misalnya : Gula, Garam, Protein dsb. Prinsip kerja dari refraktometer sesuai dengan namanya
adalah dengan memanfaatkan refraksi cahaya. Seperti terlihat pada Gambar 28 di bawah ini
sebuah sedotan yang dicelupkan ke dalam gelas yang berisi air akan terlihat terbengkok. Pada
Gambar kedua sebuah sedotan dicelupkan ke dalam sebuah gelas yang berisi lauran gula.
Terlihat sedotan terbengkok lebih tajam. Fenomena ini terjadi karena adanya refraksi cahaya.
Semakin tinggi konsentrasi bahan terlarut (Rapat Jenis Larutan), maka sedotan akan semakin
terlihat bengkok secara proporsional. Besarnya sudut pembengkokan ini disebut Refractive Index
(nD). Refraktometer ditemukan oleh Dr. Ernst Abbe seorang ilmuwan dari German pada
permulaan abad 20.
Adapun prinsip kerja dari refractometer dapat digambarkan sebagai berikut :
o Dari gambar dibawah ini terdapat 3 bagian yaitu : Sample, Prisma dan Papan Skala. Refractive
index prisma jauh lebih besar dibandingkan dengan sample.
o Jika sample merupakan larutan dengan konsentrasi rendah, maka sudut refraksi akan lebar
dikarenakan perbedaan refraksi dari prisma dan sample besar. Maka pada papan skala sinar a
akan jatuh pada skala rendah.
o Jika sample merupakan larutan pekat / konsentrasi tinggi, maka sudut refraksi akan kecil
karena perbedaan refraksi prisma dan sample kecil. Pada gambar terlihar sinar b jatuh pada
skala besar.
dll. Konsentrasi bahan terlarut sering dinyatakan dalam satuan Brix(%) yaitu merupakan
pronsentasi dari bahan terlarut dalam sample (larutan air).
Kadar bahan terlarut merupakan total dari semua bahan dalam air, termasuk gula, garam, protein,
asam dsb. Pada dasarnya Brix(%) dinyatakan sebagai jumlah gram dari cane sugar yang terdapat
dalam larutan 100g cane sugar. Jadi pada saat mengukur larutan gula, Brix(%) harus benar-benar
tepat sesuai dengan konsentrasinya.
Salinitas diukur dengan alat refraktometer dengan cara :
o Refraktometer yang akan digunakan dikalibrasi terlebih dahulu dengan cara meneteskan
aquades ke kaca depan refraktometer.
o Amati kadar salinitas dari lensa belakang hingga menunjukkan angka 0 dengan sambil
memutar bagian kalibrasinya dengan menggunakan obeng kecil di bagian atas refraktometer.
o Bersihkan kaca depan refraktometer dengan mengguakan tisu hingga benar-benar bersih
sebelum digunakan untuk mengamati kadar salinitas sampel.
o Air sampel diambil secukupnya, lalu diteteskan pada kaca depan refraktometer,
o Kemudian diamati melalui lensa belakang,
o Penunjukan nilai salinitas pada alat tersebut,dicatat.
LAPORAN PRAKTIKUM
ANALISIS HASIL PERTANIAN
TOTAL PADATAN
DISUSUN OLEH :
SITI KOMARIAH
D1C012008
ASISTEN DOSEN
JAUHARIE
DOSEN PEMBIMBING
IR. SURHAINI, MP.
FAKULTAS TEKNOLOGI
PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2014
BAB I. PENDAHULUAN
1.1.LATAR BELAKANG
Mentimun(Cucumis sativus L) sayuran yang di yakini berasal dari india utara ini biasa di
jadikan lalapan karena kandungan air yang cukup banyak pada sayuran ini. mentimun juga salah
satu sayuran tertua yang dibudidayakan dan termasuk sayuran yang paling banyak dikonsumsi di
dunia selain tomat, bawang dan kubis. Bukan hanya untuk di konsumsi saja mentimun juga baik
untuk kulit. Biasanya mentimun digunakan untuk masker wajah, Mentimun memiliki sifat
diuretik, efek pendingin, dan pembersih yang bermanfaat bagi kulit. Kandungan air yang tinggi;
vitamin A, B, dan C; serta mineral, seperti magnesium, kalium, mangan, dan silika; membuat
mentimun menjadi bagian penting dalam perawatan kulit. Masker wajah yang mengandung sari
mentimun digunakan untuk mengencangkan kulit. Asam askorbat dan asam caffeic yang hadir
dalam mentimun dapat menurunkan tingkat retensi air, yang pada gilirannya mengurangi
pembengkakan di sekitar mata
1.2.TUJUAN
Adapun tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui semua padatan yang terlarut pada
bahan (yang dominan) terutama kadar gula pada bahan.
analisis setelah sampel diambil, makanya disebut sebagai parameter insitu atau onsite parameter
(Anonim, 2011h).
