Anda di halaman 1dari 24

1

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

JUDUL PROGRAM:
PESANTREN HIJAU: UPAYA PENGEMBANGAN SUMBER DANA
UNTUK MEMBENTUK PESANTREN MANDIRI DI SURABAYA

BIDANG KEGIATAN:
PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PENGABDIAN MASYARAKAT
(PKMM)

Diusulkan oleh :
Ayyu Fityatin L. H (2307.100.147) Angkatan 2007
Winda Hayu Pratiwi (2307.100.118) Angkatan 2007
Bayu Erlangga P (2308.100.084) Angkatan 2008
Achmad Ferdiansyah P.P. (2306.100.019) Angkatan 2006

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER


SURABAYA
2009
2

1. Judul Kegiatan : Pesantren Hijau: Upaya Pengembangan Sumber


Dana untuk Membentuk Pesantren Mandiri di
Surabaya

2. Bidang Kegiatan : PKMP PKMK


PKMT PKMM

3. Bidang Ilmu : Kesehatan Pertanian


MIPA Teknologi Rekayasa
Sosial Ekonomi Humaniora
Pendidikan

4. Ketua Pelaksana Kegiatan


a. Nama Lengkap : Ayyu Fityatin Luthfi Hasyim
b. NIM/NRP : 2307 100 147
c. Jurusan : Teknik Kimia
d. Universitas/Institut/Politeknik : ITS Surabaya
e. Alamat Rumah/Telp./fax. : Jalan Teknik Sipil J-27 Sukolilo-
Surabaya / 08563021326

5. Anggota Pelaksana Kegiatan : 3 orang


6. Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap : Ir. Tontowi Ismail, MS
b. NIP : 130 532 044
7. Biaya Kegiatan Total
Dikti : Rp. 7.000.000,00
Sumber lain : -
8. Jangka Waktu Pelaksanaan : 5 bulan (Januari 2010 s.d. Mei 2010)

Surabaya, 26 Oktober 2009

Menyetujui,
Ketua Jurusan Teknik Kimia ITS Ketua Pelaksana Kegiatan

(Dr. Ir. Tri Widjaja, M.Eng) (Ayyu Fityatin Luthfi Hasyim)


NIP. 131 633 398 NRP. 2307 100 147

Mengetahui,
Pembantu Rektor III Dosen Pembimbing

(Prof. Dr. Suasmoro) (Ir. Tontowi Ismail, MS)


NIP. 130 890 142 NIP. 130 532 044
3

A. JUDUL

Pesantren Hijau: Upaya Pengembangan Sumber Dana untuk Membentuk


Pesantren Mandiri di Surabaya

B. LATAR BELAKANG
Pesantren merupakan lembaga pendidikan tertua di Indonesia. pondok
pesantren yang kita kenal sekarang ini pada mulanya merupakan pengambil alihan
dari sistem pondok pesantren yang diadakan orang-orang Hindu di Nusantara. Hal
tersebut didasarkan pada fakta bahwa jauh sebelum datangnya Islam ke Indonesia
lembaga Pondok Pesantren sudah ada di negeri ini. Pendirian pondok pesantren
pada waktu itu dimaksudkan untuk mengajarkan ajaran agama Hindu. Dan dalam
perkembangannya, pesantren di Indonesia hingga kini dikenal sebagai pusat
mendalami ajaran agama Islam (Depag, 2003).
Elemen penunjang yang khas dalam pesantren terdiri dari elemen yang
bersifat hard-ware seperti: masjid, pondok, ruang belajar, kitab-kitab dan lain
sebagainya, serta elemen yang bersifat soft-ware, seperti: tujuan pendidikan,
kurikulum, metode pengajaran, sistem evaluasi, dan perangkat lainnya yang
menunjang proses belajar mengajar. Pihak-pihak yang terkait dengan pesantren
adalah Kyai/ ustadz, para pengajar (asatidz/asztidzah) dan santri. Secara umum
Pondok Pesantren dapat dikategorikan ke dalam dua kategori yaitu Pesantren Salafiyah
dan Pesantren Khalafiyah. Pesantren Salafiyah disebut juga pesantren tradisional yang
pengembangan pesantrennya masih menggunakan sitem tradisional, berbeda dengan
pesantren Khalafiyah yang biasanya lebih maju.
Nilai-nilai yang diajarkan di pesantren antara lain adalah keikhlasan dan
kesederhanaan. Nilai-nilai tersebut memang begitu penting, namun sejauh ini nilai-
nilai tersebut justru seperti ditafsirkan berbeda oleh beberapa pesantren. Ikhlas dan
sederhana yang menjadi „seadanya‟, seadanya dalam banyak hal. Dan sepertinya
hal tersebut menjadi awal mengapa kebanyakan pesantren tidak berusaha untuk
“menstandarkan” fasilitas pendidikannyanya, hal tersebut terbukti pada banyak
pesantren-pesantren, khususnya pesantren salaf yang mempunyai fasilitas
pendidikan dibawah standar. contohnya dalam hal asrama santri, satu kamar yang
4

