Makalah Teori Roy
Makalah Teori Roy
PENDAHULUAN
1. Pendahuluan
Teori Keperawatan diklasifikasikan berdasarkan tingkat keabstrakannya,
dimulai dari meta theory sebagai yang paling abstrak, hingga practice theory sebagai
yang lebih konkrit. Level ke tiga dari teori keperawatan adalah Grand Theory yang
menegaskan fokus global dengan board perspective dari praktik keperawatan dan
pandangan keperawatan yang berbeda terhadap sebuah fenomena keperawatan.
Grand Theory Keperawatan dibedakan dengan Teori Filosofi
Keperawatan. Filosofi bersifat abstrak yang menunjukkan keyakinan dasar
disiplin keperawatan dalam memandang manusia sebagai makhluk biologis dan
respon manusia dalam keadaan sehat dan sakit, serta berfokus kepada respons
mereka terhadap suatu situasi. Filosofi belum dapat diaplikasikan langsung
dalam praktik keperawatan, sehingga perlu dijabarkan dan dibuat dalam
bentuk yang lebih konkrit (less abstrac) yang dikembangkan lebih lanjut dalam
bentuk paradigma keperawatan. Contohnya: Nightingale dalam mendefinisikan
Modern Nursing.
Sedangkan Grand theory keperawatan (Alligood, 2002), menyatakan
teori pada level ini lebih fokus dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan praktisi
keperawatan yang spesifik seperti spesifik untuk kelompok usia pasien, kondisi
keluarga, kondisi kesehatan, dan peran perawat. Pandangan lain oleh Fawcett (1995)
dalam Sell dan Kalofissudis (2004) mendefinisikan grand theory sebagai teori yang
memiliki cakupan yang luas, kurang abstrak dibanding model konseptual tetapi
tersusun atas konsep-konsep umum yang relatif abstrak dan hubungannya tidak dapat
di uji secara empiris. Contohnya yaitu Teori Roy (manusia sebagai sistem yang
adaptif) berasal dari Roy Adaptation Mode.
The Roys Adaptation Model, menjelaskan 4 (empat) elemen essensial
dalam model adaptasi keperawatan yaitu: Manusia, lingkungan, Kesehatan dan
Keperawatan. (Roys menjelaskan bahwa manusia memiliki sistem adaptasi terhadap
berbagai stimulus atau stressor yang masuk. Mekanisme koping merupakan proses
Keperawatan Keluarga
Page 1
penterjemahan stimulus dengan dua sub system yaitu sub system kognator dan sub
system regulator. Hasil dari proses adaptasi akan menghasilkan respon adaptive atau
maladaptive. Secara spesifik Roys menyebutkan dengan istilah Manusia sebagai
system Adaptive. Asuhan keperawatan dengan penerapan teori Roy melalui metode
Prosses Keperawatan merupakan masalah yang menarik untuk dipelajari. Makalah ini
akan menjelaskan Aplikasi The Roys Adaptation Model dalam pelayanan asuhan
keperawatan dengan metode Proses Keperawatan.
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan
Keperawatan Keluarga
Page 2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Model Konsep dan Teori Keperawatan Sister Calista Roy.
Sister Calissta Roy yang lahir di Los Angeles pada tanggal 14 Oktober
1939, Mendefinisikan bahwa keperawatan merupakan suatu analisa proses dan
tindakan sehubungan dengan perawatan sakit atau potensial seseorang untuk sakit.
Teori adaptasi Suster Calista Roy (Roy dan Obloy, 1979,roy,1980,1984,1989)
memandang klien sebagai suatu sistem adaptasi. Sesuai dengan model Roy, tujuan
dari keperawatan adalah membantu seseorang untuk beradaptasi terhadap
perubahan kebutuhan fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan hubugan
interdependensi selama sehat dan sakit (mariner-Tomery,1994).
Dalam Sebuah seminar dengan Dorrothy E. Johnson, Roy tertantang
untuk mengembangkan sebuah model konsep keperawatan. Konsep adaptasi
mempengaruhi Roy dalam kerangka konsepnya yang sesuai dengan keperawatan.
