Anda di halaman 1dari 23

http://askep-askeb.cz.cc/2010/02/kti-tentang-diabetes-mellitus-dm.

html
KTI tentang Diabetes Mellitus DM
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan kesehatan Indonesia mempunyai visi yaitu sehat 2010 yang merupakan suatu proyeksi tentang
keadaan masyarakat, bangsa dan negara Indonesia pada tahun 2010 yang akan datang yang ditandai oleh
mayoritas penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, meliputi kemampuan menjangkau pelayanan
kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta berada dalam derajat kesehatan yang optimal. Perawatan
kesehatan keluarga adalah perawatan kesehatan masyarakat yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai
unit pelayanan karena masalah kesehatan keluarga saling berkaitan dan saling mempengaruhi antara sesama
anggota keluarga dan akan mempengaruhi pula keluarga-keluarga di sekitarnya dan masyarakat secara
keseluruhan. Dalam memberikan asuhan keperawatan kegiatan yang ditekankan adalah upaya promotif dan
preventif dengan tidak melupakan upaya-upaya kuratif, rehabilitatif dan resosialitatif. (Effendy. N, 1998)
Menurut penelitian epidemiologis yang sampai saat ini telah dilaksanakan di Indonesia, kekerapan DM tipe-2 berkisar
antara 1,4-1,6%. Berdasarkan atas kekerapan DM sebesar 1,5 %, maka diperkirakan jumlah penderita DM di
Indonesia pada tahun 2000 sebesar 4 juta dan tahun 2020 diprediksikan sebesar 6,5 juta.
Diabetes Melitus merupakan penyakit kronik yang tidak dapat disembuhkan, tetapi sangat potensial untuk dapat
dicegah dan dikendalikan melalui pengelolaan DM. Pilar utama pengelolaan DM adalah perencanaan makan, latihan
jasmani, obat berkhasiat hipoglikemik dan penyuluhan. Diabetes Melitus juga merupakan penyakit yang
berhubungan dengan gaya hidup, oleh karena itu berhasil tidaknya pengelolaan DM sangat tergantung dari pasien
itu sendiri, dalam mengubah perilakunya, sehingga pasien dapat mengendalikan kondisi penyakitnya dengan
menjaga agar kadar glukosa darahnya dapat tetap terkendali.
Hasil penelitian dari Diabetes Control and Complication Trial (DCCT) menunjukkan bahwa pengendalian DM yang
baik dapat mengurangi komplikasi kronik DM antara 20-30%. Penelitian tingkat kepatuhan pasien DM terhadap
pengelolaan DM, didapati 80% diantaranya menyuntik insulin dengan cara yang tidak tepat, 58% memakai dosis
yang salah, 75% tidak mengikuti diet yang dianjurkan. Ketidakpatuhan ini selalu menjadi hambatan untuk tercapainya
usaha pengendalian DM sehingga mengakibatkan pasien memerlukan pemeriksaan atau pengobatan yang
sebenarnya tidak diperlukan. (Jazilah, 2003)

B.TujuanPenulisan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah komprehensif antara lain :
1. Tujuan Umum
Penulis ingin mendapatkan pengalaman nyata dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga dengan salah satu
anggota keluarga yang menderita Diabetes Melitus dengan menggunakan proses keperawatan, bagi keluarga dapat
meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan keluarga sehingga dapat meningkatkan status kesehatan
keluarganya.
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu melaksanakan asuhan keperawatan keluarga dengan salah satu anggota keluarga yang
menderita Diabetes Melitus, mengetahui faktor-faktor penghambat dan pendukung dalam perawatan kesehatan.
b. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan yang dialami salah satu anggota
keluarga yang menderita penyakit Diabetes Melitus.
c. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan yang tepat dalam mengatasi masalah
kesehatan anggota keluarganya.
d. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap anggota keluarganya yang
menderita Diabetes Melitus.
e. Dapat memodifikasi lingkungan yang dapat mendukung peningkatan kesehatan.
f. Dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan yang tersedia untuk meningkatkan kesehatan.

C. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan
Meliputi latar belakang masalah, tujuan penulisan, dan sistematika penulisan
BAB II : Konsep Dasar
a. Konsep Penyakit
Terdiri dari pengertian, etiologi, gambaran klinis, pathofisiologi, pathway, komplikasi dan penatalaksanaan.
b. Konsep Keperawatan Keluarga
Terdiri dari pengkajian, dan fokus intervensi dari penyakit Diabetes Melitus.
BAB III : Resume Kasus
Meliputi tentang pengkajian identitas, riwayat kesehatan klien, pemeriksaan fisik, pola fungsional, data penunjang,
analisa data, skoring, prioritas masalah, perencanaan tindakan, implementasi dan evaluasi yang disajikan dalam
catatan perkembangan.
BAB IV : Pembahasan
Meliputi problem solving dengan argumentasi ilmiah atau logis dari permasalahan ilmiah yang timbul dalam tinjauan
kasus yang tidak sesuai dengan konsep dasar.
BAB V : Kesimpulan dan Saran
Meliputi kesimpulan dan usulan yang sifatnya lebih operasional atau rekomendasi. Rekomendasi ditujukan pada
institusi, organisasi profesi atau anggota profesi.
BAB II
KONSEP DASAR

A. Konsep Penyakit
1. Pengertian
Diabetes militus adalah gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen dengan
manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat. (Price, 1995).
Diabetes melitus adalah keadaan hiperglikemi kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal
yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah disertai lesi pada
membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron.
(Mansjoer, 1999)

2. Etiologi
a.. Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM).
- Kerusakan sel beta pankreas.
- Infeksi virus.
- Autoimun.
b. Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM).
- Obesitas / kegemukan
- Penurunan sensitifitas reseptor insulin.
- Respon autoimun terhadap insulin.
( Mansjoer, 1999;Soegondo, 2002 )
http://askep-askeb.cz.cc/
3. Tanda Dan Gejala
a.. Polidipsi atau rasa haus yang berlebihan.
b. Poliuri atau sering kencing dengan jumlah yang banyak.
c. Poliphagi atau lapar yang bertambah.
d. Berat badan turun.
e. Badan lemah.
f. Luka yang sulit sembuh.
(Soegondo, 2002)

4. Klasifikasi Diabetes Melitus


Klasifikasi Diabetes Melitus yaitu :
a. Type I atau IDDM (Insulin Dependent Diabetes Melitus) ciri-cirinya :
1) Usia kurang dari 30 tahun
2) Rata-rata badan kurus
3) Tergantung insulin seumur hidup
b. Type II atau NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes Melitus) ciri-cirinya :
1) Usia lebih dari 30 tahun
2) 80 % mempunyai badan gemuk
c. Diabetes Melitus Gestasional (GDM)
(Mansjoer, 1999)

