Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS BAUT MUTU TINGGI SERTA APLIKASINYA

PADA HUBUNGAN BALOK-KOLOM

Sanci Barus 1 dan Robert Panjaitan 2


Staf Pengajar Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik USU

Abstrak : Alat Sambung Baut Mutu Tinggi (High Tensile Bolt) bila diberi tarikan
( Pretension ) akan memberikan kontribusi Tahanan Gesek antara elemen elemen yang
disambung. Kapasitas daya dukung sambungan akan bertambah akibat tarikan awal
(Pretension) pada alat sambung baut mutu tinggi tersebut.
Kata Kunci : Baut Mutu Tinggi, Tarikan Awal, Tahanan Gesek

Abstract: Continued Appliance of High Tensile Bolt if given the attraction (Pretension)
will give the Prisoner contribution Fiddle between continued element element. Energy
capacities support the extension will increase the effect of Pretension at continued
appliance of high tensile bolt
Keyword : High Tensile Bolt, Initial Pretension, Shear Tension

Pendahuluan A-325 paling banyak dipergunakan pada


penyambungan struktur.
Latar belakang Kekuatan (Strength) alat sambung baut
Alat Sambung baut mutu tinggi ( High mutu tinggi ditentukan oleh,
Tensile Bolt) berkekuatan leleh minimal -Dimensinya
372 MPa ( 3.720 Kg/Cm2) mampu -Type Bautnya
mengatasi Glincir ( Slip ) antara dua -Kekuatan leleh (Tensile Strength)
elemen baja yang disambung pada -Panjang Ulir didalam elemen pelat
struktur rangka batang memikul gaya -Putaran untuk tarik awal
aksial menurut Bathoano dan Bateman dalam ukuran lobang standart .dalam
pada tahun 1934. hal ini John W.Fhiser dan John
Menurut Wilson dan Thomas melalui H.A.Struik menampilkan hubungan
percobannya, baut HTB bila diletakkan kekuatan baut mutu tinggi seperti pada
pada lobang yang lebih besar gambar-1 diperlihatkan perbedaan
diameternya mempunyai kekuatan leleh kekuatan A325 bolt dengan A490 bolt
(Fatique) yang sama dengan Paku Seperti pada gambar-2 dan gambar-3
Keling ( Rivet ) dengan memberi tarikan diperlihatkan pula hubungan kekuatan
awal (Pretension) yang memadai. baut akibat panjang ulir didalam elemen
Berbagai percobaan dilakukan oleh pelat. Semakin pendek ulir yang berada
banyak pakar struktur Baja sejak ratusan didalam pelat semakin kecil tegangan
tahun silam. Misalnya W.H. Munse yang terjadi. Sedangkan pada gambar-4
membuat ringkasan tentang prilaku John W.Fhiser menggambarkan
(Behavior) Baut Mutu Tinggi (High kekuatan baut akibat pengencangan
Tensile Bolt) harus diberi tegangan awal kunci moment 1/2 kali putaran, dan 2/3
relative lebih besar dalam batas praktis kali putaran dari titik eratnya A325 bolt.
dengan menggunakan prosedur putaran
Mur.
Grafik 3 : Hubungan Gaya pikul (kip) vs
Perpanjangan (mm) akibat panjang ulir dalam Gambar 4: Grafik HubunganTegangan vs
elemen pelat yang disambung. Perpanjangan [1] pengaruh putaran kunci

Selanjutnya dapat dilihat sperti pada


gambar 5 deformasi baut mutu tinggi
bersama pelatnya setelah diberi beban
tarik. Terlihat perbedaan antara no-slip,
partial-slip, dan full-slip seperti pada
gambar-5.

