Case Glaukoma Absolut 1
Case Glaukoma Absolut 1
Disusun Oleh :
Rizki Anjar Pinanggih
110.2002.248
FK YARSI
Pembimbing :
Dr. Donny Aldian, Sp.M
DEPARTEMEN MATA
RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT
SOEBROTO
JAKARTA
2008
II.
IDENTITAS
Nama
: Ny. S
Umur
: 70 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
Pekerjaan
Agama
: Islam
ANAMNESIS
Dilakukan secara autoanamnesis dan alloanamnesis dengan anak pasien pada
tanggal 15 Juli 2008
Keluhan Utama
Keluhan tambahan
pusing sebelah.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke Poli Mata RSPAD dengan keluhan penglihatan kedua
mata tidak dapat melihat. Mata kanan dirasakan tidak dapat melihat sejak 1
tahun yang lalu dan mata kiri dirasakan tidak dapat melihat sejak 4 bulan yang
lalu tanpa disertai mata merah. Pasien mengaku mula-mula yang dirasakannya
adalah kedua penglihatannya menjadi kabur dan menurun secara perlahanlahan karena didiamkan akhirnya kedua mata tersebut tidak dapat melihat
sama sekali yang didahului oleh mata kanan. Dahulu pasien mengaku bila
berjalan pasien sering tersandung-sandung. Pasien juga sering merasakan
pegal di daerah mata dan kepala pusing sebelah namun tidak disertai mual dan
muntah. Lebih dari 5 tahun yang lalu pasien merasakan melihat seperti kabut,
tetapi pasien tidak pernah memeriksakan ke dokter.
Pasien mengaku selama ini tidak pernah menggunakan kacamata. Pasien
mengaku mempunyai riwayat hipertensi dan penyakit gula. Riwayat
pemakaian obat malaria dan TBC disangkal oleh pasien.
Riwayat Penyakit Dahulu :
- Hipertensi
: ada
- DM
- Trauma Mata
: tidak pernah
PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Generalis
Keadaan umum
Kesadaran
: compos mentis
Tanda vital
Nadi: 82x/menit
Suhu: afebris
Kepala
Mata
THT
: tidak diperiksa
Thorak
: tidak diperiksa
Abdomen
: tidak diperiksa
Ekstremitas
: akral hangat
KGB
B. Status Oftalmologikus
1.
Keterangan
Visus
Okulo Dextra
- Tajam penglihatan
Nol
- Koreksi
Tidak dapat dikoreksi
- Addisi
- Distansia pupil
- Kacamata lama
2.
Kedudukan Bola Mata
- Eksoftalmus
- Endohtalmus
- Deviasi
- Gerakan bola mata
3.
Super Silia
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Baik ke semua arah
- Warna
Hitam
- Letak
Simetris
4.
Palpebra Superior dan Inferior
Okulo Sinistra
Nol
Tidak dapat dikoreksi
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Baik ke semua arah
Hitam
Simetris
- Edema
Tidak ada
- Nyeri tekan
Tidak ada
- Ektropion
Tidak ada
- Entropion
Tidak ada
- Blefarospasme
Tidak ada
- Trikiasis
Tidak ada
- Sikatriks
Tidak ada
-Fissura palpebra
10 mm
- Ptosis
Tidak ada
- Hordeulum
Tidak ada
- Kalazion
Tidak ada
- Pseudoptosis
Tidak ada
5.
Konjungtiva Tarsalis Superion dan Inferior
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
10 mm
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
- Hiperemis
- Folikel
- Papil
- Sikatrik
- Anamia
- Kemosis
6.
Konjungtiva Bulbi
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
- Injeksi konjungtiva
- Injeksi siliar
- Injeksi subkonjungtiva
- Pterigium
- Pinguekula
- Nervus pigmentosus
- Kista dermoid
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
7.
Sistem Lakrimalis
- Punctum lakrimalis
- Tes Anel
8.
Sklera
Terbuka
Tidak dilakukan
Terbuka
Tidak dilakukan
Putih
Tidak ada
Putih
Tidak ada
- Kejernihan
- Permukaan
- Ukuran
- Sensibilitas
- Infiltrat
- Ulkus
- Perforasi
- Arkus senilis
- Edema
- Tes Placido
10.