5. Patofisiologi
Dalam keadaan normal jika terdapat insulin, asupan glukosa yang melebihi normal atau melebihi kebutuhan kalori
akan di simpan sebagai glikogen dalam sel–sel hati dan sel–sel otot. Proses glikogenesis ini mencegah hiperglikemi,
jika terdapat defisit insulin, empat perubahan metabolik terjadi menimbulkan hiperglikemi:
a. Transport glukosa yang melintasi membran sel-sel berkurang.
b. Gligogenisis berkurang dan tetap terdapat kelebihan glukosa dalam darah.
c. Glikolisis meningkat, sehingga cadangan glikogen berkurang dan glukosa “hati” di curahkan ke dalam darah
secara terus menerus melebihi kebutuhan.
d. Glukoneogenesis meningkat dan melebihi banyak lagi glukosa “hati” yang tercurah ke dalam darah dari hasil
pemecahan asam amino dan lemak.
Defisiensi insulin gagal untuk melakukan asupan glukosa bagi jaringan-jaringan peripheral yang tergantung pada
insulin. Jika tidak terdapat glukosa sel-sel otot memetabolisme cadangan glikogen yang mereka miliki dan
mengkatabolisme protein dimana asam amino yang dihasilkan digunakan substrat yang diperlukan untuk
glukoneogenesis dalam hati. Kelemahan, penurunan berat badan dan hilangnya kekuatan dapat terjadi. Defisiensi
insulin juga dapat meningkatkan metabolisme lemak (peningkatan lipolisis).
Hiperglikemi meningkatkan osmolalitas darah, peningkatan osmolalitas darah dan peningkatan konsentrasi glukosa
darah akan menimbulkan dehidrasi dengan melalui dua mekanisme:
a. Glikosuria dan diurisis asmotik terjadi jika glukosa darah melebihi ambang ginjal sehingga dapat terjadi kehilangan
kalori, air dan elektrolit dalam jumlah besar.
b. Perpindahan cairan dari ruang interseluler ke ruang ekstraseluler yang memiliki konsentrasi lebih tinggi,
mengakibatkan defisit cairan intraseluler.
Hiperglikemi juga dapat meningkatkan metabolisme dengan cara melepaskan enzim aldose reduktase, dimana
enzim aldose reduktase mengatur perubahan atau bentuk lain glukosa menjadi sorbitol dan kemudian di
metabolisme secara lambat menjadi fruktosa. Diurisis asmotik menimbulkan peningkatan volume urin (poliuria) dan
rasa harus terstimulasi sehingga pasien akan minum air dalam jumlah besar atau banyak (polidipsi), karena adanya
kehilangan kalori dan starvasi seluler, maka selera makan menjadi meningkat dan orang akan sering makan
(polifagia). Jika disertai kelemahan dan penurunan berat badan “tiga P” merupakan tanda–tanda klasik dari
hiperglikami. (Long, 1996)

6. Komplikasi
a. Komplikasi Metabolik Akut
1) Ketoasidosis Diabetik
Bila kadar insulin sangat menurun pasien mengalami hiperglikemi dan glukosia berat, penurunan lipogenesis,
peningkatan liposis dan peningkatan aksidasi asam lemak bebas disertai pembentukan benda keton, peningkatan
benda keton dalam plasma mengakibatkan ketosis, peningkatan ketosis, peningkatan beban ion hydrogen dan
asiodasis metabolik. Glukosuria dan ketonuria mengakibatkan diuresis osmotic dengan hasil akhir dehidrasi dan
kehilangan elektrolit, pasien dapat mengalami syok.
2) Hipoglikemi
Merupakan komplikasi terapi insulin. Penderita mungkin suatu saat menerima insulin yang jumlahnya lebih banyak
dari yang dibutuhkan.
b. Komplikasi Vaskular Jangka Panjang
Melibatkan pembuluh-pembuluh kecil – microangiopati dan pembuluh-pembuluh sedang dan besar –
makroangiopati. Microangiopati merupakan lesi spesifik diabetes yang menyerang kapiler dan arteriola retina
(retinopati diabetik), glumerulus ginjal (nefropati diabetik), dan syaraf-syarat perifer (neuropatik diabetik). Manifestasi
dini retinopati berupa mikroaneurisma (pelebaran sakular yang kecil) dari arteoila retina. Akibatnya terjadi
perdarahan, neovaskularisasi dan jaringan parut retina yang dapat mengakibatkan kebutaan. Manifestasi dini
nefropati berupa proteinuria dan hipertensi jika hilangnya fungsi netron terus berkelanjutan pasien akan menderita
insufisiensi ginjal dan uremia. Makroangiopati diabetik mempunyai gambaran histopatologis berupa aterosklerosis.
Makroangiopati mengakibatkan penyumbatan vaskuler. Jika mengenai arteria-arteria perifer mengakibatkan
insufiensi vaskuler perifer yang disertai kladikasio intermiten dan gangren pada ekstremitas. Jika terkena arteri
koronaria dan aorta mengakibatkan angina dan infark miokardium. (Price, 1995)

7. Penatalaksanaan
Kerangka utama penatalaksanaan DM yaitu perencanaan makan, latihan jasmani, obat hipoglikemik dan
penyuluhan.
a. Perencanaan makan (meal planning)
Standar yang dianjurkan adalah santapan dengan komposisi seimbang berupa karbohidrat (60-70%), protein (10-
15%) dan lemak (20-25%), jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stress akut, dan
kegiatan jasmani untuk mencapai berat badan ideal. Konsumsi garam dibatasi bila terdapat hipertensi.
Cara menghitung kalori pada pasien
1) Tentukan dulu berat badan ideal
BB ideal = TB dalam cm – 100) – 10% kg
Pada laki-laki yang tingginya kurang dari 160 atau perempuan yang tingginya < ideal =" (TB"> 40 tahun) adalah
resiko tinggi untuk DM (Syaifoellah N, 1996).
b. Genogram
Dengan adanya genogram dapat diketahui faktor genetik atau faktor bawaan yang sudah ada pada diri manusia
untuk timbulnya diabetes melitus. Dan diketahui bahwa diabetes melitus adalah penyakit autoimun yang ditentukan
secara genetik. (Price, 1995)
c. Status Sosial
Status sosial ekonomi keluarga dapat dilihat dari pendapatan kepala keluarga maupun dari anggota keluarga lainnya
dan juga kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga (Rekawati, 2000). Pada pengkajian status sosial
ekonomi diketahui bahwa tingkat status sosial ekonomi berpengaruh pada tingkat kesehatan seseorang. Dampak
dari ketidakmampuan keluarga membuat seseorang enggan memeriksakan diri ke dokter dan fasilitas kesehatan
lainnya.
d. Riwayat Keluarga Inti
Yang perlu dikaji mengenai riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga dan apakah dari anggota keluarga
tersebut ada yang mempunyai penyakit keturunan. Karena sebagaimana telah diketahui bahwa diabetes melitus juga
merupakan salah satu dari penyakit keturunan, disamping itu juga perlu dikaji tentang perhatian keluarga terhadap
pencegahan penyakit, sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan keluarga serta pengalaman-pengalaman
terhadap pelayanan kesehatan.
e. Karakteristik Lingkungan
Yang pelu dikaji dari karakteristik lingkungan adalah karakteristik rumah, tetangga dan komunitas, geografis
keluarga, sistem pendukung keluarga dimana karakteristik rumah dan penataan lingkungan yang kurang pas dapat
menimbulkan suatu cidera, karena pada penderita diabetes melitus bila mengalami suatu cidera atau luka biasanya
sulit sembuh.
f. Fungsi Keluarga
1) Fungsi afektif
Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan
keluarga terhadap anggota keluarga dan bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling menghargai. Semakin
tinggi dukungan keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit, semakin mempercepat kesembuhan dari
penyakitnya. Merupakan basis sentral bagi pembentukan dan kelangsungan unit keluarga. Fungsi ini berkaitan
dengan persepsi keluarga terhadap kebutuhan emosional para anggota keluarga. Apabila kebutuhan ini tidak
terpenuhi akan mengakibatkan ketidakseimbangan keluarga dalam mengenal tanda-tanda gangguankesehatan
selanjutnya.
2) Fungsi Keperawatan
a) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan sejauh mana keluarga mengetahui fakta-
fakta dari masalah kesehatan yang meliputi pengertian, faktor penyebab, tanda dan ejala serta yang mempengaruhi
keluarga terhadap masalah, kemampuan keluarga dapat mengenal masalah, tindakan yang dilakukan oleh keluarga
akan sesuai dengan tindakan keperawatan, karena diabetes melitus memerlukan perawatan yang khusus yaitu
mengenai pengaturan makannya. Jadi disini keluarga perlu tahu bagaimana cara pengaturan makan yang benar
pada diabetes melitus.
b) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat. Yang
perlu dikaji adalah bagaimana keluarga mengambil keputusan apabila anggota keluarga terserang diabetes melitus.
Kemampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat akan mendukung kesembuhan.
c) Untuk mengetahui sejauh mana keluarga merawat anggota keluarga yang sakit. Yang perlu dikaji sejauhmana
keluarga mengetahui keadaan penyakitnya dan cara merawat anggota keluarga yang sakit diabetes melitus.
d) Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang sehat. Yang perlu dikaji
bagaimana keluarga mengetahui keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan kemampuan keluarga untuk
memodifikasi lingkungan akan dapat mencegah kekambuhan dari pasien diabetes melitus.
e) Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang mana akan
mendukung terhadap kesehatan seseorang.
4) Fungsi Reproduksi
Pada penderita diabetes militus perlu dikaji riwayat kehamilannya untuk mengetahui adanya tanda-tanda diabetes
melitus gestasional, karena diabetes gestasional terjadi pada saat kehamilan.
5) Fungsi Ekonomi
Status ekonomi keluarga sangat mendukung terhadap kesembuhan penyakit. Biasanya karena faktor ekonomi orang
segan untuk mencari pertolongan dokter ataupun petugas kesehatan lainnya. (Friedman, 1998 )