Buah yang masih terlalu muda mempunyai kandungan gula yang kurang dan hanya
sedikit asam, yang mengakibatkan perbandingan Total Zat Terlarut dengan asam tinggi. Dengan
semakin masaknya buah, TZT bertambah (Pantastico, 1989). Kandungan TZT yang terdapat
pada apel seperti fruktose, glukose, dan sukrose, dipadukan dengan rasa asam yang
menimbulkan rasa khas pada apel (Soelarso, 1996).
2.2. Timun
Timun merupakan salah satu sayuran yang kaya akan gizi dan manfaat yang baik untuk
kesehatan tubuh kita. Seringkali timun dihidangkan sebagai lalapan setiap makanan dan kadang
juga dikonsumsi secara langsung bagi yang menyukainya. Namun, timun bukan hanya menjadi
hiasang ataupun lalapan saja, timun merupakan salah satu sumber antioksidan yang sangat
bermanfaat untuk kesehatan tubuh kita. Khasiat timun lainnya adalah untuk mengatasi masalah
panas badan, yaitu dengan cara meminumnya setiap pagi maupun malam
Klasifikasi Timun :
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas: Dilleniidae
Ordo: Violales
Famili: Cucurbitaceae (suku labu-labuan)
Genus: Cucumis
Spesies: Cucumis sativus L.
Dalam setiap 100 gram timun mengandung:
Gula 1,67 gm, Karbohidrat 3,63 gm, Serat Diet 0,5 gm, Riboflavin (Vitamin B2) 0,033
mg, Niacin (Vitamin B3) 0,098 mg, Asam Pantothenic (Vitamin B5) 0,259 mg, Thiamin
(Vitamin B1) 0,027 mg, Vitamin B6 0,040 mg, Lemak 0,11 gm, Protein 0,65 gm, Vitamin
C 2,8 mg, Asam Folat (Vitamin B9) 7 g, Zat besi 0,28 mg, Calcium 16 mg, Magnesium
13 mg, Fosfor 24 mg, Zinc- 0,20 mg, dan Potassium 147 mg.
2.3. Refraktometer
Refraktometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur kadar/ konsentrasi bahan
terlarut berdasarkan indeks biasnya. Misalnya gula, garam, protein, dsb.Refraktometer
ditemukan oleh Dr. Ernest Abbe seorang ilmuan dari German pada permulaan abad 20 (Anonim,
2010).
Prinsip kerja dari refraktometer sesuai dengan namanya adalah memanfaatkan refraksi
cahaya.
Seperti pada gambar dibawah ini, sebuah sedotan yang dicelupkan ke dalam geals yang
berisi air akan terlihat terbengkok. Pada gambar kedua sebuah sedotan dielupkan ke dalam
sebuah gelas yang berisi air gula. Terlihat sedotan terbengkok lebih tajam. Hali ini terjadi karena
adanya refraksi cahaya. Semakin tinggi konsentrasi bahan terlarut maka sedotan akan semakin
terlihat bengkok secara proposional
Alat ini sangat mudah dalam penggunaan dan perawatannya. Untuk menjaga keakuratan
pembacaan dari refraktometer ini maka kita harus mengenal tiap bagian-bagian dari alat ini.
1.
Bagian-Bagian Alat
Day light plate (kaca)
Day light plate berfungsi untuk melindungi prisma dari goresan akibat debu, benda asing,
atau untuk mencegah agar sampel yang diteteskan pada prisma tidak menetes atau jatuh.
2.
Prisma (biru)
Prisma merupakan bagian yang paling sensitif terhadap goresan. Prisma berfungsi untuk
pembacaan skala dari zat terlarut dan mengubah cahaya polikromatis (cahaya lampu/matahari)
menjadi monokromatis.
3.
4.
Lensa
Lensa berfungsi untuk memfokuskan cahay yang monokromatis.
5.
Handle
Handle berfungsi untuk memegang alat refraktometer dan menjaga suhu agar stabil.
6.
Biomaterial strip
Biomaterial strip teerletak pada bagian dalam alat (tidak terlihat) dan berfungsi untuk
mengatur suhu sekitar 18 28 OC. Jika saat pengukuran suhunya mencapai kurang dari 18 OC
atau melebihi 28 OC maka secara otomatis refraktometer akan mengatur suhunya agar sesuai
dengan range yaitu 18 28 OC.