berukuran sekitar 3 x 2 m dihuni oleh delapan santri. karena kamarnya penuh


dengan lemari para santri terkadang harus tidur di kelas, di mesjid, jerambah dan
hanya beralaskan sajadah dan berbantalkan peci di kepala. Hal tersebut tentunya
tak lepas dari tak tersedianya pendanaan yang cukup dalam suatu pesantren.
Padahal semua pesantren di Indonesia adalah lembaga swasta, dimana kemandirian
menjadi salah satu ciri utamanya. Jika kemandirian itu hanya menghasilkan
kualitas yang „seadanya‟ baik dari segi fasilitas maupun SDM, tentunya
penggalakan usaha mandiri dalam lembaga ini perlu ditingkatkan.
Karena pesantren merupakan lembaga berbasis keagamaan, bisa dikatakan
jika bidang ekonomi dapat dianggap relatif baru dalam dunia pesantren, khususnya
dalam pengertian ekonomi dalam tataran konsep dan praktis, misalnya pengajaran
keterampilan, kewiraswastaan, menjadikan pesantren sebagai badan usaha, dan
lain-lain. Introduksi ekonomi ke pesantren sejak era 70-an telah dilakukan oleh
pihak LSM dan pemerintah, meskipun keberhasilannya masih beragam (Syahyuti).
Semenjak dekade 90-an telah cukup banyak pesantren yang menjadikan ekonomi
sebagai aspek penting strukturnya, yang tidak hanya demi kepentingan kelancaran
proses pendidikan, tetapi meluas kepada kemandirian pondok serta ekspektasi
kemandirian alumninya.
Point terpenting yang perlu disadari dari fenomena tersebut adalah perlu
adanya kesadaran pesantren untuk memperbaiki manajemen keuangannya. Karena
mau tidak mau untuk dapat terus mengembangkan dirinya, pesantren harus
memiliki modal yang cukup agar tidak terpuruk. Apalagi akhir-akhir ini citra
pesantren di Indonesia agak terpuruk karena masalah isu terorisme yang dikait-
kaitkan dengan pesantren. Isu ini begitu merebak setelah ditemukannya tokoh teror
bom di beberapa tempat di Indonesia yang ternyata adalah alumnus suatu pesantren
di Indonesia. Bahkan di luar negeri (seperti di Australia), pesantren benar-benar
digambarkan sebagai lembaga yang identik dengan terorisme (Murray O‟Hanlon,
2005).
Di era modern seperti sekarang ini, sudah saatnya pesantren berbenah,
pesantren harus memiliki bargaining untuk bisa bersaing dengan institusi yang
lebih modern. Pesantren harus memperbaiki system manajerial pengelolaan
pesentren agar bisa terus berkembang ditengah tuntutan zaman yang selalu ingin
5

perubahan. Pesanten harus lincah dan aktif terutama dalam menghasilkan sumber
dana yang kerap kali menjadi kendala utama setiap institusi untuk berkembang.
Apalagi hingga saat ini, Pesantren adalah satu-satunya lembaga pendidikan di
Indonesia yang bertahan tanpa subsidi dari pemerintah. Hal ini bisa membuat
pesantren mandiri. Namun, kemandirian yang tanpa diimbangi dengan ke-kreatif-
an justru mengesankan pesantren adalah institusi pendidikan yang „seadanya‟ dan
bisa jadi disebut „miskin‟. Kebanyakan sumber pendanaan Pesantren hampir
semuanya terbangun atas dasar swadaya para santri dan orangtua santri serta
masyarakat sekitar. Sumber dana tersebut memang efektif, namun harus ada
terobosan terbaru sehingga Pesantren lebih bisa mengembangkan diri.
Untuk mengembangkan sumber pendanaan Pesantren bisa melalui
pengembangan sektor pertanian. Hal tersebut didasarkan karena sektor pertanian
mudah dikembangkan karena begitu familiar dengan masyarakat Indonesia, tidak
perlu susah-susah untuk mempelajarinya. Dan tanaman yang ditanam pun
seharusnya bukan tanaman yang butuh proses panjang semacam padi ataupun
kedelai. Namun bisa dikembangkan budidaya sayur organik yang mudah ditanam
dan proses pemanenannya praktis serta tak membutuhkan area yang luas.
Dewasa ini, sayuran organik sangat diminati. Masyarakat perkotaan seakan
wajib mengkonsumsi sayur tanpa sentuhan pestisida itu. Hal tersebut dikarenakan
sayur organik memiliki nilai kesehatan lantaran tidak tersentuh bahan-bahan kimia
yang notabene bersumber dari pestisida dan pupuk kimia.
Keuntungan penanaman sayur organik adalah tidak memerlukan lahan yang
luas, bisa ditanam dalam polybag, kaleng bekas, baskom atau ember yang disusun
berjejer di rak bertingkat yang terbuat dari kayu. Selain itu, besarnya permintaan
sayuran organik menyebabkan harga sayuran ini jauh lebih tinggi. Harganya bisa
tiga kali lipat lebih mahal dibandingkan dengan harga komoditi sayuran anorganik.
Misalnya saja buncis anorganik dijual dengan harga Rp.2.500/kg sedangkan
organik Rp.7.500 – 8.000/kg.
Dengan membudidayakan sayuran organik sebuah pesantren bisa menjadi
project pilot model pesantren yang mandiri dan kreatif dalam mengembangkan
sumber dana. Kemandirian yang sehat adalah dengan usaha, dan pesantren
sebenarnya bisa mewujudkannya. Implikasinya bisa luas, dengan sayuran organik
6