Dimulai dengan pendekatan teori sistem. Roy menambahkan kerja adaptasi dari
Helsen (1964) seorang ahli fisiologis psikologis. Untuk memulai membangun
pengertian konsepnya. Helsen mengartikan respon adaptif sebagai fungsi dari
datangnya stimulus sampai tercapainya derajat adaptasi yang di butuhkan individu.
Derajat adaptasi dibentuk oleh dorongan tiga jenis stimulus yaitu : focal stimuli,
konsektual stimuli dan residual stimuli.
Roy mengkombinasikan teori adaptasi Helson dengan definisi dan
pandangan terhadap manusia sebagai sistem yang adaptif. Selain konsep-konsep
tersebut, Roy juga mengadaptasi nilai Humanisme dalam model konseptualnya
berasal dari konsep A.H. Maslow untuk menggali keyakinan dan nilai dari manusia.
Menurut Roy humanisme dalam keperawatan adalah keyakinan, terhadap
kemampuan
koping
manusia
dapat
meningkatkan
derajat
kesehatan.
Sebagai model yang berkembang, Roy menggambarkan kerja dari ahli-ahli lain di
area adaptasi seperti Dohrenwend (1961), Lazarus (1966), Mechanic
( 1970)
dan Selye (1978). Setelah beberapa tahun, model ini berkembang menjadi sebagai
Keperawatan Keluarga
Page 3
dan
nilai
kemanusiaan,
pengalaman
klinisnya
telah
membantu
perkembangan kepercayaannya itu dalam keselarasan dari tubuh manusia dan spirit.
Keyakinan filosofi Roy lebih jelas dalam kerjanya yang baru pada model adaptasi
keperawatan.
2.2 Konsep Adaptasi Roy.
1.
Keperawatan Keluarga
Page 4
cara-cara penyesuaian yaitu : Fungsi Fisiologis, Konsep diri, Fungsi peran, dan
Interdependensi.
Dalam model adaptasi keperawatan menurut Roy manusia dijelaskan sebagai
suatu sistim yang hidup, terbuka dapat menyesuaikan diri dari perubahan suatu
unsur, zat, materi yang ada dilingkungan. Sebagai sistim yang dapat menyesuikan
diri manusia dapat digambarkan dalam karakteristik sistem, manusia dilihat
sebagai suatu kesatuan yang saling berhubungan antara unit unit fungsionil atau
beberapa unit fungsionil yang mempunyai tujuan yang sama. Sebagai suatu sistim
manusia dapat juga dijelaskan dalam istilah Input, Control, Proses Feedback,
dan Output.
1) Input (Stimulus)
Pada manusia sebagai suatu sistim yang dapat menyesuaikan diri:
yaitu
dengan menerima masukan dari lingkungan luar dan lingkungan dalam diri
individu itu sendiri (Faz Patrick & Wall; 1989). Input atau stimulus yang
masuk, dimana feedbacknya dapat berlawanan atau responnya yang berubah
ubah dari suatu stimulus. Hal ini menunjukkan bahwa manusia mempunyai
tingkat adaptasi yang berbeda dan sesuai dari besarnya stimulus yang dapat
ditoleransi oleh manusia.
2) Mekanisme Koping.
Adalah tiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan stress, termasuk
upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang
digunakan untuk melindungi diri (stuart, sundeen; 1995). Manusia sebagai
suatu sistim yang dapat menyesuaikan diri disebut mekanisme koping, yang
dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu Mekanisme koping bawaan dan dipelajari.