7.
Lensa pembesar
Sesuai dengan namanya, lensa pembesar berfungsi untuk memperbesar skala yang terlihat
pada eye piece.
8.
Eye piece
Eye piece merupakan tempat untuk melihat skala yang ditunjukkan oleh refraktometer.
9.
Skala
Skala berguna untuk melihat , konsentrasi, dan massa jenis suatu larutan.
a.
b.
a.
b.
Setelah alat dan bahan disiapkan, bahan (timun, semangka, tomat, dan jeruk) dipotong
kemudian bahan yang sudah dipotong dihancurkan menggunakan alu dan mortar. Setelah itu
ekstrak air dari bahan diambil menggunakan pipet tetes, selanjutnya diteteskan pada
refraktometer. Lalu angka yang ditunjukan oleh refraktometer diamati dan hasil tersebut dicatat.
Diagram alir
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.TABEL HASIL PENGAMATAN
Bahan
Tomat
Ulangan 1
1,1
Ulangan 2
1,1
Ulangan 3
1,3
Semangka
6,5
6,7
6,8
Timun
2,6
2,3
2,3
Jeruk
9,3
9,3
9,1
Rata-rata
6,6
2,4
9,2
1,2
4.2.PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan praktikum Total Padatan Terlarut, Total padatan
terlarurt TSS (Total Suspended Solid)merupakan suatu cara untuk menguji kadar total padatan
terlarut dalam suatu bahan makanan. Bahan makanan yang dicuci terlalu lama akan
menyebabkan hilangnya kandungan gizi dalam jumlah banyak, selain itu pemanasan yang terlalu
lama juga dapat menyebabkan hilangnya kandungan gizi dalam bahan makanan tersebut. Larutan
adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat. Zat yang jumlahnya lebih sedikit
didalam larutan disebut terlarut atau solute, sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak daripada
zat-zat lain dalam larutan disebut pelarut atau solven.
Refraktometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur kadar/ konsentrasi bahan
terlarut berdasarkan indeks biasnya. Misalnya gula, garam, protein, dsb.Refraktometer
ditemukan oleh Dr. Ernest Abbe seorang ilmuan dari German pada permulaan abad 20 (Anonim,
2010).
Analisa Total Padatan Terlarut dilakukan pada ke empat sampel yaitu
Jeruk,Semangka,Timun,dan Tomat. Setelah diukur oleh alat refractometer didapat rata-rata total
padatan terlarut berturut-turut adalah Jeruk: 9.2, Semangka :6.6, Timun 2.4 dan Tomat 1,2. Total
padatan terlarut pada buah Jeruk lebih tinggi yaitu 9.2 dibanding yang lainnya ini berarti
menunjukan kadar gula atau kandungan gula pada jeruk lebih tinggi.
Semakin banyak Total padatan Terlarut pada buah semakin banyak gula yang terlarut
didalamnya, dan sebaliknya semakin sedikit total padatan terlarut maka semakin sedikit pula
gula yang terlarut didalamnya.
Berdasarkan Tinjauan diatas benar bahwa total padatan larutan timun cukup jauh yaitu
2,6 bila dibandingkan total gula yg terdapat pada timun yaitu 1,67. Hal ini disebabkan karena
total padatan tidak hanya mengukur kadar gula tetapi juga protein, garam, dsb. Yaitu Gula,
Karbohidrat, Serat Diet, Riboflavin (Vitamin B2), Niacin (Vitamin B3), Asam Pantothenic
(Vitamin B5), Thiamin (Vitamin B1), Vitamin B6, Lemak, Protein, Vitamin C, Asam Folat
(Vitamin B9), Zat besi, Calcium, Magnesium, Fosfor, Zinc, dan Potassium.
BAB V. KESIMPULAN
Dari pengamatan yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa total padatan pada Jeruk
(9,2), timun (2,4), semangka (6,6), dan tomat (1,2).
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2010. Refraktometer.http://tugasinstrumen.blogspot.com/2012/10/refraktometer.html.