itu pesantren bisa meningkatkan kesehatan santri dengan memakan sayuran


organik, lebih dari itu pengembangan sayuran organik bisa menjadi suatu usaha
mandiri bila dijual ke masyarakat.
Dalam Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian Masyarakat (PKMM)
yang akan dilakukan, akan dibuat sebuah model kurikulum Pesantren Hijau sebagai
pedoman dalam pelaksanaan Pelatihan penanaman sayur organik serta pupuk
organik pada beberapa pesantren di Surabaya yang melibatkan dinas Pertanian,
Perkebunan dan Perhutanan Surabaya demi terwujudnya „Pesantren Hijau‟ yang
mandiri dan kreatif. Karena pertanian merupakan kegiatan yang berproses, maka
setelah diadakan pelatihan, akan diadakan controlling terhadap tanaman tersebut
hingga masa panen tiba, sekaligus akan dilakukan pelatihan dalam pengemasan
sayuran organik yang akan dijual di pasaran. Diharapkan dengan adanya program
ini akan didapatkan keuntungan:
1. Melatih kreatifitas mahasiswa untuk menyampaikan ide kreatifnya kepada
masyarakat.
2. Memudahkan pengelola pesantren untuk mengembangkan sumber dana
yang sejauh ini tidak disubsidi oleh pemerintah.
3. Dengan membentuk model „Pesantren Hijau‟ pada suatu pesantren bisa
dijadikan sebagai inovasi baru untuk membuat pesantren lebih kontributif
bagi kehidupan masyarakat.
4. „Pesantren Hijau‟ dapat dijadikan sebagai salah satu model pengembangan
sumber dana pesantren yang bisa dijadikan sumber inspirasi pesantren lain
dalam mengembangkan diri.
5. Dengan adanya Program „Pesantren Hijau‟ diharapkan dapat
menghilangkan stigma negative tentang pesantren terkait isu terorisme yang
akhir-akhir ini merebak di kalangan masyarakat.

C. PERUMUSAN MASALAH
Permasalahan yang diselesaikan melalui program ini:
1. Saat ini, pesantren seperti kesulitan menangani masalah pendanaan yang
terus meningkat. Hampir kebanyakan pesantren masih tergantung dari
swadaya para orang tua santri dan donatur. Hal ini disebabkan karena tradisi
7

yang sejak dulu membentuk pesantren yang masih dipertahankan hingga


sekarang. Apalagi pesantren selama ini tidak di subsidi oleh pemerintah
sama sekali. Oleh karena itu perlu digagas model pengembangan sumber
dana yang kreatif untuk kalangan pesantren.
2. Pada saat ini, sedikit sekali pesantren yang mengembangkan diri melalui
suatu usaha yang melibatkan elemen santri sekaligus masyarakat. Padahal
hal tersebut diperlukan oleh pesantren agar mampu menjawab tantangan
zaman.
3. Sejauh ini, pengembangan sumber dana beberapa pesantren dinilai tidak
produktif sama sekali, hal ini terbukti dengan masih adanya pesantren yang
mengembangkan sumber dana dengan meminta sumbangan langsung pada
masyarakat. Hal ini mematikan kekreatifan pesantren sekaligus membentuk
image bahwa pesantren hanya bisa „meminta-minta‟.
4. Isu terorisme yang akhir-akhir ini berkembang merupakan boomerang
untuk perkembangan pesantren. Isu ini menambah deretan panjang citra
buruk pesantren yang sejauh ini terlihat begitu tertutup dan eksklusif.
Pesantren perlu memunculkan kontribusinya pada masyarakat untuk
membuktikan bahwa pesantren masih memiliki banyak hal positif yang bisa
ditawarkan.

D. TUJUAN PROGRAM
Tujuan dari kegiatan PKMM ini adalah untuk megembangkan sumber
pendanaan Pesantren yang sejauh ini pengelolaannya masih menganut sistem
tradisional, yakni dengan mengambil sumber dana dari swadaya santri dan donatur.
Dengan adanya program ini diharapkan pesantren lebih kreatif dalam
mengembangkan sumber dananya teutama dalam bidang agribisnis melalui
pembudidayaan sayuran organik. Untuk itu diperlukan satu model pesantren
percontohan untuk melaksanakan program ini. Selain itu, dengan adanya program
ini, diharapkan pesantren yang sejauh ini terkesan eksklusif dapat memperlihatkan
diri ditengah-tengah masyarakat.

E. LUARAN YANG DIHARAPKAN


8

Luaran yang terkait dengan tujuan awal pelaksanaan program dan


diharapkan dapat tercapai setelah melakukan program ini adalah:
1. Terbentuknya modul kurikulum ‘Pesantren Hijau’.
Dalam kurikulum ini terdapat tahapan pembelajaran dalam program
„Pesantren Hijau‟, seperti: bagaimana „Pesantren Hijau‟ dapat diterapkan di suatu
pesantren, materi apa saja yang disampaikan, teknis pelaksanaan penanaman
tanaman, manajemen keuangan, serta waktu pelaksanaan program.
2. Pelaksanaan pelatihan ‘Pesantren Hijau’ di beberapa pesantren di Surabaya
Dalam pelatihan ini, beberapa elemen yang terlibat adalah santri serta dinas
pertanian perkebunan dan perhutanan. Dalam program ini pihak pesantren
menyediakan sumber daya manusia serta beberapa peralatan yang dibutuhkan.
3. Koneksi ke masyarakat serta pemasaran produk
Untuk memasarkan produk tersebut diperlukan koneksi dengan pihak-
pihak yang mampu menjual produk dari „Pesantren Hijau‟, seperti supermarket,
kios-kios atau swalayan yang biasa menjual sayuran organik. Sehingga pesantren
tak kesulitan dalam memasarkannya.
4. Membuat sistem Controlling
Setelah program ini selesai, diharapkan pesantren dapat secara mandiri
melakukan budidaya tanaman organik, pesantren percontohan akan dijadikan
model „Pesantren Hijau‟ yang perkembangannya terus dipantau serta ke depannya
bisa menjadi pesantren yang menginspirasi pesantren lain untuk mengembangkan
sumber dana pesantren melalui sektor agribisnis.