Mekanisme koping bawaan, ditentukan oleh sifat genetic yang dimiliki,
umumnya dipandang sebagai proses yang terjadi secara otomatis tanpa
dipikirkan sebelumnya oleh manusia. Sedangkan mekanisme koping yang
dipelajari, dikembangkan melalui strategi seperti melaui pembelajaran atau
pengalaman-pengalaman
Keperawatan Keluarga
yang
ditemui
selama
menjalani
kehidupan
Page 5
adalah
Page 6
bagian
korteks
mensekresikan
kortisol
atau
Keperawatan Keluarga
Page 7
Cara
penyesuaian
diri
diatas
ditentukan
dengan
menganalisa
dan
Input
Stimuli
internal dan
external
Tkt. Adaptasi
Fokal
Kontextual
Residual
Efektor
Proses
kontrol
Mekanisme
koping
Regulator
Kognator
Fs. Fisiologi
Konsep Diri
Fs. Peran
Interdependen
Output
Respons :
Adaptif
Maladaptif
Umpan Balik
Sumber :
2.3 Stimulus.
Roy menjelaskan bahwa Lingkungan digambarkan sebagai stimulus
(stressor) lingkungan sebagai stimulus terdiri dari dunia dalam (internal) dan
diluar (external) manusia.(Faz Patrick & Wall,1989). Stimuluis Internal adalah
keadaan proses mental dalam tubuh manusia berupa pengalaman, kemampuan
Keperawatan Keluarga
Page 8
emosional, kepribadian dan Proses stressor biologis (sel maupun molekul) yang
berasal dari dalam tubuh individu. Stimulus External dapat berupa fisik, kimiawi,
maupun psikologis yang diterima individu sebagai ancaman(dikutip oleh
Nursalam;2003).
2.4 Tingkat Adaptasi
Tingkat adaptasi merupakan kondisi dari proses hidup yang tergambar dalam
3 (tiga kategori), yaitu 1) integrasi, 2) kompensasi, dan 3) kompromi. Tingkat
adaptasi seseorang adalah perubahan yang konstan yang terbentuk dari stimulus.
Stimulus merupakan masukan ( Input ) bagi manusia sebagai sistem yang adaptif.
Lebih lanjut stimulus itu dikelompokkan menjadi 3 (tiga) jenis stimulus, antara
lain: 1) stimulus fokal, 2) stimulus kontektual, dan 3) stimulus residual.
1) Stimulus Fokal
yaitu stimulus yang secara langsung dapat menyebabkan keadaan sakit dan
ketidakseimbangan yang dialami saat ini. Contoh : kuman penyebab
terjadinya infeksi
2) Stimulus Kontektual.
yaitu stimulus yang dapat menunjang terjadinya sakit (faktor presipitasi)
seperti keadaan tidak sehat. Keadaan ini tidak terlihat langsung pada saat ini,
misalnya penurunan daya tahan tubuh, lingkungan yang tidak sehat.
3) Stimulus Residual
yaitu sikap, keyakinan dan pemahaman individu yang dapat mempengaruhi
terjadinya keadaan tidak sehat, atau disebut dengan Faktor Predisposisi,
sehingga terjadi kondisi Fokal, misalnya ; persepsi pasien tentang penyakit,
gaya hidup, dan fungsi peran.
