Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Anemia masih merupakan masalah kesehatan yang memerlukan perhatian di
seluruh dunia, bukan saja di negara berkembang tetapi juga di negara maju.
Penelitian menunjukkan masih tingginya prevalensi terutama anemia defisiensi besi.
Juga penelitian-penelitian tersebut menunjukkan adanya pengaruh nyata anemia
terhadap penurunan produktivitas kerja, kemampuan belajar, mudah kena infeksi
serta morbiditas (angka kesakitan) dan mortalitas (angka kematian) yang tinggi bagi
ibu hamil dan bayi baru lahir. Berdasarkan data WHO (1995), 20% dari 515.000
kematian maternal di seluruh dunia disebabkan oleh anemia, dan penderita lebih
banyak wanita dibanding pria.
Anemia pada kehamilan masih sering dijumpai di Indonesia. Keadaan ini
memang dapat disebabkan oleh adanya anemia sebelum kehamilan karena anemia
pada perempuan, termasuk perempuan muda, masih cukup tinggi. Namun, anemia
juga bisa terjadi akibat kehamilan.
Dari Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 didapatkan :
anemia defisiensi besi 25-30% populasi (50-70 juta jiwa) de-ngan 40% dialami oleh
perempuan

hamil.

Kehamilan dapat menimbulkan anemia karena saat hamil terjadi peningkatan


volume darah sehingga sel darah merah relatif menjadi lebih rendah. Selain itu,
berkurangnya asupan makanan karena mual dan muntah serta risiko perdarahan
pada wakru persalinan juga akan meningkatkan risiko anemia.
Jika hemoglobin pada kehamilan trimester pertama di bawah 11 g/dL dan
pada trimester kedua dan ketiga di bawah 10 g/dL, itu sudah dianggap anemia.
Pengaruh keadaan anemia terhadap kehamilan bergantung pada derajat anemia.
Jika anemia ringan, mungkin pengaruhnya hampir tak ada. Namun, jika hemoglobin
di bawah 6 g/dL, ibu akan merasa lekas lelah, bahkan dapat terjadi gangguan fungsi
jantung.

Secara rutin biasanya pada kehamilan perlu diperiksa hemoglobin

sehingga dapat dilakukan terapi. Penyebab anemia pada kehamilan yang sering
adalah karena kurang besi.

Epidemiologi
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator keberhasilan
layanan kesehatan di suatu negara. Kematian ibu dapat terjadi karena beberapa
sebab, diantaranya karena anemia. Penelitian Chi, dkk menunjukkan bahwa angka
kematian ibu adalah 70% untuk ibu-ibu yang anemia dan 19,7% untuk mereka yang
non anemia. Kematian ibu 15-20% secara langsung atau tidak langsung
berhubungan dengan anemia. Anemia pada kehamilan juga berhubungan dengan
meningkatnya kesakitan ibu. Anemia karena defisiensi zat besi merupakan
penyebab utama anemia pada ibu hamil dibandingkan dengan defisiensi zat gizi lain.
Oleh karena itu anemia gizi pada masa kehamilan sering diidentikkan dengan
anemia gizi besi Anemia defisiensi zat besi merupakan masalah gizi yang paling
lazim di dunia dan menjangkiti lebih dari 600 juta manusia. Dengan frekuensi yang
masih cukup tinggi,

Badan kesehatan dunia (World Health Organization/WHO)

melaporkan bahwa prevalensi ibu-ibu hamil yang mengalami defisiensi besi sekitar
35-75%, serta semakin meningkat seiring dengan pertambahan usia kehamilan.
Anemia defisiensi zat besi lebih cenderung berlangsung di negara yang sedang
berkembang daripada negara yang sudah maju. Tiga puluh enam persen (atau
sekitar 1400 juta orang) dari perkiraan populasi 3800 juta orang di negara yang
sedang berkembang menderita anemia jenis ini, sedangkan prevalensi di negara
maju hanya sekitar 8% (atau kira-kira 100 juta orang) dari perkiraan populasi 1200
juta orang. Di Indonesia prevalensi anemia pada kehamilan masih tinggi yaitu sekita
40,1% (SKRT 2001)