F. KEGUNAAN PROGRAM
Kegunaan program ini adalah:
1. Memberikan kontribusi dalam upaya meningkatkan kualitas Pesantren
melalui pengembangan sumber dana.
2. Memberikan solusi alternatif untuk menjawab kelesuan Pesantren dalam
mengembangkan diri melalui Program „Pesantren Hijau‟.
3. Membantu pemerintah dalam mempertahankan pesantren sebagai satu-
satunya lembaga pendidikan tertua di Indonesia yang akhir-akhir ini
namanya agak terpuruk karena isu terorisme dan ke-eksklusif-an.
9

4. Mendukung terwujudnya lembaga pendidikan yang mandiri sehingga


mampu mengembangkan Sumber Daya Manusia yang mampu bersaing di
era globalisasi.
G. GAMBARAN UMUM MASYARAKAT SASARAN
Paradigma masyarakat Indonesia terhadap pesantren masih terbilang cukup
positif, kebanyakan orang tua masih percaya bahwa pesantren adalah satu-satunya
lembaga pendidikan berbasis keagamaan yang cukup bisa membuat anak-anak
mereka menjadi manusia yang berakhlak dan memiliki moral yang agung. Meski
pesantren sebenarnya lebih terkesan tradisional, bahkan beberapa menyebutnya
terbelakang, namun peminatnya masih begitu banyak. Hal ini terbukti dengan
semakin banyaknya jumlah pesantrenn dari tahun ke tahun, pada tahun 2006 saja di
indonesia ada 16.015 buah pesantren, sedangkan pada tahun 2003 jumlahnya masih
14.067 buah (Statistik Depag, 2004 ).
Namun, dibalik peminat yang tak pernah sepi terhadap pesantren,
sebenarnya pesantren memiliki masalah kompleks yang tak terelakkan. Terutama
masalah yang begitu mencolok adalah masalah sumber pendanaan di pesantren.
Hampir bisa dilihat di jalan-jalan, sering sekali beberapa elemen dari pesantren
membagikan amplop yang intinya meminta sumbangan. Bila dilihat lebih dalam,
sebagai lembaga pendidikan berbasis keagamaan, pesantren tidaklah seharusnya
melakukannya. Hal ini bisa disebut juga mengatasnamankan agama untuk sebuah
kepentingan yang meskipun itu baik. Padahal, islam sama sekali tak pernah
menganjurkan untuk meminta-minta.
Meski demikian, sebenarnya sudah cukup banyak pesantren yang mampu
berkembang secara mandiri tanpa bergantung pada sumbangan. Jawa Timur yang
merupakan salah satu tempat basis pesantren telah mencatat banyak nama besar
pesantren. Banyak Pesantren besar tumbuh dan berkembang di Jawa Timur, seperti
pesantren Tebu Ireng di Jombang, Pesantren Modern Gontor Putra yang terletak di
Ponorogo, Pesantren Modern Gontor Putri yang terletak di Mantingan, Ngawi,
Pesantren Langitan dan seterusnya. Sedangkan di Surabaya sebagai ibukota
provinsi Jawa Timur, terdapat puluhan pesantren yang tersebar di beberapa bagian
kota Surabaya yang perkembangannya belum begitu signifikan dibanding
pesantren-pesantren lain yang sudah tumbuh besar di luar Surabaya.
10

Sebagai contoh adalah pesantren Assalafi Alfitrah yang terletak di


kecamatan Semampir Surabaya. Pesantren dengan luas lahan sekitar 0,5 ha ini
memiliki kurang lebih 1.359 santri pondok dan 106 santri kampung. Santri-santri
tersebut berasal dari banyak daerah di Indonesia (Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa
Barat, Kalimantan) bahkan ada yang dari luar negeri seperti Singapura. Santri yang
menetap di pesantren tersebut mulai dari SD hingga Perguruan Tinggi. Meski
merupakan pesantren salaf, namun kurikulum yang digunakan sudah mengacu pada
pendidikan formal pada umumnya.
Pesantren ini berdiri secara resmi pada tahun 1985 dengan jumlah santri
sekitar 3-5 orang. Hingga berkembang menjadi sebuah pesantren yang cukup besar
dengan jumlah santri sekitar seribu lebih, masalah sumber dana merupakan
masalah paling krusial yang dialami pesantren ini. Masih banyak santri yang sering
menunggak untuk membayar SPP. Hal tersebut sungguh merepotkan pihak
pesantren. Hingga akhirnya pihak pesantren mengembangkan suatu program „santri
asuh‟ , yakni program untuk menggalang dana dari donatur untuk membiayai santri
yang keadaan ekonominya lemah. Cara ini mungkin efektif, namun sudah
sepantasnya pesantren bergerak lebih kreatif lagi dalam mengembangkan sumber
dananya.
Pesantren merupakan lembaga pendidikan tertua di Indonesai, yang tumbuh
dan dibentuk oleh masyarakat. Tujuan dibentuknya pesantren adalah memberikan
pendidikan akhlak kepada masyarakat. Hingga umurnya yang setua ini, sebuah
pesantren dapat hidup dan bertahan tidak dengan cara yang mudah. Tidak seperti
kebanyakan lembaga pendidikan formal lainnya. Karena pesantren adalah lembaga
pendidikan mandiri yang tanpa disubsidi. Jika kemandirian ini hanya menghasilkan
kualitas yang „seadanya‟, ironis sekali. Padahal pesantren adalah lembaga
pendidikan yang paling dekat dengan masyarakat, yang membantu masyarakat
keluar dari kebodohan. Untuk itu perlu diadakan suatu terobosan baru dalam
mengembangannya, terutama mengembangkan sumber dana yang merupakan
jantung dari semua lembaga pendidikan.
Salah satu terobosan baru untuk mengembangkan sumber dana pesantren
adalah dengan membuka usaha di bidang agribisnis, yakni membudidayakan
11

sayuran organic. Bisnis budidaya sayuran organic ini begitu menguntungkan


karena sayuran organic begitu diminati akhir-akhir ini.
H. METODOLOGI PELAKSANAAN PROGRAM
12

