Budaya Merokok Rambah Pelajar (Agama Dan Pendidikan)

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 2

Budaya Merokok Rambah Pelajar [Agama dan Pendidikan]

Guru dan Orangtua Agar Waspada


Budaya Merokok Rambah Pelajar

Jakarta, Pelita
Untuk mencegah kebiasaan merokok sejak dini di kalangan pelajar, peran kepala sekolah, guru,
dan orangtua, dinilai sangat penting. Tanpa sinergi dari ketiganya upaya menciptakan generasi
yang sehat dan berkualitas akan sia-sia.
Hal itu dikatakan Effendi Anas, Asisten Kesejahteraan Masyarakat Sekda Provinsi DKI Jakarta,
kemarin. Menurut dia, lingkungan eksternal bisa memengaruhi seseorang untuk merokok, karena
itu peran sekolah dalam hal ini kepala sekolah dan guru dinilai sangat penting untuk
menanamkan pola pikir dan perilaku siswa. Tentunya kedua elemen itu juga harus sinkron
dengan peran orangtua murid.
Jangan sampai di sekolah kepala sekolah dan guru ketat mengawasi pelajar, tetapi orangtua masa
bodoh sehingga anak pun menjadi terjerumus dalam pergaulan yang tidak sehat, ujarnya.
Upaya membiasakan diri hidup sehat juga telah mendapat perhatian dari Pemerintah Provinsi
DKI Jakarta dengan dikeluarkanya Perda No 2 Tahun 2005 tentang Pengendalian Pencemaran
Udara dan Pergub No 75 Tahun 2005 tentang Kawasan Dilarang Merokok (KDM). Karena itu,
jika ingin hidup sehat, rokok harus menjadi bagian yang harus dihindari. Dan jika kepala
sekolah, guru, dan orangtua bisa memberikan keteladanan tidak merokok, tentunya upaya
pencegahan merokok sejak dini akan lebih efektif.
Perhatian dari Pemrov DKI sudah sangat baik. Dengan adanya Perda Nomor 2 Tahun 2005 dan
Pergub No 7 Tahun 2005 tentunya masyarakat diharapkan tidak lagi merokok. Peraturan ini
sangat baik karena tidak hanya mengatur regulasi di mana orang tidak boleh merokok, tetapi juga
mengatur punishment (hukuman) bagi para pelanggar. Karena itu, willing yang sudah baik ini
juga harus diapresiasikan secara positif oleh kalangan sekolah dan orangtua, katanya.
Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta, Taufik Yudi Mulyanto, mengungkapkan, lingkungan
sekolah harus dijadikan pelopor sebagai gerakan anti rokok. Karena itu, pihaknya akan
melakukan sosialisasi penanggulangan masalah rokok kepada sejumlah sekolah yang ada di
Jakarta. Namun, untuk sementara sosialisasi ini hanya berlaku di sekolah-sekolah negeri. Jika
program ini sudah bisa berjalan di semua sekolah negeri di Jakarta, maka Dinas Pendidikan DKI
Jakarta akan melanjutkan sosialisasi ke sekolah-sekolah swasta.
Saat ini baru Kepala Sekolah SMP dulu yang kita undang, dan mereka akan
menyosialisasikannya kepada guru yang selanjutnya akan disampaikan kepada para murid,
katanya.
Sedangkan untuk SD dan SMA akan diundang pada kesempatan lain. Semuanya akan dilakukan
secara bertahap, bahkan kalau perlu universitas pun diundang.
Sementara itu, Amrin Mahyudin, juru bicara Yayasan Lembaga Menanggulangi Masalah
Merokok (LM3) yang menjadi mitra Dinas Pendidikan DKI Jakarta dalam sosialisasi bahaya
rokok, mengatakan, bahaya rokok sudah menjadi masalah yang mengkhawatirkan.
Betapa tidak, berdasarkan data World Health Organization (WHO) menyebutkan, anak usia 10
tahun diketahui sudah merokok. Untuk itu, pihaknya akan memulai sosialisasi dari tingkat SMP
sebagai jenjang menuju proses keremajaan seseorang. Dan tahun ini, pihaknya akan
menyosialisasikan bahaya merokok kepada 286 SMP Negeri se-DKI Jakarta.
56 persen laki-laki di dunia ini merokok, dan sisanya adalah perempuan. Ini adalah problem yang
membutuhkan perhatian serius, dan saya lihat komitmen Pemrov DKI sudah jauh lebih baik
dibandingkan pemerintah pusat yang hingga kini belum meratifikasi Framework Convention on
Tobacco Control (FCTC), ujarnya. (kim)

Anda mungkin juga menyukai