2.5 Sehat-Sakit (Adaptive dan Maladaptif)
Kesehatan dipandang
secara utuh dan integrasi secara keseluruhan . Integritas atau keutuhan manusia
meyatakan secara tidak langsung bahwa kesehatan atau kondisi tidak terganggu
mengacu
pemenuhan
kelengkapan
atau kesatuan
dari
Keperawatan Keluarga
Page 9
tidak ada integrasi adalah kurang sehat. Definisi kesehatan ini lebih dari tidak
adanya sakit tapi termasuk penekanan pada kondisi baik. Dalam model adaptasi
keperawatan konsep sehat dihubungkan dengan konsep adaptasi. Adaptasi yang
tidak memerlukan energi dari koping yang tidak efektif dan memungkinkan
manusia berespon
Keperawatan Keluarga
Page 10
2.6 Keperawatan.
Roy menggambarkan
Sebagai
ilmu,
menghubungkan
kesehatan
keperawatan
mengobservasi,mengklasifikasi dan
(1983) Sebagai
disiplin
berpengaruh
praktek keperawatan
pada status
menggunakan
pada
manusia yang biasa menjadi koping yang tidak efektif manusia memerlukan
seorang perawat. Ini tidak harus, bagaimanapun diinterpretasi untuk memberi arti
bahwa
aktivitas
tidak hanya
menyetujui pendekatan
diberikan
ketika manusia
holistic keperawatan
dilihat
sebagai proses
untuk
adaptasi
dalam tiap
Page 11
upaya koping yang tidak efektif dan memungkinkan individu untuk merespon
stimulus yang lain . Kondisi tersebut dapat mencapai peningkatan penyembuhan
dan kesehatan . Jadi , peranan penting adaptasi sangat ditekankan pada konsep
ini. Tujuan dari adaptasi adalah membantu perkembangan aktivitas keperawatan,
yang digunakan
pada proses
keperawatan meliputi
pengkajian,diagnosa
tentang perilaku
dan
komunikasi dengan
individu. Dari data tersebut perawat membuat alas an sementara tentang apakah
perilaku dapat menyesuaikan diri atau tidak efektif. Tingkat kedua pengkajian
adalah mengumpulkan data tentang focal, kontekstual, dan residual stimuli.
Sebelum tingkat pengkajian ini perawat mengidentifikasi factor-faktor yang
mempengaruhi perilaku yang diobservasi pada pengkajian tingkat pertama.
Keterlibatan ini penting
untuk menetapkan
factor-faktor
utama
yang
dan
meliputi
pengelolaan
atau
manipulasi
stimulus
Page 12
perawatan
dirinya.
Tujuan
disusun
berdasarkan
tujuan
yang
saling
menguntungkan.
Menurut Roy, kapan Keperawatan itu dibutuhkan?. Jawabannya adalah:
Manusia sebagai Sistem Adaptive (dapat menyesuaikan diri), sakit atau memilki
potensi sakit. Biasanya ketika mengalami stress atau kelemahan/kekurangan
mekanisme Coping, biasanya manusia berusaha untuk menanggulangi yang tidak
efektif. Menusia berusaha meminimalkan kondisi yang tidak efektif yang
memelihara yang adaptive. Dengan peningkatan adaptasi menusia terbebas dari
pemakaian energi dan enegi tersebut dapat digunakan untuk stimulus yang lain.
Hubungan komponen Dasar dalam Model Adaptasi Keperawatan.
Adaptasi adalah konsep sentral dan konsep yang menyatukan konsepkonsep lain dalam model ini. Penerima pelayanan keperawatan adalah manusia
sebagai adaptif sistem yang menerima stimulus dari lingkungan internal dan
eksternal. Stimulus-stimulus ini mungkin berada dalam area atau di luar area
adaptasi manusia
Keperawatan Keluarga
Page 13
Keperawatan
Output
Interaksi
Lingkungan
Adaptasi
untuk meningkatkan
Integriatas
Kesehatan
Respon
inefektif
2.7 MENGIDENTIFIKASI
PENERAPAN
PROSES
PENDEKATAN TEORY MODEL ADAPTASI ROY
KEPERAWATAN
Keperawatan Keluarga
Page 14
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
Keperawatan Keluarga
Page 15
2.
Pengkajian Stimulus.