Keterangan:
Pra Pengiriman Proposal
Pasca Persetujuan Proposal
Luaran yang diharapkan

1. Tahap pra pengiriman proposal


Sebelum mengajukan proposal program ini, telah dilaksanakan:
a. Ide dasar
Awal dari terciptanya program kreativitas mahasiswa ini adalah adanya ide
dasar untuk membuat suatu usaha di bidang agribisnis di suatu pesantren untuk
mengembangkan sumber dana pesantren tersebut.
b. Observasi
Melakukan pencarian informasi terkait pesantren, usaha di bidang agribisnis
serta peluang bisnis budidaya sayuran organik. Observasi dilakukan melalui
pengumpulan fakta dan informasi melalui internet, buku serta instansi terkait.
c. Fiksasi Ide
Setelah dilakukan serangkaian observasi maka untuk memfiksasi ide yang
berasal dari ide dasar dilakukan identifikasi dan perumusan masalah yakni,
menghimpun fakta dan informasi yang di dapat di lapangan kemudian
menentukan ide untuk membuat suatu metode penyelesaian terhadap masalah
kurangnya pengembangan sumber dana pesantren khususnya beberapa
pesantren yang tidak terlalu besar yang ada di Surabaya. Selain itu, untuk
memperkuat penulisan program ini dilakukan studi literatur melalui buku dan
internet.

2. Tahap pasca persetujuan proposal


Setelah disetujuinya proposal program ini, maka akan dilaksanakan:
a. Penyusunan Modul Kurikulum „Pesantren Hijau‟
Menyusun modul kurikulum „Pesantren Hijau‟ yang berisi materi yang akan
disampaikan selama program dilaksanakan serta teknis dan jadwal pelaksanaan
program „Pesantren Hijau‟.
13

b. Persiapan
Permohonan izin kepada pihak pengelola pesantren untuk melaksanakan
Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian Masyarakat (PKMM). Serta
bekerja sama dengan dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Surabaya ut
serta menyukseskan program ini.
c. Pelaksanaan Pelatihan
Mengadakan pelatihan di beberapa pesantren di Surabaya terkait penanaman
sayur organik yang meliputi: tatacara menanam sayuran organik, pembuatan
pupuk organik, serta pemeliharaan sayur organik.
d. Monitoring
Melakukan pemantauan terhadap pertumbuhan tanaman dengan datang ke
pesantren maksimal sebulan sekali.
e. Pemanenan dan Pemasaran
Melakukan Pemanenan dan pemasaran sayuran organic di beberapa pesantren
di Suirabaya sekaligus mengemasnya semenarik mungkin untuk kemudian
dipasarkan ataupun dijadikan souvenir. Serta melakukan kerja sama terhadap
pihak-pihak yang berkaitan dengan pemasaran produk seperti swalayan ataupun
took-toko yang menjual sayuran organic.
f. Controlling
Membuat sistem controlling terhadap program ini, diharapkan dengan adanya
pesantren percontohan dapat dijadikan rujukan pesantren lain yang ingin
menerapkan usaha yang sama.
g. Saran
Melakukan perbaikan pada program setelah melakukan review dan evaluasi
terhadap setiap kegiatan yang telah dilakukan. Mengevaluasi apakah
pendapatan pesantren meningkat dengan diadakannya program ini.
Keberhasilan ditandai dengan terciptanya kemandirian pada setiap Pesantren
sasaran di Surabaya untuk mengembangkan budidaya tanaman organic secara
terus menerus di Pesantren sehingga menghasilkan sumber dana yang
mencukupi kebutuhan pesantren.
14

I. JADWAL PELAKSANAAN PROGRAM


Bulan I Bulan II Bulan III Bulan IV Bulan V
No Kegiatan I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
Perencanaan
teknis
Pelaksanaan
1 program
Pelaksanaan
Pelatihan
Penanaman
Sayuran
2 Organik

3 Monitoring

Pemanenan
dan
4 Pemasaran

5 Controlling

J. BIAYA
Adapun anggaran dana dari program ini adalah sebagai berikut :
1. Bahan Habis pakai
Uraian Volume Satuan Harga Satuan Jumlah
Benih Sawi 10 pak Rp 10000 Rp 100.000
Benih Seledri 10 pak Rp 10000 Rp 100.000
Benih kacang panjang 10 pak Rp 10000 Rp 100.000
Benih wortel 10 pak Rp 10000 Rp 100.000
Benih brokoli 10 pak Rp 10000 Rp 100.000
Benih tomat 10 pak Rp 10000 Rp 100.000
Benih kol 10 pak Rp 10000 Rp 100.000
Benih bayam 10 pak Rp 10000 Rp 100.000
Benih buncis 10 pak Rp 10000 Rp 100.000
Benih Cabe 10 pak Rp 10000 Rp 100.000
Benih jagung 10 pak Rp 10000 Rp 100.000
Benih mentimun 10 pak Rp 10000 Rp 100.000
Benih selada 10 pak Rp 10000 Rp 100.000
Sub Total Rp 1.300.000
15

