Anda di halaman 1dari 11

ABSTRAK

Seorang penderita perempuan, 30 tahun, suku Gorontalo, bangsa Indonesia,


agama Islam, pekerjaan wiraswasta, alamat malalayang, datang ke Poliklinik Mata
RSU Prof. dr. R.D. Kandou pada tanggal 16 januari 2006 dengan keluhan utama
penglihatan kabur pada kedua mata.
Penglihatan kabur dirasakan mengganggu sejak satu tahun yang lalu,
terutama dialami saat melihat benda atau tulisan pada jarak jauh. Penderita merasa
lebih enak bila melihat atau membaca dalam jarak dekat.
Penderita sering merasa sakit kepala yang hilang timbul, mata berair, dan
cepat lelah terutama bila melihat atau membaca pada jarak jauh dalam waktu yang
cukup lama.
Pada pemeriksaan subjektif didapatkan VOD 6/20 dikoreksi dengan S 1,25
didapatkan visus 6/6, sedangkan VOS 6/30 dikoreksi dengan S 1,50 didapatkan
visus 6/6. Diagnosis pada penderita ini adalah miopia okuli dekstra et sinistra.
Terapi yang dianjurkan adalah pemakaian kacamata monofokus OD: S 1,25 dan
OS: S 1,50 dan roborantia. Prognosis penderita ini adalah dubia ad bonam.

PENDAHULUAN

Miopia (nearsightendness) merupakan suatu keadaan refraksi mata dimana


sinar sejajar yang datang dari jarak tak terhingga dalam keadaan mata istirahat,
dibiaskan di depan retina sehingga pada retina didapatkan lingkaran difus dan
bayangan kabur. Cahaya yang datang dari jarak yang lebih dekat mungkin
dibiaskan tepat di retina tanpa akomodasi.1,2,3
Berdasarkan penyebabnya, miopia dapat dibedakan atas :1,3,4
1. Miopia aksialis
Jarak sumbu anterior posterior terlalu panjang. Jarak normal adalah 23mm,
sedangkan pada miopia 3D = 24mm, 10D = 27mm. Dapat merupakan kelainan
kongenital (makroftalmus), akuisita (membaca terlalu dekat, muka yang
lebar), juga ada faktor herediter.
2. Miopia pembiasan
Penyebabnya dapat terletak pada:
a. Kornea

kongenital

(keratokonus,

keratoglobus)

dan

akuisita

(keratektasia/kornea menonjol ke depan).


b. Lensa : luksasi/subluksasi lensa, atau pada katarak imatur dimana lensa
menjadi cembung akibat masuknya humor akuos.
c. Cairan mata : kadar gula pada humor akuos meninggi sehingga daya
biasnya meninggi (pada penderita diabetes mellitus).
Miopia dapat terjadi sementara akibat :5
1. Gula darah yang tiba-tiba meninggi (diabetes).
2. Pengobatan (misalnya : sulfonamid dan asetazolamid).
3. Perubahan lensa karena usia (sklerosis nuklear) dengan meningkatnya indeks
refraksi nukleus lensa.
4. Cedera benturan pada mata.

Berdasarkan derajat beratnya miopia dibagi atas :5


1. Miopia ringan (1 3 dioptri)
2. Miopia sedang (3 6 dioptri)
3. Miopia tinggi (> 6 dioptri)
Secara klinis, miopia dapat dibedakan atas :1,5
1. Miopia simpleks, miopia stasioner, miopia fisiologik
Timbul pada usia muda kemudian berhenti, dapat juga naik sedikit pada
waktu atau segera setelah pubertas, atau dapat naik sedikit sampai umur 20
tahun. Tidak disertai kelainan patologik fundus namun dapat disertai kelainan
fundus yang ringan. Berat kelainan refraktifnya kurang dari -5 D atau -6 D.
2. Miopia progresif
Dapat ditemukan pada semua umur dan mulai sejak lahir, dimana
kelainan mencapai puncak pada waktu remaja, bertambah terus sampai umur
25 tahun atau lebih. Kelainan refraktifnya melebihi 6 D.
3. Miopia patologik, miopia degeneratif, miopia maligna
Miopia progresif yang lebih ekstrim. Terjadi peningkatan beratnya
miopia dalam waktu yang relatif pendek. Disertai kelainan degenerasi di
koroid dan bagian lain dari mata. Dalam hal ini miopia dapat dianggap sebagai
penyakit.
Hal yang biasa dkeluhkan adalah penglihatan jauh yang berkurang, sakit
kepala, mata berair, rasa lekas lelah dan pusing yang hilang timbul terutama bila
membaca atau menonton televisi terlalu lama. Seseorang dengan miopia
mempunyai kebiasaan mengernyitkan matanya untuk mendapatkan efek lubang
kecil (untuk mengurangi cahaya yang masuk sehingga ketajaman penglihatannya
diperbaiki.4,5
Penanganan pada penderita miopia adalah dengan pemakaian kacamata
(lensa sferis negatif terkecil yang memberikan visus maksimal), lensa kontak,
pembedahan (keratotomy radial) dan LASIK (Laser In Situ Keratomiolisis).5,6,7
Komplikasi yang dapat terjadi adalah strabismus divergen, ablasi retina dan
perdarahan badan kaca.1,2,5