Gambar 2 : Grafik Hubungan Tegangan vs


Perpanjangan pengaruh panjang ulir didalam
elemen pelat [1]

Gambar 5 : Deformasi pada sambungan


noslip, partial slip, dan full slip

Sambungan.
Sambungan gunanya untuk
memindahkan gaya dari satu elemen ke-
elemen lainnya. Sambungan harus
mampu memikul gaya yang
Gambar 1: Hubungan Tegangan vs Perpanjangan dipindahkannya beserta gaya sekundair
A490 bolt & A325 bolt
yang ditimbulkannya. Alat sambung
memindahkan gaya melalui elemen
penyambung serta meneruskannya ke-
elemen lain.
Sambungan memikul Momen, Gaya Keadaan Permukaan µ
Lintang, Gaya Normal, dan Momen Bersih 0.35
Puntir yang menjadi prilaku geser, desak, Digalvanis 0.16 – 0.26
dan aksial tarik pada alat penyambung Dicat 0.07 – 0.10
baut. Berkarat bersih 0.45 – 0.70
Macam sambungan. Sand-blasted 0.40 – 0.70
- Sambungan pada hubungan buhul
pertemuan batang batang memikul gaya Permasalahan
aksial tarik dan tekan. Pada Sambungan Balok Kolom ( Beam-
-Sambungan pada hubungan Balok Coulomn) dengan menggunakan alat
Kolom memikul Gaya Momen, Gaya sambung baut mutu tinggi akan
Lintang, dan Normal. Antara lain: menambah kapasitas daya dukung
-Sambungan Sendi (simple Connected) sambungan itu bukan saja karena
-Sambungan Semi Kaku (Semi Rigid) kekuatan bautnya tapi juga karena
-Sambungan Kaku (Rigid) pengaruh tarik minum dengan cara
Sambungan Sendi (Simple Connected) pemutaran mur oleh kunci moment yang
Sambungan tidak mampu memikul ditentukan oleh standar dari bautnya.
momen dan bebas berotasi diantara Pengaruh Pratarik ini menyembabkan
kedua elemen yang disambung. terjadinya gesekan antara dua elemen
Sambungan Semi Kaku (Semi Rigid) pelat yang disambung. Gaya gesek ini
Sambungan mampu memikul sebagian rata rata kurang lebih sebesar 34 % kali
momen. Dan sambungan tidak mampu gaya tarik minimum menurut hasil
mempertahankan sudut diantara elemen pnelitian John W.Fisher atau menurut
baja yang disambung. table PPBBI yang pula sebesar 70% dari
Sambungan Kaku (Rigid Connected) kekuatan tarik bautnya.
Sambungan yang dianggap mampu Pada sambungan balok kolom, alat
mempertahankan sudut diantara elemen sambung baut yang menyatukan pelat
baja yang disambung. penyambung dengan sayap kolom.
Alat sambung Baut mutu tinggi (HTB) melulu menerima gaya tarik akibat
Sambungan tipe Tumpu momen luar, gaya geser/desak oleh gaya
Alat sambung baut yang dikencangkan lintang.
dengan tangan atau baut mutu tinggi Untuk baut mutu biasa yang tidak
yang dikencangkan dengan kunci mampu memikul pratarik atau baut mutu
momen dan yang menimbulkan gaya tinggi yang tidak diberi pratarik
tarik minimum yang diisyratkan. (Pretension) dimodelkan menjadi suatu
Sambungan tipe Geser tampang Kontiniu atau di transformasi
Sambungan yang khusus menggunakan dari model dicrete menjadi model
alat sambung baut mutu tinggi (HTB) kontiniu dengan cara mengkonversi
yang dikencangkan dari titik erat luasan baut dan luasan pelat masing
sehingga menimbulkan gaya gesek masing menerima tarik pada daerah atas
terjadi diantara jepitan elemen elemen dan menerima tekan pada daerah bawah
yang disambung sebesar µTmin , garis netral tampang T terbalik.
tergantung dari harga koefisien gesek µ Baut mutu tinggi tidak lagi seperti
dan gaya tarik minimum T yang pemodelan baut mutu biasa akibat baut
diijinkan sudah duluan mengalami tarik minimum
Harga µ menurut PBBI Gedung. (Pratarik). Artinya semua baut
mengalami tarik dan semua bidang berada ditengah tengah kumpulan alat
kontak mengalami tekan. Ketika beban sambung.
luar bekerja (Momen Luar), garis netral

Gambar-6:Pemodelan sambungan baut tidak 1 bx 2 = 1 a (h − x )2


diberi pratarik & dgn pratarik. 2 2
h
Dimana dapat dihitung besarnya luasan x=
b +1
pengganti baut. a
I x = 1 bx 3 + 1 a (h − x )
3
1 / 4π d 2 3 3
a=2
s I
Wa = x
b = Lebar .Plat .Penyambung h−x
M
Dihitung letak pusat beratnya untuk fM =
2Wa
selanjutnya dapat dihitung Inertia
D
tampang luasan pengganti dan diperoleh fD =
tegangan pada serat paling atas. n. Ab
fi = f a2 + 1.5 f D2 fi = f a2 + 1.5 f s2
Atau, Atau, ………………..7
2 2 2 2
       
 fa   fD   fa   fs 
 −   −  ≤ 1.0
+  −  +  −  ≤ 1.0
 ft   fs   ft   fs 
Dapat pula dihitung tegangan tarik baut −

paling atas yang merupakan baut paling dimana f t − ≅ 1.50


besar menerima gaya tarik. fs
Dibandingkan dengan prilaku bila n adalah jumlah baut dalam sebaris.
sambungan mempergunakan alat Jadi prilaku baut mutu tinggi berbeda
sambung baut mutu tinggi diberi pra dengan prilaku baut mutu biasa yang
tarik, kita tidak lagi memodelkan tidak diperkenankan memikul pratarik.
tampang luasan pengganti karena Demikian pula bila bekerja gaya lintang
seluruh baut sudah duluan diberi gaya yang menyebabkan geser atau tumpu
pratarik (Pretension) sebesar T. akibat pada baut. Akibat penguncian atau
pemberian gaya awal itu maka seluruh pemberian pratarik bekerja gaya
baut mengalami tarikan dan semua pelat perlawanan geser sebesar µTmin yang
mengalami gaya tekan. Selanjutnya
akan memberikan factor keamanan yang
bekerja momen luar yang menimbulkan
lebih besar dibanding prilaku baut mutu
tegangan pada pelat dan baut,
biasa.
I x = 1 bh 3
12
M 6 M ………………..2 Analisis prilaku pelat penyambung
fa = fb = = Untuk mengetahui prilaku pada pelat
Wx bh 2 penyambung, dianggap pelat sayap
Sedangkan tegangan awal akibat pratarik kolom sangat kaku (fixed) sehingga
sebesar, tidak terjadi deformasi pada badan dan
∑ Tmin sayap disepanjang daerah sambungan.
fN = …………………………3 Untuk itu biasanya badan dan sayap
bh
Tegangan terjadi akibat gaya luar, kolom diperkaku dengan stiffner dari
fa = fM − fN pelat-pelat.
Akibat dari pada terjadinya tegangan
6M nTmin tarik pada daerah sambungan sebelah
fa = − …………………..4
bh 2 bh atas garis netral akan menimbulkan
D gaya tarik pada penyambung pelat dan
fD = pula timbulnya gaya ungkit (praying
n. Ab
force) pada daerah tepi pelat yang
Akibat pengencangan baut HTB,
arahnya sejajar dengan gaya tarik P.
berpengaruh pula terhadap perlawanan
akibat terjadinya gaya ungkit menambah
µT
gesek sebesar f TS = min …………..5 besarnya perlawanan tarik pada baut.
n. Ab Dalam masalah praying force sangat
f s = f D − f TS ………………………..6 banyak teori teori pendekatan
Maka dapat dihitung tegangan idiel menghitung besarnya gaya ungkit terjadi
untuk baut paling atas, secara elastis maupun secara kekuatan
batas.
Dalam kajian ini justru dianalisis dengan Dapat dihitung B = 0………………….6
model matematik sederhana yang
dibantu metode kekakuan. Baut Dengan mensubtitusikan pers 5 dan 6,
diasumsikan sebagai spring konstan. diperoleh persamaan baru yaitu,

EIy = − Cx3 + T ( x − q) + C (g + q ) x − g 2 x
1 1 3 1 2 1
6 6 2 2

x=q
di
y = δb

diperoleh gaya ungkit sebesar

P − 2 EIδ b / qg 2
C= 2
…………..7
2 q  + 2  q 
Gambar 7 : Deformasi Pelat Penyambung  g 3 g 
akibat gaya tarik P
dimana T = P + C
Persamaan Diffrensial pada pelat yang
dimodelkan sebagai pelat kantilever bila : Gaya tarik baut sama dengan luas
dengan anggapan perletakan jepit pada baut dikali dengan modulus elastisitas
baut yang sekaligus dianggap bisa baut dibagi panjang baut pada flens
terdeformasi. dikali dengan perpanjangan baut ( δ b )
atau,
EIy " = −Cx + T ( x − q ).......... ................... 1 A .E
T − Fbaut = b b δ b
Lb
lalu diintegralkan menjadi, Lb (T − Fb )
δb = .......... .......... .................8
Ab .Eb
EIy ' = − Cx 2 + T ( x − q ) + A.......... ...2
1 1 2

2 2 Pers 8 disubsitusikan ke pers 7


EIy = − Cx + T (x − q ) + Ax + B......3
1 3 1 3

6 6 P(1 − k e ) + k e .Fb
C= ..............9
x = (g + q ) 2(q / g ) + 0.67(q / g ) + k e
2

pada dimasukkan kedalam


y ' ( x ) = 0.00
persamaan 2, bila,
menjadi, E p S p .t 3p L p
ke =
− Cx 2 + T ( x − q ) + A = 0 6q.g 2 Ab E b
1 1 2

2 2
dimana,
A = C ( g + q ) − g 2 .......... ................5
1 2 1
2 2 E p = Modulus elastisitas pelat
Eb = Modulus elastisitas baut
Selanjutnya pada y (0 ) = 0.00 t p = Tebal Pelat penyambung
S p = Jarak antara baut h = 500 L p = 35
L p = Panjang baut b = 250 g = 150
Ab = Luas tampang baut S = 100 q = 100
Fb = Gaya tarik pikul baut E p = Eb

f baut = 310.Mpa
f b = Tegangan izin baut
− f Pelat = 160.Mpa
f p = Tegangan izin pelat d baut = 20
Tmin = 27.kN
µ= Koefisien gesek
µ = 0.30
C = Gaya ungkit (Prying force)
Hubungan balok dengan pelat
menggunakan sambungan las yang
Tmin = Gaya tarik baut minimum
dalam kajian ini tidak dihitung.
Selanjutnya kita dapat mengontrole pelat Alat sambung baut mutu tinggi, garis
penyambung dengan pengaruh gaya netral berada ditengah tengah kumpulan
ungkit. Juga kita dapat mengetahui baut yang sudah duluan diberi gaya
kekuatan baut paling atas pada daerah pratarik (Pretension) sehingga seluruh
tarik dimana T = P + C bidang kontak mengalami tekanan.
Pembahasan
6M .106
= 0,96.(M )Mpa
6M
Suatu sambungan balok kolom memikul fa = =
momen dan gaya lintang yang diperoleh bh 2 250.5002
dari perhitungan portal baja memikul
beban mati dan beban hidup dengan Tmin 27.10 3
fN = = = 8,6 Mpa
metode ASD (elastis) n. Ab 10.(3.14)100
Apabila sambungan dianggap rigid
dihitung kapasitas sambungan dengan
D D.10 3
menggunakan baut mutu tinggi (HTB) fD = = = 0.318.D
A325 memasang dengan kunci momen n. Ab 3.14.10 3
yang memberikan gaya tarik minimum µTmin 0.3( 227.10 3 )
sebesar 227 kN. Sedangkan tegangan f TS = = = 21.9
n. Ab 3140
rencana A325 sebesar 310 Mpa dan
kekuatan pelatnya sebesar 160 Mpa. f S = f D − f TS
Jumlah baut 2x 5 buah dengan jarak fi = ( fa − f N ) + 1.5 f S2 ≤ f izin
2

jarak 100 mm, diameter baut 20 mm.


Jarak ketepi 50 mm. pelat berukuran
500x250x30mm (0.096 M − 8,6)2 + (0.318.D − 21,9 )2 ≤ 310
Data Input : Dari persamaan ini didapat hubungan
antara Momen Pikul dan Gaya Lintang
pikul. Kalau diketahui hubungan Momen
dengan Gaya lintang dalamperhitungan
analisa struktur maka didapat kekuatan 0.981P + 0.019 Fb
momen pikul dari sambungan. C=
1.334 + 0.3 + 0.019
Gaya P paling maksimum terjadi pada
daerah baut paling atas sebesar, C = 0.593P + 0.0115 Fb

P = Ab . f i Karena pengaruh gaya ungkit, maka


Dengan mengetahui Momen terjadi dan bertambah pula gaya yang dipikul oleh
Gaya lintang terjadi dapat dihitung baut,
tegangan terjadi.
Bila ditentukan M=150 kN.m, dan T = C + P − Tmin
D=100 kN
Maka dapat dihitung T = 1,593P + 0,0115Fb − Tmin
f a = 144
Fb = Ab . f izin = 314(310) = 97.340.N
f D = 32
f TS = 21.9 T = 69.146 − 27.000 = 42.146.N
f S = 32 − 21.9 = 10.1
f N = 8.6 Kontrole kekuatan Pelat Penyambung
Sehingga diperoleh Untuk merencanakan atau mengkontrole
kekuatan pelat penyambung dihitung
fi = (144 − 8.6)2 + 1.5(10,1)2 = 136
selebar jarak antar baut S p =100 mm
dengan tebal t p = 30 mm.
P = 314.(136) = 42.704.N

Dari persamaan 9) selanjutnya dihitung


250
gaya ungkit (Prying Force)
Pelat t =30

P (1 − k e ) + k e .Fb
100

C=
2(q / g ) + 0.67(q / g ) + k e
2

dimana k e dihitung pula dengan rumus, 1 2


W Pl = tPS p
6
E p S p .t 3p Lp A p = S p .t p
100.303.30
ke = = = 0.019
6q.g 2 Ab Eb 6.100.1502.314
Sehingga dapat dikontrole kekuatan
pelatnya sebesar
q 100
= = 0.67
g 150 −
fp = f M2 + 1.5 f D2 ≤ f p

dimana,
M 6 A . f .g Daftar Pustaka
fM = = 2b i John W. Fisher John H.A.Struik. Guide
W pl t p .S p
To Design Criteria for Bolted
T and Riveted Joints, John Wiley &
fD =
S p .t p Sons, New York
M 6(42.704)(150) PPBBI, Peraturan Perencanaan
fM = = = 427 Bangunan Baja Indonesia,
W pl 30 2100 Yayasan Lembaga Penyelidikan
T 42.146 Masalah Bangunan Bandung
fD = = = 14
S p .t p 100.30 AISC, American Institute Steel
Construction, Manual of Steel
f i = 427 2 + 1.5(14) 2 = 428.Mpa.〉160 Construction, eighth edition,
Icc.400 North Michigan Avenue
Kesimpulan Chicago, Illinois 60611
1.Bahwa penggunan baut mutu tinggi Charles G. Salmon, Jhon E.Jonson, Steel
sebagai alat sambung pada hubungan Structures, Design and Behavior,
balok kolom sangat signifikan 2nd edition, Harper & Row,
perbedaannya dengan menggunakan alat Publishers,Inc
sambung baut mutu biasa. Holmes M, Martin L.H, Analysis And
Baut mutu tinggi A-325 d = 20 mm Design Of Structur Connections
T = 42.146.N Reinforced Concrete and Steel
f i = 136.Mpa John Wiley & Sons, New York
Baut m.biasa f izin = 160.Mpa ,d = 20mm
T = 100.950.N
f i = 321,5.Mpa melampaui kekuatan
izinnya.

Anda mungkin juga menyukai