Anda di halaman 1dari 20

PRESENTASI KASUS

glaucoma absolut oculo


dextra sinistra

Disusun Oleh :
Rizki Anjar Pinanggih
110.2002.248
FK YARSI

Pembimbing :
Dr. Donny Aldian, Sp.M

DEPARTEMEN MATA
RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT
SOEBROTO
JAKARTA
2008

STATUS PASIEN ILMU PENYAKIT MATA


RSPAD GATOT SOEBROTO JAKARTA
Nama
NIM
Fak. Kedokteran
I.

II.

: Rizki Anjar Pinanggih


: 110.2002.248
: Yarsi

IDENTITAS
Nama

: Ny. S

Umur

: 70 tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Alamat

: Jagakarsa Jakarta Selatan

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Agama

: Islam

ANAMNESIS
Dilakukan secara autoanamnesis dan alloanamnesis dengan anak pasien pada
tanggal 15 Juli 2008
Keluhan Utama

: Mata Kanan tidak dapat melihat sejak 1 tahun yang


lalu dan mata kiri tidak dapat melihat sejak 4 bulan
yang lalu tanpa disertai mata merah.

Keluhan tambahan

: Kedua mata sering

merasakan pegal dan kepala

pusing sebelah.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke Poli Mata RSPAD dengan keluhan penglihatan kedua
mata tidak dapat melihat. Mata kanan dirasakan tidak dapat melihat sejak 1
tahun yang lalu dan mata kiri dirasakan tidak dapat melihat sejak 4 bulan yang
lalu tanpa disertai mata merah. Pasien mengaku mula-mula yang dirasakannya
adalah kedua penglihatannya menjadi kabur dan menurun secara perlahanlahan karena didiamkan akhirnya kedua mata tersebut tidak dapat melihat
sama sekali yang didahului oleh mata kanan. Dahulu pasien mengaku bila
berjalan pasien sering tersandung-sandung. Pasien juga sering merasakan
pegal di daerah mata dan kepala pusing sebelah namun tidak disertai mual dan

muntah. Lebih dari 5 tahun yang lalu pasien merasakan melihat seperti kabut,
tetapi pasien tidak pernah memeriksakan ke dokter.
Pasien mengaku selama ini tidak pernah menggunakan kacamata. Pasien
mengaku mempunyai riwayat hipertensi dan penyakit gula. Riwayat
pemakaian obat malaria dan TBC disangkal oleh pasien.
Riwayat Penyakit Dahulu :
- Hipertensi

: ada

- DM

: ada sejak tahun 2004

- Trauma Mata

: tidak pernah

Riwayat Penyakit Keluarga

: Tidak ada anggota keluarganya yang

menderita sakit seperti yang dialami pasien.


III.

PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Generalis
Keadaan umum

: tampak sakit sedang

Kesadaran

: compos mentis

Tanda vital

: TD: 140/90 mmHg


RR: 20x/menit

Nadi: 82x/menit
Suhu: afebris

Kepala

: mesochepal, rambut beruban, distribusi merata

Mata

: konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikhterik

THT

: tidak diperiksa

Thorak

: tidak diperiksa

Abdomen

: tidak diperiksa

Ekstremitas

: akral hangat

KGB

: tidak ada pembesaran

B. Status Oftalmologikus
1.

Keterangan
Visus

Okulo Dextra

- Tajam penglihatan
Nol
- Koreksi
Tidak dapat dikoreksi
- Addisi
- Distansia pupil
- Kacamata lama
2.
Kedudukan Bola Mata
- Eksoftalmus
- Endohtalmus
- Deviasi
- Gerakan bola mata
3.
Super Silia

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Baik ke semua arah

- Warna
Hitam
- Letak
Simetris
4.
Palpebra Superior dan Inferior

Okulo Sinistra
Nol
Tidak dapat dikoreksi
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Baik ke semua arah
Hitam
Simetris

- Edema
Tidak ada
- Nyeri tekan
Tidak ada
- Ektropion
Tidak ada
- Entropion
Tidak ada
- Blefarospasme
Tidak ada
- Trikiasis
Tidak ada
- Sikatriks
Tidak ada
-Fissura palpebra
10 mm
- Ptosis
Tidak ada
- Hordeulum
Tidak ada
- Kalazion
Tidak ada
- Pseudoptosis
Tidak ada
5.
Konjungtiva Tarsalis Superion dan Inferior

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
10 mm
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

- Hiperemis
- Folikel
- Papil
- Sikatrik
- Anamia
- Kemosis
6.
Konjungtiva Bulbi

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

- Injeksi konjungtiva
- Injeksi siliar
- Injeksi subkonjungtiva
- Pterigium
- Pinguekula
- Nervus pigmentosus
- Kista dermoid

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

7.