2. Fokus Intervensi
a. Hiperglikemi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, gula darah kembali normal

Intervensi :
1) Cek gula darah secara teratur.
2) Pantau tanda dan gejala diabetik ketoasidosis.
3) Pantau status neurologis.
4) Jangan izinkan klien yang sedang pulih untuk minum dalam jumlah besar, berikan es batu untuk mengurangi haus.

b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Intervensi :
1) Timbang berat badan setiap hari
2) Tentukan program diet dan pola makan teratur
3) Libatkan keluarga dalam perencanaan makan sesuai dengan indikasi
4) Observasi tanda-tanda hipoglikemi
5) Lakukan pemeriksaan gula darah

c. Resiko infeksi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan infeksi tidak terjadi.
Intervensi :
1) Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan.
2) Pertahankan teknik aseptik.
3) Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sungguh.
4) Anjurkan untuk makan dan minum adekuat.
5) Lakukan pemeriksaan kultur dan sensitifitas sesuai dengan indikasi.

d. Resiko cidera
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan cidera tidak terjadi.
Intervensi :
1) Identifikasi situasi yang mendukung kecelakaan.
2) Kurangi situasi-situasi yang berbahaya.
3) Memodifikasi lingkungan yang aman terhadap cidera.

e. Ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik.


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan klien dan keluarga mengerti tentang penyakit dan pengobatannya.
Intervensi :
1) Jelaskan tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala, serta para perawatan penyakitnya.
2) Diskusikan tentang rencana diet.
3) Memilih strategi belajar misalnya demontrasi, keahlian dan pasien mendemonstrasikan ulang.
4) Tekankan pentingnya mempertahankan pemeriksaan gula darah rutin.
5) Buat jadwal latihan yang teratur.
(Corpenito, 1998; Doengoes, 1999; Friedman, 1998)
BAB III
RESUME KASUS

A. Pengkjian Keluarga
1. Data Umum
a. Nama kepala keluarga : Tn. S
b. Usia : 54 tahun
c. Pendidikan : SPG
d. Pekerjaan : Guru SD
e. Alamat : Kraguman, Kraguman, Jogonalan
f. Komposisi keluarga
No
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Hubungan dengan KK
Pendidikan
Keterangan
1.
Ny. W
43 th
Perempuan
Istri
SD
Hidup
2.
An. W
22 th
Laki-laki
Anak
Perguruan Tinggi
Hidup
3.
An R
20 th
Perempuan
Anak
Perguruan Tinggi
Hidup
4.
An. S
16 th
Laki-laki
Anak
SMA
Hidup

Ny. W
43 th
Tn. S
54 th
An. W
22 th
An. R
20 th
An. S
16 th
Stroke
DM
Liver
Hipertensi
DMg. Genogram

Keterangan :
: Laki-laki : Meninggal
: Perempuan : Identifikasi kasus
: Menikah : Tinggal serumah

2. Data Fokus
a. Riwayat Keluarga Inti
Tn. S mulai merasakan gejala-gejala kalau dia sakit kurang lebih 4 tahun yang lalu, setelah dibawa periksa ke dokter
Tn. S dianjurkan untuk mengurangi konsumsi gula, sejak saat itu Tn. S mengurangi konsumsi gula, tapi setelah
merasa enak Tn. S tidak lagi memperhatikan dietnya. Tn. S dalam melakukan cek gula darah juga tidak rutin, kadang
satu bulan sekali kadang 3 bulan sekali. Tn. S juga rutin minum obat glukodek tapi sekarang sudah jarang
meminumnya, hanya kalau cek gula darah dan kadar gula darahnya tinggi Tn. S baru minum obat dan mengurangi
konsumsi gula. sekarang ini Tn. S tidak merasakan apa-apa, karena Tn. S tidak begitu memikirkan penyakitnya
dengan serius. Tn. S juga tidak mengetahui tentang diet yang bernar pada penderita diabetes melitus.

b. Fungsi Keperawatan Kesehatan


1) Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan.
Keluarga Tn. S mengetahui kalau Tn.S menderita diabetes melitus sekitar 4 tahun yang lalu. Tapi belum mengetahui
secara pasti penyakit diabetes militus, baik tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala, penanganan serta diit
yang benar pada Diabetes Militus.
2). Kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat.
Keluarga mengetahui kalau penyakit Diabetes Militus adalah penyakit yang memerlukan penanganan khusus seperti
pada pola makannya, tapi keluarga tidak tau secara pasti tentang diit pada Diabetes Militus. Jadi keluarga hanya
mengurangi konsumsi gula Tn. S.
Masalah kesehatan Tn. S juga dirasakan oleh keluarga dan mereka berusaha untuk membantu Tn. S dalam menjaga
kondisi (menyiapkan menu makan), keluarga juga selalu mengingatkan agar Tn. S selalu mematuhi diit. Keluarga
juga merasa khawatir terhadap akibat yang mungkin bisa ditimbulkan oleh penyakit tersebut, tapi itupun juga tidak
dianggap sangat serius, karena nanti malah akan membuat pusing. Keluarga beranggapan kalau ada anggota
keluarga yang sakit seperti Tn. S itu harus segera diperiksakan ke Puskesmas atau rumah sakit.
3). Kemampuan keluarga merawat anggota yang sakit.
Keluarga hanya tahu kalau Tn. S harus melakukan cek gula darah rutin, serta melakukan diet, tapi Tn. S tidak
melakukan diet dengan benar hanya mengurangi konsumsi gula serta minum obat glukodek. Keluarga ingin Tn. S
cepat sembuh, keluarga memeriksakan gula darah Tn. S di rumah sakit Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten, dalam
melakukan cek gula darah tidak rutin, kadang sebulan sekali kadang tiga bulan sekali. Bila tau kadar gula darahnya
tinggi Tn.S baru mau mengurangi konsumsi gula tapi hanya sedikit. Keluarga belum tau cara perawatan Diabetes
Militus dengan benar, khususnya tentang dietnya.

4). Kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang sehat.


Keluarga Tn. S sangat senang dengan kebersihan. Keluarga beranggapan kalau bersih itu sehat. Keluarga juga
mengatakan kalau penyakit Diabetes Militus dapat di cegah dengan mengurangi konsumsi gula. Lingkungan rumah
keluarga Tn. S terlihat bersih serta penataan perabot rumah tangganya tertata dengan rapi. Tidak ada benda–benda
berbahaya yang dapat menimbulkan luka. Jadi semua sudah di tata dengan baik.
5). Kemampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan.
Keluarga Tn. S sudah tau kalau ada anggota keluarga yang sakit harus dibawa ke puskesmas atau rumah sakit
terdekat. Keluarga Tn. S percaya pada petugas kesehatan karena dapat membantu menyembuhkan penyakit yang
diderita Tn. S. Keluarga juga beranggapan kalau fasilitas kesehatan yang ada sangat membantu dan bermanfaat
bagi keluarga Tn. S serta masyarakat sekitar.

c. Stresor jangka pendek


Keluarga Tn. S memikirkan bagaimana cara tercepat untuk menurunkan kadar gula darah Tn. S, tapi itu juga tidak
begitu dipikirkan oleh keluarga, karena keluarga juga memikirkan anaknya nanti mau kerja di mana kalau sudah lulus
kuliah.

d. Stresor jangka panjang


Keluarga memikirkan kalau sewaktu-waktu gula darah Tn. S meningkat, apa yang harus dilakukan. Keluarga juga
memikirkan sakit yang diderita Tn. S yang memerlukan waktu lama untuk penyembuhannya. Tapi keluarga
menganggap semua itu tidak harus dipikir secara serius tetapi tetap berharap untuk sembuh.

e. Pemeriksan fisik
Nama Tn. S, umur 45 tahun, tinggi badan 152 Cm, berat badan 53 kg, tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 88 X/mnt,
suhu 366 °C, respirasi 20 X/mnt.

Kepala :
Bentuk normal, rambut hitam dan bersih.
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pandangan agak kabur.
Hidung : Bersih tidak ada sekret.
Telinga : Bersih tidak ada serumen, pendengaran baik.
Mulut : Mukosa lembab, gigi sudah ada yang tanggal, lidah bersih.
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada nyeri tekan tidak ada peningkatan JVP
Dada :
Paru : Inspeksi : tidak terlihat retraksi dada.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler
Jantung : Inspeksi : ictus kordis tidak terlihat.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
Perkusi : pekak
Auskultasi : S1 dan S2 murni.
Abdomen : Inspeksi : tidak ada pembesaran.
Auskultasi: peristaltik 16 kali per menit.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : tympani
Ekstrimitas : ekstremitas atas dan bawah tidak ada keluhan, tidak ada oedem tidak ada luka, kekuatan otot penuh,
kulit baik.

B. Prioritas Diagnosa Keperawatan


1. Ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik pada Tn.S berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah Diabetes Militus.
(Total Skore 4½).
2. Resiko Hiperglikemi pada Tn. S berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang
sakit. (Total Skore : 3 5/6).
3. Resiko cidera pada Tn.S berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal faktor resiko yang dapat
menyebabkan cidera. (Total Skore : 2 ½ ).

C. Intervensi
Intervensi pada tanggal 12 Juli 2004
1. Ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik pada Tn.S berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah Diabetes Militus.
a. Tujuan umum : Setelah dilakukan kunjungan 3 x dalam 1 minggu selama 40 menit diharapkan keluarga mengerti
dan memahami tentang Diabetes Militus.
b. Tujuan khusus : Setelah dilakukan kunjungan selama 30 menit diharapkan keluarga mengenal masalah Diabetes
Militus (pengertian, penyebab, tanda dan gejala serta perawatannya).
c. Intervensi :
1) Beri kesempatan pada keluarga untuk mengungkapkan tentang Diabetes Militus sebatas yang diketahui saat ini.
2) Beri reinforcement atas jawaban yang diberikan.
3) Beri penyuluhan tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala, serta perawatannya.
4) Beri kesempatan pada keluarga untuk mengulangi penjelasan yang telah diberikan.

2. Resiko hiperglikemi pada Tn.S dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
a. Tujuan umum : Setelah dilakukan kunjungan 3 x dalam 1 minggu selama 40 menit diharapkan hiperglikemi tidak
terjadi.
b. Tujuan khusus :
1) Setelah dilakukan kunjungan selama 30 menit diharapkan keluarga mampu mengenal pengertian hiperglikemi,
pencegahan hiperglikemi dan diit Diabetes Militus.
2) Setelah dilakukan kunjungan selama 30 menit keluarga dapat mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi
Diabetes Militus.
3) Setelah dilakukan kunjungan selama 30 menit diharapkan keluarga dapat melakukan perawatan dan
menyebutkan makanan apa saja yang dibatasi, dianjurkan dan yang tidak boleh diberikan pada Diabetes Militus.
4) Setelah dilakukan kunjungan selama 30 menit keluarga dapat memodifikasi lingkungan psikis.
5) Setelah dilakukan kunjungan selama 30 menit keluarga dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada.
Intervensi :
1) Beri penjalasan tentang pengertian hiperglikemi, cara pencegahan hiperglikemi dan diit Diabetes Militus.
2) Beri kesempatan pada keluarga untuk mengulangi penjelasan yang telah diberikan.
3) Motivasi keluarga untuk mengambil keputusan pada Diabetes Militus.
4) Jelaskan tentang cara merawat Diabetes Militus.
5) Diskusikan dengan keluarga tentang manfaat pelayanan kesehatan.
6) Beri reinforcement atas jawaban yang diberikan.

3. Resiko cidera pada Tn.S berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal faktor yang dapat
menyebabkan cidera.
a. Tujuan umum : Setelah dilakukan kunjungan 3 x dalam 1 minggu selama 40 menit tidak terjadi cidera.
b. Tujuan khusus : Setelah dilakukan kunjungan selama 30 menit keluarga dapat mengenal faktor resiko cidera serta
akibat dari cidera.
c. Intervensi :
1) Beri penjelasan tentang faktor–faktor penyebab cidera.
2) Beri kesempatan keluarga untuk mengulangi penjelasan yang telah di berikan.
3) Beri penjelasan tentang akibat dari cidera.
4) Motivasi keluarga untuk mengambil keputusan terhadap cidera.

D. Implementasi
Implementasi pada tanggal 13 Juli 2004
Ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal
masalah Diabetes Militus.
Jam : 10.15 WIB memberikan penyuluhan tentang pengertian Diabetes Militus, penyebab, tanda dan gejala, serta
perawatannya. Memberi kesempatan pada keluarga untuk mengulangi penjelasan yang telah diberikan. Memberi
reinforcement atas jawaban yang diberikan.
Resiko hiperglikemi berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
Jam : 10.10 WIB memberikan penyuluhan tentang diit Diabetes Militus yang meliputi tujuan diit, makanan yang
dianjurkan, dibatasi dan tidak boleh diberikan serta contoh menu pada Diabetes Militus, memberi kesempatan pada
keluarga untuk bertanya, dan memberi reinforcement atas jawaban yang diberikan.
Resiko cidera berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal faktor yang dapat menyebabkan cidera.
Jam 10.30 WIB mendiskusikan dengan keluarga tentang faktor–faktor yang dapat menyebabkan cidera,
mendiskusikan tentang akibat dari cidera, mendiskusikan cara yang tepat untuk menghindari cidera dan memberi
reiforcement atas jawaban yang diberikan.