Diakses pada 24 April 2014
Anonim. 2011. Total Suspended Solid. http://muspirahdjalal.blogspot.com/2011/10/totalpadatan-terlarut.html diakses pada 24 1pril 2014
Pantastico. 1989. Total Suspended Solid. http://muspirahdjalal.blogspot.com/2011/10/totalpadatan-terlarut.html diakses pada 24 1pril 2014
Sartono.2002. Klasifikasi timun. http://www.plantamor.com diakses pada 24 april 2014
Soelarso. 1996. Total Suspended Solid. http://muspirahdjalal.blogspot.com/2011/10/totalpadatan-terlarut.html diakses pada 24 1pril 2014
http://jendelauntukkita.blogspot.com/2013/04/kandungan-gizi-dan-manfaat-ketimunbagi.html
http://makanansehat123.blogspot.com/2012/10/sejuta-khasiat-timun-bagi-kesehatan.html
ENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indeks bias merupakan salah satu
dari beberapa sifat optis yang penting dari
medium. Indeks bias memiliki peran yang
cukup penting di dalam beberapa bidang
kimia, pengukuran terhadap indeks bias
secara luas telah digunakan antara lain
untuk mengetahui konsentrasi larutan dan
mengetahui
komposisi
bahan-bahan
penyusun larutan. Indeks bias juga dapat
digunakan untuk mengetahui kualitas suatu
larutan.
Penelitian
menunjukkan
bahwa
indeks
bias
dapat
digunakan
untuk
menentukan kemurnian dari larutan. Dalam
bidang industri makanan dan minuman,
indeks bias juga dapat digunakan untuk
bias
adalah
perbandingan
kecepatan
cahaya
dalam
udara
dengan kecepatan cahaya dalam zat tersebut. Indeks bias berguna untuk
identifi kasi zat dan ketakmurnian. Walaupun menurut farmakope suhu
pengukuran
adalah
25
tetapi
pada
banyak
monografi
indeks
bias
ditetapkan pada suhu 20. Suhu pengukuran harus benar-benar diatur dan
dipertahankan, karena sangat mempengaruhi indeks bias .harga ideks
bias dalam farmakope ini di nyatakan untuk garis D cahaya natrium pada
panjang gelombang deblet 589,0 nm dan 589,6 nm .Umumnya alat di
rancang untuk di gunakan dengan cahaya yang putih tetapi di kalibarasi
agar memberikan
indeks
bias
untuk
garis
cahaya
Rumus :
ket :
n = c/v
n : indeks bias
c : kecepatan cahaya di udara
v : kecepatan cahaya dalam zat
dari
refractometer
sesuai
dengan
namanya
adalah
dengan
Refractometer
ditemukan
oleh
Dr.
Ernst
Abbe
seorang
indek
biasanya. Refraktometer
abbe
mempunyai
dua
lubang
Probe Refraktometer :
Probe
berwarna
biru
ini
merupakan
bagian
yangpaling
sensitif
dari
biarkan
probe
tergores,
karena
akan
mengurangi
keakuratan
pembacaan.
dari
debu,
atau
benda-benda
lain
yangdapat
membuat
probe
tergores. Selain itu penutup probe juga berfungsiuntuk menjaga air tidak
tergeser/jatuh saat di teteskan ke dalam probe.Saat digunakan untuk
Mur Kalibrasi :
Mur
kalibrasi
refraktometer,
di
berfungsi
untuk
menyesuaikan
nilai
gunakan
apabila
refraktometer
ketika
bacaandari
membaca
Handle/Pegangan :
Handle/Pegangan berupa grid yang memanjang daribagian mur kalibrasi
sampai pengatur cahaya. Handle/ pegangan berfungsiuntuk memegang
refraktometer. Grid membuat refraktometer mudahdipegang.
Pengatur Cahaya :
Pengatur cahaya berfungsi untuk mengatur cahaya yang
masuk, sehingga dalam melihat hasil bacaan menjadi lebih jelas.
Lensa:
Lensa berfungsi untuk mata dalam melihat hasil bacaan dari kadar
garam pada air.
Prinsip Kerja :
Pada prinsipnya alat ini digunakan untuk kadar garam menggunakan
prinsip pembiasan.
Jika sample merupakan larutan dengan konsentrasi rendah, maka sudut
refraksi akan lebar dikarenakan perbedaan refraksi dari prisma dan
sample besar. Maka pada papan skala sinar a akan jatuh pada skala
rendah.
Jika sample merupakan larutan pekat / konsentrasi tinggi, maka sudut
refraksi akan kecil karena perbedaan refraksi prisma dan sample kecil.