Sistem Lakrimalis

- Punctum lakrimalis
- Tes Anel
8.
Sklera

Terbuka
Tidak dilakukan

Terbuka
Tidak dilakukan

Putih
Tidak ada

Putih
Tidak ada

- Kejernihan
- Permukaan
- Ukuran
- Sensibilitas
- Infiltrat
- Ulkus
- Perforasi
- Arkus senilis
- Edema
- Tes Placido
10.
Bilik Mata Depan

Keruh
Licin
12 mm
Baik
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Ada
Tidak dilakukan

Keruh
Licin
12 mm
Baik
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Ada
Tidak dilakukan

- Kedalaman
- Kejernihan
- Hifema
- Hipopion
- Efek Tyndall
11.
Iris

Dangkal
Jernih
Tidak ada
Tidak ada
Tidak dilakukan

Dangkal
Jernih
Tidak ada
Tidak ada
Tidak dilakukan

- Warna
- Kripte
- Bentuk
- Sinekia
- Koloboma
12.
Pupil

Coklat kehitaman
Jelas
Bulat
Tidak ada
Tidak ada

Coklat kehitaman
Jelas
Bulat
Tidak ada
Tidak ada

Di tengah
Bulat lebar
Sulit diukur
Positif
Positif

Di tengah
Bulat lebar
Sulit diukur
Positif
Positif

Keruh
Ditengah
Negatif

Keruh
Ditengah
Negatif

Tidak dapat dinilai

Tidak dapat dinilai

Sulit dinilai

Sulit dinilai

- Warna
- Ikterik
9.
Kornea

- Letak
- Bentuk
- Ukuran
- Reflek cahaya langsung
- Reflek cahaya tak langsung
13.
Lensa
- Kejernihan
- Letak
- Shadow Test
14.
Badan Kaca
- Kejernihan
15.
Fundus Okuli
a. Papil
- Bentuk

- Batas
- Warna
b. Makula Lutea
- Refleks
- Edema
c. Retina
- Perdarahan
- CD ratio
- Rasio A/V
- Sikatrik
16.
Palpasi

Sulit dinilai
Sulit dinilai

Sulit dinilai
Sulit dinilai

Sulit dinilai
Sulit dinilai

Sulit dinilai
Sulit dinilai

Sulit dinilai
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Sulit dinilai

Sulit dinilai
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Sulit dinilai

- Nyeri tekan
- Masa tumor
- Tensi okuli
- Tonometri Schiotz
17.
Kampus Visi

Tidak ada
Tidak ada
Normal/palpasi
Tidak dilakukan

Tidak ada
Tidak ada
Normal/palpasi
Tidak dilakukan

- Tes Konfrontasi

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

IV.

RESUME
Pasien perempuan berusia 70 th dengan keluhan kedua mata tidak dapat
melihat tanpa disertai mata merah, keluhan kedua mata tidak dapat melihat
dirasakan perlahan-lahan. Terdapat juga keluhan rasa pegal di daerah mata dan
kepala pusing sebelah namun tidak disertai mual dan muntah. Lebih dari 5
tahun yang lalu pasien juga merasakan melihat seperti kabut. Pasien
mempunyai riwayat hipertensi dan penyakit gula.
Status Generalis

: Tekanan darah 140/90 mmHg

Status Oftalmologikus
Keterangan

Okulo Dextra

Okulo Sinistra

Tajam penglihatan
Kornea

Nol

Nol

Kejernihan
Edema
Bilik Mata Depan

Keruh
Ada

Keruh
Ada

Kedalaman
Lensa

Dangkal

Dangkal

Kejernihan

Keruh

Keruh

Visus

Fundus Okuli
Papil
Makula lutea
Retina
Palpasi

Sulit dinilai
Sulit dinilai
Sulit dinilai

Sulit dinilai
Sulit dinilai
Sulit dinilai

Tonometri Schiotz
Kampus Visi

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Tes Konfrontasi

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

V.

DIAGNOSIS KERJA
- OD : Glaukoma Absolut
- OS : Glaukoma Absolut

VI.

DIAGNOSIS BANDING
-

VII.

PEMERIKSAAN ANJURAN
- Tonometri
- Genioskopi

VIII.

PENATALAKSANAAN
- Medikamentosa:
- Menghambat produksi akuos humor (beta blockers) :
Timolol maleat 0,5% 2 kali 1 tetes sehari ODS
- KSR tablet 3 kali 1
- Glaucon 3 kali 250 mg
- Anjuran : pasien rutin control tiap 3 bulan

IX.

PROGNOSIS
OD

OS

Ad vitam

Malam

Malam

Ad fungisionam

Malam

Malam

Ad sanationam

Malam

Malam

TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI
Glaukoma adalah suatu penyakit mata yang ditandai dengan peningkatan
tekanan intra okular yang dapat menyebabkan atrofi syaraf optik dengan ekskavasasi
diskus optik yang memiliki ciri khas hilangnya lapang pandang pada penderitanya.
Glaukoma dapat juga didefinisikan sebagai kondisi gangguan mata yang disebabkan
oleh peningkatan tekanan di dalam bola mata, sehingga menyebabkan kerusakan
syaraf optik, yang memicu penurunan daya penglihatan.
Derajat peningkatan tekanan bola mata tidaklah sama pada kedua bola mata,
dan beberapa orang dapat mentoleransi peningkatan ini dalam waktu yang lama
sedangkan pada orang yang berbeda dapat mengakibatkan kebutaan.
Glaukoma merupakan penyakit yang mengakibatkan kerusakan syaraf optik
yang berlangsung progresif yang biasanya diawali dengan hilangnya daerah lapang
pandang pada bagian perifer. Jika glaukoma tidak segera didiagnosis dan diobati dapat
menimbulkan kebutaan.
Tekanan intra okuler (TIO) yang tinggi dikatakan sebagai gejala glaukoma
yang tersering, tapi bukan gejala utama karena glaukoma dapat saja terjadi walaupun
tekanan intra okulernya normal. Normalnya TIO adalah sekitar <21 mmHg.
Peningkatan TIO hingga >22 mmHg merupakan faktor penting pada glaukoma.
Kerusakan akibat glaukoma mulai terjadi apabila TIO meningkat 2x lipat dari
normalnya.
Glaukoma absolut adalah suatu keadaan akhir semua jenis glaukoma
(glaukoma sudut sempit dan glaukoma sudut terbuka) yang tidak terkontrol. Pada
keadaan ini sudah terjadi kebutaan total akibat tekanan bola mata memberikan
gangguan fungsi lanjut. Dengan timbulnya setiap serangan yang tidak mendapat
pengobatan, keadaan menjadi bertambah buruk sampai menjadi buta. Pada stadium ini
tanda kongesti tidak ada, kecuali injeksi episklera dan injeksi perikornea.

ETIOLOGI
Bilik anterior dan bilik posterior mata terisi oleh cairan encer yang disebut
humor aqueus. Dalam keadaan normal, cairan ini dihasilkan didalam bilik posterior,
melewati pupil masuk kedalam bilik anterior lalu mengalir dari mata melalui suatu
larutan. Jika aliran cairan ini terganggu (biasanya karena penyumbatan yang
menghalangi keluarnya cairan dari bilik anterior maka akan terjadi peningkatan
tekanan. Peningkatan tekanan intraokuler akan mendorong perbatasan antara saraf
optikus dan retina dibagian belakang mata.
Akibatnya pasokan darah ke saraf optikus berkurang sehingga sel-sel sarafnya
mati. Karena saraf optikus mengalami kemunduran, maka akan terbentuk bintik buta
pada lapang pandang mata.
Yang pertama terkena adalah lapang pandang tepi, lalu diikuti oleh lapang
pandang sentral.
3 faktor menentukan TIO pada glaukoma :
1. Produksi aquos humor meningkat
2. Resistensi ekskresi akuos (paling sering)
3. Peningkatan tekanan vena episklera.
Sebagian orang ada yang menderita glaukoma namun masih memiliki tekanan
didalam bola matanya normal, penyebab dari tipe glaukoma semacam ini diperkirakan

adanya hubungan dengan kekurangan sirkulasi darah di daerah saraf/nervus opticus


mata.
Meski glaukoma lebih sering terjadi seiring dengan bertambahnya usia,
glaukoma dapat terjadi pada usia berapa saja. Risiko untuk menderita glaukoma
diantaranya adalah riwayat penyakit glaukoma di dalam keluarga (faktor keturunan),
suku bangsa, diabetes, migraine, tidak bisa melihat jauh (penderita myopia), luka
mata, tekanan darah, penggunaan obat-obat golongan cortisone (steroids)

KLASIFIKASI
Glaukoma diklasifikasikan sebagai glaukoma sudut terbuka dan tertutup. Jika
penyebab glaukoma diketahui, disebut sebagai glaukoma sekunder, tapi jika
penyebabnya tidak diketahui disebut sebagai glaukoma primer. Lebih jelasnya
glaukoma dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
I.

Glaukoma Primer
1. Glaukoma sudut terbuka menahun (glaukoma simplek)
Pada glaukoma sudut terbuka, akuos humor mempunyai akses menuju
anyaman trabekula, yang merupakan alat drainase pada bilik mata
depan.
Pada glaukoma sudut terbuka, terjadi kerusakan pada trabekulum
sehingga akuos humor tidak dapat lewat.
2. Glaukoma sudut tertutup
Pada glaukoma sudut tertutup, pangkal iris menutupi anyaman
trabekula sehingga menghalangi aliran akuos humor. Hal ini terutama
terjadi pada mata dengan bilik mata depan dangkal.
Glaukoma sudut tertutup dibagi atas 2 macam :
a. Glaukoma sudut tertutup akut
b. Glaukoma sudut tertutup kronis

II.

Glaukoma Sekunder
Terjadi karena aliran aquos humor terganggu akibat factor eksternal,
seperti kecelakaan/ trauma, obat-obatan tertentu (steroid), tumor, reaksi
peradangan dan pembuluh darah yang tidak normal. Dapat berupa
glaukoma sudut terbuka atau tertutup.
- Glaukoma sudut terbuka
Pada tipe ini, aliran aquos humor memiliki jalur keluar yang lancar
(ekskresi) kejaringan trabekular yang merupakan alat pembuangan
aquos dibilik mata depan. Glaukoma jenis ini ditandai oleh tiga jenis
kelainan, yaitu :

1. Peningkatan tekanan intraokuler

10

2. Atrofi syaraf optik yang disertai oleh peningkatan diameter optik


cup, kedalaman atau keduanya.
3. kehilangan lapang pandang yang khas.
-

Glaukoma sudut tertutup/ sempit


Pada kedaan ini bagian iris menutupi jaringan trabekular sehingga
aquos humor tidak berlangsung baik. Glaukoma sudut sempit meliputi
beberapa mekanisme, yaitu :
1. Blokade pupil sehingga seluruh aquos humor tidak dapat melewati
pupil dan terkumpul di bilik mata posterior yang menyebabkan
penggembungan iris kearah bilik mata anterior dan mengakibatkan
sumbatan
2. Mekanisme blockade langsung bilik mata anterior oleh iris
3. Penambahan besar atau adanya edema badan siliaris yang dapat
mendorong bagian iris kearah jaringan trabekular.

Glaukoma sekunder dapat disebabkan oleh :

III.

Perubahan lensa
Kelainan uvea
Trauma
Bedah
Rubeosis

Steroid dan lain-lain.

Glaukoma Kongenital
Jenis glaukoma ini jarang terjadi, dimana sudut bilik mata depan terbentuk
secara tidak normal sejak lahir. Orang tua akan meluhat bayinya sebagai
berikut : Bola mata tampak lebih besar dari normal, kornea tidak jernih,
takut melihat cahaya dan keluar air mata bila melihat cahaya.
Dapat pula dibagi menjadi :
- primer atau infantile
- Glaukoma yang menyertai kelainan congenital lainnya.

IV.

Glaukoma Absolut
Merupakan akhir dari semua macam glaukoma yang disertai kebutaan
total. Apabila disertai nyeri yang tidak tertahan, dapat dilakukan
cyclocryoterapi untuk mengurangi nyeri. Seringkali enukleasi merupakan
tindakan yang paling efektif. Apabila tidak disertai nyeri, maka bola mata
dibiarkan.

11

PATOFISIOLOGI
Setelah glaukoma ini diderita beberapa lama, mata menjadi degeneratif. Pada
sklera timbul stafiloma sklera anterior, pada daerah sklera antara kornea dan equator
bola mata, yang berwarna biru. Kornea keruh tertutup vesikel, yang kemudian
menjadi bleb, bila bleb ini pecah kemudian menjadi ulkus kornea, oleh infeksi
sekunder dapat terjadi perforasi kornea, iridosiklitis, endoftalmitis, panoftalmia dan
berakhir sebagai ptisis bulbi.
Kadang-kadang didapat keadaan dimana penutupan sudut bilik mata depan,
terjadi intermiten. Perjalanan penyakitnya berupa serangan-serangan yang hilang
timbul. Sesudah setiap serangan, sudut bilik mata depan tidak terbuka kembali seperti
semula. Biasanya pada mata tersebut didapatkan sinekia anterior perifer, atrofi iris,
serta penyebaran pigmen iris dibalik mata depan, yang juga menempel pada kornea.
Peningkatan tekanan didalam mata (intraocular pressure) adalah salah satu
penyebab terjadinya kerusakan saraf mata (nervus opticus) dan menunjukkan adanya
gangguan dengan cairan di dalam mata yang terlalu berlebih. Ini bisa disebabkan oleh
mata yang memproduksi cairan terlalu berlebih, cairan tidak mengalir sebagaimana
mestinya melalui fasilitas yang ada untuk keluar dari mata (jaringan trabecular
meshwork) atau sudut yang terbentuk antara kornea dan iris dangkal atau tertutup
sehingga menyumbat/memblok pengaliran daripada cairan mata.
Pada kebanyakan orang, kerusakan saraf mata ini disebabkan oleh peningkatan
tekanan didalam bola mata sebagai akibat adanya hambatan sirkulasi atau pengaliran
cairan bola mata (cairan jernih yang membawa oksigen, gula dan nutrien/zat gizi
penting lainnya kebagian-bagian mata dan juga untuk mempertahankan bentuk bola
mata). Pada sebagian pasien kerusakan saraf mata bisa juga disebabkan oleh suplai
darah yang kurang ke daerah vital jaringan nervus optikus, adanya kelemahan struktur
dari saraf atau adanya masalah kesehatan jaringan saraf.
GEJALA KLINIS

Mata yang keras, buta (visul nol), ada yang dolorosa (nyeri) dan non
dolorosa (tidak nyeri). Rasa sakit kadang-kadang hilang. Tapi jika timbul
serangan terasa sangat nyeri.

Tekanan intraokuler : sangat tinggi

Pupil : sangat lebar, warna kehijauan, tidak bergerak pada penyinaran

12

Iris : atrofis, tipis, kelabu

Kornea terlihat keruh

Bilik mata depan: dangkal, keruh oleh sel pigmen iris

Fundus : pengurangan dan atrofi papil saraf optik.

Dapat disertai keadaan seperti


1. Injeksi siliar
2. Edema kornea
3. Bilik mata yang dangkal
4. Pupil lebar
5. Iris ektropion
6. Penggaungan dan papil saraf optik yang total
7. Rubeosis iris
8. Keratopati bula

PEMERIKSAAN
Pemeriksaan dasar pada glaukoma terdiri atas pemeriksaan tekanan bola mata,
pemeriksaan nervus optikus dan lapang pandang. Jika dua dari tiga hasil pemeriksaan
tersebut tidak normal maka diagnosis glaukoma sudah dapat ditegakan
Alat bantu diagnosa pada pemeriksaan glaukoma absolut
1. Tonometri
2. Gonioskopi
3. Oftalmoskopi

Tonometri
Tonometri diperlukan untuk mengukur besarnya tekanan intraokuler.
Ada 3 macam tonometeri :
1. Cara Digital
Paling mudah, tetapi tidak cermat, sebab pengukurannya berdasarkan perasaan
kedua jari telunjuk kita. Tinggi rendahnya tekanan di catat sebagai berikut :

13

Tio=

N (normal)

Tio=

N + 1 (agak tinggi)

Tio=

N 1 (agak rendah)

Tio=

N + 2 (tinggi), dan sebagainya

2. Cara Mekanis/ Tonometer Schiotz


Tidak begitu mahal, dapat dibawa ke mana mana, mudah mengerjakannya.
Penderita terbaring tanpa bantal, matanya ditetesi pantokain 1 2 % satu kali.
Suruh penderita memihat lurus ke atas dan letakkan tanometer di puncak kornea.
Jarum tonometer akan bergerak di atas skala dan menunjuk pada satu angka di
atas skala tersebut.

3. Tonometri dengan Tonometer Aplanasi Dari Goldman


Alat ini selain cukup mahal, juga memerlukan slitlamp yang juga cukup mahal,
pula tidak praktis. Tetapi meskipun demikian, di dalam komunikasi internasional
secara tidak resmi, hanya tonometri dengan aplanasi tonometer sajalah yang
diakui.