2. Peralatan atau jasa pendukung


Uraian Volume Satuan Harga Satuan Jumlah
Sewa Tukang Gembur tanah 9 orang Rp 25.000 Rp 225.000
Ajir 600 buah Rp 200 Rp 120.000
Pagar dari bambu 3 buah Rp 150.000 Rp 450.000
Gembor 15 buah Rp 25.000 Rp 375.000
Timbangan 9 buah Rp 70.000 Rp 630.000
Alat pengemas sayuran 6 buah Rp 60.000 Rp 360.000
Plastik 1500 buah Rp 500 Rp 750.000
Kertas 1500 buah Rp 500 Rp 750.000
Stempel 3 buah Rp 10.000 Rp 30.000
Sewa Handycam 1 buah Rp 100.000 Rp 100.000
Sub Total Rp 3.790.000

3. Penyuluhan dan
Pelatihan
Uraian Volume Satuan Harga Satuan Jumlah
Sewa LCD 1 X 3 hari unit Rp 150.000 Rp 450.000
Banner 1 buah Rp 150.000 Rp 150.000
Fee media massa 1 buah Rp 200.000 Rp 200.000
Kertas Pre/Post Test 2 rim Rp 70.000 Rp 140.000
Fee Pembicara 3 orang Rp 100.000 Rp 300.000
Sub Total Rp 1.240.000

4. Perjalanan
Uraian Volume Satuan Harga Satuan Jumlah
Transportasi menuju Lokasi 4 x 3 hari orang Rp 50.000 Rp 150.000
Sub Total Rp 150.000

5. Pembuatan Laporan
Uraian Volume Satuan Harga Satuan Jumlah
Pembuatan laporan visitasi 1 buah Rp 20.000 Rp 25.000
Pembuatan laporan akhir 1 buah Rp 30.000 Rp 30.000
Penggandaan laporan akhir 5 buah Rp 25.000 Rp 125.000
Pembuatan poster 1 buah Rp 200.000 Rp 200.000
Browsing internet 30 jam Rp 3.500 Rp 105.000
Fotokopi 1 rim Rp 70 Rp 35.000
Sub Total Rp 520.000
16

Rekapitulasi Biaya

Jenis Pengeluaran Jumlah


Bahan habis pakai Rp 1,300,000
Peralatan Pendukung Rp 3,790,000
Penyuluhan dan Pelatihan Rp 1,240,000
Perjalanan Rp 150,000
Pembuatan Laporan Rp 520,000
Total Rp 7,000,000

K. DAFTAR PUSTAKA

Departemen Agama RI (2003), Pola Pembelajaran di Pesantren, Jakarta.


Direktorat Jenderal
Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam. (2004) Petunjuk Teknis Pondok
Pesantren. Jakarta.
Fenomena. (2005), Modernisasi Pesantren, Kritik Nurcholish Madjid terhadap
Pendidikan Islam Tradisional. Jakarta.
Murray O‟Hanlon .2005. Pesantren and Santri Thought-Worlds: Issues of
Research Methodology Faced by an Outsider By Faculty of Social Science and
Politics. Muhammadiyah University, Malang.
Surabaya Post. 2008. Murah, Dikejar, Akhirnya Besar.www.surabaya-post.com.
diakses pada tanggal 28 September 2009.
17

N. LAMPIRAN

1. Alamat Pesantren: PP. Assalafi Alfitrah


Jl. Kedinding Lor no. 99 Kenjeran Surabaya

2. Peta Lokasi
18

3. Pembagian Tugas dan Kedudukan dalam Tim


Kedudukan
No. Nama Dalam Tim Tugas
a. Mengkoordinasi tim.
Ketua
1. Ayyu Fityatin b. Bertanggungjawab terhadap
pelaksana
pelaksanaan program
c. Mengkonsultasikan segala
permasalahan dengan semua anggota.
a. Koordinasi dalam hal pembimbingan
dengan dosen pembimbing
a. Membantu pelaksanaan setiap
2. Achmad Ferdiansyah P.P Anggota kegiatan dalam program
pelaksana b. Bertanggungjawab terhadap ketua
pelaksana.
c. Mengkonsultasikan program dengan
dosen pembimbing

d. Bertanggungjawab dalam
pengambilan gambar dan video
a. Membantu pelaksanaan setiap
3. Winda Hayu Pratiwi Anggota kegiatan dalam program
pelaksana b. Bertanggungjawab terhadap ketua
pelaksana.

c. Bertanggungjawab dalam proses


dokumentasi
a. Membantu pelaksanaan penelitian.
4 Bayu Erlangga Anggota b. Bertanggungjawab terhadap ketua
pelaksana pelaksana.
c. Mengkonsultasikan program dengan
dosen pembimbing
d. Mengkoordinasi pendanaan untuk
masing-masing kegiatan bertanggung
jawab dalam prosesnya.
19

4. Daftar Riwayat Hidup

Ketua Pelaksana Kegiatan


Nama : Ayyu Fityatin Luthfi Hasyim
Nama Panggilan : Ayyu, Fifi
Jenis Kelamin : Perempuan
Kebangsaan : Indonesia
Agama : Islam
Tempat / Tanggal Lahir : Ngawi, 21 April 1987
Alamat Lengkap : Babadan, Pangkur, Ngawi
Telephone/Handphone : - / 08563021326
Email : shio_fie2@yahoo.co.id
Pendidikan :
 MIN Babadan Pangkur Ngawi (1994-2000)
 SMP Ma‟arif 1 Ponorogo (2000-2003)
 SMAN 2 Madiun (2003-2006)
 Jurusan Teknik Kimia ITS (2007-Sekarang)

