agarwal LP. Subjective Examination. Principle Of Optics and Refraction 2nd
ed. New Delhi : CBS Publihers and distributors, 1979 : 86 120
3. American Academy of Ophthalmology. Practical Ophthalmology 4th ed. San
Fransisco, USA, 1996 : 77 85
4. Sidarta I, dkk. Sari Ilmu Penyakit Mata cetakan ke-2. Jakarta, 2000
5. Sidarta I. Kelainan Refraksi. Dalam : Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Jakarta,
1991
6. Sidarta I, dkk. Ilmu Penyakit Mata untuk Dokter Umum edisi 2. Jakarta, 2002
7. BJO Online. Myopia [cited 2006 January 11]. Available from :
http://www.bmjjournals.com/cgi/reprintform
8. New scientist Breaking News. Lifestyle causes myopia. [cited 2006 January
12]. Available from :http://www.journals.com/cgi/reprintform
11