Cara Kerja :
1. Tetesi refraktometer dengan aquadest
2. Bersihkan dengan kertas tisyu sisa aquadest yang tertinggal
3. Teteskan air sampel yang ingin diketahui salinitasnya
4. Lihat ditempat yang bercahaya dan catat hasilnya
5. Bilas kaca prisma dengan aquades, usap dengan tisyu dan simpan
refraktometer di tempat kerja
Tabel brik:
Monografi :
1. Gula pasir/ sakarosa: hablur putih, tidak bewarna, massa hablur/
berbentuk kubus/serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa manis, stabil di
udara.
2. Gula batu: bewarna putih/putih kekuningan, bentuk seperti krital dan
menggumpal, rasa manis,tidak berbau, larut pada suhu yang tinggi.
3. Madu: bewarna kuning/coklat/kuning kecoklatan, bentuk cair sedikit
kental, rasa sangat manis ,bau khas,mencair jika disimpan terlalu lama.
4. Sirup paracetamol: bentuk cair, jernih, rasa manis
5. Garam: bewarna putih, bentuk seperti kristal, rasa asin, mencair pada
suhu yang tinggi.
III. ALAT DAN BAHAN
Alat: 1. Pipet
2. Refraktometer
3. Bekker glass
4. Timbangan
5. Batang pengaduk
6. Sendok tanduk
7. Labu ukur
Bahan:
1. Gula pasir
2. Gula batu
3. Madu
4. Sirup paracetamol
5. Garam beryodium
Bidikan ujung refraktometer kearah cahaya terang dan atur dan cincin
okuler mengatur drokten sampai garis skala terlihat jelas .
2.
Tujuan Percobaan
Untuk mengukur indeks bias suatu senyawa
C. Landasan Teori
Secara garis besar pekerjaan analisis kimia dapat digolongkan dalam dua
kategori besar yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Melalui analisis kualitatif
dan kuantutatif kita dapat mendeteksi dan mengidentifikasi jenis dan jumlah dari
komponen penyususn bahan yang dianalisis atau lebih dikenal sebagai analit.
Perkembangan instrument sebagai hasil perkembangan teknologi, memungkinkan kita
melakukan analisi dalam berbagai bentuk komposisi analit.
Tujuan utama analisis kualitatif adalah mengidentifikasi komponen dalam zat
kimia. Analisis kualitatif menghasilkan data kualitatif, seperti terbentuknya endapan,
warna gas, maupun data non numeric lainnya. Umumnya dari analisis kualitatif hanya
dapat diperoleh indikasi dasar dari komponen penyusun analitta kualitatif, seperti
terbentuknya endapan, warna gas, maupun data non numeric lainnya. Umumnya dari
analisis kualitatif hanya dapat diperoleh indikasi dasar dari komponen penyusun analit.
Analisis kualitatif biasanya digunakan sebagai langkah awal untuk analisis kuantitatif.
Pada berbagai cara analisis modern, seperti cara-cara analisis spektroskopi dapat
dilakukan analisis kualitatif dan kuantitatif secara bersamaan, sehingga waktu dan
biaya analisis dapat ditekan seminimal mungkin dan perolehan hasilnya lebih akurat.
Indeks
n = indeks bias
C= kecepatan cahaya dalam ruang hampa
Vp = cepat rambat cahaya pada suatu medium
bias
tidak
pernah
lebih
kecil
dari
atau
(http://id.wikipedia.org/wiki/indeks-bias).
Apabila sinar cahaya monokromatik berpindah dari medium optic yang kurang
rapat ke medium optic yang lebih rapat, akan terjadi pembiasan ke arah normal (lihat
sinar a,b, dan c dalam gambar 115). Menurut hukum Snellius berlaku :
=
Kalau sidut I bertambah besar, sudut r juga akan bertambah besar. Sudut akan
mencapai harga max kalau sudut i menjadi hampir sama dengan sudut siku-siku(sinar
c).
atau sin r =
E.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
F.
Prosedur kerja
Meneteskan minuman yang akan diperiksa indeks biasnya pada permukaan prisma
refraktometer
Menutup dan membiarkan berkas cahaya memasuki, melewati larutan (minuman) dan
pengatur prisma agar cahaya pada layar dalam alat tersebut menjadi dua warna dengan
batas yang jelas.
Menggeser tanda batas tersebut dengan memutar knop pengatur, sehingga memotong
titik perpotongan dua garis diagonal yang saling berpotongab yang terlihat pada layar
Mengamati dan membaca skala indeks bias yang ditunjukkan oleh jarum layar skala
melalui mikroskop
Layar hasil warna yang telah diatur sedemikian sehingga memberikan dua warna yang
mempunyai warna yang jelas dan tegas.