Penghargaan Individu :

 Finalis KPKM (Kompetisi Pemikiran Kritis Mahasiswa) 2008


 Juara 1 Lomba Menulis Cerpen Islami dalam acara Muslimah Days 2008
 Juara 1 Lomba Menulis Cerpen Islami dalam acara Muslimah Days 2009

Karya Tulis yang Pernah Dibuat:


 Hitam Putih Televisi dan Dampaknya bagi Remaja (2005)
 Pemanfaatan Rami (Boehmeria nivea) sebagai bahan Baku Tekstil Dalam
Upaya Menanggulangi Ketergantungan Kapas Impor (2007)
 Efektifitas Kebijakan Subsidi Pupuk Bagi Kelangsungan Pertanian di
Indonesia. (2008)
 Regenerasi Ludruk Sebagai Ludruk ABG Dalam Upaya Meningkatkan
Sense Of Belonging Masyarakat Jawa Timur Terhadap Budaya Lokal
(2008)
20

 Pemanfaatan CH4 (metana) Dalam Pembusukan Sampah Organik Sebagai


Bahan Bakar Melalui Metode Waste to Energy (2008)
 Studi Tentang Konversi Sampah Organik Menjadi Biogas Sebagai Bahan
Bakar Pengganti Minyak Tanah Melalui Metode Waste to Energy (2008)
 Efektifitas Kebijakan Perberasan Nasional Untuk Kesejahteraan Petani di
Indonesia (Kajian Mengenai Kebijakan Penetapan Harga Pembelian
Pemerintah (HPP) terhadap komoditas pertanian dalam Inpres no. 8 Tahun
2008). (2009)

Penulis,

Ayyu Fityatin Luthfi Hasyim

Anggota Pelaksana 1

DATA PRIBADI

Nama : Achmad Ferdiansyah P.P.


Nama Panggilan : Ferdi
Jenis Kelamin : Laki-laki
Kebangsaan : Indonesia
Agama : Islam
Tempat / Tanggal Lahir : Blitar, 17 Juni 1988
Alamat Asal : Jalan Danau Tambingan G6D / 21
Sawojajar - Malang
Jawa Timur 65139
Alamat Sekarang : Jalan Dharmahusada Utara No. 39
Surabaya - Jawa Timur
Telephone/Handphone : +62 813 3402 6090
Email : ach_ferdiansyah@yahoo.co.id

RIWAYAT PENDIDIKAN

Tahun Tingkatan Institusi


1994 – 2000 SD SDN Polehan III Malang
2000 – 2003 SMP SLTP Negeri 3 Malang
2003 – 2006 SMA SMA Taruna Nusantara Magelang
2006 – sekarang Perguruan Tinggi Jurusan Teknik Kimia
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
21

PENGHARGAAN YANG PERNAH DITERIMA

1. Finalis Kompetisi Karya Tulis Mahasiawa Bidang Seni Tingkat Nasional


Dirjen DIKTI Departemen Pendidikan Nasional
2. Juara III Lomba Karya Tulis Remaja Tingkat Nasional Katagori Mahasiswa,
Organisasi Pemuda dan Umum Dirjen KESBANGPOL Departemen Dalam
Negeri Republik Indonesia Tahun 2008
3. Juara III Lomba Karya Tulis Inovasi Mahasiswa (LKTIM) 2008 Tingkat
Regional Jawa Timur Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Timur
Tahun 2008
4. Finalis Nasional Intensive Student Technopreneurship Program Kampus IPB
Tahun 2008
5. Juara I Kompetisi Karya Tulis Mahasiswa Bidang IPA Tingkat Institut
Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, 2008
6. Juara II Kompetisi Karya Tulis Mahasiswa Bidang IPA Tingkat Fakultas
Teknologi Industri ITS, 2008
7. Juara III Kompetisi Karya Tulis Mahasiswa Bidang IPS Tingkat Fakultas
Teknologi Industri ITS, 2008
8. Finalis Lomba Inovasi Teknologi Lingkungan Tingkat Nasional, 2008
9. Juara III Lomba Karya Ilmiah Bidang Lingkungan Hidup (Menyambut Hari
Ozon Internasional) Untuk Tingkat Perguruan Tinggi se-Kota Surabaya 2007
10. Juara III Lomba Karya Tulis Nasional Agricultural Conference And Writing
Competion 2007 Institut Pertanian Bogor Tahun 2007
11. Juara II Bidang IPA Lomba Karya Tulis Mahasiswa Tingkat Institut Teknologi
Sepuluh Nopember Tahun 2007
12. Duta Pelajar Propinsi Jawa Tengah pada Perkemahan Ilmiah Remaja Nasional
IV (PIRN IV) Cibodas Tahun 2005
13. Juara II Lomba Karya Tulis Ilmiah Agro Suropadan EXPO se-Jawa Tengah
Tahun 2005
14. Juara I Lomba Karya Tulis Ilmiah se-Kabupaten Magelang Tahun 2005

KARYA TULIS YANG PERNAH DIBUAT :


