Anda di halaman 1dari 11

PENENTUAN KADAR ASPHALTENE

(HEPTANE INSOLUBLE) - IP 143

Oleh:

Indah Kurniawaty - 747499

Disusun berdasarkan:
IP 143/90 BS 2000 : Part 143 : 1993

JULI 2010
PENENTUAN KADAR ASPHALTENE
(HEPTANE INSOLUBLE) - IP 143

Disusun berdasarkan:
IP 143/90 BS 2000 : Part 143 : 1993

Disiapkan oleh, Dikaji ulang oleh,

Indah Kurniawaty Sri Purwaningsih


Tgl : Tgl :
Penentuan Kadar Asphaltene (Heptane Insoluble) – IP 143
IP 143/90 BS 2000 : Part 143 : 1993

1. Ruang Lingkup
1.1 Metode ini menjelaskan prosedur untuk menentukan kandungan asphaltene
heptane insoluble pada gas oil, diesel fuel, lubricating oil, bitumen, dan crude
petroleum yang telah didistilasi dengan temperatur 260 oC
1.2 Presisi dapat diterapkan untuk nilai antara 0.50% m/m dan 30.0% m/m. Nilai
diluar kisaran masih bisa valid tapi dengan tingkat keyakinan yang berbeda
1.3 Oil yang mengandung aditif dapat memberikan nilai yang salah

2. Definisi
2.1 Asphaltene : persentase massa dari wax-free material yang tidak larut dalam
heptane tapi larut dalam benzene panas

NOTE 1: ekstraksi dengan benzene tidak direkomendasikan karena tingkat racun yang tinggi dari
material ini, dan hanya boleh digunakan untuk tujuan tertentu.
NOTE 2: untuk kegiatan normal, toluen sebaiknya digunakan untuk menggantikan benzene. Presisi
dari metode ketika menggunakan toluene sama seperti ketika menggunakan benzene.

3. Prinsip
3.1 Sejumlah kecil sampel dilarutkan dalam heptane dan material yang tidak larut,
terdiri atas asphaltene dan senyawa wax, dipisahkan dalam kondisi refluk
panas dengan heptane. Asphaltene diisolasi dengan ekstraksi menggunakan
toluene

4. Peralatan
4.1 Condenser : dengan coil atau double surface, yang pas dengan sambungan
B34 ground glass pada bagian bawahnya. Panjang minimum 300 mm.
4.2 Reflux Extractor : digambarkan pada Gambar 1. Dimensi dari benda ini sangat
penting dan harus dipenuhi
Gambar 1. Ekstraktor

4.3 Conical flask : gelas borosilikat dengan kapasitas tertentu (lihat Klausul 8)
dengan sambungan B24 ground glass
4.4 Stopper : gelas borosilikat, ukuran B24
4.5 Evaporating dish : gelas borosilikat, hemispherical, diameter 90 mm
4.6 Filter funnel : gelas borosilikat, diameter 100 mm
4.7 Filter paper : grade 42, diameter 110 mm atau 125 mm
4.8 Balance : memiliki presisi standar deviasi 0.1 mg atau lebih baik
4.9 Forceps : stainless steel, ujung bulat
4.10 Stopwatch : digital atau analog, akurat sampai 1 detik
4.11 Oven : mampu menjaga temperatur 105±5oC
4.12 Graduated cylinders : kapasitas 50 ml dan 100 ml
4.13 Stirring rods : kaca atau PTFE, 150 mm x 3 mm
4.14 Cooling vessel : desikator atau stoppered vessel lainnya. Penggunaan
desikan tidak dianjurkan

5. Material
5.1 Heptane : kualitas analitikal reagen
5.2 Toluene : kualitas analitikal reagen atau nitation grade
PERHATIAN : Toluene adalah racun, hidrokarbon volatil yang dapat terserap dengan menghirup uap
atau melalui kulit dengan kontak secara langsung dengan cairan. Gunakan di ruangan dengan
ventilasi baik dan hindari kontak dengan kulit.

5.3 Benzene : kualitas analitikal reagen atau nitration grade

PERHATIAN : Benzene adalah sangat beracun, hidrokarbon volatil yang dapat terserap dengan
menghirup uap atau melalui kulit dengan kontak secara langsung dengan cairan. Gunakan di ruangan
dengan ventilasi baik dan hindari kontak dengan kulit, gunakan sarung tangan. Terlalu lama terkena
paparan dapat menimbulkan efek yang bahaya.

6. Sampel
6.1 Sampel harus disiapkan sesuai dengan prosedur ISO 3170, ISO 3171, dan
atau standar lainnya yang ekivalen dan ditempatkan dalam kontainer sesuai
dengan jenis sampel

7. Peparasi Sampel
7.1 Sampel dari mobile petroleum produk harus diperiksa homogenitasnya
sebelum dianalisis. Dengan pengadukan, tanpa penambahan panas adalah
cara yang direkomendasikan
7.2 Sampel residu dengan viskositas yang lebih tinggi, dapat dipanaskan pada
temperatur kurang dari 80oC sebelum diaduk dan dicek homogenitasnya
7.3 Sampel penetrasi grade bitumen dapat dipanaskan pada temperatur kurang
dari 120 oC sebelum dianalisis
7.4 Sampel bitumen yang keras harus dihaluskan terlebih dahulu sebelum
dianalisis
7.5 Sampel dari crude oil harus disiapkan sesuai dengan Annex A
8. Perpindahan Sampel
8.1 Ke dalam conical flask dengan ukuran tertentu, timbang hingga angka 0.01
gram sampel, atau residu yang diperoleh dari prosedur Annex A, tidak
melebihi 10 gram, dan akan memberikan hasil akhir massa asphaltene tidak
melebihi 0.25 gram. Tabel 1 memberikan saran banyaknya sampel yang
digunakan

9. Persiapan Peralatan
9.1 Bersihkan semua peralatan gelas dengan merendamnya dalam asam sulfat
atau asam kromat setidaknya 12 jam. Dengan menggunakan forseps, bilas
dengan air keran lalu air distilat, terakhir menggunakan acetone. Keringkan
dalam oven pada temperatur 105±5oC selama 30 menit dan dinginkan dalam
desikator selama 30 menit sebelum ditimbang

PERHATIAN: Asam kromat dapat menimbulkan bahaya jika kontak dengan material organik, dan
beracun serta korosif tinggi. Asam sulfat juga korosif. Jika memakai bahan tersebut, gunakan
pelindung wajah, dan baju pelindung badan serta sarung tangan.

10. Prosedur:
10.1 Tambahkan heptane pada sampel dalam labu dengan perbandingan 30 ml
untuk setiap 1 gram sampel jika perkiraan kadar asphaltene dibawah 25.0 %
m/m, dan perbandingan 50 ml heptane untuk setiap 1 gram sampel jika
perkiraan kadar asphaltene di atas 25.0 % m/m. Volume minimum heptane
yang dapat digunakan adalah 25 ml.

Tabel 1 : Banyak sampel, labu, dan volume heptane yang dibutuhkan


Kadar Asphaltene yang Banyaknya Labu Volume Heptane
diharapkan Sampel (ml) (ml)
(% m/m) (gram)
< 0.50 10±2 1000 240-360
0.50-2.0 6-10 500 180-300
2.0-5.0 3-5 250 90-150
5.0-10.0 1.5-2.5 150 45-75
10.0-25.0 0.5-1.0 100 25-30
> 25.0 0.5±0.2 100 25

10.2 Didihkan campuran sampel dan heptane dalam kondisi refluks selama 60±5
menit. Pindahkan labu dan isinya dari sistem refluks, dinginkan kemudian
tutup dengan kaca arloji, simpan dalam tempat yang gelap selama 90-150
menit dihitung dari saat memindahkan labu dari refluks.
10.3 Siapkan kertas saring dan lipat seperti pada gambar 2 (untuk mencegah
kehilangan asphaltene karena bergerak) lalu tempatkan dalam corong filtrasi
menggunakan pinset. Selalu gunakan pinset untuk memindahkan kertas
saring. Tanpa diaduk, tuangkan cairan melewati kertas saring kemudian
pindahkan residu dalam labu sebanyak mungkin menggunakan heptane yang
telah dipanaskan, gunakan batang pengaduk jika diperlukan. Terakhir, bilas
labu dengan heptane panas kemudian tuangkan ke kertas saring. Simpan
labu tanpa dicuci.
10.4 Pindahkan kertas saring dan isinya ke dalam Reflux Extractor. Gunakan labu
yang berbeda dari yang pertama, refluks dengan heptane dengan laju alir 2-4
tetes/detik dari ujung kondensor dengan waktu tidak kurang dari 60 menit
atau sampai tetes heptane dari bagian bawah ekstraktor tidak meninggalkan
residu di sisi dalam gelas evaporasi.
10.5 Ganti labu dengan labu pertama yang digunakan. Isi dengan toluene
sebanyak 30-60 ml dan lanjutkan reflux sampai semua asphaltene terlepas
dari kertas saring.
10.6 Pindahkan isi dari labu ke glass evaporating dish yang telah dibersihkan dan
dikeringkan dan ditimbang hingga mendekati 0.2 mg. Cuci labu dengan
sedikit toluene (tidak lebih dari 30 ml). Hilangkan toluene dengan cara
evaporasi di water bath.
Perhatian: lakukan dalam ruang asam
10.7 Keringkan kaca arloji dan isinya dengan memanaskan dalam oven pada
temperatur 105±5oC selama 30 menit. Dinginkan dalam desikator selama 30-
60 menit dan timbang dengan mengurangi berat kaca arloji yang telah
ditimbang sebelumnya dan telah diperlakukan sama (dipanaskan dan
didinginkan sesuai prosedur).

11. Perhitungan:
11.1 Hitung kadar asphaltene dalam produk petroleum hingga 0.01 % m/m sesuai
persamaan berikut:

Dimana: A = kadar asphaltene, % m/m


M = massa asphaltene, gram
G = massa sampel, gram

11.2 Hitung kadar asphaltene dari crude oil seperti yang dijelaskan di Annex A
hingga 0.01 % m/m sesuai persamaan berikut:

Dimana: A = kadar asphaltene, % m/m


M = massa asphaltene, gram
G = massa sampel, gram
R = massa residu dari distilasi, gram
D = massa sampel distilasi, gram

12. Pelaporan
12.1 Laporkan kadar asphaltene untuk nilai kurang dari 1.00% m/m dengan hingga
angka 0.05% m/m
12.2 Laporkan kadar asphaltene untuk nilai lebih dari 1.00% m/m hingga angka
0.1% m/m
12.3 Laporkan hasil sebagai Asphaltenes, IP 143

13. Presisi
13.1 Repeability : perbedaan antara hasil analisa yang dilakukan berturut-turut
yang dihasilkan oleh orang yang sama dengan peralatan yang sama dibawah
kondisi operasi yang sama dalam material tes identik dilakukan dalam jangka
panjang. Pada kondisi normal dan penyesuaian dari metode ini, nilai yang
akan melewati batas hanya ditemukan satu dari 20 kasus
r = 0.1 A
dimana A = asphaltene, % m/m

13.2 Reproducibility : perbedaan antara dua hasil analisa yang diperoleh dari
operator yang berbeda di laboratorium yang berbeda dengan material tes
identik yang dilakukan dalam jangka panjang. Pada kondisi normal dan
penyesuaian dari metode ini, nilai yang akan melewati batas hanya
ditemukan satu dari 20 kasus
R = 0.2 A
dimana A = asphaltene, % m/m

NOTE 5: presisi ini didapatkan dengan analisa statistik dari hasil inter-laboratorium dan pertama kali
dipublikasikan pada tahun 1956. Benzene digunakan dalam ekstraksi wax untuk mengevaluasi
program ini. Hasil yang diperoleh pada tahun 1975 dengan menggunakan toluene menunjukkan hasil
presisi yang sama.

ANNEX A
PERSIAPAN RESIDU CRUDE PETROLEUM DENGAN DISTILASI
Annex ini merupakan kesatuan bagian dari metode tes
A1. Ruang Lingkup
A1.1 Annex ini menjelaskan prosedur untuk menyiapkan sampel residu crude
petroleum yang sesuai untuk penentuan kadar asphaltene.

A2. Prinsip
A2.1 Sejumlah sampel yang telah ditimbang didistilasi dalam peralatan gelas dengan
kondisi panas dan laju distilasi yang telah ditentukan. Distilasi selesai ketika
temperatur oil mencapai 260oC dan dihasilkan residu.

A3. Peralatan
A3.1 Peralatan distilasi : mengacu Appendix A3 IP 123
A3.2 Termometer : mengacu IP 4C
A3.3 Graduated Cylinder : 100 ml, mengacu Appendix A3 IP 123
A3.4 Drying Apparatus : bisa digunakan salah satu:
A3.4.1 Centrifuge
A3.4.2 Filter Apparatus : dengan tekanan
A3.4.3 Steel Container Heated
A3.4.4 Cottrell type electrostatic separator
A3.5 Distillation Apparatus : seperti yang dijelaskan di A3.1 tapi dengan 500 ml labu
distilasi dan dilengkapi dengan bath yang transparan dengan temperatur 15±3 oC
pada bagian receiver.
A3.6 Separating funnel : 200 ml
A3.7 Graduated Cylinder : 500 ml

A4. Persiapan Sampel


A4.1 Jika crude petroleum mengandung banyak air sehingga menyulitkan proses
distilasi, keringkan sampel dengan metode yang sesuai sehingga menghindari
senyawa volatil hilang. Metode yang sesuai adalah sbb:
A4.1.1 Pisahkan air dengan cara gravitasi atau dengan cara sentrifugasi dalam
wadah tertutup pada kondisi temperatur serendah mungkin
A4.1.2 Saring sampel pada temperatur yang serendah mungkin, pada kondisi
atmosfer atau dengan pemberian tekanan, melalui anhydrous kalsium
klorida. Sodium sulfat, atau drying agent lainnya yang sesuai di vessel
yang tertutup.
A4.1.3 Panaskan sampel dalam kontainer steel tertutup yang dilengkapi dengan
termometer dan pressure gauge. Isi kontainer hingga 70% kapasitas dan
panaskan hingga minyak mencapai temperatur 200oC, atau hingga
tekanan 700kPa tercapai. Biarkan kontainer dingin dan pindahkan minyak
dari air.
A4.1.4 Pisahkan air secara elektrostatik dengan mengadaptasi prinsip Cottrell.
Peralatan yang terdiri atas beaker glass tinggi dengan brass-gauze
cylinder fitting di dalamnya dan dilapisi dengan flannel yang telah
dijenuhkan dengan air serta diperas sehingga tetap lembab. Central
electrode adalah brass gauze yang digulung menjadi silinder, menempel
pada peralatan gelas yang diputar pada kecepatan 30rev/menit. Tuang
sampel ke beaker dan berikan tegangan dari 12 mm koil induksi atau
sumber lainnya. Hentikan presipitasi pada interval tertentu untuk
menghindari hilangnya komponen volatil dan memberikan waktu untuk
minyak agar dingin. Air akan cenderung bergabung dan mengalir melalui
lapisan flannel.
A4.1.5 Distilasi air dengan satu atau lebih volatil hidrokarbon dan pisahkan air
dari distilat, kembalikan distilat minyak ke residu. Peralatan yang terdiri
dari 500 ml labu distilasi disambungkan ke kondenser (seperti yang
dijelaskan di bagian A3.5) yang dilalui sirkulasi air es. Outlet kondenser
disambungkan ke separating funnel dengan kapasitas 200 ml, berada
dibawah permukaan balok es. Masukkan 300ml sampel ke dalam labu
dan tutup dengan sumbat gabus yang dilengkapi termometer IP 4C,
sehingga ujung termometer terendam dalam sampel. Panaskan labu
secara perlahan hingga suhu mencapai 150oC, uap akan mengalir
disepanjang kondenser dan akan berubah menjadi cairan yang kemudian
akan ditampung di labu. Hentikan distilasi ketika tidak ada lagi air yang
melewati distilasi dan biarkan residu dingin hingga menvapai temperatur
kamar. Pindahkan air yang terkumpul melewati separating funnel,
kembalikan distilat minyak ke dalam labu dan campur dengan residu. Jika
diperlukan campuran dapat dikeringkan lebih lanjut dengan kalsium
klorida.

A5. Prosedur
A5.1 Tentukan density minyak pada 15oC dengan ISO 3675 (IP 60) atau dengan
metode lainnya yang telah diakui.
A5.2 Tempatkan termometer IP4C kedalam labu distilasi dengan sumbat gabus, atur
sedemikian rupa sehingga ujung termometer berjarak 2±0.5 mm dari bagian
bawah labu. Pindahkan gabus dan termometer, tandai posisi yang sudah sesuai
tadi. Timbang labu hingga 0.1 gram, masukkan sampel 100 ml pada suhu 15 oC,
timbang kembali. Jangan biarkan ada minyak mengalir ke dalam tabung uap
selama operasi ini berlangsung. Pasang kembali sumbat gabus dan termometer.
A5.3 Seka tabung kondenser untuk menghilangkan bahan yang tertinggal dari analisa
sebelumnya. Tempatkan labu dan isinya dengan posisi tabung uap berada dalam
tabung kondenser. Pastikan sambungan ini kuat dengan memasang sumbat di
bagian tabung uap, atur posisi labu sehingga tabung uap dapat memanjang ke
dalam tabung kondenser lebih dari 25 mm dan kurang dari 50 mm.
A5.4 Tempatkan receiver yang bersih dan kering pada ujung outlet kondenser
sehingga tabung kondenser memanjang 24 mm tapi tidak di bawah tanda 100 ml.
Rendam receiver dalam bath yang dijaga temperaturnya 15±3oC. Tutup bagian
atas receiver selama proses distilasi dengan kertas yang digunting sesuai ukuran
tabung kondensor, jika diperlukan gunakan lead washer atau alat lainnya untuk
menjaga kertas tetap berada pada bagian atas receiver dan juga untuk
menambahkan berat untuk mengatasi efek bouyant dari cairan di water cooling
bath. Sirkulasikan air dingin melalui jaket kondensor.
A5.5 Berikan panas pada labu dan distilasi minyak pada laju tidak melebihi 2.5ml/menit
hingga berhenti, tetap jaga laju distilasi agar konstan 2.0-2.5ml/menit (kira-kira
satu tetes/detik). Lanjutkan distilasi tanpa gangguan hingga 260oC. Hentikan
pemanasan pada labu dan biarkan kondenser mengosongkan cairan.
A5.6 Biarkan residu dalam labu dingin, kemudian timbang labu beserta isinya. Hitung
dan catat massa residu sebagai persentase dari sampel yang dianalisa.

Anda mungkin juga menyukai