Bilik Mata Depan
Keruh
Licin
12 mm
Baik
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Ada
Tidak dilakukan
Keruh
Licin
12 mm
Baik
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Ada
Tidak dilakukan
- Kedalaman
- Kejernihan
- Hifema
- Hipopion
- Efek Tyndall
11.
Iris
Dangkal
Jernih
Tidak ada
Tidak ada
Tidak dilakukan
Dangkal
Jernih
Tidak ada
Tidak ada
Tidak dilakukan
- Warna
- Kripte
- Bentuk
- Sinekia
- Koloboma
12.
Pupil
Coklat kehitaman
Jelas
Bulat
Tidak ada
Tidak ada
Coklat kehitaman
Jelas
Bulat
Tidak ada
Tidak ada
Di tengah
Bulat lebar
Sulit diukur
Positif
Positif
Di tengah
Bulat lebar
Sulit diukur
Positif
Positif
Keruh
Ditengah
Negatif
Keruh
Ditengah
Negatif
Sulit dinilai
Sulit dinilai
- Warna
- Ikterik
9.
Kornea
- Letak
- Bentuk
- Ukuran
- Reflek cahaya langsung
- Reflek cahaya tak langsung
13.
Lensa
- Kejernihan
- Letak
- Shadow Test
14.
Badan Kaca
- Kejernihan
15.
Fundus Okuli
a. Papil
- Bentuk
- Batas
- Warna
b. Makula Lutea
- Refleks
- Edema
c. Retina
- Perdarahan
- CD ratio
- Rasio A/V
- Sikatrik
16.
Palpasi
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Sulit dinilai
- Nyeri tekan
- Masa tumor
- Tensi okuli
- Tonometri Schiotz
17.
Kampus Visi
Tidak ada
Tidak ada
Normal/palpasi
Tidak dilakukan
Tidak ada
Tidak ada
Normal/palpasi
Tidak dilakukan
- Tes Konfrontasi
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
IV.
RESUME
Pasien perempuan berusia 70 th dengan keluhan kedua mata tidak dapat
melihat tanpa disertai mata merah, keluhan kedua mata tidak dapat melihat
dirasakan perlahan-lahan. Terdapat juga keluhan rasa pegal di daerah mata dan
kepala pusing sebelah namun tidak disertai mual dan muntah. Lebih dari 5
tahun yang lalu pasien juga merasakan melihat seperti kabut. Pasien
mempunyai riwayat hipertensi dan penyakit gula.
Status Generalis
Status Oftalmologikus
Keterangan
Okulo Dextra
Okulo Sinistra
Tajam penglihatan
Kornea
Nol
Nol
Kejernihan
Edema
Bilik Mata Depan
Keruh
Ada
Keruh
Ada
Kedalaman
Lensa
Dangkal
Dangkal
Kejernihan
Keruh
Keruh
Visus
Fundus Okuli
Papil
Makula lutea
Retina
Palpasi
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Tonometri Schiotz
Kampus Visi
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tes Konfrontasi
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
V.
DIAGNOSIS KERJA
- OD : Glaukoma Absolut
- OS : Glaukoma Absolut
VI.
DIAGNOSIS BANDING
-
VII.
PEMERIKSAAN ANJURAN
- Tonometri
- Genioskopi
VIII.
PENATALAKSANAAN
- Medikamentosa:
- Menghambat produksi akuos humor (beta blockers) :
Timolol maleat 0,5% 2 kali 1 tetes sehari ODS
- KSR tablet 3 kali 1
- Glaucon 3 kali 250 mg
- Anjuran : pasien rutin control tiap 3 bulan
IX.
PROGNOSIS
OD
OS
Ad vitam
Malam
Malam
Ad fungisionam
Malam
Malam
Ad sanationam
Malam
Malam
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Glaukoma adalah suatu penyakit mata yang ditandai dengan peningkatan
tekanan intra okular yang dapat menyebabkan atrofi syaraf optik dengan ekskavasasi
diskus optik yang memiliki ciri khas hilangnya lapang pandang pada penderitanya.
Glaukoma dapat juga didefinisikan sebagai kondisi gangguan mata yang disebabkan
oleh peningkatan tekanan di dalam bola mata, sehingga menyebabkan kerusakan
syaraf optik, yang memicu penurunan daya penglihatan.
Derajat peningkatan tekanan bola mata tidaklah sama pada kedua bola mata,
dan beberapa orang dapat mentoleransi peningkatan ini dalam waktu yang lama
sedangkan pada orang yang berbeda dapat mengakibatkan kebutaan.
Glaukoma merupakan penyakit yang mengakibatkan kerusakan syaraf optik
yang berlangsung progresif yang biasanya diawali dengan hilangnya daerah lapang
pandang pada bagian perifer. Jika glaukoma tidak segera didiagnosis dan diobati dapat
menimbulkan kebutaan.
Tekanan intra okuler (TIO) yang tinggi dikatakan sebagai gejala glaukoma
yang tersering, tapi bukan gejala utama karena glaukoma dapat saja terjadi walaupun
tekanan intra okulernya normal. Normalnya TIO adalah sekitar <21 mmHg.
Peningkatan TIO hingga >22 mmHg merupakan faktor penting pada glaukoma.
Kerusakan akibat glaukoma mulai terjadi apabila TIO meningkat 2x lipat dari
normalnya.
Glaukoma absolut adalah suatu keadaan akhir semua jenis glaukoma
(glaukoma sudut sempit dan glaukoma sudut terbuka) yang tidak terkontrol. Pada
keadaan ini sudah terjadi kebutaan total akibat tekanan bola mata memberikan
gangguan fungsi lanjut. Dengan timbulnya setiap serangan yang tidak mendapat
pengobatan, keadaan menjadi bertambah buruk sampai menjadi buta. Pada stadium ini
tanda kongesti tidak ada, kecuali injeksi episklera dan injeksi perikornea.
ETIOLOGI
Bilik anterior dan bilik posterior mata terisi oleh cairan encer yang disebut
humor aqueus. Dalam keadaan normal, cairan ini dihasilkan didalam bilik posterior,
melewati pupil masuk kedalam bilik anterior lalu mengalir dari mata melalui suatu
larutan. Jika aliran cairan ini terganggu (biasanya karena penyumbatan yang
menghalangi keluarnya cairan dari bilik anterior maka akan terjadi peningkatan
tekanan. Peningkatan tekanan intraokuler akan mendorong perbatasan antara saraf
optikus dan retina dibagian belakang mata.
Akibatnya pasokan darah ke saraf optikus berkurang sehingga sel-sel sarafnya
mati. Karena saraf optikus mengalami kemunduran, maka akan terbentuk bintik buta
pada lapang pandang mata.
Yang pertama terkena adalah lapang pandang tepi, lalu diikuti oleh lapang
pandang sentral.
3 faktor menentukan TIO pada glaukoma :
1. Produksi aquos humor meningkat
2. Resistensi ekskresi akuos (paling sering)
3. Peningkatan tekanan vena episklera.
Sebagian orang ada yang menderita glaukoma namun masih memiliki tekanan
didalam bola matanya normal, penyebab dari tipe glaukoma semacam ini diperkirakan
KLASIFIKASI
Glaukoma diklasifikasikan sebagai glaukoma sudut terbuka dan tertutup. Jika
penyebab glaukoma diketahui, disebut sebagai glaukoma sekunder, tapi jika
penyebabnya tidak diketahui disebut sebagai glaukoma primer. Lebih jelasnya
glaukoma dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
I.
Glaukoma Primer
1. Glaukoma sudut terbuka menahun (glaukoma simplek)
Pada glaukoma sudut terbuka, akuos humor mempunyai akses menuju
anyaman trabekula, yang merupakan alat drainase pada bilik mata
depan.
Pada glaukoma sudut terbuka, terjadi kerusakan pada trabekulum
sehingga akuos humor tidak dapat lewat.
2. Glaukoma sudut tertutup
Pada glaukoma sudut tertutup, pangkal iris menutupi anyaman
trabekula sehingga menghalangi aliran akuos humor. Hal ini terutama
terjadi pada mata dengan bilik mata depan dangkal.
Glaukoma sudut tertutup dibagi atas 2 macam :
a. Glaukoma sudut tertutup akut
b. Glaukoma sudut tertutup kronis
II.
Glaukoma Sekunder
Terjadi karena aliran aquos humor terganggu akibat factor eksternal,
seperti kecelakaan/ trauma, obat-obatan tertentu (steroid), tumor, reaksi
peradangan dan pembuluh darah yang tidak normal. Dapat berupa
glaukoma sudut terbuka atau tertutup.
- Glaukoma sudut terbuka
Pada tipe ini, aliran aquos humor memiliki jalur keluar yang lancar
(ekskresi) kejaringan trabekular yang merupakan alat pembuangan
aquos dibilik mata depan. Glaukoma jenis ini ditandai oleh tiga jenis
kelainan, yaitu :
10
III.
Perubahan lensa
Kelainan uvea
Trauma
Bedah
Rubeosis
Glaukoma Kongenital
Jenis glaukoma ini jarang terjadi, dimana sudut bilik mata depan terbentuk
secara tidak normal sejak lahir. Orang tua akan meluhat bayinya sebagai
berikut : Bola mata tampak lebih besar dari normal, kornea tidak jernih,
takut melihat cahaya dan keluar air mata bila melihat cahaya.
Dapat pula dibagi menjadi :
- primer atau infantile
- Glaukoma yang menyertai kelainan congenital lainnya.
IV.
Glaukoma Absolut
Merupakan akhir dari semua macam glaukoma yang disertai kebutaan
total. Apabila disertai nyeri yang tidak tertahan, dapat dilakukan
cyclocryoterapi untuk mengurangi nyeri. Seringkali enukleasi merupakan
tindakan yang paling efektif. Apabila tidak disertai nyeri, maka bola mata
dibiarkan.
11
PATOFISIOLOGI
Setelah glaukoma ini diderita beberapa lama, mata menjadi degeneratif. Pada
sklera timbul stafiloma sklera anterior, pada daerah sklera antara kornea dan equator
bola mata, yang berwarna biru. Kornea keruh tertutup vesikel, yang kemudian
menjadi bleb, bila bleb ini pecah kemudian menjadi ulkus kornea, oleh infeksi
sekunder dapat terjadi perforasi kornea, iridosiklitis, endoftalmitis, panoftalmia dan
berakhir sebagai ptisis bulbi.
Kadang-kadang didapat keadaan dimana penutupan sudut bilik mata depan,
terjadi intermiten. Perjalanan penyakitnya berupa serangan-serangan yang hilang
timbul. Sesudah setiap serangan, sudut bilik mata depan tidak terbuka kembali seperti
semula. Biasanya pada mata tersebut didapatkan sinekia anterior perifer, atrofi iris,
serta penyebaran pigmen iris dibalik mata depan, yang juga menempel pada kornea.
Peningkatan tekanan didalam mata (intraocular pressure) adalah salah satu
penyebab terjadinya kerusakan saraf mata (nervus opticus) dan menunjukkan adanya
gangguan dengan cairan di dalam mata yang terlalu berlebih. Ini bisa disebabkan oleh
mata yang memproduksi cairan terlalu berlebih, cairan tidak mengalir sebagaimana
mestinya melalui fasilitas yang ada untuk keluar dari mata (jaringan trabecular
meshwork) atau sudut yang terbentuk antara kornea dan iris dangkal atau tertutup
sehingga menyumbat/memblok pengaliran daripada cairan mata.
Pada kebanyakan orang, kerusakan saraf mata ini disebabkan oleh peningkatan
tekanan didalam bola mata sebagai akibat adanya hambatan sirkulasi atau pengaliran
cairan bola mata (cairan jernih yang membawa oksigen, gula dan nutrien/zat gizi
penting lainnya kebagian-bagian mata dan juga untuk mempertahankan bentuk bola
mata). Pada sebagian pasien kerusakan saraf mata bisa juga disebabkan oleh suplai
darah yang kurang ke daerah vital jaringan nervus optikus, adanya kelemahan struktur
dari saraf atau adanya masalah kesehatan jaringan saraf.
