Fotografi
Fotografi
DAFTAR ISI
COVER 1
DAFTAR ISI 2
DEFINISI FOTOGRAFI 4
SEJARAH FOTOGRAFI 4
KLASIFIKASI FOTOGRAFI 4
ISTILAH FOTOGRAFI 15
A. 35 MM 15
o Sejarah 16
o Istilah 135 16
B. Autofocus 16
C. CCD 16
o Operasi 16
o Penggunaan 17
o Kamera Warna 17
o Teknologi Saingan 18
D. Eksposur/Pajanan 18
o Hal-hal yang mempengaruhi pajanan 18
o Pengaruh Tingkat Pajanan 18
o Pajanan Tidak Normal 18
o Nilai Pajanan 18
o Exposure Bracketing 19
o Pajananan Sebagai Tingkat Visibiltas 19
E. Film 19
F. Foto 20
G. Fotografer 20
H. Histogram 20
o Definisi Matematis 21
o Definisi Fotografis 21
I. ISO / ASA 21
J. Jarak Fokus (Focus Length) 22
K. Lightmeter (Pengukur Cahaya) 22
o Teknik Pengukuran 22
o Average Metering 22
o Spot Metering 22
L. Rana 22
M. Rentang Dinamis/Dynamic Range 23
o Pajanan sebagai tingkat visibilitas 23
o Pseudo-HDR Imaging 23
o High Dynamic Range Imaging 24
o Gamma Value 25
o Exposure Fusion Imaging 25
o Exposure Compensation 26
o Tone Mapping 26
o Exposure Latitude 26
o Relasi Antara rentang luminasi dan nilai pajanan 26
N. Tripod 27
O. Trough The Lens 27
P. View Finder 27
PRANALA LUAR
REFERENSI
28
29 3
Mata Kuliah : FOTOGRAFI DASAR (BASIC PHOTOGRAPHY)
Tujuan : Mengenal Dunia Fotografi masa kini, baik teknik maupun artistik. Mengenal keseluruhan proses
fotografi : Pemotretan - pengembangan film - pencetakan foto, dan mampu mengerjakan serta
mengendalikan proses tersebut ke arah hasil akhir seperti yang dikehendaki.
Materi : Sejarah terciptanya fotografi hingga terciptanya fotografi elektronik secara singkat. Anatomi
kamera serta fungsi dan sarana-sarananya. Proses pengolahan foto baik hitam putih maupun
berwarna. Studi terapan untuk pengambilan foto secara kreatif yang mampu merekam
suasana, sifat dan karakter manusia, sesuai dengan kepentingan desain komunikasi visual.
Kepustakaan : 1.Hedgecoe, John, The Art of Color Photography, Simon and Schuster, New York, 1978.
2. Hedgecoe, John, Photographer Handbook
DEFINISI FOTOGRAFI
otografi berasal dari 2 kata yaitu Photo yang berarti cahaya dan Graph yang berarti tulisan /
F
lukisan. Dalam seni rupa, fotografi adalah proses melukis / menulis dengan menggunakan media
cahaya. Sebagai istilah umum, fotografi berarti proses atau metode untuk menghasilkan gambar
atau foto dari suatu obyek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai obyek tersebut pada
media yang peka cahaya. Alat paling populer untuk menangkap cahaya ini adalah kamera.
Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada cahaya, berar ti tidak ada foto yang bisa dibuat.
Prinsip fotografi adalah memokuskan cahaya dengan bantuan pembiasan sehingga mampu membakar
medium penangkap cahaya. Medium yang telah dibakar dengan ukuran luminitas cahaya yang tepat akan
menghailkan bayangan identik dengan cahaya yang memasuki medium pembiasan (selanjutnya disebut lensa).
Untuk menghasilkan intensitas cahaya yang tepat untuk menghasilkan gambar, digunakan bantuan alat ukur
berupa lightmeter . Setelah mendapat ukuran pencahayaan yang tepat, seorang fotografer bisa mengatur intensitas
cahaya tersebut dengan merubah kombinasi ISO / ASA (ISO Speed), Diafragma (Aperture), dan Kecepatan Rana
(Speed). Kombinasi antara ISO, Diafragma & Speed selanjutnya disebut sebagai Eksposur (Exposure)
Di era fotografi digital dimana film tidak digunakan, maka kecepatan film y ang semula digunakan
berkembang menjadi Digital ISO
SEJARAH FOTOGRAFI
Pada abad ke-5 sebelum masehi, ada orang yang bernama MoTi, berhasil menemukan gejala fotografi. Apabila
sebuah ruangan gelap ada lubang yang memancarkan sinar, maka di tembok suatu ruangan tersebut akan terlihat
gambar sumber cahaya tadi secara terbalik. Ibn Al-Haitham, seorang Arab juga menemukan menemukan gejala yang
sama. Foto pertama dibuat pada tahun 1826 selama 8 jam. Louis-Jacques - Mandé Daquerre merupakan bapak
fotografi dunia 1837. Camera Obscura merupakan kamera yang pertama kali yang dipakai untuk menggambar
kemudian memotr et.
Kamera Kodak (Eastmant Kodak) pertama kali dipatenkan pada tahun 1888 di Amerika.
Tahun 1900 seorang Juru gambar telah mencipta kamera Mammoth. Kamera ini amat besar ukurannya
dimana beratnya 1,400 pound. Lens seberat 500 pound. Sewaktu mengubah atau memindahkannya
membutuhkan tenaga manusia sebanyak 15 orang
KLASIFIKASI FOTOGRAFI
Fotografi memiliki banyak cabang atau kekhususan berdasarkan subyek fotgrafinya, di antaranya:
Fotografi Alam (Nature / Landscape) Fotografi Seni (Fine Art)
Fotografi Satwa Fotografi Studio
Fotografi Dokumentasi Fotografi Udara (Aerial)
Fotografi Jurnalistik Fotografi Komersial
Foto jurnalistik adalah foto yang merekam Fotografi Interior
suatu berita, biasanya foto jenis ini terpasang Fotografi Fesyen
di media cetak seperti koran atau majalah.
A. Komponen Kamera
Sebuah kamera minimal terdiri atas:
Kotak yang kedap cahaya (badan kamera) Pemantik potret (shutter)
Sistem lensa Pemutar film
B. Badan Kamera
Badan kamera adalah ruangan yang sama sekali kedap cahaya, namun dihubungkan dengan lensa yang
darimana menjadi satu-satunya tempat cahaya akan masuk. Di dalam bagian ini cahaya yang difokuskan oleh
lensa akan diatur agar tepat mengenai dan membakar film.
Di dalam kamera untuk tujuan seni fotografi, Jika diperlukan bisa pula ditambah peralatan:
biasanya ditambahkan beberapa tombol Blitz (atau lebih umum disebut lampu kilat
pengatur, antara lain: atau flash)
Pengatur ISO/ASA Film. Tripod
Shutter Speed . Lightmeter
Apertur e (Bukaan Diafragma).
C. Sistem Lensa
LENSA atau kanta adalah sebuah alat untuk mengumpulkan atau menyebarkan cahaya,
biasanya dibentuk dari sepotong gelas yang dibentuk. Alat sejenis digunakan dengan jenis lain dari radiasi
elektromagnetik juga disebut lensa, misalnya, sebuah lensa gelombang mikro dapat dibuat dari "paraffin
wax".
Lensa paling awal tercatat di Yunani Kuno, dengan sandiwara Aristophanes The Clouds (424 SM)
menyebutkan sebuah gelas-pembakar (sebuah lensa konveks digunakan untuk memfokuskan cahaya
matahari untuk menciptakan api).
Tulisan Pliny the Elder (23-79) juga menunjukan bahwa gelas -pembakar juga dikenal Kekaisaran
Roma, dan disebut juga apa yang kemungkinan adalah sebuah penggunaan pertama dari lensa pembetul:
Nero juga diketahui menonton gladiator melalui sebuah emerald berbentuk-konkave (kemungkinan untuk
memperbaiki myopia).
Seneca the Younger (3 SM - 65) menjelaskan efek pembesaran dari sebuah gelas bulat yang diisi
oleh air. Matematikawan muslim berkebangsaan Arab Alhazen (Abu Ali al-Hasan Ibn Al-Haitham), (965-
1038) menulis teori optikal pertama dan utama yang menjelaskan bahwa lensa di mata manusia
membentuk sebuah gambar di retina. Penyebaran penggunaan lensa tidak terjadi sampai penemuan kaca
mata, mungkin di Italia pada 1280-an.
Sistem lensa dipasang pada lubang depan kotak, berupa sebuah lensa tunggal yang terbuat dari plastik
atau kaca, atau sejumlah lensa yang tersusun dalam suatu silinder logam.
Tingkat penghalangan cahaya dinyatakan dengan angka f, atau bukaan relatifnya. Makin rendah angka f
ini, makin besar bukaannya atau makin kecil tingkat penghalangannya. Bukaan ini diatur oleh jendela
diafragma.
Bukaan relatif diatur oleh suatu diafragma. Untuk kamera SLR, lensa dilengkapi dengan pengatur bukaan
diafragma yang mengatur banyaknya cahaya yang masuk sesuai keinginan fotografer.
Jenis lensa cepat ataupun lensa lambat ditentukan oleh rentang nilai F yang dapat digunakan.
Disamping lensa biasa, dikenal juga lensa sudut lebar (wide lens), lensa sudut kecil (tele lens), dan lensa
variabel (variable lens, atau oleh kalangan awam disebut dengan istilah lensa zoom.
Lensa sudut lebar mempunyai jarak fokus yang lebih kecil daripada lensa biasa. Namun sebutan itu
bergantung pada lebarnya film yang digunakan. Untuk film 35 milimeter, lensa 35 milimeter akan disebut lensa
sudut lebar, sedangkan lensa 135 milimeter akan disebut lensa telefoto.
Lensa variabel dapat diubah-ubah jarak fokusnya, dengan mengubah kedudukan relatif unsur -unsur
lensa tersebut. Lensa akan memfokuskan cahaya s ehingga dihasilkan bayangan sesuai ukuran film. Lensa
dikelompokkan sesuai panjang focal length (jarak antara kedua lensa).
Focal lenght mempengaruhi besar komposisi gambar yang mampu dihasilkan. Dalam
masyarakat umum, lebih dikenal dengan istilah zoom.
5
D. Pemantik Potret
Tombol pemantik potret atau shutter dipasang di belakang lensa atau di antara lensa. Kebanyakan
kamera SLR mempunyai mekanisme pengatur waktu untuk memungkinkan mengubah-ubah lama bukaan
shutter. Waktu ini ialah singkatnya pemetik potret itu membuka, sehingga memungkinkan berkas cahaya
mengenai film.
Beberapa masyarakat awam menganggap kema mpuan kamera sebanding dengan besarnya nilai
maksimum shutter speed yang bisa digunakan.
E. Bagian Lain
Bagian lain sebuah kamera, antara lain:
1. Mekanisme memutar film gulungan agar bagian-bagian film itu bergantian dapat disingkapkan pada objek
2. Mekanisme fokus yang dapat mengubah-ubah jarak antara lensa dan film,
3. Pemindai komposisi pemotr etan (range finder) yang menunjukkan apa saja yang akan terpotret serta
apakah objek utama akan terfokuskan
4. lightmeter untuk membantu menetapkan kecepatan pemetik potret dan atau besarnya bukaan, agar
banyaknya cahaya yang mengenai film cukup tepat sehingga diperoleh bayangan atau gambar yang
memuaskan.
Beberapa kamera, terutama jenis kamera poket biasanya tidak memiliki salah satu dari bagian -
bagian tersebut.
1. KAMERA FILM
Jenis kamera film yang digunakan adalah dari jenis 35 mili meter, yang menjadi populer karena
keserbagunaan dan kecepatannya saat memotret, karena kamera ini berukuran kecil, kompak dan tidak
mencolok. Lensa kadang dapat dipertukarkan, dan kamera itu dapat memuat gulungan film untuk 36
singkapan, bahkan kadang lebih.
o Jenis film
a. Pembagian film berdasarkan ukuran :
Small format (35mm)
Medium format (100-120mm)
Large format
Angka di atas berarti ukuran diagonal film yang digunakan. Setiap jenis ukuran film haru
menggunakan kamera yang berbeda pula.
2. KAMERA POLAROID
Kamera jenis ini memakai lembaran polaroid yang langsung memberikan gambar positif sehingga
pemotret tidak perlu melakukan proses cuci cetak film.
3. KAMERA DIGITAL
Kamera digital adalah alat untuk membuat gambar dari obyek untuk selanjutnya
dibiaskan melalui lensa kepada sensor CCD (ada juga yang menggunakan sensr CMOS)
yang hasilnya kemudian direkam dalam format digital ke dalam media simpan
digital.
Karena hasilnya disimpan secara digital maka hasil rekam gambar ini harus diolah 6
menggunakan pengolah digital pula semacam komputer atau mesin cetak yang daat membaca media
simpan digital tersebut.
Kemudahan dari kamera digital adalah hasil gambar yang dengan cepat diketahui hasilnya secara
instan, kemudahan memindahkan hasil (transfer), dan penyuntingan warna, ketajaman, kecerahan dan
ukuran yang dapat dilakukan dengan relatif lebih mudah daripada kamera manual.
Kamera jenis ini merupakan kamera yang dapat bekerja tanpa menggunakan film. Si pemotret
dapat dengan mudah menangkap suatu objek tanpa harus susah-susah membidiknya melalui jendela
pandang karena kamera digital sebagian besar memang tidak memilikinya. Sebagai gantinya, kamera
digital menggunakan sebuah layar LCD yang terpasang di belakang kamera. Lebar layar LCD pada setiap
kamera digital berbeda-beda.
Sebagai media penyimpanan, kamera digital menggunakan internal memory ataupun ex ternal
memo ry yang menggunakan memory card.
a. Komponen Kamera Digital
o Sensor kamera
Sensor kamera adalah sensor penangkap gambar yang dikenal juga sebagai CCD ( Charged
Coupled Device) dan CMOS (Complementary Metal Oxide Semiconductor) yang terdiri dari jutaan
piksel lebih.
Sensor ini berbentuk chip yang terletak tepat di belakang lensa. Semakin banyak pixel yang
ditangkap, semakin detail gambar yang dihasilkan.
o Layar LCD
Layar LCD (LCD display) adalah layar kecil pada kamera digital yang bermanfaat untuk
melihat seperti apa bidikan yang ditangkap oleh sensor CCD. Ha sil yang ditunjukkan pada layar
LCD lebih akurat dibandingkan hasil yang diperkirakan dalam kamera konvensional yang sering
berbeda.
Layar LCD juga bisa membantu untuk melihat hasil foto secara instan setelah gambar
diambil, hal ini memudahkan untuk mengkoreksi langsung hasil foto untuk mendapatkan hasil
yang terbaik.
o Media Penyimpanan
Salah satu komponen yang sangat berperan adalah media penyimpanan. Media ini dapat
berupa compact flash, memory stick, dan sebagainya. Pada umumnya media penyimpanan
memiliki kapasitas penyimpanan gambar dalam jumlah besar sesuai dengan kapasitas memori
yang dimiliki.
Kapasitas gambar pada setiap media juga ditentukan dengan kapasitas resolusi dari masing-
masing gambar yang dihasilkan. Semakin tinggi resolusi CCD, semakin besar ukuran ruang untuk
menyimpan berkas yang dibutuhkan dalam media penyimpan.
1. KAMERA SAKU
Jenis yang paling populer digunakan masyarakat umum. Lensa utama tak bisa diganti,umumnya
otomatis atau memerlukan sedikit penyetelan Cahaya yang melewati lensa langsung membakar
medium. Kelemahan film ini adalah gambar yang ditangkap oleh mata akan berbeda dengan yang akan
dihasilkan film, karena ada perbedaan sudut pandang jendela pembidik (viewfinder) dengan lensa.
2. KAMERA TLR
Kelemahan kamera poket diperbaiki oleh kamera TLR. Jendela bidik diberikan lensa yang identik
dengan lensa di bawahnya. Namun tetap ada kesalahan paralaks yang ditimbulkan sebab sudut dan
posisi kedua lensa tidak sama.
3. KAMERA SLR (SINGLE LENS REFLECT)
Kamera SLR (single-lens reflex) atau Kamera refleks lensa-tunggal adalah kamera yang
menggunakan sistem jajaran lensa jalur tunggal untuk melewatkan berkas cahaya menuju ke dua
tempat, yaitu Focal Plane dan Viewfinder, sehingga memungkinkan fotografer untuk dapat melihat
objek melalui kamera yang sama persis seperti hasil fotonya. Hal ini berbeda dengan kamera non-SLR,
dimana pandangan yang terlihat di viewfinder bisa jadi berbeda dengan apa yang ditangkap di film,
karena kamera jenis ini menggunakan jajaran lensa ganda, 1 untuk melewatkan berkas cahaya k e
Viewfinder, dan jajaran lensa yang lain untuk melewatkan berkas cahaya ke Focal Plane.
Kamera SLR menggunakan pentap risma yang ditempatkan di atas jalur optikal melalui lensa ke
lempengan film. Cahaya yang masuk kemudian dipantulkan ke atas oleh kaca cermin pantul dan
mengenai pentaprisma. Pentaprisma kemudian memantulkan cahaya beberapa kali hingga mengenai
jendela bidik. Saat tombol dilepaskan, kaca membuka jalan bagi cahaya sehingga cahaya dapat langsung
mengenai film.
Pada kamera SLR, cahaya yang masuk ke dalam kamera dibelokkan ke mata fotografer sehingga
fotografer mendapatkan bayangan yang identik dengan yang akan terbentuk. Saat fotografer memencet
tombol kecepatan rana, cahaya akan dibelokkan kembali ke medium (atau film). lensa kamera SLR dapat
diganti ganti sesuai kehendak,sangat disukai para ahli foto, atau hobby, dudukan lensa pada body
kamera berbeda benda tergantung mer ek kamera,mulai dari lensa wide(sudut lebar), tele (jarak jauh),
dan lensa normal(standard 50 mm), tersedia pula lensa zoom dengan panjang lensa bervariasi .
a. Komponen Kamera SLR
o Pembidik
Salah satu bagian yang penting pada kamera adalah pembidik (viewfinder). Ada dua sistem
bidikan, yaitu :
Jendela bidik yang terpisah dari lensa (Viewfinder type)
Bidikan lewat lensa (Reflex type).
Kamera SLR, sesuai dengan namanya (Single Lens Reflex), menggunakan sistem bidikan jenis
kedua. Mata fotografer melihat subjek melalui lensa, sehingga tidak terjadi parallax, yaitu
keadaan dimana fotografer tidak melihat secara akurat indikasi keberadaan subjek melalui lensa
sehingga ada bagian yang hilang ketika foto dicetak. Keadaan parallax ini pada dasarnya ter jadi
pada pemotretan sangat close up dengan menggunakan kamera viewfinder.
o Jendela Bidik
Jendela bidik merupakan sebuah kaca yang di dalamnya tercantum banyak informasi dalam
pemotretan. Jendela bidik memuat penemu jarak (range-finder), pilihan diafragma, shutter
speed, dan pencahayaan (exposure).
o Lensa
Dalam fotografi, lensa berfungsi untuk memokuskan cahaya hingga mampu membakar
medium penangkap (film). Di bagian luar lensa biasanya terdapat tiga cincin, yaitu cincin panjang
fokus (untuk lensa jenis variabel), cincin diafragma, dan cincin fokus.
Macam-Macam Lensa
Lensa Standar
Lensa ini disebut juga lensa normal. Berukuran 50 mm dan memberikan
karakter bidikan natural.
Lensa Sudut Lebar (Wide An gle Lens)
Lensa jenis ini dapat digunakan untuk menangkap subjek yang luas dalam 9
ruang sempit. Karakter lensa ini adalah membuat subjek lebih kecil daripada ukuran
sebenarnya. Dengan menggunakan lensa jenis ini, di dalam ruangan kita dapat memotret
lebih banyak orang yang berjejer jika dibandingkan dengan lensa standar. Semakin pendek
jarak fokusnya, maka semakin lebar pandangannya. Ukuran lensa ini beragan mulai dari 17
mm, 24 mm, 28 mm, dan 35 mm.
Lensa Fish Eye
Lensa fish eye adalah lensa wide angle dengan diameter 14 mm, 15 mm, dan 16 mm.
Lensa ini memberikan pandangan 180 derajat. Gambar yang dihasilkan melengkung.
Lensa Tele
Lensa tele merupakan kebalikan lensa wide angle. Fungsi lensa ini adalah untuk
mendekatkan subjek, namun mempersempit sudut pandang. Yang termasuk lensa tele
adalah lensa berukuran 70 mm ke atas. Karena sudut pandangannya sempit, lensa tele
akan mengaburkan lapangan sekitarnya. Namun hal ini tidak menjadi masalah karena
lensa tele memang digunakan untuk mendekatkan pandangan dan memfokuskan pada
subjek tertentu.
Lensa Zoom
Merupakan gabungan antara lensa standar, lensa wide angle, dan lesa tele. Ukuran lensa
tidak fixed, misalnya 80-200 mm. Lensa ini cukup fleksibel dan memiliki range lensa yang
cukup lebar. Oleh karena itu lensa zoom banyak digunakan, sebab pemakai tinggal
memutar ukuran lensa sesuai dengan yang dibutuhkan.
Lensa Makro
Lensa makro biasa digunakan untuk memotret benda yang kecil. Lensa khusus untuk
menangkap detail maksimal dari suatu objek. Banyak digunakan untuk foto-foto produk
dan sains.
Perspective Correction Lens
Sering juga disebut lensa arsitektur. Lensa ini memperbaiki efek perspektif yang selalu
terjadi jika memotret benda tiga dimensi dalam jarak relatif dekat.
Lensa Lambat
Digunakan untuk mengimbangi setting kecepataan bukaan rana sangat rendah di badan
kamera.
Lensa Cepat
Digunakan untuk mengimbangi setting kecepatan bukaan rana sangat tinggi di badan
kamera.
o Focus
Fokus adalah bagian yang mengatur jarak ketajaman lensa, sehingga gambar yang
dihasilkan tidak berbayang.
o Kecepatan Rana
Dalam istilah fotografi, Kecepatan rana atau
Shutter Speed adalah ukuran kecepatan rana membakar
medium penangkap cahaya (lebih umum disebut film
atau sensor digital). Kecepatan rana (shutter sp eed)
artinya penutup (to shut = menutup). Pada waktu kita
menekan tombol untuk memotr et, terjadi pembukaan
lensa sehingga cahaya masuk dan mengenai film.
Pekerjaan shutter adalah membuka dan kemudian Foto dari jalan yang gelap pada malam
menutup lagi. hari (dengan kecepatan rana 20 detik)
Kecepatan rana adalah kecepatan shutter
membuka dan menutup kembali. Shutter speed dapat kita atur. Jika kita memilih 1/100, maka ia
akan membuka selama 1/100 detik.
Skala shutter speed bervariasi. Ada yang B, 1, ½, ¼, 1/8, 1/15, 1/30, 1/60, 1/125, 1/250,
1/500, 1/1000, dst. Mulai dari ½ sampai 1/1000 biasanya hanya disebut angka -angka dibawah
saja. Artinya 100 = 1/100 dan 2 artinya ½ detik. Namun jika angka 2 itu berwarna, maka artinya
adalah 2 detik.
Sedangkan B artinya Bulb, yaitu jika tombol ditekan maka shutter membuka, dan
ketika tombol dilepaskan maka shutter menutup.
Yang perlu diingat adalah, semaki n lama kecepatan shutter, jumlah
cahaya yang masuk akan semakin banyak. Semakin besar angkanya, maka
kecepatan shutter akan semakin tinggi(shutter akan semakin cepat
membuka dan menutup).
10
Speed Cepat
Speed c epat kita gunakan untuk memotret benda yang bergerak. Semakin cepat pergerakan
benda tersebut, maka semakin besar angka speed shutter yang kita butuhkan.
Speed Lambat
Jika benda yang bergerak cepat dipotret dengan speed shutter rendah, maka hasilnya ialah
gambar akan tampak kabur, seakan-akan disapu, namun latar belakangnya jelas. Efek ini
terkadang bagus dan menimbulkan sense of motion dari benda yang dipotret.
Cara lain adalah dengan menggerakkan kamera ke arah gerak objek (panning) bertepatan
dengan melepas tombol. Hasil gambarnya ialah latar belakang kabur, tetapi gambar subjek jelas.
Seberapa jelas atau kaburnya subjek tergantung pada cepat atau lambatnya gerakan panning.
Jika gerakannya bersama-sama dengan gerakan subjek, maka gambar yang dihasilkan jelas.
Sebaliknya jika kamera lebih cepat atau lebi h lambat dari gerakan subjek, maka hasilnya akan
blur (kabur).
Penomoran
Umumnya Kec epatan rana terdiri dari urutan angka 8000, 4000, 2000, 1000, 500, 250, 125,
60, 30, 15, 8, 4, 2, dan 1. Angka i ni merupakan angka kebalikan dari lama pajanan dalam detik.
Misalnya angka 30 berarti 1/30 detik, dan seterusnya.
Untuk kec epatan rana lebih lama dari 1 detik menggunakan tanda ". Sementara kecepatan
rana bebas sesuai dengan pemencetan tombol rana oleh fotografer diberi tanda B(Bulb).
Namun angka tersebut tidaklah mutlak. Banyak produsen kamera menggunakan kecepatan
rana yang hanya mendekati angka tersebut.
Pengaruh Perbedaan Kecepatan Rana
Kecepatan rana mempengaruhi eksposur cahaya yang membakar film. Semakin cepat
pembukaan rana, semakin sedikit cahaya membakar medium, dan sebaliknya. Hal ini akan
mempengaruhi pajanan.
o Diafr agm a
Diafragma atau aperture (atau sering disebut bukaan) berfungsi untuk mengatur jumlah volume
cahaya yang masuk. Alat ini biasanya terdapat di belakang lensa. Terdiri dari 5 -8 lempengan
logam yang tersusun dan dapat membuka lebih lebar atau lebih sempit.
c. Pencahayaan
Pencahayaan atau exposure adalah kuantitas cahaya yang diperbolehkan masuk; intensitas
(diatur oleh bukaan lensa) dan durasi (diatur oleh shutter speed) cahaya yang masuk dan mengenai
film.
Film dengan ASA tinggi, memerlukan sedikit cahaya untuk menghasilkan gambar yang jelas.
Sebaliknya, film dengan ASA rendah memerlukan banyak cahaya uantuk menghasilkan gambar yang
jelas.
Exposure diukur oleh alat yang disebut light-meter. Jika light-meter menunjukkan kekurangan
cahaya, maka kita bisa memperkecil bukaan diafragma atau memperlambat shutter speed.
Sebaliknya, jika light-meter menunjukkan kelebihan cahaya maka kita bisa memperbesar bukaan
diafragma atau mempercepat shutter speed.
o Overexposure
Merupakan keadaan dimana jumlah cahaya yang masuk terlalu banyak. Gambar yang dihasilkan
akan terlalu terang.
o Underexposure
Merupakan keadaan dimana jumlah cahaya yang masuk terlalu sedikit. Keadaan ini menghasilkan
gambar yang gelap.
FOTOGRAFI DIGITAL
Fotografi digit al, sebagai lawan dari fotografi film, adalah proses fotografi yang menggunakan media
perekaman digital. Fotografi digital, berbeda dengan fotografi film yang menggunakan media film sebagai media
penerima gambar, menggunakan sensor elektronik untuk merekam gambar, lalu selanjutnya diolah untuk disimpan
dalam data biner. Hal ini memotong banyak alur pengolahan gambar, sebelum dicetak menjadi gambar akhir, dan
memungkinkan penggunanya untuk melihat dan menghapus foto langsung melalui kamera sehingga kesalahan bisa
disadari lebih awal.
Tidak ada yang lebih baik antara kamera digital dan film, karena pada awalnya karakteristik keduanya
berbeda. Beberapa fotografer memilih menggunakan kamera digital karena kepraktisan dan keluwesannya.
Sementara beberapa yang lain memilih tetap menggunakan kamera film atas pertimbangan kualitas.
Namun batas ini semakin kabur seiring perbaikan kualitas ya ng dialami sensor digital, di lain sisi
perkembangan ini menyebabkan terlalu banyak fasilitas yang ditambahkan kepada kamera digital
sehingga sisi kepraktisannya tidak jauh berbeda dengan kamera film. Perkembangan teknologi
menyebabkan kamera digital diimplementasi ke banyak peralatan lain, misalnya telepon seluler.
12
A. Definisi Fotografi Digital
Pada prinsipnya sama dengan definisi ‘fotografi’, yaitu seni melukis dengan cahaya;
Perbedaan terbesar terletak pada perangkat yang digunakan dan teknis pengambilan gambarnya;
Fotografi analog, menggunakan kamera analog (sensor kimiawi berupa roll film);
Fotografi digital, menggunakan kamera digital (sensor elektronik, CCD/CMOS);
Output fotografi digital, berupa data biner. Sehingga foto bisa dibawa /dikirimkan kemana saja dalam
jumlah yang besar, dan dapat dimodifikasi sesuka hati.
C. Kamera Digit al
o Definisi Kamera Digital
Alat yang digunakan untuk mengkonversi sebuah citra, baik diam maupun bergerak,
kedalam rangkaian kode biner (data ) untuk kemudian disimpan didalam media
penyimpanan data digital seperti harddisk, DVD atau flash memory ;
Macam-macam kamera digital: Video Camcorder, webcam, CCTV, dan Digital
Still Camera; 13
Jenis yang termasuk kedalam pembahasan fotografi: Digital Still Camera.
o Jenis-Jenis Kamera Digital
KEUNTUNGAN
Fotografi digital menggunakan media penyimpanan data
digital seperti MMC/SD CARD, sehingga dapat dipakai berkali -
Efektifitas Biaya kali tanpa perlu diganti sekalipun
Harga kamera digital semakin terjangkau
14
Persoalan teknis telah ditangani oleh kamera digital, sehingga
kita cukup memfokuskan pemi kiran kepada seni artistik foto
Kepraktisan Kamera Digital Bisa mengambil foto dari suatu obyek berkali -kali, dan memilih
yang paling baik untuk digunakan
KERUGIAN
Ilmu Fotogr afi Murni tidak Karena mudahnya fotografi digital, orang jadi malas untuk
banyak dipelajari lagi mempelajari seni dan konsep fotografi murni
Foto dapat dengan mudah direkayasa oleh program komputer
Perekayasaan foto untuk tujuan-tujuan tertentu, seperti propaganda atau
penipuan
Foto digital adalah data yang mempunyai struktur yang dapat
mengalami kerusakan
Resiko Kerusakan Dat a
Walaupun kerusakan struktur datanya kecil, tapi bisa
mempengaruhi kualitas foto secara keseluruhan
ISTILAH FOTOGRAFI
Beberapa istilah fotografi akan membingungkan bila diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia. Oleh karena itu
istilah yang sudah berlaku umum tetap dipertahankan.
A. 35 MM
35mm adalah format film kecil dengan ukuran bagian sensitif cahaya 24x36 mm untuk setiap
pengambilan, walaupun beberapa kamera memiliki kemampuan untuk membaginya dua untuk keperluan
efisiensi.
35mm biasanya dikemas dalam selongsong tabung kecil, umumnya untuk 24 dan 36 kali
pengambilan gambar. Kualitasnya tidak setara dengan film for mat menengah (medium format) dan format
lebar (large format), tetapi sangat praktis.
Film keluar dari tabung lewat lubang kedap cahaya - lubang berbentuk garis kecil
dengan kain penyerap cahaya warna hitam. Tetapi tentu saja dibuat film dalam jumlah
banyak (bulk) dan kemudian digulung sendiri dalam tabung pakai ulang. Hasilnya
15
adalah rol film bisa lebih panjang dan lebih hemat.
o Sejarah
Film format 35mm berawal dari film bergerak yang dipakai pertama kali akhir tahun 1800 -an dan awal
1900-an dan masih dipakai sampai sekarang. Tapi format 35mm untuk foto sebenarnya berawal tahun
1934, saat peluncuran kamera buatan Jerman Kodak Retina I tipe 117.
Tabung kamera atau populer dengan istilah daylight loading, adalah inovasi teknologi yang
sangat populer, yang berarti kita tidak harus mengganti film di kamar gelap atau kantong kedap cahaya
lagi.
o Istilah 135
135 adalah istilah yang dgunakan Kodak untuk film yang diperuntukkan bagi kamera dengan
sistem 35mm. Sistem kamera 35mm adalah yang paling banyak digunakan dan dikenal saat ini. Pada
pembungkus film biasanya kita temukan label seperti: 135 -36 yang artinya film tersebut adalah untuk
kamera sistem 35mm dan bisa digunakan untuk mengambil 36 gambar.
B. Autofocus
Autofocus merupakan Sistem pada kamera atau lensa, atau kombinasi kamera dan lensa yang
mana ketepatan fokusnya ditentukan oleh alat elektronik dan motor.
Kamera komersil pertama dengan fa silitas autofocus adalah kamera kompak merek Konica C35
AF yang diperkenalkan di tahun 1978. Sedangkan kamera SLR dengan autofocus TTL yang pertama adalah
Pentax ME-F yang dikeluarkan di tahun 1980, namun kamera ini hanya mendukung autofocus pada lensa
zoom AF tertentu saja. Saat ini hampir semua produsen kamera dan lensa memproduksi sistem kamera
yang dilengkapi dengan lensa autofocus.
C. CCD
Peranti muatan-berpasangan (bahasa Inggris: charge-coupled device atau CCD) adalah sebuah
sensor untuk merekam gambar, terdiri dari sirkuit terin teg rasi berisi larikan kondensator yang
berhubungan, atau berpasangan. Di bawah kendali sirkuit luar, setiap kondensator dapat menyalurkan
muatan listriknya ke tetanggannya. CCD digunakan dalam fotografi digital dan astronomi (terutama dalam
fotometri), optikal dan spektroskopi UV dan teknik kecepatan tinggi seperti penggambaran untung.
o Operasi
Ketika sebuah foton membentur atom, ini dapat mengangkat sebuah elektron ke tingkat energi
yang lebih tinggi, atau dalam beberapa kasus, melepaskan elektron dari atom. Ketika cahaya menimpa
permukaan CCD, ini membebaskan beberapa elektron untuk bergerak dan berkumpul di kondensator.
Elektron tersebut digeser sepanjang CCD oleh pulsa -pulsa elektronik dan dihitung oleh sebuah sirkuit
yang menga mbil elektron dari setiap piksel kedalam sebuah kondensator lalu mengukur dan
menguatkan tegangan yang membentanginya, lalu mengosongkan kondensator. Ini memberikan sebuah
citraan hitam-putih yang efektif dengan mengukur seberapa banyak cahaya yang jatuh
disetiap piksel.
CCD yang memiliki baris tunggal dapat digunakan sebagai saluran tunda.
Sebuah tegangan analog dikenakan pada kondensator pertama dalam larikan, dan
perintah yang berselang tetap diberikan kepada setiap kondensator untuk
memindahkan muatannya ke tetangganya. Dengan demikian seluruh larikan digeser
16
setiap satu lokasi. Setelah sebuah tundaan yang setara dengan jumlah kondensator dikalikan interval
geser, muatan yang mencer minkan sinyal masukan tiba di kondensator terakhir di larikan, dimana
muatan ini dikuatkan untuk menjadi sinyal keluaran. Proses ini terus berlanjut, menciptakan sebuah
sinyal di keluaran yang merupakan versi tertunda dari masukan, dengan beberapa cacat dikarenakan
frekuensi pencuplikan. Sebuah CCD yang digunakan untuk hal ini juga dikenal dengan saluran tunda
regu-ember. Penggunaan CCD dalam hal ini sering digantikan dengan saluran tunda digital.
CCD dengan beberapa baris piksel menggeser muatannya secara vertikal men uju ke baris
terbawah, dan hanya baris terbawah yang dibaca keluarannya secara konvensional. Kecepatan dari
sirkuit pengukur harus cukup cepat untuk menghitung semua baris bawah, lalu menggeser baris
tersebut kebawah dan mengulanginya untuk setiap baris ya ng lain, hingga seluruh baris terbaca. Di
kamera video, seluruh proses ini membutuhkan kira -kira 40 kali setiap detik.
Beberapa faktor dapat mempengaruhi ketika foton mengakibatkan bumn membebaskan
elektron, sirkuit dalam CCD dapat menghalangi cahaya untuk masuk, gelombang yang lebih panjang
dapat menembus kedalam CCD tanpa berinteraksi dengan atom-atom, beberapa gelombang yang lebih
pendek dapat memantul di permukaan, dan lain sebagainya. Mengetahui berapa banyak foton yang
jatuh ke permukaan fotoreaktif akan membebaskan elektron adalah ukuran akurat sensitivitas CCD. Hal
ini disebut dengan efisiensi kuantum dan dinyatakan dalam persentase.
o Penggunaan
CCD yang memiliki beberapa piksel digunakan di kamera digital, pemindai gambar, dan kamera
video sebagai peranti pengindera cahaya. CCD biasanya merespon 70% cahaya (sama dengan efisiensi
kuantum sebesar 70%) membuatnya lebih efisien daripada film fotografi, yang hanya menangkap kira -
kira 2% cahaya. Sebagai hasilnya, CCD dengan cepat menjadi pilihan bagi para astronom. which captures
only about 2% of the incident light. Sebuah citra diarahkan ke larikan kondensator oleh lensa,
menyebabkan setiap kondensator untuk menampung muatan listrik sesuai dengan intensitas bahaya
pada tempat tersebut. Sebuah larikan satu dimensi, yang digunakan di kamera pindai -garis, menangkap
potongan tunggal dari gambar, secangkan larikan dua dimensi, yang digunakan di kamera dan kamera
video, menangkap seluruh gambar atau sebagian persegi darinya. Setelah larikan dipaparkan kepada
gambar, sebuah sirkuit kontrol menyebabkan setiap kondensator untuk memindahkan muatannya ke
tetangganya. Kondensator terakhir dalam larikan membuang muatannya kedalam sebuah penguat yang
mengubah muatan menjadi tegangan listrik. Dengan mengulangi proses ini, sirkuit kontrol mengubah
seluruh isi larikan menjadi tegangan yang bervariasi, yang disimpan di memori. Gambar ya ng tersimpan
dipindahkan ke pencetak, peranti penyimpan, atau penampil gambar. CCD juga digunakan secara luas
sebagai sensor untuk teleskop, dan peranti penglihatan malam. Sebuah penggunaan menarik dalam
astronomi adalah penggunaan CCD untuk membuat sebuah teleskop tetap, berperilaku seperti teleskop
penjejak dan mengikuti pergerakan langit. Muatan di CCD dipindah dan dibaca paralel dengan
pergerakan langit dan dengan kecepatan yang sama. Dengan cara ini, teleskop dapat mengambil gambar
langit yang lebih luar daripada bidang pandang normal. CCD biasanya sensitif terhadap cahaya
inframerah, yang memungkinkan fotografi inframerah, peranti penglihatan malam, dan perekaman
video tanpa pencahayaan (atau nyaris tanpa cahaya). Karena sensitivitasnya terhadap inframerah, CCD
yang digunakan di astronomi biasanya didinginkan dengan nitrogen cair, dikarenakan radiasi benda
hitam inframerah dikeluarkan oleh sumber berpui ruangan. Satu lagi konsekuensi dari sensitivitasnya
terhadap inframeral adalah inframerah dari remote control sering terlihat di kamera CCD, jika tidak
dilengkapi dengan filter inframerah. Pendinginan juga mengurangi arus gelap larikan, meningkatkan
sensitivitas pada cahaya intensitas lemah, bahkan untuk ultraviolet dan gelombang terlihat.
Desah bahang, arus gelap, dan sinar kosmik dapat mengubah piksel di larikan CCD. Untuk
menghindari diek ini, astronom mengambil pengungkapan dengan shutter tertutup. Bingkai gelap ini
lalu dikurangkan dari gambar asli untuk membuang efek desah bahang.
o Kamera Warna
Kamera digital biasanya menggunakan tapis Bayer sebelum CCD. Setiap persegi dari empat piksel
ditapis merah, biru dan dua hijau (mata manusia kecil sensitif terhadap hijau). Sebagai hasilnya
informasi diambil disetiap piksel, tetapi piksel warna memiliki resolusi yang lebih rendah daripada piksel
sebenarnya. Pemisahan warna yang lebih baik dapat dicapai dengan tiga peranti CCD dan sebuah prisma
dikroik pemisah warna, ini memisahkan gambar menjadi komponen merah, hijau, dan biru
(RGB). Setiap CCD disusun sedemikia n pura sehingga merespon warna tertentu.
Beberapa perekam video semiprofesional dan semua perekam video profesional
menggunakan teknik ini. Sejak sensor CCD beresolusi tinggi panitau mahal, bahkan
seorang fotografer profesional sulit menjangkau kamera 3CCD beresolusi tinggi. Ada 17
beberapa kamera yang menggunakan filter warna berputar untuk mencapai kejernihan warna dan
resolusi tinggi dengan harga yang relatif rendah. Kamera jenis ini sangat jarang dan hanya dapat
digunakan untuk memotr et obyek diam.
o Teknologi Saingan
Belakangan ini telah menjadi lebih mudah untuk menciptakan sensor gambar dari semikonduktor
yang menggunakan teknologi CMOS. Karena ini merupakan teknologi dominan untuk seluruh
pembuatan chip, sensor gambar CMOS murah untuk dibuat dan sirkuit pengkondisian signal dapat
dimasukkan ke dalam alat yang sama. Keuntungan yang terakhir tersebut menolong mengurangi
kelemahannya terhadap desah, yang masih merupakan problem. Sensor CMOS juga memiliki
keuntungan pengkonsumsian daya yang lebih rendah dari CCD.
D. Eksposur / Pajanan
Pajanan (atau lebih populer dalam istilah Bahasa Inggris exposure) adalah istilah dalam fotografi
yang mengacu kepada banyaknya cahaya yang jatuh ke medium (film atau sensor gambar) dalam proses
pengambilan foto.
Untuk membantu fotografer mendapat setting paling tepat untuk pa janan, digunakan lightmeter.
Lightmeter, yang biasanya sudah ada di dalam kamera, akan mengukur intensitas cahaya yang masuk ke
dalam kamera. Sehingga didapat pajanan normal.
o Nilai Pajanan
Seper ti kita ketahui bahwa cahaya luar akan diteruskan oleh lensa menuju ke atas focal plane.
Dalam perjalanannya, cahaya tersebut melewati rintangan-rintangan optik sepanjang jajaran lensa dan
sebagian darinya akan diredam (karena tidak mempunyai amplitudo/intensitas yang cukup siknifikan),
atau terpantul oleh permukaan tiap-tiap jajaran lensa hingga mempengaruhi akurasi warna pada hasil
foto akhir, menimbulkan efek flare atau ghosting artifact/motion blur; sebagai akibat dari sifat lensa
yang meneruskan, membiaskan, meredam, memantulkan cahaya.
Ini berarti bahwa, walaupun lensa-lensa komersial telah ditera berdasarkan standar CCI (Colour
Contribution Index) yang ditetapkan oleh IOS (International Organizatio n for Standardization),
penggunaan bahan gelas/kaca yang berbeda untuk tiap-tiap lensa beserta jenis coating yang dipakai
akan berpengaruh pada lebar spektrum dan intensitas cahaya yang sampai ke permukaan focal plane.
Pada sekitar tahun 1950, konsep mengenai en:exposure value dikembangkan di Jerman untuk
menyederhanakan pengukuran cahaya yang jatuh ke atas focal plane dengan menghilangkan parameter
lensa untuk mendefinisikan nilai pajanan yang absolut menjadi relatif.
Nilai pajanan absolut menurut standar fotometri didefinisikan sebagai daya pendar
(bukan intensitas) cahaya yang terjadi di atas focal plane pada rentang waktu
tertentu, dirumus :
18
di mana :
H adalah nilai pajanan/luminous exposure (lux detik)
E adalah tingkat iluminasi pada focal plane (lux)
t adalah rentang waktu iluminasi (detik)
Nilai pajanan relatif yang lebih sering dipakai dalam fotografi didefinisikan dari parameter kamera yang
berpengaruh terhadap tingkat iluminasi pada focal plane, yaitu en:aperture dan en:shutter speed.
Rumus yang digunakan adalah:
dimana:
EV adalah nilai pajanan (stop)
N adalah nilai aperture (f-number)
t adalah nilai shutter speed/rentang waktu iluminasi (detik)
Nilai pajanan serupa menurut proposal standar sistem APEX (Additive system of Photographic
Exposure) dari ASA (American Standards Association) adalah penyederhanaan formulasi logaritmik di
atas menjadi aritmatik :
o Exposure Br acketing
Definisi f-stop sesuai rumus di atas adalah nilai l ogaritmik dari f-number namun sering kita jumpai
penyebutan f-stop dengan penggunaan nilai f-number, yang lebih populer daripada penyebutan shutter
stop dengan penggunaan nilai shutter speed. Penyebutan f-stop tersebut dimaksudkan untuk teknik
exposure bracketing dengan f-number yang disebutkan dan nilai shutter divariasi pada area mid-tone
untuk menghasilkan nilai pajanan relatif misalnya -4ev, -2ev, 0ev, +2 ev, +4 ev. Penggunaan bracketing
semacam ini populer pada fotografi HDR untuk menghindari ghosting ar tifact akibat perbedaan DOF
(depth of field) dari beberapa nilai f-number.
Exposure bracketing juga dapat dilakukan dengan menaikkan shutter 1 stop dan menurunkan f -
number 1 stop untuk mendapatkan nilai pajanan yang sama. Hasil foto untuk bracketing semaca m ini
dapat menimbulkan motion blur akibat perbedaan penggunaan shutter speed, seperti tampak pada
gambar di samping.
E. Film
Film (cara pengucapan: [Filêm] atau Félêm) adalah gambar-hidup, juga
sering disebut movie (semula pelesetan untuk 'berpindah gambar'). Film, secara
19
kolektif, sering disebut 'sinema'. Gambar-hidup adalah bentuk seni, bentuk populer dari hiburan, dan juga
bisnis.
Film dihasilkan dengan rekaman dari orang dan benda (termasuk fantasi dan figur palsu) dengan
kamera, dan/atau oleh animasi.
F. Foto
Foto adalah gambar diam, yang dihasilkan oleh kamera yang merekam suatu obyek atau kejadian
atau keadaan pada suatu waktu tertentu.
Kegiatan yang berhubungan dengan foto diistilahkan dengan fotografi.
G. Fotografer
Fotografer atau juru fo to (Bahasa Inggris: photographer) adalah orang-orang yang membuat
gambar dengan cara menangkap cahaya dari subyek gambar dengan kamera maupun peralatan fotografi
lainnya, dan umumnya memikirkan seni dan teknik untuk menghasilkan foto yang lebih bagus serta
berusaha mengembangkan ilmunya. Banyak fotografer yang menggunakan kamera dan alatnya sebagai
pekerjaan untuk mencari penghasilan.
H. Histogram
Pada bidang statistik, histogram adalah tampilan grafis dari tabulasi frekuensi yang diga mbarkan
dengan grafis batangan sebagai manifestasi data binning. Tiap tampilan batang menunjukkan proporsi
frekuensi pada masing-masing deret kategori yang berdampingan (en:adjacent) dengan interval yang tidak
tumpang tindih (en:non-overlapping).
Kata histogram berasal dari bahasa Yunani: histos, dan gramma. Pertama kali digunakan oleh Karl
Pearson pada tahun 1895 untuk memetakan distribusi frekuensi dengan luasan area grafis batangan
menunjukkan proporsi banyak frekuensi yang terjadi pada tiap kategori. dan merupakan salah satu dari 7
basic tools of quality control yaitu Pareto cha rt, check sheet, control cha rt, cause-and-effect diagra m,
flowchart, dan scatter diagram. Laman lain yang menjelaskan konsep histogram termasuk konstruksi, model
diagram dan perubahannya.
o Definisi Matematis
Histogram adalah pemetaan frekuensi bilangan dari deret observasi berdasarkan rumus :
Dimana :
n adalah jumlah bilangan yang ditemukan pada masing-masing deret bin i adalah observasi pada deret
bin k adalah total number of bin m adalah bin dan rumus padanan untuk histogram
kumulatif :
20
o Definisi Fotografis
Histogram adalah representasi grafis untuk distribusi warna dari citra digital. Sumbu ordinat
vertikal merupakan representasi piksel dengan nilai tonal dari tiap-tiap deret bin pada sumbu axis
horizontalnya. Sumbu axis terdiri dari deret logaritmik bin densitometry yang membentuk rentang
luminasi atau exposure range yang mendekati respon spectral sensitivity visual mata manusia. Deret bin
pada density yang terpadat mempunyai interval yang relatif sa ngat linear dengan variabel mid-tone
terletak tepat di tengahnya.
Pada histogram fotografis, grafis batang tidak mempunyai luasan yang menunjukkan jumlah
piksel pada tiap bin. Grafis batang menjadi grafis garis vertikal yang mewakili seluruh jumlah piksel pada
deret bin luminasi tersebut. Sebagai contoh, sebuah foto ukuran 4288x2848 piksel yang mempunyai 1
tone akan mempunyai histogram dengan 1 garis lurus vertikal pada nilai bin luminasinya, bukan berupa
12,212,224 garis vertikal yang mempunyai panjang sama.
I. ISO / ASA
Kecepatan film adalah istilah dalam fotografi untuk mengukur tingkat kesensitivitas atau
kepekaan film foto terhadap cahaya. Film dengan kepekaan rendah (memiliki angka ISO rendah)
membutuhkan sorotan (Inggris: exposure) yang lebih lama sehingga disebut slow film, sedangkan film
dengan kepekaan tinggi (memiliki angka ISO tinggi) membutuhkan exposure yang singkat.
Skala kecepat an film ISO :
Standarnya dikenal dengan ISO 5800:1987 dari International Organization for Standardiza tion
(ISO) yang menetapkan skala linear dan skala logaritmik untuk mengukur kecepatan film. Skala linear ISO
dikenal dengan ASA.
21
o
4000 37
o
5000 38
o
6400 40
o Teknik Pengukuran
Dikenal beberapa teknik yang digunakan oleh lightmeter, yaitu :
1. Spot Metering
2. Avarage Metering
3. Center-weighted Metering
4. Matrix Metering
o Avarage Metering
Merupakan teknik pengukuran paling kuno. Hasil pengukuran teknik ini
adalah luminitas rata-rata dari gambar yang dipotret, sehingga hampir keseluruhan objek
yang ada di dalam ruang tangkap akan terlihat jelas. Detail tertentu akan terlihat hanya jika memiliki
tingkat luminitas sama dengan rata-rata gambar.
o Spot Metering
Setiap bagian dari objek akan memberikan hasil pengukuran berbeda. Avarage metering akan membuat
pengukuran rata-rata dari setiap bagian sehingga gambar yang dihasilkan h anya memberikan detail
rata-rata dari keseluruhan objek.
Untuk mendapatkan detail tertentu secara maksimal, digunakan spot metering. Bagian yang diabaikan
mendaatkan pengukuran yang salah sehingga detailnya akan menghilang.
L. Rana
Rana atau penutup (Bahasa Inggris: shutter) dalam istilah fotografi adalah tirai pada kamera yang
menutupi permukaan atau sensor foto. Jika tirai ini terbuka maka akan terjadi pajanan pada permukaan
film atau sensor foto tadi.
Awalnya shutter dibuat dari lempengan logam, namun kebanyakan kamera
modern menggunakan penutup yang dibuat dari kain untuk mengurangi berat kamera
dan untuk mendapatkan kecepatan rana yang lebih cepat. Penutup yang terbuat dari
kain memiliki kekuatan sekitar 50,000 hingga 200,000 kali proses buka -tutup (melakukan 22
pajanan). Kain penutup yang aus atau rusak bisa dengan mudah diganti di pusat layanan purna jual merek
kamera yang bersangkutan.
Lamanya tirai ini terbuka ditentukan oleh setelan kecepatan rana pada kamera.
o Pseudo-HDR Imaging
Pseudo-HDR adalah teknik citragrafi yang memetakan (tone mapping) tiap nilai tonal di
sepanjang rentang luminasi ke arah mid-tone tanpa melakukan penyambungan sumbu luminasi
(stacking).
Subyek fotografi yang mempunyai rentang luminasi yang lebih lebar daripada kapasitas rasio
kontras yang dimiliki oleh sensor kamera selalu mempunyai area dengan nilai tonal yang under-
imposed. Pada histogram, area ini dapat dikenali garis grafik yang mendatar di batas atas sumbu ordinat
dan mempunyai pajanan maksimum, namun:
under-exposed pada batas minimum (black point) rentang luminasi sisi shadow
over-exposed pada batas maksimum (white point) rentang luminasi sisi highlight
sekedar under-imposed di sembarang nilai luminasi karena memiliki nilai pajanan atau tonal yang
maksimal atau melebih batas atas sumbu ordinat.
Sebagai contoh, langit yang berwarna biru tampak sebagai warna putih karena intensitas warna yang
tinggi atau, subyek dalam remang cahaya terlihat sebagai warna hitam karena intensitas warna yang
sangat rendah. Sebuah warna dengan panjang gelombang 600nM dengan intensitas/radian
tertentu, dapat terlihat sebagai warna putih pada ISO rating yang tinggi dan terlihat
sebagai warna hitam pada ISO rating yang rendah.
Pada tabel berikut dapat terlihat bahwa rentang linear EV bersifat logaritmik
terhadap luminasi.
Exposure value vs. luminance (ISO 100, K = 12.5) and illuminance (ISO 100, C = 250) 23
Rentang iluminasi logaritmik dipetakan menjadi sekitar 13,5 stops
dan pada 14 bit ADC (Analog to Digital Converter) menjadi 16.385
deret.
Nilai gamma untuk tiap deret n adalah:
24
di mana :
Foto HDRI sering disebut sebagai "scene-referred" sangat berbeda dengan foto yang biasa
kita lihat yaitu "device-referred" atau "output-r eferred" yang dikodikasi berdasarkan sistem visual
"gamma encoding" atau "gamma correction" ke dalam suatu color space. Nilai gamma value pada
foto-foto HDRI adalah 1 karena interval nilai luminasi yang linear terhadap pajanan. Agar foto HDRI
dapat terlihat pada layar komputer yang mempunyai rentang luminasi lebih pendek, perlu dikonversi
terlebih dahulu dengan algoritma HDR tone mapping.
o Gamma Value
Gamma value merupakan proyeksi nilai mid-tone/mid-point, terletak tepat di tengah sumbu axis
histogram dan bernilai 1. Relasi antara sumbu axis (luminasi) dan sumbu ordinat (pajanan) dirumuskan
sebagai :
di mana :
Y adalah nilai pajanan mula-mula
Y' adalah nilai pajanan setelah terjadi perubahan panjang sumbu ordinat histogram
Bergesernya mid-tone ke arah highlight akan memperlebar sisi shadow dan memampatkan
sisi highlight, berdampak pada turunnya kontras pada sisi shadow dan naiknya kontras pada sisi
highlight, hal tersebut menurunkan nilai gamma value dan membuat foto menjadi lebih gelap.
Gamma value juga berpengaruh tone curve, sebuah garis pada histogram yang melintang dari
titik kiri bawah menuju titik kanan atas. Tone curve yang menurun akan menurunkan kontras foto, dan
sebaliknya.
di mana :
Y adalah nilai pajanan foto induk pada tiap-tiap nilai luminasinya
Y' adalah nilai pajanan foto EFI 25
N adalah jumlah foto induk
Teknik citragrafi exposure fusion sering diaplikasikan pada foto-foto silhoutte. Penggunaan
teknik ini pada rentang luminasi kontinu dapat berakibat pada hilangnya kontras foto hingga terlihat
datar/flat. Kondisi foto flat nampak jelas pada histogram dengan osilasi kurva pajanan yang mendekati
garis lurus horizontal karena intensitas tonal yang kurang lebih sama kuat di seluruh rentang luminasi.
Sulit untuk membuat foto flat tanpa menggunakan algoritma exposure blending karena sifat logaritmik
sensor kamera.
o Exposure Compensation
Exposure compensation adalah emulasi pajanan dengan memperbaiki kontras detail pada
sepanjang sumbu luminasi histogram sejauh tidak terjadi under-imposed. Pada kamera DSLR, exposure
compensation atau kompensasi pajanan ditampilkan dengan penggunaan tombol ev-comp untuk
menakar nilai pergeseran luminasi subyek akibat harmonisasi sinyal cahaya yang sering terjadi pada
tingkat detail luminasi subyek fotografi.
Sebagai contoh, pada sinyal warna biru yang terharmonisasi sinyal warna putih, ev-comp
berfungsi untuk menakar intensitas pajanan warna putih tersebut hingga dapat mena mpilkan warna
biru yang seindah warna aslinya. Pada fotografi alam, saat matahari berada di samping sebagai sumber
cahaya sidelight, sinarnya sering terbias oleh uap embun dan membentuk tirai cahaya yang sangat
indah, ev-comp digunakan untuk menampilkan warna subyek yang berada di belakang tirai tadi.
Sesuai rumus pajanan Luma (Rec. 601 luma co-efficients), ev-comp hanya berfungsi pada saat
nilai Y lebih besar daripada 0.299R + 0.587G + 0.114B, saat Y terharmonisasi oleh cahaya lain hingga
mempengaruhi nilai pajanannya.
o Tone Mapping
Tone mapping adalah teknik citragrafi yang digunakan untuk konversi tonal dari suatu rentang
luminasi ke rentang yang lain, juga dari suatu color space ke colo r spa ce yang lain. Usaha untuk
mengganti 1 atau lebih warna ke warna yang lain juga disebut demikian. Tone mapping dapat digunakan
secara partial atau global atau untuk memampatkan rentang dinamis (compressed dynamic range) dari
rentang luminasi HDRI ke rentang luminasi yang lebih rendah, disebut HDR tone mapping.
Hingga saat ini terdapat 3 macam color space yang populer yaitu sRGB, AdobeRGB dan ProPhotoRGB.
Color space mempunyai nama lain yaitu color profile.
o Exposure Latitude
Karena deret logaritmik tingkat luminasi pada sumbu axis histogram, rentang dinamis yang lebih
panjang akan menampakkan detail yang lebih baik, seperti yang pada foto-foto HDRI.
Exposure latitude memiliki pengertian yang serupa dengan rentang dinamis, hanya pada sumbu
ordinat histogram. Semakin panjang lebar bit (sekitar 8 bit hingga 22 bit) untuk merekam panjang
gelombang cahaya (sekitar 400nm - 800 nm), semakin baik pula tampilan data warna atau pajanan.
Istilah exposure latitude sering digunakan pada foto-foto hi-key dan lo-key untuk
menggambarkan tingkat visibilitas yang baik pada keadaan yang nyaris under-exposed atau over-
exposed.
Ada beberapa metoda yang digunakan untuk membuat foto hi-key atau lo-key. Berikut suatu
metoda yang mengambil pendekatan HDRI.
Karena sumbu ordinat mempunyai interval yang linear, exposure latitude terlebih dahulu
diperbesar dengan mengalikan tiap nilai pajanan menjadi 2 atau 3 kalinya berikut panjang sumbu
ordinat. Setelah itu rentang pajanan dipetakan kembali ke panjang mula-mula secara logaritmik, di
mana variabel mid-key berfungsi layaknya mid-tone. Dengan menggeser mid-key dari tengah rentang ke
atas akan didapatkan foto hi-key.
Diubah menjadi :
26
di mana :
L0 adalah nilai luminasi pada mid-tone
N adalah nilai aperture (f-number)
t rentang waktu iluminasi (detik)
S adalah nilai aritmatik ISO rating
K adalah konstanta kalibrasi exposure meter
Deret luminasi pada sisi highlight dapat dirumuskan:
Dimana :
Ln adalah nilai luminasi pada deret ke n pada histogram
n adalah nilai dari 1 hingga ½ nilai ADC (analog to digital converter) sensor kamera, pada tipe 14 bit,
nilai n adalah .
rumus di atas kemudian diturunkan menjadi berikut untuk mendapatkan interval 1 EV atau 1 stop :
Dimana :
n bernilai pembulatan 5 pada rentang 14 bit L
N. Tripod
Tripod dalam fotografi, adalah alat untuk membantu agar badan kamera bisa berdiri dengan
tegak dan tegar. Hal ini dimakudkan untuk mengurangi kelelahan fotografer dalam mengambil gambar dan
mengurangi noise yang ditimbulkan oleh guncangan tangan fotografer.
Tripod biasanya dipakai jika fotografer menggunakan shutter speed di angka 30 atau lebih lambat
atau menggunakan lensa kamera dengan focal length lebih dari 200 mm.
P. View Finder
Viewfinder atau dikenal juga dengan jendela pelihat, berupa jendela kecil pada kamera untuk
melihat object yang akan diambil oleh fotografer, object yang tampak pada viewfinder sesuai dengan
kenyataan dan hasil yang ada di viewfinder pula yang akan tercetak di film. pada kamera fotografi
profesional, di dalam viewfinder juga terdapat titik fokus dan pengukuran cahaya sehingga fotografer dapat
melihat apakah gambar yang dihasilkan memiliki cahaya yang cukup dan ketajaman gambar yang pas.
27
PRANALA LUAR
28
REFERENSI
1. http://id.wikipedia.org
2. http://alvinfauzie.com
3. {{cite web | work = Illustrated Photography | title = Histograms and the Zone System | author = Ed Sutton |
url=http://www.illustratedphotography.com/photography-tips/basic/contrast}
4. Baker, R. Jacob (2008). CMOS: Circuit Design, Layout, and Simulation , Revised Second Edition . Wiley-IEEE.
ISBN 978-0-470-22941-5. http://CMOSedu.com/
5. Charles A. Poynton (2003). Digital Vid eo and HDTV: Algorithms and In terfaces. Morgan Kaufmann. ISBN
1558607927.
6. Chiawono, Agus. Teknik Fotografi Digital Blitz for Dummies. www.situsfoto.net
7. Davies, Adrian (2005). The Focal Digital Imaging A-Z. Focal Press. ISBN 0240519809.
8. Ed Sutton. Histograms and the Zone System. Illustrated Photography.
9. Edwards C, "Temperature control ", Engineering & Technology Magazine 26 July - 8 August 2008, IET
10. Geoffr ey G. Attridge (2000). "Sensitometry", in Ralph E. Jacobson, Sidney F. Ray, Geoffrey G. Attridge, and
Norman R. Axford: The Manual of Photography: Photographic and Digital Imaging , 9th, Oxford: Focal Press.
ISBN 0-240-51574-9.
11. Glossary. www.library.thinkquest.org
12. Hedgecoe, John, The Art of Color Photography, Simon and Schuster, New York, 1978.
13. Hedgecoe, John, Photographer Handbook.
14. Howitt, D. and Cramer, D. (2008) "Statistics in Psychology". Prentice Hall
15. Indrawan, WS. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jombang: Lintas Media
16. Intel 45nm Hi-k Silicon Technology
17. Kenneth W. Busch and Marianna A. Busch (1990). Multielemen t Detection Systems for Spectroch emical
Analysis. Wiley-Interscience.
18. KODAK PROFESSIONAL TRI-X 400 Film / 400TX.
19. Leslie D. Stroebel and Richard D. Zakia (1993). The Focal Encyclopedia of Photography. Focal Press.
20. M. Eileen Magnello (December 2005). [http://www.rutherfordjournal.org/article010107.html "Karl Pearson
and the Origins of Modern Statistics: An Elastician becomes a Statistician"]. The New Zealand Journal for the
History and Philosophy of Science and Technology Volume 1.
21. Mead, Carver A. and Conway, Lynn (1980). Introduction to VLSI systems. Boston: Addison-Wesley. ISBN 0-201-
04358-0.
22. Michael Freeman (2005). The Digital SLR Handbook. Ilex.
23. Michael Langford (1998). Advanced Photography. Focal Press.
24. R. Amien Nugroho, Kamus Fotografi.
25. Ravi P. Gupta (2003). Remote Sensing Geology. Springer.
26. Richard R. Carlton, Arlene McKenna Adler (2000). Principles of Radiographic Imaging: An Art and a Science.
Thomson Delmar Learning.
27. Soelarko, R.M. Prof.Dr. Penuntun Fotografi Edisi V. Bandung: PT. Karya Nusan tara
28. Stuart B. Palmer and Mircea S. Rogalski (1996). Advanced University Physics. Taylor & Francis.
29. Veendrick, Harry J. M. (2008). Nanometer CMOS ICs, from Ba sics to ASICs. New York: Springer, 770. ISBN 978-
1-4020-8332-7.
30. Wahana Komputer: Pemanfaatan Kamera Digital dan Pengolahan Imagenya, 2005. Penerbit Andi.
31. Weste, Neil H. E., Harris, David M. (2005). CMOS VLSI Design: A Circuits and Systems Persp ective, Third
Edition. Boston: Pearson/Addison-Wesley. ISBN 0-321-26977-2. http://CMOSvlsi.com/
Edited by :
AMäL JAMALUDIN
PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS INDRAPRASTA (UNINDRA) PGRI