Setelah pengkajian perilaku, perawat menganalisis data-data yang muncul
ke dalam pola perilaku pasien (empat model respon perilaku) untuk
menfidentifikasi respon-respon inefektive atau respon-respon adaptive yang perlu
didukung oleh perawat untuk dipertahankan. Ketika perilaku inefektive atau
perilaku adaptive yang memerlukan dukungan perawat, perawat membuat
pengkajian tentang stimulus internal dan ekternal yang mungkin mempengaruhi
Keperawatan Keluarga
Page 16
perilaku. Dalam fase pengkajian ini perawat mengumpulkan data tentang stimulus
fokal, kontektual dan residual yang dimiliki pasien. Proses ini mengklarifikasi
penyebab dari masalah dan mengidentifikasi factor-faktor kontektual (faktor
presipitasi) dan residual (factor Predisposisi) yang berhubungan erat dengan
penyebab. Berikut
Keluarga
Fase perkembangan
Pertimbangan
lingkungan
3. Diagnosa Keperawatan.
Rumusan Diagnosa Keperawatan adalah
Metode Pertama
Adalah menggunakan satu tipologi diagnosa yang berhubungan dengan 4
(empat) cara penyesuaian diri (adaptasi). Penerapan metode ini ialah dengan
cara mengidentifikasi perilaku empat model adaptasi, perilaku adaptasi yang
ditemukan disimpulkan menjadi respon adaptasi (lihat tabel 2). Respon
Keperawatan Keluarga
Page 17
Metode Kedua
Adalah membuat diagnosa keperawatan berdasarkan hasil observasi
respon dalam satu cara penyesuaian diri dengan memperhatikan stimulus yang
sangat berpengaruh. Metode ini caranya ialah menilai perilaku respon dari
satu cara penyesuaian diri, respom perilaku tersebut dinyatakan sebagai
statemen masalah. Sedangkan penyebab adalah hasil pengkajian tentang
stimulus. Stimulus tersebut dinyakatan sebagai penyebab masalah. Misalnya:
Nyeri dada yang disebabkan oleh kurannyag suplay oksigen ke otot jantung
3)
Metode Ketiga
Adalah kumpulan respon-respon dari satu atau lebih cara (mode Adaptive)
berhubungan dengan beberapa stimulus yang sama. Misalnya pasien
mengeluh nyeri dada sangat beraktivitas (olah raga) sedangkan pasien adalah
atlit senam. Sebagai pesenam tidak mampu melakukan senam. Kadaan ini
disimpulkan diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Kegagalan peran
berkaitan dengan keterbatan fisik. Pasien tidak mampu untuk bekerja
melaksnakan perannya.
Oksig
enasi.
Hipoksia/syoks.
Gangguan
ventilasi.
Inadekuat
pertukaran gas.
Keperawatan Keluarga
6.
sensoris.
Nyeri akut.
Nyeri kronis.
Sensori overload.
Gangguan
sensori
primer.
Potensial injuri.
Page 18
Inadekuat
transport Gas
Gangguan
perfusi jaringan.
2.
Kehilangan
kemampuan perawatan diri.
Gangguan persepsi.
Potensial injuri/ hilang
kemam-puan merawat diri.
nutrisi
.
7.
Malnutrisi.
Mual,muntah.
Anoreksia.
3.
Diare.
Konstipasi.
Kembung.
Retensi Urine.
Inkontinensia
urine.
8.
4.
5.
9.
Fungsi
endokrin.
Inefektiv
regulator
hormon.
Inefektiv
pengembangan reproduksi.
Ketidakstabilan sikulus
ritme stress internal.
interg
ritas kulit.
Fungsi
Nerologis.
Penurunan kesadaran.
Defisit memori.
Ketidakstabilan
perilaku dan mood.
aktivit
as dan istirahat.
Inadekuat pola
aktivitas dan istirahat.
Intolenransi
aktivitas.
Immobilisasi.
Gangguan tidur.
dan
elektriolit.
Dehidrasi.
Edema.
Shok
hipo/hipervolemik.
Hyper
atau
hipokalsemia.
Ketidakseimbangan
asam basa.
elimin
asi.
cairan
Gatal-gatal.
Kekeringan.
Infeksi.
Dekubitus
KONSEP DIRI
Pandangan terhadap fisik.
Keperawatan Keluarga
Kehilangan.
Seksual disfungtion.
Merasa bersalah.
FUNGSI PERAN
Transisi peran.
Peran berbeda.
Konflik peran.
Kegagalan peran.
INTERDEPENDENSI
Kecemasan.
Merasa.
Ditinggalkan/isolasi.
Sumber: Julia B.George, RN,PhD (editor) 1995, Nursing Theories, The Base for
Profesional Nursing Practice. 4th. Appleton & lange Norwalk, Connecticut.
4.
Merumuskan Tujuan
Tujuan adalah harapan perilaku akhir dari manusia yang dicapai. Itu
dicatat merupakan indikasi perilaku dari perkembangan adaptasi masalah pasien.
Pernyataan masalah meliputi perilaku. Pernyataan tujuan meliputi: perilaku,
perubahan yang diharapkan dan waktu. Tujuan jangka panjang menggambarkan
perkembangan individu, dan proses adaptasi terhadap masalah danm tersedianya
energi untuk tujuan lain (kelangsungan hidup, tumbuh, dan reproduksi). Tujuan
jangka pendek mengidentifikasi hasil perilaku pasien setelah managemen
stimulus fokal dan kontektual. Juga keadaan perilaku pasien itu indikasi koping
dari sub sistim regulator dan kognator.