E. Evalusi
Evalusi tanggal 13 Juli 2004
1. Ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal
masalah Diabetes Militus.
Jam 10.15 WIB
S : Keluarga mengatakan sudah mengerti tentang Diabetes Militus (pengertian, penyebab, tanda dan gejala serta
perawatannya)
O : Keluarga bisa menyebutkan pengertian, tanda dan gejala serta perawatan Diabetes Militus.
A : Masalah teratasi sebagian.
P : Anjurkan keluarga untuk mancari informasi lebih lanjut tentang Diabetes Militus ke pusat pelayanan kesehatan
(puskesmas).

2. Resiko Hiperglikemi berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
Jam 10.15 WIB
S : Keluarga mengatakan sudah tau tentang diit pada Diabetes Militus.
O : Keluarga mampu menyebutkan cara pengaturan makan dengan memperhatikan makanan apa saja yang boleh di
makan, makanan yang dibatasi, makanan yang tidak boleh dimakan, serta contoh menu makanan dengan ukuran
rumah tangga.
A : Masalah teratasi sebagian.
P : Anjurkan keluarga untuk mengganti menu makanan selama 2 minggu sekali dan kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan contoh menu makanan yang baru.

3. Resiko cidera berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal faktor yang dapat menyebabkan cidera.
Jam 10.30 WIB
S : Keluarga mengatakan mau memutuskan cara untuk menghindari cidera.
O : Keluarga bisa menyebutkan cara menghindari cidera.
A : Masalah teratasi sebagian.
P : Anjurkan keluarga untuk mencari cara yang baru dalam menghindari terjadinya cidera dengan bertanya kepada
petugas kesehatan terdekat.

silahkan download bentuk dokumen word


ASKEP DIABETES MELLITUS TIPE II (NIDDM) DENGAN KOMPLIKASI GANGREN
(isi: LENGKAP)
http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/04/16/askep-diabetes-
mellitus/ oleh harnawati andi jallo
ASKEP DIABETES MELLITUS
Posted on April 16, 2008 by harnawatiaj

1.Pengertian diabetes mellitus

- Diabetes mellitus adalah penyakit kronis yang kompleks yang mengakibatkan gangguan metabolisme karbohidrat,
protein, lemak dan berkembang menjadi komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler dan neurologis. (Barbara C. Long)
- Diabetes mellitus adalah suatu penyakit kronis yang menimbulkan gangguan multi sistem dan mempunyai
karakteristik hyperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin atau kerja insulin yang tidak adekuat. (Brunner dan
Sudart)
- Diabetes mellitus adalah keadaan hyperglikemia kronis yang disebabkan oleh faktor lingkungan dan keturunan
secara bersama-sama, mempunyai karakteristik hyperglikemia kronis tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol
(WHO).
- Diabetes mellitus adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang akibat peningkatan kadar glukosa darah
yang disebabkan oleh kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Suyono, 2002).
2.Etiologi

Etiologi dari diabetes mellitus tipe II sampai saat ini masih belum diketahui dengan pasti dari studi-studi
eksperimental dan klinis kita mengetahui bahwa diabetes mellitus adalah merupakan suatu sindrom yang
menyebabkan kelainan yang berbeda-beda dengan lebih satu penyebab yang mendasarinya.

Menurut banyak ahli beberapa faktor yang sering dianggap penyebab yaitu :
a.Faktor genetik
Riwayat keluarga dengan diabetes :
Pincus dan White berpendapat perbandingan keluarga yang menderita diabetes mellitus dengan kesehatan keluarga
sehat, ternyata angka kesakitan keluarga yang menderita diabetes mellitus mencapai 8, 33 % dan 5, 33 % bila
dibandingkan dengan keluarga sehat yang memperlihatkan angka hanya 1, 96 %.
b.Faktor non genetik
1.)Infeksi
Virus dianggap sebagai “trigger” pada mereka yang sudah mempunyai predisposisi genetic terhadap diabetes
mellitus.
2.)Nutrisi
a.)Obesitas dianggap menyebabkan resistensi terhadap insulin.
b.)Malnutrisi protein
c.)Alkohol, dianggap menambah resiko terjadinya pankreatitis.
3.)Stres
Stres berupa pembedahan, infark miokard, luka bakar dan emosi biasanya menyebabkan hyperglikemia sementara.
4.)Hormonal Sindrom cushing karena konsentrasi hidrokortison dalam darah tinggi, akromegali karena jumlah
somatotropin meninggi, feokromositoma karena konsentrasi glukagon dalam darah tinggi, feokromositoma karena
kadar katekolamin meningkat
3.Klasifikasi

Berdasarkan klasifikasi dari WHO (1985) dibagi beberapa type yaitu :


a.Diabetes mellitus type insulin, Insulin Dependen diabetes mellitus (IDDM) yang dahulu dikenal dengan nama
Juvenil Onset diabetes (JOD), klien tergantung pada pemberian insulin untuk mencegah terjadinya ketoasidosis dan
mempertahankan hidup. Biasanya pada anak-anak atau usia muda dapat disebabkan karena keturunan.
b.Diabetes mellitus type II, Non Insulin Dependen diabetes mellitus (NIDDM), yang dahulu dikenal dengan nama
Maturity Onset diabetes (MOD) terbagi dua yaitu :
1.)Non obesitas
2.)Obesitas
Disebabkan karena kurangnya produksi insulin dari sel beta pankreas, tetapi biasanya resistensi aksi insulin pada
jaringan perifer.
Biasanya terjadi pada orang tua (umur lebih 40 tahun) atau anak dengan obesitas.
c.Diabetes mellitus type lain
1.)diabetes oleh beberapa sebab seperti kelainan pankreas, kelainan hormonal, diabetes karena obat/zat kimia,
kelainan reseptor insulin, kelainan genetik dan lain-lain.
2.)Obat-obat yang dapat menyebabkan huperglikemia antara lain :
Furasemid, thyasida diuretic glukortikoid, dilanting dan asam hidotinik
3.)diabetes Gestasional (diabetes kehamilan) intoleransi glukosa selama kehamilan, tidak dikelompokkan kedalam
NIDDM pada pertengahan kehamilan meningkat sekresi hormon pertumbuhan dan hormon chorionik
somatomamotropin (HCS). Hormon ini meningkat untuk mensuplai asam amino dan glukosa ke fetus.