BAB II
TEORITIS
Definisi Anemia

Anemia adalah suatu keadaan adanya penurunan kadar hemoglobin, hematokrit


dan jumlah eritrosit dibawah nilai normal. Pada penderita anemia, lebih sering
disebut kurang darah, kadar sel darah merah (hemoglobin atau Hb) di bawah
nilai normal. Penyebabnya bisa karena kurangnya zat gizi untuk pembentukan
darah, misalnya zat besi, asam folat, dan vitamin B12. Tetapi yang sering terjadi
adalah anemia karena kekurangan zat besi. Anemia defisiensi besi adalah
anemia yang disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam tubuh, sehingga
kebutuhan zat besi (Fe) untuk eritropoesis tidak cukup, yang ditandai dengan
gambaran sel darah merah hipokrom-mikrositer, kadar besi serum (Serum Iron =
SI) dan jenuh transferin menurun, kapasitas ikat besi total (Total Iron Binding
Capacity/TIBC) meninggi dan cadangan besi dalam sumsum tulang serta
ditempat yang lain sangat kurang atau tidak ada sama sekali. Banyak faktor
yang dapat menyebabkan timbulnya anemia defisiensi besi, antara lain,
kurangnya asupan zat besi dan protein dari makanan, adanya gangguan
absorbsi diusus, perdarahan akut maupun kronis, dan meningkatnya kebutuhan
zat

besi

seperti

pada

wanita

hamil,

masa

pertumbuhan,

dan

masa

penyembuhan dari penyakit


Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah

kurang dari normal yang berbeda untuk setiap kelompok umu dan jenis kelamin.
Untuk Ibu Hamil 11 gr%
Untuk Ibu Menyusui lebih dari tiga bulan 12 gr%
Untuk wanita dewasa 12 gr%

Klasifikas dan Penyebab Anemia

1. Anemia Pasca Perdarahan (Post Haemorhagic) ini terjadi akibat perdarahan


yang seperti kecelakaan, luka operasi, persalinan atau karena menahun
2. Anemia hemolitik ini terjadi akibat penghancuran (hemolisis) sel darah merah
-

yang berlebihan. Disebabkan oleh dua hal :


Faktor intra sel misalnya : talasemia, hemoglobinopatia (talasemia Hb E.sicille

cellanemia), dll
Faktor ekstrasel misalnya : intoksikasi, infeksi (malaria), imunologis

(inkompatibilitas golongan darah, reaksi hemolitik pada transfuse darah).


3. Anemia defisiensi, anemia yang disebabkan kekurangan faktor pematangan
eritrosit (besi, asam folat, vit B12, protein, piridoksin, eritripoitin, dsb)
4. Anemia aplastik, anemia ini terjadi karena terjadinya pembuatan sel darah
merah oleh sumsum tulang.
Dari berbagai jenis anemia yang telah diuraikan di atas, anemia gizi yang
disebabkan oleh zat besi sangat umum dijumpai di Indonesia.
Anemia dan Kehamilan

Anemia dalam kehamilan ialah suatu kondisi ibu dengan kadar haemoglobin
dibawah 11 gr % terutama pada trimester I dan trimester ke III.
Selama kehamilan seorang wanita mengalami peningkatan plasma darah sampai
30%, sel darah 18% tetapi Hb hanya bertambah 19%. Akibatnya frekuensi anemia
pada kehamilan cukup tinggi 10% 20%.
Wanita hamil cenderung terkena anemia pada 3 bulan terakhir, karena pada masa
itu janin menimbun cadangan zat besi untuk diri sendiri sebagai persediaan bulan
pertama sesudah lahir.
Anemia pada Kehamilan disebabkan meningkatnya kebutuhan zat besi untuk
pertumbuhan janin.
Kurangnya asupan zat besi pada makanan yang dikonsumsi ibu hamil
Pola makan ibu terganggu akibat mual selama kehamilan

Adanya kecenderungan rendahnya cadangan zat besi (Fe) pada wanita akibat
persalinan sebelumnya dan menstruasi.