5. Rencana Tindakan
Rencana tindakan keperawatan ialah perencanaan yang bertujuan untuk
mengatasi/memanipulasi stimulus fokal kontektual dan residual, Pelaksanaan juga
difokus pada besarnya ketidakmampuan koping manusia atau tingkat adaptasi,
begitu juga hilangnya seluruh stimulus dan manusia dalam kemampuan untuk
beradaptasi. Perawat merencanakan tindakan keperawatan spesifik terhadap
gangguan atau stimulus yang dialami. Standar tindakan keperawatan menurut
Keperawatan Keluarga
Page 20
teori adaptasi roy adalah seperti terlihat pada tabel 3. (dikutip oleh
Nursalam,2003)
Tujuan intervensi keperawatan adalah pencapaian kondisi yang optimal,
dengan menggunakan koping yang konstruktif (Julia B.George; 1995). Intervensi
ditujukan pada peningktan kemampuan koping secara luas. Tindakan diarahkan
pada subsistim regulator (proses fisiologis/biologis) dan kognator (proses pikir.
Misalnya: perspesi, pengetahuan, pembelajaran).
1.
Kriteria
2.
3.
4.
5.
6.
7.
menyiapkan peralatan
dalam dressing car.
2.
menyeiapkan
cairan
infus/makanan/darah.
3.
memberikan penjelasan
pada pasien.
4.
mencocokan
jenis
Keperawatan Keluarga
1.
5.
6.
cairan/darah/diet makanan
mengatur posisi pasien.
melakukan pemasangan
infus/darah/makana
1.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Menyakinkan kepada pasien bahwa dia adalah tetap sebagai individu yang
berguna bagi keluarga dan msayarakat.
mendukung upaya kegiatan atau kreativitas pasien.
melibatkan pasien dalam setiap kegiatan, terutama dalam pengobatan
dirinya.
Melibatkan pasien dalam setiap mengambil keputusan menyangkut diri
pasien.
bersifat terbuka dan komunikastif pada pasien.
mengijinkan keluarga untuk memberikan dukungan kepada pasien
Keperawatan Keluarga
Page 22
7.
perawat dan keluarga selalu memberikan pujian atas sikap pasien yang
dilakukan secara benar dalam perawatan.
8.
Perawat dan keluarga selalu bersikap halus dan meneriman jika ada sikap
yang negatif dari klein.
STANDAR TINDAKAN PADA GANGGUAN INTERDEPENSI
1.
2.
3.
4.
6. Evaluasi:
Proses keperawatan diselesaikan/dilengkapi dengan fase evaluasi.
PerilakuTujuan dibandingkan dengan respon-respon perilaku yang dihasilkan,
dan bagaimana pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Penetapan keberhasilan
suatu asuhan keperaweatan didasarkan pada perubahan perilaku dari kriteria hasil
yang ditetapkan. Perawat memperbaiki tujuan dan intervensi setelah hasil evaluasi
ditetapkan.
3
APLIKASI
TEORI
ADAPTASI
ROY
DALAM
KEPERAWATAN
KELUARGA
Model adaptasi Suster Calista Roy (1976) menjabarkan konsep individu
sebagai sistem adaptif yang berinteraksi dengan stimulus melalui empat cara
respons: fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan saling ketergantungan. Menurut
Roy, asuhan keperawatan berfokus pada respons seorang terhadap interaksi dengan
lingkungan eksternal dan terhadap stimulus internal dan eksternal yang
mempengaruhi adaptasi. Dalam karya awal Roy (1976), keluarga dipandang sebagai
ruang lingkup individu. Kemudian Roy dan Roberts (1981) mengubah penjabaran
konsep keluarga sebagai (konteks) ini menjadi keluarga sebagai suatu system
adaptif yang seperti individu, memiliki input, kendali interna dan proses umpan
balik, dan output (Whall & Fawcett, 1991a, hlm. 23). Roy menjelaskan bahwa
keluarga, individu, kelompok, organisasi social, dan komunitas, dapat menjadi unit
analisis dan fokus praktik keperawatan. McCubbin dan figley (1983) menyatakan
Keperawatan Keluarga
Page 23
bahwa konsep koping dalam model Roy dapat dengan mudah diperluas menjadi
unit keluarga, yaitu pola koping keluarga yang tidak efektif menyebabkan masalah
fungsi keluarga. Selain itu, teori Roy menekankan promosi kesehatan dan
pentingnya membantu klien dalam memanipulasi lingkungan mereka, yang
konsisten dengan interaksi lingkungan keluarga yang ditekankan
dalam
keperawatan keluarga.