4.Patofisiologi

Sebagian besar patologi diabetes mellitus dapat dikaitkan dengan satu dari tiga efek utama kekurangan insulin
sebagai berikut : (1) Pengurangan penggunaan glukosa oleh sel-sel tubuh, dengan akibat peningkatan konsentrasi
glukosa darah setinggi 300 sampai 1200 mg/hari/100 ml. (2) Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah-daerah
penyimpanan lemak, menyebabkan kelainan metabolisme lemak maupun pengendapan lipid pada dinding vaskuler
yang mengakibatkan aterosklerosis. (3) Pengurangan protein dalam jaringan tubuh.
Akan tetapi selain itu terjadi beberapa masalah patofisiologi pada diabetes mellitus yang tidak mudah tampak yaitu
kehilangan ke dalam urine klien diabetes mellitus. Bila jumlah glukosa yang masuk tubulus ginjal dan filtrasi
glomerulus meningkat kira-kira diatas 225 mg.menit glukosa dalam jumlah bermakna mulai dibuang ke dalam urine.
Jika jumlah filtrasi glomerulus yang terbentuk tiap menit tetap, maka luapan glukosa terjadi bila kadar glukosa
meningkat melebihi 180 mg%.
Asidosis pada diabetes, pergeseran dari metabolisme karbohidrat ke metabolisme telah dibicarakan. Bila tubuh
menggantungkan hampir semua energinya pada lemak, kadar asam aseto – asetat dan asam Bihidroksibutirat dalam
cairan tubuh dapat meningkat dari 1 Meq/Liter sampai setinggi 10 Meq/Liter.

5.Gambaran Klinik

Gejala yang lazim terjadi, pada diabetes mellitus sebagai berikut :


Pada tahap awal sering ditemukan :
a.Poliuri (banyak kencing)
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai melampaui daya serap ginjal terhadap
glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga klien
mengeluh banyak kencing.
b.Polidipsi (banyak minum)
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak karena poliuri, sehingga untuk
mengimbangi klien lebih banyak minum.
c.Polipagi (banyak makan)
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami starvasi (lapar). Sehingga untuk memenuhinya
klien akan terus makan. Tetapi walaupun klien banyak makan, tetap saja makanan tersebut hanya akan berada
sampai pada pembuluh darah.
d.Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang. Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah
dilebur jadi glukosa, maka tubuh berusama mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu lemak dan
protein, karena tubuh terus merasakan lapar, maka tubuh selanjutnya akan memecah cadangan makanan yang ada
di tubuh termasuk yang berada di jaringan otot dan lemak sehingga klien dengan DM walaupun banyak makan akan
tetap kurus
e.Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol fruktasi) yang disebabkan karena insufisiensi
insulin. Akibat terdapat penimbunan sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan pembentukan katarak.
6.Diagnosis

Diagnosis diabetes mellitus umumnya dipikirkan dengan adanya gejala khas diabetes mellitus berupa poliuria,
polidipsi, poliphagia, lemas dan berat badan menurun. Jika keluhan dan gejala khas ditemukan dan pemeriksaan
glukosa darah sewaktu yang lebih 216 mg/dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosa

7.Penatalaksanaan

Tujuan utama penatalaksanaan klien dengan diabetes mellitus adalah untuk mengatur glukosa darah dan mencegah
timbulnya komplikasi acut dan kronik. Jika klien berhasil mengatasi diabetes yang dideritanya, ia akan terhindar dari
hyperglikemia atau hypoglikemia. Penatalaksanaan diabetes tergantung pada ketepatan interaksi dari tiga faktor
aktifitas fisik, diet dan intervensi farmakologi dengan preparat hyperglikemik oral dan insulin.
Pada penderita dengan diabetes mellitus harus rantang gula dan makanan yang manis untuk selamanya. Tiga hal
penting yang harus diperhatikan pada penderita diabetes mellitus adalah tiga J (jumlah, jadwal dan jenis makanan)
yaitu :
J I : jumlah kalori sesuai dengan resep dokter harus dihabiskan.
J 2 : jadwal makanan harus diikuti sesuai dengan jam makan terdaftar.
J 3 : jenis makanan harus diperhatikan (pantangan gula dan makanan manis).
Diet pada penderitae diabetes mellitus dapat dibagi atas beberapa bagian antara lain :
a.Diet A : terdiri dari makanan yang mengandung karbohidrat 50 %, lemak 30 %, protein 20 %.
b.Diet B : terdiri dari karbohidrat 68 %, lemak 20 %, protein 12 %.
c.Diet B1 : terdiri dari karbohidrat 60 %, lemak 20 %, protein 20 %.
d.Diet B1 dan B 2 diberikan untuk nefropati diabetik dengan gangguan faal ginjal.
Indikasi diet A :
Diberikan pada semua penderita diabetes mellitus pada umumnya.
Indikasi diet B :
Diberikan pada penderita diabetes terutama yang :
a.Kurang tahan lapan dengan dietnya.
b.Mempunyai hyperkolestonemia.
c.Mempunyai penyulit mikroangiopati misalnya pernah mengalami cerobrovaskuler acident (cva) penyakit jantung
koroner.
d.Mempunyai penyulit mikroangiopati misalnya terdapat retinopati diabetik tetapi belum ada nefropati yang nyata.
e.Telah menderita diabetes dari 15 tahun
Indikasi diet B1
Diberikan pada penderita diabetes yang memerlukan diet protein tinggi, yaitu penderita diabetes terutama yang :
a.Mampu atau kebiasaan makan tinggi protein tetapi normalip idemia.
b.Kurus (underweight) dengan relatif body weight kurang dari 90 %.
c.Masih muda perlu pertumbuhan.
d.Mengalami patah tulang.
e.Hamil dan menyusui.
f.Menderita hepatitis kronis atau sirosis hepatitis.
g.Menderita tuberkulosis paru.
h.Menderita penyakit graves (morbus basedou).
i.Menderita selulitis.
j.Dalam keadaan pasca bedah.
Indikasi tersebut di atas selama tidak ada kontra indikasi penggunaan protein kadar tinggi.
Indikasi B2 dan B3
Diet B2
Diberikan pada penderita nefropati dengan gagal ginjal kronik yang klirens kreatininnya masih lebar dari 25 ml/mt.
Sifat-sifat diet B2
a.Tinggi kalori (lebih dari 2000 kalori/hari tetapi mengandung protein kurang.
b.Komposisi sama dengan diet B, (68 % hidrat arang, 12 % protein dan 20 % lemak) hanya saja diet B2 kaya asam
amino esensial.
c.Dalam praktek hanya terdapat diet B2 dengan diet 2100 – 2300 kalori / hari.
Karena bila tidak maka jumlah perhari akan berubah.
Diet B3
Diberikan pada penderita nefropati diabetik dengan gagal ginjal kronik yang klibers kreatininnya kurang dari 25 MI/mt
Sifat diet B3
a.Tinggi kalori (lebih dari 2000 kalori/hari).
b.Rendah protein tinggi asam amino esensial, jumlah protein 40 gram/hari.
c.Karena alasan No 2 maka hanya dapat disusun diet B3 2100 kalori dan 2300 / hari. (bila tidak akan merubah
jumlah protein).
d.Tinggi karbohidrat dan rendah lemak.
e.Dipilih lemak yang tidak jenuh.
Semua penderita diabetes mellitus dianjurkan untuk latihan ringan yang dilaksanakan secara teratur tiap hari pada
saat setengah jam sesudah makan. Juga dianjurkan untuk melakukan latihan ringan setiap hari, pagi dan sore hari
dengan maksud untuk menurunkan BB.
Penyuluhan kesehatan.
Untuk meningkatkan pemahaman maka dilakukan penyuluhan melalui perorangan antara dokter dengan penderita
yang datang. Selain itu juga dilakukan melalui media-media cetak dan elektronik.
8.Komplikasi

a.Akut
1.)Hypoglikemia
2.)Ketoasidosis
3.)Diabetik
b.Kronik
1.)Makroangiopati, mengenai pembuluh darah besar, pembuluh darah jantung pembuluh darah tepi, pembuluh darah
otak.
2.)Mikroangiopati mengenai pembuluh darah kecil retinopati diabetik, nefropati diabetic.
3.)Neuropati diabetic.
B.Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan kerja sama antara
perawat dengan klien dan keluarga, untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal dalam melakukan proses
terapeutik maka perawat melakukan metode ilmiah yaitu proses keperawatan.
Proses keperawatan merupakan tindakan yang berurutan yang dilakukan secara sistematis dengan latar belakang
pengetahuan komprehensif untuk mengkaji status kesehatan klien, mengidentifikasi masalah dan diagnosa,
merencanakan intervensi mengimplementasikan rencana dan mengevaluasi rencana sehubungan dengan proses
keperawatan pada klien dengan gangguan sistem endokrin.