Mengontrol ketelitian temperatur
Hasil Pengamatan
Larutan blanko = aquadest = 0
Jenis
Kadar gula
Minuman
(gram)
Kacang hijau
29
Warna
Biru-putih
Skala
12,6
Buavita
Ale-ale
Jus madu
Teh gelas
Frutamin
Mountea
26
24
19
17
15
12
Biru-putih
Biru-putih
Biru-putih
Biru-putih
Biru-merah muda
Biru-putih
G. Analisis Data
Nilai ketetapan refraktometer = 0, 79
Indeks bias dari masing-masing larutan :
1. Kacang hijau `
= 12,6 + 0,79 = 13,39
2. Buavita
= 11,6 + 0,79 = 12,39
3. Ale-ale
= 11,0 + 0,79 = 11,79
4. Jus madu
= 8,4 + 0,79 = 9,19
5. Teh gelas
= 8,2 + 0,79 = 8,99
6. Frutamin
= 7,0 + 0,79 = 7,79
7. Mountea
= 5,4 + 0,79 = 6,19
Grafik
Keterangan
1 = Kacang Hijau
2 = Buavita
3 = Ale-Ale
4 = Jus Madu
5 = Teh Gelas
11,6
11,0
8,4
8,2
7,0
5,4
6
7
= Frutamin
= Mountea
H. Pembahasan
Refraktometer
adalah
alat
yang
digunakan
untuk
mengukur
kadar/konsentrasi bahan terlarut dengan memanfaatkan reaksi cahaya.
Tujuan percobaan yaitu mengetahui cara memnggunakan alat dan menghitung
indeks bias dari beberapa jenis minuman. Pertama menggunakan refraktometer dengan
mengukur blanko untuk menstabilkan refraktometer ditunjukkan dengan penunjukkan
skala 0 yang dilihat pada layar refraktometer. Selanjutnya, mengukur indeks bias
beberapa jenis minuman satu persatu terlebih dahulu sebelum melanjutkan mengukur
indeks bias jenis minuman lain. Refraktometer dinolkan terlebih dahuludengan cara
mengelap lensa pada refraktometer dengan aquades agar tidak terkontaminasi oleh
minuman sebelumnya.
Dari percobaan data yang diperoleh untuk minuman kacangbhijau skala yang
ditunjukkan yaitu = 12,6 untuk buavita = 11,6, ale-ale = 11,0, jus madu = 8,4, teh gelas =
8,2, frutamin = 7,0, dan mounten = 5,4. Pada tabel juga dituliskan kadar gula pada
minuman-minuman tersebut karena berdasarkan teori kadar gula dalam suatu larutan
atau senyawa sebanding atau berbanding lurus dengan nilai indeks biasnya. Dari
percobaan diperoleh data sesuai dengan teori.
DAFTAR PUSTAKA
Brink. 1985. Dasar-Dasar Ilmu Instrumen. Bandung : PT. Bumi Cipta
Godman, Arthur. 1991. Kamus Kimia Bergambar. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama
cm
Misalkan seberkas cahaya monokromatik yang bergerak dalam suatu vakum (ruang hampa)
membentuk sudut datang O dengan garis normal pada permukaan zat a, dan misalkan Oa
adalah sudut bias dalam zat tersebut. Maka konstanta dalam hukum snell disebut indeks
bias zat a dan ditulis na
(Sears, 1994) :
Sin Ov
na =
Sin Oa
.................................. (1)
Indeks Bias tergantung bukan hanya pada macam zat, tetapi juga pada panjang gelombang
cahaya. Bila panjang gelombang tidak disebutkan, biasanya Indeks Bias yang diambil ialah
indeks bias cahaya kuning lampu natrium yang panjang gelombang 589 nm. Berdasarkan
persamaan (1), sudut bias Oa selalu lebih kecil dari sudut datangnya. Ov untuk sinar yang
datang melewati ruang vakum ke salah satu benda, dimana semua angka indeks lebih besar
dari satu. Dalam hal demikian, sinar melentur kearah garis normal. Jika cahaya bergerak
kearah yang berlawanan, kebalikannyalah yang terjadi dan sinar melentur menjauhi garis
normal (Sears, 1994).