Patofisiologi anemia pada kehamilan.


Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena
perubahan sirkulasi yang makin meningkat terhadap plasenta dari pertumbuhan
payudara. Volume plasma meningkat 45-65% dimulai pada trimester ke II kehamilan,
dan maksimum terjadi pada bulan ke 9 dan meningkatnya sekitar 1000 ml, menurun
sedikit menjelang aterem serta kembali normal 3 bulan setelah partus. Stimulasi
yang meningkatkan volume plasma seperti laktogen plasenta, yang menyebabkan
peningkatan sekresi aldesteron.

Anemia defisiensi zat besi pada kehamilan


Anemia defisiensi besi pada wanita hamil merupakan problema kesehatan
yang dialami oleh wanita diseluruh dunia terutama dinegara berkembang. Badan
kesehatan dunia (World Health Organization/WHO) melaporkan bahwa prevalensi
ibu-ibu hamil yang mengalami defisiensi besi sekitar 35-75% serta semakin
meningkat seiring dengan pertambah usia kehamilan. Menurut WHO 40% kematian
ibu dinegara berkembang berkaitan dengan anemia pada kehamilan dan
kebanyakan anemia pada kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan
perdarahan akut, bahkan tidak jarang keduanya saling berinteraksi.

Etiologi
Etiologi anemia defisiensi besi pada kehamilan, yaitu:

a. Hipervelomia, menyebabkan terjadinya pengenceran darah.


b. Pertambahan darah tidak sebanding dengan pertambahan plasma.
c. Kurangnya zat besi dalam makanan.
d. Kebutuhan zat besi meningkat.
e. Gangguan pencernaan dan absorbsi.

Gejala klinis
Manifestasi klinis dari anemia defisiensi besi sangat bervariasi, bisa hampir
tanpa gejala, bisa juga gejala-gejala penyakit dasarnya yang menonjol, ataupun bisa
ditemukan gejala anemia bersama-sama dengan gejala penyakit dasarnya. Gejalagejala dapat berupa kepala pusing, palpitasi, berkunang-kunang, perubahan jaringan
epitel kuku, gangguan sistem neurumuskular, lesu, lemah, lelah, disphagia dan
pembesaran kelenjar limpa. Pada umumnya sudah disepakati bahwa bila kadar
hemoglobin < 7 gr/dl maka gejala-gejala dan tanda-tanda anemia akan jelas.
Nilai ambang batas yang digunakan untuk menentukan status anemia ibu
hamil, didasarkan pada criteria WHO tahun 1972 yang ditetapkan dalam 3 kategori,
yaitu :
1. Normal (11 gr/dl)
2. Ringan (8-11 g/dl), dan
3. Berat (kurang dari 8 g/dl).
Berdasarkan hasil pemeriksaan darah ternyata rata-rata kadar hemoglobin
ibu hamil adalah sebesar 11.28 mg/dl, kadar hemoglobin terendah 7.63 mg/dl dan
tertinggi 14.00 mg/dl.
Ciri-Ciri Ibu Hamil Dengan Anemia

Pucat

Lemah

Letih

Lesu

Nafas terengah-engah

Nyeri dada

Ikterus/kekuningan

Petechiae/Bintik-bintik merah

Biasanya ibu hamil dengan anemia mengeluhkan sebagian atau keseluruhan


cirri-ciri di atas. Dan untuk memastikannya harus dengan tes kadar Hb dalam
darah.