1.Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin diabetes mellitus dilakukan mulai dari pengumpulan data
yang meliputi : biodata, riwayat kesehatan, keluhan utama, sifat keluhan, riwayat kesehatan masa lalu, pemeriksaan
fisik, pola kegiatan sehari-hari.
Hal yang perlu dikaji pada klien degan diabetes mellitus :
a.Aktivitas dan istirahat :
Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan tidur, tachicardi/tachipnea pada waktu
melakukan aktivitas dan koma.
b.Sirkulasi
Riwayat hipertensi, penyakit jantung seperti IMA, nyeri, kesemutan pada ekstremitas bawah, luka yang sukar
sembuh, kulit kering, merah, dan bola mata cekung.
c.Eliminasi
Poliuri,nocturi, nyeri, rasa terbakar, diare, perut kembung dan pucat.
d.Nutrisi
Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek, mual/muntah.
e.Neurosensori
Sakit kepala, menyatakan seperti mau muntah, kesemutan, lemah otot, disorientasi, letargi, koma dan bingung.
f.Nyeri
Pembengkakan perut, meringis.
g.Respirasi
Tachipnea, kussmaul, ronchi, wheezing dan sesak nafas.
h.Keamanan
Kulit rusak, lesi/ulkus, menurunnya kekuatan umum.
i.Seksualitas
Adanya peradangan pada daerah vagina, serta orgasme menurun dan terjadi impoten pada pria.
2.Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pengkajian data keperawatan yang sering terjadi berdasarkan teori, maka diagnosa keperawatan yang
mungkin muncul pada klien diabetes mellitus yaitu :
a.Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik.
b.Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan insulin, penurunan
masukan oral.
c.Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.
d.Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan dengan ketidakseimbangan glukosa/insulin dan
atau elektrolit.
e.Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik.
f.Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang/progresif yang tidak dapat diobati,
ketergantungan pada orang lain.
g.Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya
pemajanan/mengingat, kesalahan interpretasi informasi.
3.Rencana Keperawatan
a.Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik.
Tujuan :
Mendemonstrasikan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan
pengisian kapiler baik, haluaran urine tepat secara individu, dan kadar elektrolit dalam batas normal.
Intervensi :
1.)Pantau tanda-tanda vital.
Rasional : Hypovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardia.
2.)Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit, dan membran mukosa.
Rasional : Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi, atau volume sirkulasi yang adekuat.
3.)Pantau masukan dan keluaran, catat berat jenis urine.
Rasional : Memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi ginjal, dan keefektifan dari terapi yang
diberikan.
4.)Timbang berat badan setiap hari.
Rasional : Memberikan hasil pengkajian yang terbaik dari status cairan yang sedang berlangsung dan selanjutnya
dalam memberikan cairan pengganti.
5.)Berikan terapi cairan sesuai indikasi.
Rasional : Tipe dan jumlah dari cairan tergantung pada derajat kekurangan cairan dan respons pasien secara
individual.

b.Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan insulin, penurunan
masukan oral.
Tujuan :
Mencerna jumlah kalori/nutrien yang tepat
Menunjukkan tingkat energi biasanya
Berat badan stabil atau bertambah.
Intervensi :
1.)Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan oleh
pasien.
Rasional : Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan terapeutik.
2.)Timbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi.
Rasional : Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat (termasuk absorbsi dan utilisasinya).
3.)Identifikasi makanan yang disukai/dikehendaki termasuk kebutuhan etnik/kultural.
Rasional : Jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan dalam perencanaan makan, kerjasama ini dapat
diupayakan setelah pulang.
4.)Libatkan keluarga pasien pada perencanaan makan sesuai indikasi.
Rasional : Meningkatkan rasa keterlibatannya; memberikan informasi pada keluarga untuk memahami nutrisi pasien.
5.)Berikan pengobatan insulin secara teratur sesuai indikasi.
Rasional : Insulin reguler memiliki awitan cepat dan karenanya dengan cepat pula dapat membantu memindahkan
glukosa ke dalam sel.

c.Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.


Tujuan :
Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko infeksi.
Mendemonstrasikan teknik, perubahan gaya hidup untuk mencegah terjadinya infeksi.
Intervensi :
1).Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan.
Rasional : Pasien mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya telah mencetuskan keadaan ketoasidosis atau
dapat mengalami infeksi nosokomial.
2).Tingkatkan upaya untuk pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang baik pada semua orang yang
berhubungan dengan pasien termasuk pasiennya sendiri.
Rasional : Mencegah timbulnya infeksi silang.
3).Pertahankan teknik aseptik pada prosedur invasif.
Rasional : Kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media terbaik bagi pertumbuhan kuman.
4).Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sungguh.
Rasional : Sirkulasi perifer bisa terganggu yang menempatkan pasien pada peningkatan resiko terjadinya kerusakan
pada kulit/iritasi kulit dan infeksi.
5).Lakukan perubahan posisi, anjurkan batuk efektif dan nafas dalam.
Rasional : Membantu dalam memventilasi semua daerah paru dan memobilisasi sekret.

d.Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan dengan ketidakseimbangan glukosa/insulin dan
atau elektrolit.
Tujuan :
Mempertahankan tingkat kesadaran/orientasi.
Mengenali dan mengkompensasi adanya kerusakan sensori.
Intervensi :
1.)Pantau tanda-tanda vital dan status mental.
Rasional : Sebagai dasar untuk membandingkan temuan abnormal
2.)Panggil pasien dengan nama, orientasikan kembali sesuai dengan kebutuhannya.
Rasional : Menurunkan kebingungan dan membantu untuk mempertahankan kontak dengan realitas.
3.)Pelihara aktivitas rutin pasien sekonsisten mungkin, dorong untuk melakukan kegiatan sehari-hari sesuai
kemampuannya.
Rasional : Membantu memelihara pasien tetap berhubungan dengan realitas dan mempertahankan orientasi pada
lingkungannya.
4.)Selidiki adanya keluhan parestesia, nyeri atau kehilangan sensori pada paha/kaki.
Rasional : Neuropati perifer dapat mengakibatkan rasa tidak nyaman yang berat, kehilangan sensasi
sentuhan/distorsi yang mempunyai resiko tinggi terhadap kerusakan kulit dan gangguan keseimbangan.

e.Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik.