Dengan menerapkan hokum Snell pada pembiasan yang terjadi pada permukaan antar
ruang dan zat b, kita dapatkan (Sears, 1994):
na =
Sin Ov
nb =
Sin Oa
Sin Ov
.......................... (2)
Sin Ob
Sin Ov
........................... (3)
nb Sin Oa
Yang menunjukan bahwa konstanta hukum Snell untuk pembiasan antara zat a dan zat b
tidak lain ialah perbandingan antara indeks-indeks biasnya. Berdasarkan persamaan (3) kita
lihat bahwa cara termudah dan paling simetris menuliskan hukum Snell untuk dua zat a dan
b dan untuk arah manapun ialah (Sears, 1994):
na sin Oa = nb sin Ob .............................. (4)
III. ALAT DAN BAHAN
A. Alat yang digunakan dalm percobaan indeks bias
1. botol reagen sebanyak 7 buah
2. labu ukur 100 ml sebanyak 1 buah
3. labu ukur 50 ml sebanyak 2 buah
4. refraktometer
5. pipet ukur 5 ml
6. pipet volum 5 ml
7. pipet volum 10 ml
8. beaker glass 50 ml
9. beaker glass 100 ml
10. kaca arloji
11. sendok kaca
12. pepet tetes
13. karet hisap
1. NaCl
2. toluena secukupnya
3. akuades secukupnya
IV. GAMBAR ALAT
V. CARA KERJA
Langkah yang harus dilakukan sebelum melakukan percobaan dan pengamatan adalah
menyiapkan alat serta bahan yang akan dipakai, yaitu: NaCl(s), akuades, toluen, pipet ukur,
pipet volume, gelas beaker, refraktometer, pipet tetes, labu ukur, sendok kaca dan kaca
arloji. Kemudian cuci semua alat (kecuali refraktometer) hingga bersih dan siram dengan
akuades. Hal ini dilakukan agar sisa zat kimia yang tertinggal saat dipakai dalam percobaan
sebelumnya tidak menempel lagi.
Langkah kerja dalam percobaan dan pengamatan indeks bias larutan NaCl garis besarnya
adalah membuat larutan NaCl standar, pengamatan indeks bias larutan NaCl standar
kemudian pengamatan indeks bias larutan NaCl sampel yang kemudian akan ditentukan
konsentrasinya dengan cara mengambil data larutan standar NaCl.
Dalam percobaan ini, kita harus membuat larutan NaCl 2 M yang kemudian akan diambil
volume tertentu yaitu: 2 ml, 4 ml, 6 ml, 8 ml, 10 ml, 12 ml, 14 ml, 16 ml, 18 ml dan 20 ml
dari larutan NaCl 2 M tersebut yang kemudian juga akan dilarutkan kembali dalam 50ml
akuades. Larutan-larutan ini kemudian akan disebut dengan larutan standar. Mulai tahap ini
dengan menimbang 11,7 gram NaCl pada neraca analitis dengan memakai kaca arloji.
Kemudian masukkan 11,7 gram NaCl pada beaker glass. Masukkan sedikit akuades dan aduk
dengan sendok kaca agar homogen. Kemudian masukkan larutan NaCl tersebut ke dalam
labu ukur berkapasitas 100 ml. Kemudian penuhi dengan akuades hingga batas garis,
kemudian tutup labu ukur kemudian kocok kembali hingga larutan homogen.
Ambil 2 ml larutan NaCl 2 M yang baru saja dibuat dengan menggunakan pipet ukur,
kemudian masukkan ke dalam labu ukur 50 ml dan penuhi kembali dengan akuades hingga
batas garis, kocok kembali hingga homogen kemudian tuang kembali ke dalam botol
reagent.
Lakukan hal yang sama kepada 4 ml, 6 ml, 8 ml, 10 ml, 12 ml, 14 ml, 16 ml, 18 ml dn 20
ml larutan NaCl 2 M, lalu simpan ke semua larutan ke dalam botol reagent yang berbeda.
Siapkan refraktometer yang digunakan untuk mengetahui indeks bias kesepuluh larutan
standar NaCl yang sudah dibuat sebelumnya. Letakkan refraktometer di tempat yang
strategis, pasang selang air dengan kran kemudian dipasang ke refraktometer. Nyalakan
kran air dan pastikan air lancar mengalir. Lalu pastikan pula termometer digital juga sudah
terpasang dengan baik. Pasang kabel penghubung antara termometer digital dengan
refraktometer di sebelah belakang refraktometer. Kemudian pasang steker listrik ke sumber
listrik lalu nyalakan refraktometer hingga lampu menyala. Setelah dicek keseluruhan,
bersihkan kaca objektif yang ada di dalam refraktometer dengan toluena.