Anemia Defisiensi Asam Folat


Anemia juga bisa terjadi akibat kekurangan asam folat (sejenis vitamin b yang
diperlukan untuk pembuatan sel darah merah).
Kekurangan asam folat pada ibu hamil, berdasarkan penelitian, bisa
menyebabkan terjadinya kecacatan pada bayi yang dilahirkan. Bayi mengalami
cacat pada otak dan sumsum tulang belakang.
Asam folat juga penting dalam membantu pembelahan sel. Asam folat juga
bisa mencegah anemia dan menurunkan risiko terjadinya NTD (Neural Tube
Defects) dan sebagai antidepresan. Sering kali para ibu tidak mengetahui dirinya
kekurangan

asam

direncanakan.

folat

karena

Kebanyakan

sebagian

pasutri

besar

(pasangan

kehamilan

suami

istri)

terjadi
tidak

tanpa
pernah

merencanakan kehamilan. Tahu-tahu ibu langsung hamil setelah telat datang bulan.
Mereka baru datang ke dokter setelah positif hamil beberapa minggu. Karena itu, ibu
pun sering tidak membekali diri dengan gizi yang mencukupi ketika sebelum dan
sesudah kehamilan. Kalau kehamilan direncanakan, maka ia akan mempersiapkan
gizi yang baik sebelum hamil. Padahal, kebutuhan asam folat untuk ibu hamil harus
disiapkan sejak sebelum kehamilan.
Di Indonesia sendiri belum ada data pasti berapa besarnya prevalensi adanya
penyakit kelainan sumsum tulang belakang. Jumlah angka kematian bayi di
Indonesia masih relatif tinggi. Kematian bayi ini belum diidentifikasi penyebabnya
apa, karena belum ada data. Salah satu penyebab kematian bayi adalah
kekurangan asam folat. Kekurangan asam folat menyebabkan bayi lahir dengan bibir
sumbing, bayi dengan berat badan rendah, Downs Syndrome, dan keguguran. Bayi
mengalami kelainan pembuluh darah. Rusaknya endotel pipa yang melapisi
pembuluh darah, menyebabkan lepasnya plasenta sebelum waktunya.Kelainan
lainnya adalah bayi mengalami gangguan buang air besar dan kecil, anak tidak bisa
berjalan tegak dan emosi tinggi. Pada anak perempuan saat dewasa tidak
mengalami

menstruasi.

Pada

ibu

hamil

kekurangan

folat

menyebabkan

meningkatnya risiko anemia, sehingga ibu mudah lelah, letih, lesu, dan pucat.
Sumber makanan yang mengandung asam folat adalah hati sapi (liver),
brokoli, jeruk, bayam, dan sebagainya. Roti dan susu juga mengandung asam folat
tinggi, sebab kini susu dan tepung terigu telah difortifikasi mengandung asam folat.
Hanya saja hati sapi mengandung vitamin A cukup tinggi. Pemberian vitamin A pada

ibu hamil sangat tidak dianjurkan karena menyebabkan gangguan kehamilan. Oleh
sebab itu, pengganti hati sapi adalah susu. Kebutuhan asam folat untuk ibu hamil
dan usia subur sebanyak 400 mikrogram/hari atau sama dengan dua gelas susu.
Mengonsumsi folat tidak hanya ketika hamil, tetapi sebelum hamil sangat dianjurkan.
Banyak negara telah melakukan kebijakan dalam pengurangan NTD dengan
mewajibkan ibu mengonsumsi asam folat.
Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan darah yang menentukan
jumlah sel darah merah, kadar hemoglobin dan kadar zat besi dalam darah.
BAB III
AKIBAT ANEMIA PADA
WHO

menyatakan bahwa anemia merupakan penyebab penting dari

kematian ibu saat hamil ataupun melahirkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
persentase kematian ibu saat melahirkan akibat anemia adalah 70% dan sekitar
19,7% akibat hal lain. Anemia pada kehamilan juga berhubungan dengan
meningkatnya angka kesakitan ibu saat melahirkan.
Pada wanita hamil, anemia meningkatkan frekuensi komplikasi pada
kehamilan dan persalinan, seperti meningkatkan resiko terjadinya kematian janin di
dalam kandungan, melahirkan secara prematur, atau bayi lahir dengan berat badan
rendah, dan juga angka kematian bayi setelah dilahirkan Di samping itu, perdarahan
sebelum dan setelah melahirkan lebih sering dijumpai pada wanita yang anemia dan
hal ini dapat berakibat fatal, sebab wanita yang anemia tidak dapat mentolerir
kehilangan darah.
Ibu Hamil Anemia dapat memperburuk kondisi wanita dalam masa kehamilan,
persalinan, nifas dan masa selanjutnya. Pengaruhnya bisa menyebabkan abortus
(keguguran), kelahiran prematur (lahir sebelum waktu-nya), persalinan yang lama
karena rahim tidak berkontraksi, perdarahan pasca melahirkan, syok serta infeksi
pada saat persalinan atau setelahnya.
Perdarahan antepartum (perdarahan dalam kehamilan) yang disebabkan
karena lokasi implantasi plasenta (ari-ari) yang abnormal atau lepasnya plasenta
dari tempat implantasinya yang dapat disertai gangguan pembekuan darah (DIC :