Kegunaan dan kepopularitasan model Roy terbukti dalam Boston-Based
Research in Nursing Society (BBARNS), yang terbukti meningkatkan proyek
kemitraan dan kolaboratif diantara para peneliti keperawatan yang bekerja
menggunakan model Roy (Pollack, Frederickson, Carson, Mawssey, & Roy, 1994).
Contoh penelitian yang menggunakan Model adaptasi Roy termasuk studi yang
dilakukan Zhan (2000) tentang adaptasi kognitif dan konsistensi diri pada lansia
yang mengalami gangguan pendengaran dan studi yang dilakukan Badger (1991)
tentang citra tubuh interna dikalangan anak tunarungu dan yang dapat mendengar.
Baru-baru ini, Hanna dan Roy (2001) membahas kesinambungan pengembangan
model Roy terkait dengan keperawatan keluarga dan mencatat bahwa keluarga
dapat dijabarkan sebagai ruang lingkup individu atau keluarga dapat dijabarkan
sebagai orang atau kelompok yang saling terkait.
Keperawatan Keluarga
Page 24
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Roy mengemukakan bahwa manusia sebagai sebuah sistim yang dapat
menyesuaikan diri (adaptive system ). Sebagai sistim yang dapat menyesuaikan
diri manusia dapat digambarkan secara holistik (bio, psicho, Sosial) sebagai satu
kesatuan yang mempunyai Inputs (masukan), Control dan Feedback Processes
dan Output (keluaran/hasil). Proses kontrol adalah Mekanisme Koping yang
dimanifestasikan dengan cara-cara penyesuaian diri. Lebih spesifik manusia
didefinisikan sebagai sebuah sistim yang dapat menyesuaikan diri dengan
activifitas kognator dan Regulator untuk mempertahankan adaptasi dalam empat
cara-cara penyesuaian yaitu : Fungsi Fisiologis, Konsep diri, Fungsi peran, dan
Interdependensi.
Dalam karya awal Roy (1976), keluarga dipandang sebagai ruang lingkup
individu. Kemudian Roy dan Roberts (1981) mengubah penjabaran konsep
keluarga sebagai (konteks) ini menjadi keluarga sebagai suatu system adaptif
yang seperti individu, memiliki input, kendali interna dan proses umpan balik, dan
output (Whall & Fawcett, 1991a, hlm. 23). Roy menjelaskan bahwa keluarga,
individu, kelompok, organisasi social, dan komunitas, dapat menjadi unit analisis
Keperawatan Keluarga
Page 25
dan fokus praktik keperawatan. McCubbin dan figley (1983) menyatakan bahwa
konsep koping dalam model Roy dapat dengan mudah diperluas menjadi unit
keluarga, yaitu pola koping keluarga yang tidak efektif menyebabkan masalah
fungsi keluarga.
3.2 Saran
Roy menekankan promosi kesehatan dan pentingnya membantu klien
dalam memanipulasi lingkungan mereka, yang konsisten dengan interaksi
lingkungan keluarga yang ditekankan dalam keperawatan keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Friedman, Marilyn, Bouden, Vicky, dkk. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset,
Teori dan Praktik. Jakarta:EGC
Kathleen Koening Blais et al. 2006. Praktik Keperawatan Profesional, Konsep dan
Persefektif. Jakarta: EGC
Keperawatan Keluarga
Page 26