Teteskan larutan standar yang pertama yaitu 2 ml larutan NaCl 2 M yang telah dilarutkan
dalam 50 ml air di atas kaca objektif pada refraktometer. Tutup refraktometer kemudian lihat
disebelah bawah dalam lensa okuler, akan ada garis silang dan ada sinar gelap serta sinar
kuning. Atur letak sinar gelap sampai tepat di tengah dari garis silang tersebut. Atur letak
sinar gelap tersebut dengan keran yang ada di sebelah sisi kanan dari refraktometer.
Setelah sudah diyakini betul garis tersebut terletak di bagian tengah dari garis silang
tersebut, kemudian kita tengok bagian dalam atas di refraktometer tersebut, tampak skala
yang menunjukkan berapa panjang indeks bias dari larutan tersebut. Lakukan pengamatan
ini sampai 3 kali. Dan analog langkah ini kepada larutan standar NaCl yang lain.
Lakukan metode yang sama terhadap larutan NaCl sampel yang belum diketahui
konsentrasinya. Lakukan pengamatan sampai lima kali.
Refraksi atau yang sering disebut dengan pembiasan terjadi karena cahaya merambat
datang dari medium satu ke medium lain yang memiliki kerapatan optik berbeda. Indeks
bias sebanding dengan rapat massa dan kekentalan yang akan semakin tinggi nilainya jika
konsentrasinya bertambah tinggi.
Pada percobaan dan pengamatan ini, kita membuat larutan dengan konsentrasi yang
berbeda untuk mencari persamaan suatu indeks bias yang dinyatakan dengan:
Dari percobaan tersebut di atas pula dapat terlihat jika harga indeks bias sebanding
dengan meningkatnya harga konsentrasi suatu larutan/campuran. Setelah itu, nilai a dan b
dapat dihitung maka kita dapat memperkirakan larutan dengan konsentrasi x mempunyai
indeks bias sebesar Y.
Untuk menguji kebenaran data, maka harus dicari harga koefisien korelasi antar data
yang diperoleh. Jika harga korelasi, R2 semakin besar, maka hasil pengamatan skala yang
dilakukan mendekati valid. Sebaliknya, jika harga korelasi data, R2 semakin kecil, maka
terjadi kesalahan atas pembacaan hasil pengamatan skala refraktometer yang kita lakukan
yang berakibat data yang kita miliki menjadi kurang valid. Harga R pada umumnya adalah
-1<R<0 atau 0<R<1.
Dalam percobaan diperoleh rata-rata indeks bias untuk 2 ml larutan standar NaCl 2 M
yang telah dilarutkan dalam 50 ml air (0,08 M) adalah 1,3319. Untuk 4 ml larutan standar
NaCl 2 M yang telah dilarutkan dalam 50 ml air (0,16 M) adalah 1,3328. Untuk larutan
standar NaCl 0,24 M rata-rata indeks biasnya adalah 1,3334. Sedangkan larutan standar
NaCl 0,32 M adalah 1,3342. Rata-rata indeks bias untuk 0,4 M adalah 1,3350. Untuk larutan
standar NaCl 0,48 M adalah 1,3358. Sedangkan larutan NaCl standar yang berkonsentrasi
0,56 M adalah 1,3364. Untuk larutan 0,64 M adalah 1,3374. Lalu rata-rata indeks bias
larutan standar NaCl 0,72 M adalah 1,3380. Dan rata-rata indeks bias untuk larutan standar
NaCl 0,8 M adalah 1,3388. Dari hasil pengamatan kita mengetahui bagaimana persamaan
garis yang menyatakan pengaruh indeks bias adan konsentrasi adalah Y = 0,009 x + 1,331
dengan koefisien korelatif sebesar R2 = 0,999.
VII. KESIMPULAN
1.
Besar konsentrasi larutan sampel NaCl yang berindeks bias 1,3329 adalah 0,211 M.
2.
Hubungan antara konsentrasi garam NaCl dan indeks bias dinyatakan dengan
persamaan :
3.
Y = 0,009 x + 1,331
dengan harga R2 = 0,999.
4.
Hubungan antara besar konsentrasi dan harga indeks bias adalah berbanding lurus,
jadi semakin besar
besar konsentrasi suatu larutan maka akan bertambah pula harga indeks bias larutan
tersebut.
I. DAFTAR PUSTAKA
Rosyid, Muhhamad Farchani, Romy Hanang Setya Budhi, Rachmad Resmiyanto dan Dwi
Sabdo Budi
Prasatya. 2008. Kajian Konsep Fisika I. PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri: Solo.
Sears, zemansky. 1994. Fisika Untuk Universitas I. Bina Cipta: Bandung.