Disseminated Intravascular Coagulation) dapat memperberat kondisi anemia saat


kehamilan. Dan efeknya akan memberi pengaruh buruk pada bayi, seperti lahir
dengan

berat

lahir

rendah

sampai

kematian

perinatal.

Selain itu, anemia juga dapat menyebabkan gagal jantung. Gagal jantung baru akan
terjadi pada seorang wanita jika Hbnya berada pada ukuran kurang dari 4 gr/dl. Hal
ini menyebabkan angka kematian ibu masih sangat besar. Diperkirakan dalam 1
jam, 2 ibu meninggal akibat perdarahan, preeklampsia (penyakit pada wanita hamil
dimana terjadi bengkak pada kaki, hipertensi dan adanya protein dalam air seni),
infeksi,

abortus

dan

persalinan

yang

macet.

Dampak anemia defisiensi zat besi pada ibu hamilAnemia pada ibu hamil
bukan tanpa risiko. Menurut penelitian, tingginya angka kematian ibu berkaitan erat
dengan anemia. Anemia juga menyebabkan rendahnya kemampuan jasmani karena
sel-sel tubuh tidak cukup mendapat pasokan oksigen. Pada wanita hamil, anemia
meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan. Risiko kematian
maternal, angka prematuritas, berat badan bayi lahir rendah, dan angka kematian
perinatal meningkat. Di samping itu, perdarahan antepartum dan postpartum lebih
sering dijumpai pada wanita yang anemis dan lebih sering berakibat fatal, sebab
wanita yang

anemis tidak dapat mentolerir kehilangan darah.

Soeprono

menyebutkan bahwa dampak anemia pada kehamilan bervariasi dari keluhan yang
sangat ringan hingga terjadinya gangguan kelangsungan kehamilan abortus, partus
imatur/prematur), gangguan proses persalinan (inertia, atonia, partus lama,
perdarahan atonis), gangguan pada masa nifas (subinvolusi rahim, daya tahan
terhadap infeksi dan stress kurang, produksi ASI rendah), dan gangguan pada janin
(abortus, dismaturitas, mikrosomi, BBLR, kematian perinatal, dan lain-lain).
BAB IV
PENCEGAHAN DAN PENANGANAN
Pencegahan Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan pemberian suplemen Fe
dosis rendah 30 mg pada trimester ketiga ibu hamil non anemik (Hb lebih/=11g/dl),
sedangkan untuk ibu hamil dengan anemia defisiensi besi dapat diberikan suplemen
Fe sulfat 325 mg 60-65 mg, 1-2 kali sehari. Untuk yang disebabkan oleh defisiensi
asam folat dapat diberikan asam folat 1 mg/hari atau untuk dosis pencegahan dapat
diberikan 0,4 mg/hari. Dan bisa juga diberi vitamin B12 100-200 mcg/hari.