GEJALA KLINIS
Mata yang keras, buta (visul nol), ada yang dolorosa (nyeri) dan non
dolorosa (tidak nyeri). Rasa sakit kadang-kadang hilang. Tapi jika timbul
serangan terasa sangat nyeri.
12
PEMERIKSAAN
Pemeriksaan dasar pada glaukoma terdiri atas pemeriksaan tekanan bola mata,
pemeriksaan nervus optikus dan lapang pandang. Jika dua dari tiga hasil pemeriksaan
tersebut tidak normal maka diagnosis glaukoma sudah dapat ditegakan
Alat bantu diagnosa pada pemeriksaan glaukoma absolut
1. Tonometri
2. Gonioskopi
3. Oftalmoskopi
Tonometri
Tonometri diperlukan untuk mengukur besarnya tekanan intraokuler.
Ada 3 macam tonometeri :
1. Cara Digital
Paling mudah, tetapi tidak cermat, sebab pengukurannya berdasarkan perasaan
kedua jari telunjuk kita. Tinggi rendahnya tekanan di catat sebagai berikut :
13
Tio=
N (normal)
Tio=
N + 1 (agak tinggi)
Tio=
N 1 (agak rendah)
Tio=
14
Tekanan bola mata ini, untuk satu mata tak selalu tetap, tetapi :
-
Pada jam 5 7 pagi paling tinggi, siang hari menurun, malam hari menaik
lagi
15
Oftalmoskopi
Yang harus diperhatikan
adalah
papil, yang
mengalami
perubahan
penggaungan (cupping) dan degenerasi saraf optik (atrofi). Yang mungkin disebabkan
beberapa faktor :
Peninggian tekanan intraokuler, mengakibatkan gangguan perdarahan pada papil,
sehingga terjadi degenerasi berkas- berkas serabut saraf pada papil saraf optik.
Tekanan intraokuler, menekan pada bagian tengah optik, yang mempunyai daya
tahan terlemah dari bola mata. Bagian tepi papil relatif lebih kuat dari bagian
tengah terjadi penggaungan pada papil ini.
Memang sampai saat ini patofisiologi dari penggaungan dan atrofi ini masih
diperdebatkan terus, kita harus waspada terhadap adanya ekskavasio glaukoma bila :
Terdapatnya penggaungan lebih dari 0.3 diameter papil, terutama bila diameter
vertikal lebih besar daripada diameter horizontal.
Penggaungan papil yang tidak simetris antara mata kanan dan mata kiri.
Pada stadium permulaan tentu sukar untuk menentukan apakah ekskavasi yang
terlihat itu glaukoma atau bukan. Ada baiknya bila kita bandingkan kedua papil dari
mata kanan dan mata kiri.
16
Tanda penggaungan :
Pinggir papil bagian temporal menipis. Ekskavasi melebar dan mendalam tergaung,
sehingga dari depan tampak ekskavasi melebar, diameter vertikal lebih besar dari
diameter horizontal. Bagian pembuluh darah di tengah papil tak jelas, pembuluh darah
seolah olah menggantung di pinggir dan terdorong ke arah nasal. Jika tekanan cukup
tinggi akan terlihat pulsasi arteri.
Tanda atrofi papil
Termasuk atrofi primer, warna pucat, batas tegas, lamina kribrosa tampak jelas
Pada pembuluh darah dapat ditemukan :
Pulsasi arteri, pembuluh darah diskus optikus yang terekspos, pergeseran kearah nasal
(nasalisasi), dilatasi vena
17
PENATALAKSANAAN
Pengobatannya umumnya simptomatis. Pengobatan in ditujukan terutama pada
rasa sakitnya dengan jalan:
Diamox (untuk menurunkan tekanan bola mata), pilokarpin (0,5-6%)
Penyinaran dengan sinar beta pada badan siliar, untuk menekan fungsi
badan siliar, diberikan 100-150 rad dalam 4-5 kali penyinaran
PROGNOSIS
Semakin dini deteksi glaukoma maka akan semakin besar tingkat kesukesan
pencegahan kerusakan mata. Prognosis glaukoma absolut buruk, karena pada stadium
ini dapat menyebabkan kebutaan pada mata.
18
19