Untuk mencegah agar miopia tidak bertambah, kesehatan badan, dan mata
harus dijaga. Usahakan untuk cukup istirahat, mengurangi pekerjaan dekat,
banyak bekerja di luar. Bila membaca jangan terus menerus dan usahakan dalam
posisi tegak, jangan membungkuk di atas buku. Kacamata harus terus dipakai.
Penerangan haruslah sesuai, yang terbaik adalah penerangan dari atas dan
belakang. Untuk miopia tinggi, hindari olah raga seperti sepak bola, tinju, angkat
berat dan yang sejenisnya.1,5,8
Prognosis pada miopia simpleks adalah baik dengan koreksi yang baik dan
pemeliharaan mata yang baik. Miopia progresif yang disertai penyulit yang gawat,
kadang-kadang membutuhkan pengurangan bahkan penghentian dan pekerjaan
dekat.Miopia maligna, prognosisnya buruk.1,4,5
Berikut ini dilaporkan sebuah kasus mengenai miopia dengan judul Miopia
Okuli Dekstra et Sinistra.

LAPORAN KASUS

Seorang penderita perempuan, 30 tahun, suku Gorontalo, bangsa Indonesia,


agama Islam, pekerjaan wiraswasta, alamat malalayang, datang ke Poliklinik Mata
RSU Prof. dr. R.D. Kandou pada tanggal 16 januari 2006 dengan keluhan utama
penglihatan kabur pada kedua mata.
Anamnesis
Penglihatan kabur dirasakan mengganggu sejak satu tahun yang lalu,
terutama dialami saat melihat benda atau tulisan pada jarak jauh. Penderita merasa
lebih enak bila melihat atau membaca dalam jarak dekat.
Penderita sering merasa sakit kepala yang hilang timbul, mata berair, dan
cepat lelah terutama bila melihat atau membaca pada jarak jauh dalam waktu yang
cukup lama.
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan umum cukup, kesadaran kompos mentis.
Tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80 x/menit, respirasi 20 x/menit, suhu
badan afebris.
Pada kepala didapatkan konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterus.
Jantung dan paru dalam batas normal.
Abdomen dalam batas normal.
Ekstremitas akral hangat.
Status Psikiatri
Sikap penderita kooperatif, ekspresi wajar dan bersikap baik.
Status Oftalmikus
Pemeriksaan Subjektif
VOD 6/20, dikoreksi dengan S 1,25 6/6

VOS 6/30, dikoreksi dengan S 1,50 6/6


Jarak kedua pupil 62 mm.
Pemeriksaan Objektif
Dari inspeksi ODS secara umum, posisi kedua bola mata normal, simetris di
tengah, tidak ada benjolan, pergerakan bola mata normal. Supersilia, palpebra dan
aparatus lakrimalis tidak ada kelainan, konjungtiva bulbi jernih, benjolan tidak
ada. Kornea jernih, COA cukup dalam pupil bulat isokor, refleks cahaya positif
normal. Palpasi ODS tidak ada nyeri tekan dan benjolan.
Pemeriksaan dengan oftalmoskop pada ODS didapatkan refleks fundus (+)
uniform, batas tegas, warna vitae, makula dan retina dalam batas normal.

RESUME
Seorang penderita perempuan, 30 tahun, datang berobat ke Poliklinik Mata
RSU Prof. Dr. R.D. Kandou pada tanggal 16 Januari 2006 dengan keluhan utama
penglihatan kabur pada kedua mata. Penglihatan kabur dirasakan mengganggu
sejak satu tahun yang lalu, terutama dialami saat melihat benda atau tulisan pada
jarak jauh. Penderita merasa lebih enak bila melihat atau membaca dalam jarak
dekat.
Penderita sering merasa sakit kepala yang hilang timbul, mata berair, dan
cepat lelah terutama bila melihat atau membaca pada jarak jauh dalam waktu yang
cukup lama.
Status Oftalmikus
Pemeriksaan Subjektif
VOD 6/20, dikoreksi dengan S 1,25 6/6
VOS 6/30, dikoreksi dengan S 1,50 6/6
Jarak kedua pupil 62 mm.
Diagnosis
Miopia okuli dekstra et sinistra.

Terapi
Kacamata monofokus OD: S 1,25 dan OS: S 1,50
Roborantia
Prognosis
Dubia ad bonam
Anjuran

Menjaga kesehatan badan dan mata

Usahakan untuk cukup beristirahat, mengurangi pekerjaan dekat, banyak


bekerja di luar.

Bila membaca jangan terus-menerus dan usahakan dalam posisi tegak,


jangan membungkuk di atas buku.

Kacamata harus terus dipakai.

Penerangan haruslah sesuai, yang terbaik adalah penerangan dari atas dan
belakang

DISKUSI
Diagnosis miopia ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
oftalmologi.
Dari anamnesis didapatkan adanya keluhan berupa penglihatan kabur
terutama saat melihat benda atau tulisan pada jarak jauh. Penderita merasa lebih
enak bila melihat atau membaca dalam jarak dekat. Hal ini sesuai dengan
kepustakaan bahwa miopia merupakan suatu keadaan refraksi mata dimana sinar
sejajar yang datang dari jarak tak terhingga dalam keadaan mata istirahat,
dibiaskan di depan retina sehingga pada retina didapatkan lingkaran difus dan
bayangan kabur. Cahaya yang datang dari jarak yang lebih dekat mungkin
dibiaskan tepat di retina tanpa akomodasi.1,2,3
Keluhan lain yang biasa didapatkan pada penderita miopia juga didapati
pada penderita, antara lain : sakit kepala, mata berair, rasa lekas lelah dan pusing
yang hilang timbul.4,5
Pada pemeriksaan oftalmologi didapatkan visus okulus dekstra 6/20
sedangkan visus okulus sinistra 6/30. Untuk mencapai visus 6/6, mata kanan
dikoreksi dengan lensa sferis 1,25 D, sedangkan mata kiri dikoreksi dengan
lensa sferis 1,50 D. Berdasarkan kepustakaan, miopia dapat dikoreksi dengan
pemakaian lensa sferis negatif.5,6,7
Karena orang miopia jarang melakukan akomodasi, jarang terjadi miosis,
sehingga pupil menjadi midriasis. Otot-otot siliaris menjadi atrofi menyebabkan
iris letaknya lebih ke dalam, sehingga bilik mata depan menjadi lebih dalam. 1,5
Pada pasien ini dengan inspeksi didapatkan bilik mata depan yang cukup dalam.
Pasien ini diterapi dengan kacamata mengunakan lensa sferis. Ukuran lensa
yang digunakan adalah yang terkecil yang memberikan visus maksimal pada saat
dilakukan koreksi. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa
pada penderita miopia diberikan lensa sferis negatif yang terkecil yang

memberikan visus maksimal agar penderita dapat melihat dengan baik tanpa
melakukan akomodasi.1,5 Roborantia diberikan sebagai tambahan nutrisi mata.
Pemeriksaan dengan oftalmoskop pada ODS didapatkan refleks fundus (+)
uniform, batas tegas, warna vital, makula dan retina dalam batas normal. Hal ini
menunjukkan bahwa belum terjadi kelainan akibat miopianya, sehingga pada
pasien ini belum ditemukan adanya penyulit/komplikasi.1
Berdasarkan tingginya dioptri, pasien ini mengalami miopia ringan. Dari
hasil pemeriksaan dengan oftalmoskop juga tidak ditemukan adanya kelainan.
Sehingga pasien ini dapat juga digolongkan sebagai miopia simpleks yang timbul
pada usia muda kemudian berhenti, atau dapat naik sedikit sampai umur 20 tahun,
tidak disertai kelainan patologik fundus, dan berat kelainan refraktifnya kurang
dari -5 D atau -6 D.1,5
Pada penderita miopia simpleks usia muda dianjurkan untuk menjaga
kesehatan badan dan mata. Usahakan untuk cukup beristirahat, mengurangi
pekerjaan dekat, banyak bekerja di luar. Bila membaca jangan terus-menerus dan
usahakan dalam posisi tegak, jangan membungkuk di atas buku. Kacamata harus
terus dipakai. Penerangan haruslah sesuai, yang terbaik adalah penerangan dari
atas dan belakang.1,5,8
Apabila penderita miopia simpleks dikoreksi dengan baik, dan menjaga agar
badan dan matanya sehat, maka prognosisnya baik.1,6

PENUTUP
Demikian telah dilaporkan sebuah kasus berjudul Miopia Okuli Dekstra et
Sinistra dari seorang penderita perempuan berusia 30 tahun yang datang berobat
ke Poliklinik Mata RSU Prof. dr. R.D. Kandou pada tanggal 16 januari 2006.

10

DAFTAR PUSTAKA
1. Wijana N. Refraksi. Dalam : Ilmu Penyakit Mata cetakan ke-6. Jakarta, 1993
2. Agarwal LP. Subjective Examination. Principle Of Optics and Refraction 2nd
ed. New Delhi : CBS Publihers and distributors, 1979 : 86 120
3. American Academy of Ophthalmology. Practical Ophthalmology 4th ed. San
Fransisco, USA, 1996 : 77 85
4. Sidarta I, dkk. Sari Ilmu Penyakit Mata cetakan ke-2. Jakarta, 2000
5. Sidarta I. Kelainan Refraksi. Dalam : Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Jakarta,
1991
6. Sidarta I, dkk. Ilmu Penyakit Mata untuk Dokter Umum edisi 2. Jakarta, 2002
7. BJO Online. Myopia [cited 2006 January 11]. Available from :
http://www.bmjjournals.com/cgi/reprintform
8. New scientist Breaking News. Lifestyle causes myopia. [cited 2006 January
12]. Available from :http://www.journals.com/cgi/reprintform

11

Anda mungkin juga menyukai