1. Konsep Pendidikan Nasionalisme Berbasis Sokaku Sebagai Upaya Pencegahan
Ambivalensi Makna Kebangsaan Bagi Para Pemuda Di Era Globalisasi (Studi
Kasus Di Sma Taruna Nusantara Magelang) (2008)
2. Revitalisasi Permainan Bentengan Sebagai Upaya Peningkatan Kualitas
Multiple Intelligence Dalam Mengembangkan Softskill Di Dunia Kerja (2008)
3. Reformulasi Sistem Sertifikasi Pendidik Sebagai Upaya Peningkatan Kualitas
Pendidikan Di Indonesia (2008)
4. Double Solar Headlamps:Inovasi Teknologi Desain Lampu Motor Honda
sebagai Upaya Minimalisasi Tingkat Kecelakaan di Indonesia (2008)
5. Telaah Kritis Sistem Sertifikasi Guru Di Indonesia Sebagai Upaya Menciptakan
Pendidik yang Profesional (Tinjauan Atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun
2005 Tentang Guru Dan Dosen Serta Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Ri Nomor 18 Tahun 2007 Tentang Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan)
(2008)
22

6. Water Electric Light Trap (WEL-T): Inovasi Konsep Teknologi Pertanian


Sebagai Pengganti Pestisida Yang Persisten Dalam Membasmi Hama
Penggerek Batang Padi (Sundep) (2008)
7. Plus Waste System: Konsep Desentralisasi Pengelolaan Sampah Terpadu
Berbasis Ekonomi Masyarakat Kecil sebagai Solusi Permasalahan Lingkungan
di Kota Surabaya (2007)
8. Aku ini „Bukan‟ Binatang Jalang: Sebuah Stigma Masyarakat terhadap
HIV/AIDS (2007)
9. Pemasyarakatan Tabung Peti Pendingin Berinsulasi untuk Kalangan Nelayan
Kecil di Paciran, Lamongan sebagai Inovasi Teknologi dalam Rangka
Pencegahan Penggunaan Formalin (2007)
10. Konsep Zero Waste Dan City Farming Berbasis Ekonomi Masyarakat Kecil
Sebagai Solusi Permasalahan Sampah Di Kota Surabaya (2007)
11. Bio-Plastic Diesel: Inovasi Bahan Bakar Berbahan Baku Jarak Pagar (Jatropha
Curcas) dalam Rangka Pemberdayaan Program Desa Mandiri Energi di
Propinsi Nusa Tenggara Barat
12. Meningkatkan Performa dan Kadar Protein Susu Kedelai dengan Penambahan
Air Leri (2007)
13. Bio-Plastic Diesel: Inovasi Bahan Bakar Berbahan Baku Jarak Pagar Sebagai
Potensi NTB Dalam Rangka Mengangkat Perekonomian Bangsa (2007)
14. Emulsifikasi Sukrosa Ester Sebagai Surfaktan Alami Dalam Bahan Bakar
Solar-Plastik (2007)
15. Ekstrak Biji Kepayang (Pangium Edule) Pada Pengawetan Tahu Sebagai Bahan
Alternatif Pengganti Formalin (2007)
16. Banana Noodle: Makanan Sehat Mengandung Karbohidrat Berserat (2006)

Penulis,

Achmad Ferdiansyah P.P.

Anggota Pelaksana 2
Nama : Winda Hayu Pratiwi
Nama Panggilan : Winda
Jenis Kelamin : Perempuan
Kebangsaan : Indonesia
Agama : Islam
Tempat / Tanggal Lahir : Gresik, 9 Desember 1989
Alamat Lengkap : Jl. Pendidikan no. 1 Ketapang Lor, Ujung
Pangkah, Gresik -Jawa Timur
23

Telephone/Handphone : - /08563021327
Email : windahayupratiwi@gmail.com
Pendidikan :
 SDN Ketapang Lor (1995-2001)
 SMPN 1 Sidayu (2001-2004)
 SMAN 1 Gresik (2004-2007)
 Teknik Kimia FTI-ITS 2007-sekarang

Penghargaan Individu :
 Finalis KPKM (Kompetisi Pemikiran Kritis Mahasiswa) Tingkat Nasional
2008

Karya Tulis yang pernah dibuat:


 Pemanfaatan Rami (Boehmeria nivea) sebagai bahan Baku Tekstil Dalam
Upaya Menanggulangi Ketergantungan Kapas Impor (2007)
 Efektifitas Kebijakan Subsidi Pupuk Bagi Kelangsungan Pertanian di
Indonesia. (2008)
 Regenerasi Ludruk Sebagai Ludruk ABG Dalam Upaya Meningkatkan
Sense Of Belonging Masyarakat Jawa Timur Terhadap Budaya Lokal
(2008)

Penulis,

Winda Hayu Pratiwi

Anggota Pelaksana 3
Nama : Bayu Erlangga Pramunditta
Nama Panggilan : Bayu
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Kebangsaan : Indonesia
Agama : Islam
Tempat / Tanggal Lahir : Surabaya, 11 April 1991
Alamat Lengkap : Jalan Tawang Bhakti 37 Kota Madiun
24

Telephone/Handphone : - /085655704296
Pendidikan :
1996 – 2002 SD Negeri 2 Tawang Rejo Kota Madiun
2002- 2005 SMP Negeri 4 Kota Madiun
2005 - 2008 SMA Negeri 1 Kota Madiun
2008- Sekrng Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya
Jurusan Teknik Kimia - Fakultas Teknologi Industri

Penghargaan Individu :
Juara III Kompetisi Karya Ilmiah Bidang IPA Se-jurusan Teknik Kimia ITS 2009

Karya Tulis Yang Pernah Dibuat:


Pemanfaatan Limbah Padat Industri Tahu Sebagai Bahan Baku Pembuat Mie
Instant Dalam Upaya Peningkatan Gizi Masyarakat Dan Pelestarian Lingkungan

Penulis,

Bayu Erlangga Pramunditta

Anda mungkin juga menyukai