14

Tekanan bola mata ini, untuk satu mata tak selalu tetap, tetapi :
-

Pada bernafas ada fluktuasi 1 2 mmHg

Pada jam 5 7 pagi paling tinggi, siang hari menurun, malam hari menaik
lagi

Hal ini dinamakan variasi diurnal, dengan fluktuasi 3 mmHg.


Genioskopi
Gonioskopi adalah suatu cara untuk memeriksa sudut bilik mata depan dengan
menggunakan lensa kontak khusus. Dalam hal glaukoma, gonioskopi diperlukan
untuk menilai lebar sempitnya sudut bilik mata depan. Dengan cara yang sederhana
sekali, seorang dokter dapat mengira-ngira tentang lebar sempitnya suatu sudut bilik
mata depan, yaitu dengan menyinari bilik mata depan dari samping dengan sentolop.
Iris yang datar akan disinari secara merata. Ini berarti sudut bilik mata depan terbuka.
Apabila iris tersinari hanya sebagian, yaitu terang di bagian lampu senter
tetapi membentuk bayangan di bagian lain, kemungkinan adalah bahwa sudut bilik
mata depan sempit atau tertutup.
Pada semua pasien glaukoma harus dilakukan pemeriksaan sudut bilik mata.
Biasanya dikerjakan memakai lampu celah dengan lensa kontak yang ada cermin atau
prismanya. Tidak dilakukan pengobatan apapun sebelum dilakukan gonioskopi.

15

Oftalmoskopi
Yang harus diperhatikan

adalah

papil, yang

mengalami

perubahan

penggaungan (cupping) dan degenerasi saraf optik (atrofi). Yang mungkin disebabkan
beberapa faktor :
Peninggian tekanan intraokuler, mengakibatkan gangguan perdarahan pada papil,
sehingga terjadi degenerasi berkas- berkas serabut saraf pada papil saraf optik.
Tekanan intraokuler, menekan pada bagian tengah optik, yang mempunyai daya
tahan terlemah dari bola mata. Bagian tepi papil relatif lebih kuat dari bagian
tengah terjadi penggaungan pada papil ini.
Memang sampai saat ini patofisiologi dari penggaungan dan atrofi ini masih
diperdebatkan terus, kita harus waspada terhadap adanya ekskavasio glaukoma bila :
Terdapatnya penggaungan lebih dari 0.3 diameter papil, terutama bila diameter
vertikal lebih besar daripada diameter horizontal.
Penggaungan papil yang tidak simetris antara mata kanan dan mata kiri.

Pada stadium permulaan tentu sukar untuk menentukan apakah ekskavasi yang
terlihat itu glaukoma atau bukan. Ada baiknya bila kita bandingkan kedua papil dari
mata kanan dan mata kiri.

Kita gambarkan ekskavasinya sehingga dapat

dibandingkan dengan keadaan pada pemeriksaan berikutnya.

16

Tanda penggaungan :
Pinggir papil bagian temporal menipis. Ekskavasi melebar dan mendalam tergaung,
sehingga dari depan tampak ekskavasi melebar, diameter vertikal lebih besar dari
diameter horizontal. Bagian pembuluh darah di tengah papil tak jelas, pembuluh darah
seolah olah menggantung di pinggir dan terdorong ke arah nasal. Jika tekanan cukup
tinggi akan terlihat pulsasi arteri.
Tanda atrofi papil

Termasuk atrofi primer, warna pucat, batas tegas, lamina kribrosa tampak jelas
Pada pembuluh darah dapat ditemukan :
Pulsasi arteri, pembuluh darah diskus optikus yang terekspos, pergeseran kearah nasal
(nasalisasi), dilatasi vena

17

PENATALAKSANAAN
Pengobatannya umumnya simptomatis. Pengobatan in ditujukan terutama pada
rasa sakitnya dengan jalan:
Diamox (untuk menurunkan tekanan bola mata), pilokarpin (0,5-6%)

memberikan efek 4-6 jam


o

Analgetik dengan sedativa

Suntukan alkohol retrobulber 90% sebanyak 0,5 ml

Penyinaran dengan sinar beta pada badan siliar, untuk menekan fungsi
badan siliar, diberikan 100-150 rad dalam 4-5 kali penyinaran

Cyclocryoptherapy dengan cryo

Enukleasi bulbi (pengangkatan bola mata dari rongga orbita)

PROGNOSIS
Semakin dini deteksi glaukoma maka akan semakin besar tingkat kesukesan
pencegahan kerusakan mata. Prognosis glaukoma absolut buruk, karena pada stadium
ini dapat menyebabkan kebutaan pada mata.

18

19

Anda mungkin juga menyukai