Pencegahan yang dilakukan pada anak dapat meningkatkan kapasitas manusia dan
produktivitasnya sepanjang siklus kehidupan, sedangkan pencegahan anemia pada
perempuan usia reproduksi dapat menurunkan angka kematian ibu dan bayi.
Selain melalui pengobatan, pencegahan anemia dapat dilakukan dengan diet sehat
dan tepat, antara lain dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi,
menjaga kebersihan lingkungan dan pribadin dan kontrol penyakit infeksi.
Kandungan zat besi dapat diperoleh dari makanan berupa daging atau bukan
daging.
Makanan tersebut hendaknya dimasak tidak terlalu lama, agar kandungan besi di
dalam makanan tidak berkurang. Konsumsi makanan yang mengandung kalsium
seperti susu dan hasil olahannya, makanan mengandung sereal, kacang-kacangan,
biji-bijian dan tepung serta minum teh, kopi atau coklat dapat menghambat
penyerapan besi. Asupan zat besi yang dikonsumsi dapat dijaga agar terserap tubuh
sebanyak mungkin dengan mengkombinasikan dengan minum orange juice setelah
makan.
Kepandaian dalam mengatur pola makan dengan mengkombinasikan zat besi dalam
menu makanan serta mengkonsumsi buah dan sayur yang mengandung vitamin C
pada

waktu

makan

bias

membuat

tubuh

terhindar

dari

anemia.(13)

Selain terapi obat penanganannya dapat dilakukan dengan terapi diet. Untuk
memenuhi asupan zat besi, tingkatkan konsumsi bahan makanan tinggi zat besi (Fe)
misalnya makanan hewani, kacang-kacangan, dan sayuran berwarna hijau tua.
Defisiensi besi bukan satu-satunya penyebab anemia, tetapi apabila prevalensi
anemia tinggi, defisiensi besi biasanya dianggap sebagai penyebab yang paling
dominan. Pertimbangan itu membuat suplementasi tablet besi folat selama ini
dianggap sebagai salah satu cara yang sangat bermanfaat dalam mengatasi
masalah anemia. Anemia dapat diatasi dengan meminum tablet besi atau Tablet
Tambah Darah (TTD). Kepada ibu hamil umumnya diberikan sebanyak satu tablet
setiap hari berturut-turut selama 90 hari selama masa kehamilan. TTD mengandung

200 mg ferrosulfat, setara dengan 60 miligram besi elemental dan 0.25 mg asam
folat. Pada beberapa orang, pemberian preparat besi ini mempunyai efek samping
seperti mual, nyeri lambung, muntah, kadang diare, dan sulit buang air besar. Agar
tidak terjadi efek samping dianjurkan minum tablet setelah makan pada malam
Anemia juga bisa terjadi akibat kekurangan asam folat (sejenis vitamin b yang
diperlukan untuk pembuatan sel darah merah). Diagnosis ditegakkan berdasarkan
hasil pemeriksaan darah yang menentukan jumlah sel darah merah, kadar
hemoglobin dan kadar zat besi dalam darah. Anemia karena kekurangan zat besi
diobati dengan tablet besi. Pemberian tablet besi tidak berbahaya bagi janin tetapi
biasa menyebabkan gangguan lambung dan sembelit pada ibu, terutama jika
dosisnya tingggi.
Wanita hamil dianjurkan untuk minum tablet besi meskipun jumlah sel darah merah
dan kadar hemoglobinnya normal, agar yakin bahwa mereka memiliki zat besi yang
cukup untuk janin dan dirinya sendiri. Anemia karena kekurangan asam folat diobati
dengan tablet folat. untuk wanita hamil yang menderita anemia sel sabit,
pengobatannya masih bersifat kontroversial, kadang perlu dilakukan transfusi darah.
Anemia karena kekurangan zat besi diobati dengan tablet besi. Pemberian tablet
besi tidak berbahaya bagi janin tetapi biasa menyebabkan gangguan lambung dan
sembelit pada ibu, terutama jika dosisnya tingggi.
Wanita hamil dianjurkan untuk minum tablet besi meskipun jumlah sel darah merah
dan kadar hemoglobinnya normal, agar yakin bahwa mereka memiliki zat besi yang
cukup untuk janin dan dirinya sendiri. Anemia karena kekurangan asam folat diobati
dengan tablet folat. untuk wanita hamil yang menderita anemia sel sabit,
pengobatannya masih bersifat kontroversial, kadang perlu dilakukan transfusi darah.

BAB V
KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai