Anda di halaman 1dari 2

22 Jurnalis 22 Cerita

tentang Perempuan, Orientasi Seks&HIV/AIDS


Penyunting: Agoes Widhartono, Dedi H Purwadi, Ismay Prihastuti, Rondang Pasaribu,
Slamet Riyadi
Penerbit : LP3Y-Ford Foundation
Tahun terbit: 2007
Tebal : xiii, 637

Persoalan perempuan, Orientasi Seksual dan fenomena seputar HIV/AIDS di


Indonesia secara terpisah-pisah sudah menjadi bahan liputan wartawan media massa.
Ketiga persoalan tersebut menjadi laporan suratkabar harian dan majalah Jakarta (dengan
sirkulasi nasional atau regional) maupun luar Jakarta.

Media mengangkat ketiga persoalan tersebut karena salah satu persoalan


mendasar di balik ketiganya yaitu adanya diskriminasi dan marginalisasi yang cenderung
mengarah ke proses dehumanisasi dalam segala bentuk, disadari maupun tidak.

Di sisi lain, meskipun sejumlah wartawan sudah


memiliki “pemahaman” terhadap persoalan
mendasar di balik persoalan tersebut, liputan-liputan
yang mereka hasilkan belum sepenuhnya mampu
menumbuhkan pemahaman di kalangan khalayak
pembaca. Hal tersebut terjadi karena liputan hanya
melaporkan fakta-fakta permukaan, dan bisa juga
karena pemahaman terhadap persoalan itu belum secara
utuh dimiliki wartawan.

Masih adanya liputan yang bias gender,


kandungan informasi cenderung teknis, dan
penyampaian yang tidak tepat dan kurang mengangkat sisi
korban atau tidak beranjak dari sudut pandang korban,
merupakan sebagian fakta belum utuhnya pemahaman
itu.

Banyak faktor yang mungkin menyebabkan kondisi itu. Namun, pada dasarnya,
wartawan memiliki kemampuan untuk membuat liputan yang bisa mengatasi, minimal
mengurangi persoalan tersebut.

Buku setebal 4 cm ini menunjukkan bahwa para wartawan sebetulnya mampu


melakukan liputan tentang persoalan-persoalan tersebut yang tidak sekadar liputan
permukaan, bersih dari bias gender dan kekuasaan, kekurangtepatan informasi, maupun
sekadar menjejalkan angka dan fakta yang tidak dipertautkan dengan konteks kehidupan
pembaca.

1
Memang, ke-22 karya jurnalisme yang dirangkum dalam buku ini tidak lahir
secara mandiri di newsroom masing-masing media tempat ke-22 wartawan bekerja.
Karya di buku ini merupakan hasil akhir dari proses panjang yang melibatkan pihak di
luar newsroom media, yaitu “newsroom LP3Y”.

“Newsroom LP3Y”, dalam program Hibah Peliputan Mendalam AIDS, Gender


dan Kesehatan Reproduksi (buku ini salah satu output-nya), bertindak sebagai fasilitator
bagi ke-22 jurnalis.
Walaupun ada sentuhan “newsroom bayangan”, ke-22 liputan dalam buku ini
tetap merupakan produk mandiri yang menampilkan orisinalitas gagasan, kreativitas
individual, kejelian melihat realitas dan kemampuan menulis laporan, pada diri ke-22
wartawan.

Di buku ini pembaca antara lain bisa menemukan fakta tentang HIV sudah
merambah dunia sekolah (kasus di Demak, Jawa Tengah), kelompok gay yang tidak
diterima masyarakat dan keluarga mereka, dunia pesantren yang belum sepenuhnya
akomodatif terhadap persoalan HIV/AIDS, padahal lembaga ini sangat potensial menjadi
agen untuk meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap persoalan ini.

Ketika bencana gempa di Yogya terjadi (Mei 2006), ada aspek yang tercecer dari
perhatian media maupun pemerintah dan pemberi bantuan, yaitu kesehatan reproduksi
perempuan korban bencana. Dua laporan di buku ini menunjukkan bahwa perempuan,
ternyata luput dari perhatian sejumlah pihak.

Laporan-laporan di buku ini semuanya telah diterbitkan di media tempat ke-22


wartawan bekerja (Jakarta, Bandung, Sumatera, Kalimantan, Bali dan Yogyakarta).
Namun karena kondisi berbeda antara koran/majalah dengan buku, ada sebagian dari
laporan di buku ini berbeda dengan laporan yang dimuat di media, terutama pada
kelengkapan isi. Dengan kata lain, untuk sebagian laporan, buku ini memuat versi
lengkap.(ded)

Anda mungkin juga menyukai