Tujuan :
Mengungkapkan peningkatan tingkat energi.
Menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan.
Intervensi :
1.)Diskusikan dengan pasien kebutuhan akan aktivitas.
Rasional : Pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan tingkat aktivitas meskipun pasien mungkin
sangat lemah.
2.)Berikan aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup.
Rasional : Mencegah kelelahan yang berlebihan.
3.)Pantau nadi, frekuensi pernafasan dan tekanan darah sebelum/sesudah melakukan aktivitas.
Rasional : Mengindikasikan tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi secara fisiologis.
4.)Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai toleransi.
Rasional : Meningkatkan kepercayaan diri/harga diri yang positif sesuai tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi.

f.Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang/progresif yang tidak dapat diobati,
ketergantungan pada orang lain.
Tujuan :
Mengakui perasaan putus asa
Mengidentifikasi cara-cara sehat untuk menghadapi perasaan.
Membantu dalam merencanakan perawatannya sendiri dan secara mandiri mengambil tanggung jawab untuk
aktivitas perawatan diri.
Intervensi :
1.)Anjurkan pasien/keluarga untuk mengekspresikan perasaannya tentang perawatan di rumah sakit dan penyakitnya
secara keseluruhan.
Rasional : Mengidentifikasi area perhatiannya dan memudahkan cara pemecahan masalah.
2.)Tentukan tujuan/harapan dari pasien atau keluarga.
Rasional : Harapan yang tidak realistis atau adanya tekanan dari orang lain atau diri sendiri dapat mengakibatkan
perasaan frustasi.kehilangan kontrol diri dan mungkin mengganggu kemampuan koping.
3.)Berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan serta dalam perawatan diri sendiri dan berikan umpan balik
positif sesuai dengan usaha yang dilakukannya.
Rasional : Meningkatkan perasaan kontrol terhadap situasi.
4.)Berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan serta dalam perawatan diri sendiri.
Rasional : Meningkatkan perasaan kontrol terhadap situasi.

g.Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya
pemajanan/mengingat, keselahan interpretasi informasi.
Tujuan :
Mengungkapkan pemahaman tentang penyakit.
Mengidentifikasi hubungan tanda/gejala dengan proses penyakit dan menghubungkan gejala dengan faktor
penyebab.
Dengan benar melakukan prosedur yang perlu dan menjelaskan rasional tindakan.
Intervensi :
1.)Ciptakan lingkungan saling percaya
Rasional : Menanggapai dan memperhatikan perlu diciptakan sebelum pasien bersedia mengambil bagian dalam
proses belajar.
2.)Diskusikan dengan klien tentang penyakitnya.
Rasional : Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pertimbangan dalam memilih gaya hidup.
3.)Diskusikan tentang rencana diet, penggunaan makanan tinggi serat.
Rasional : Kesadaran tentang pentingnya kontrol diet akan membantu pasien dalam merencanakan makan/mentaati
program.
4.)Diskusikan pentingnya untuk melakukan evaluasi secara teratur dan jawab pertanyaan pasien/orang terdekat.
Rasional : Membantu untuk mengontrol proses penyakit dengan lebih ketat.
http://irmanthea.blogspot.com/2008/04/askep-dm.html oleh irman sumantri

1. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan suatu pendekatan yang sistematis untuk mengumpulkan dan
menganalisa data sehingga dapat diketahui masalah keperawatan yang ada pada klien.

a. Pengumpulan Data
1) Biodata
Penderita diabetes mielitus dapat mengenai seluruh usia, biasanya untuk tipe IDDM muncul
pada usia muda dan NIDDM pada usia dewasa
2) Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama dan Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan yang sering muncul adalah : kelemahan, polyuria, polydipsia dan polyphagia
disamping keluhan sistemik lainnya.
b) Riwayat kesehatan dahulu
Pada tipe NIDDM sering ditemukan adanya kebiasaan pemasukan kalori berlebihan yang
menyebabkan timbulnya obesitas pada penderita, ataupun adanya riwayat pernah
mengalami penyakit yang berhubungan dengan kelenjar pankreas dan insulitis
c) Riwayat kesehatan keluarga
Diabetes mielitus merupakan salah satu penyakit yang dapat diturunkan secara genetik, hal
ini terjadi akibat adanya kelainan fungsi atau jumlah sel-sel beta (Price,1995).

3) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan sistem tubuh secara menyeluruh dengan
menggunakan teknik inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
a) Sistem Endokrin
Biasanya didapatkan data polifagi, polidipsi, mual, muntah, kehilangan BB atau obesitas,
pembesaran tyroid, bau aseton.
b) Sistem Kardiovaskuler
Biasanya didapatkan data hipotensi ortostatik, akral dingin, nadi perifer melemah terutama
pada tibia posterior dan dorsalis pedis, CRT menurun dan dapat pula ditemukan adanya
keluhan nyeri dada. Apabila telah terdapat kelaianan jantung akan diperoleh kelainan
gambaran EKG lambat.
c) Sistem Pernafasan
Biasanya didapatkan pernafasan kusmaul bila sudah terkena ketoasidosis, nafas bau
aseton.
d) Sistem Pencernaan
Biasanya didapatkan data mual, muntah, perasaan penuh pada perut, konstipasi,
penurunan BB. Tetapi dapat pula ditemukan napsu makan yang meningkat.
e) Sistem Perkemihan
Biasanya didapatkan data poliuri dan nokturia, bahkan dalam tahap lanjut klien dapat
mengidap penyakit gagguan ginjal kronis.
f) Sistem Integumen
Biasanya didapatkan data turgor kulit menurun, bisul-bisul, keluhan gatal-gatal, luka dan
penurunan suhu tubuh.
g) Sistem Muskuloskeletal
Biasanya didapatkan kelemahan kaki, kekakuan pada ekstemitas bawah.
h) Sistem Persarafan
Biasanya didapatkan data penurunan fungsi sensasi sensori, nyeri, penurunan suhu pada
kaki, penurunan reflek, nyeri kepala dan bingung.
i) Sistem Pengindraan
Biasanya didapatkan data gangguan pada pengindraan, penglihatan berupa katarak,
penglihatan kabur.
j) Sistem Reproduksi
Biasanya didapatkan data impoten pada pria, dan penurunan libido pada wanita disertai
keputihan.

4) Pemeriksaan Penunjang
Dalam pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan darah, EKG dan urine.

b. Analisa Data
Analisa data adalah kemampuan mengkaitkan dan menghubungkan data dengan konsep
teori dan prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan masalah
kesehatan dan keperawatan klien (Nasrul Effendy, 1995: 24).

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan ditetapkan berdasarkan analisa dari interpretasi data yang diperoleh
dari pengkajian keperawatan. Diagnosa keperawatan memberikan gambaran tentang
masalah atau status kesehatan klien yang nyata (aktual) dan kemungkinan akan terjadi
(potensial) dimana pemecahannya dalam batas wewenang perawat. Diagnosa yang
mungkin timbul akibat diabetes mielitus menurut Doenges, M. E, (2001), Urden, L.D.
(2006), sebagai berikut:
a. Risiko Kurang volume cairan yang berhubungan dengan diuresis osmotik, intake yang
kurang.
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan defisiensi insulin
dan penurunan masukan oral, peningkatan laju metabolisme.
c. Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan kadar gula darah tinggi, penurunan
fungsi leukosit, perubahan pada sirkulasi, infeksi saluran pernafasan dan perkemihan yang
sudah ada sebelumnya.
d. Kelemahan berhubungan dengan penurunan produksi energi, defisiensi insulin atau
peningkatan kebutuhan energi.
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang daya ingat, kesalahan interpretasi
informasi atau tidak mengenal sumber informasi tentang penyakitnya.
f. Risiko terjadinya cedera berhubungan dengan penurunan sensoris penglihatan dan
sentuhan.

Anda mungkin juga menyukai