Anda di halaman 1dari 3

Teologi agama-agama

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Belum Diperiksa

Alan Race, seorang pionir dalam studi teologi agama-agama

Teologi agama-agama (dalam bahasa Inggris Theology of Religions, dalam bahasa Latin Theologia


Religionum) adalah cabang dari ilmu teologi yang membahas bagaimana kekeristenan memberi respons
teologis terhadap kenyataan adanya pluralitas agama di luar dirinya.[1] Fokus studi teologi agama-agama
adalah bagaimana umat Kristen memandang dan menilai agama-agama lain, serta bagaimana hubungan yang
positif antar-agama dimungkinkan melalui teologi yang dikonstruksi. [1] Salah satu pionir di dalam teologi
agama-agama adalah teolog Inggris yang bernama Alan Race.[2]

Daftar isi
 [sembunyikan]

1 Perbedaan Teologi Agama-Agama dengan Studi Agama-

Agama

o 1.1 Teologi Agama-Agama dan Sosiologi Agama

o 1.2 Teologi Agama-Agama dan Filsafat Agama

o 1.3 Teologi Agama-Agama Fenomenologi Agama

2 Metode

3 Lihat Juga

4 Referensi

[sunting]Perbedaan Teologi Agama-Agama dengan Studi Agama-Agama


Teologi agama-agama merupakan bidang ilmu yang berbeda dengan studi agama-agama pada umumnya.
Untuk menggambarkan perbedaan tersebut dengan lebih jelas, maka kita perlu membandingkan fokusnya
masing-masing.

[sunting]Teologi Agama-Agama dan Sosiologi Agama


Studi sosiologi agama-agama merupakan studi tentang hubungan-hubungan antara agama dan masyarakat
serta bentuk-bentuk hubungan yang terjadi.[3] Hal-hal yang menjadi perhatian dari studi ini adalah bagaimana
kepercayaan-kepercayaan agama tertentu mempengaruhi suatu masyarakat, atau bagaimana kepercayaan
agama tertentu mempengaruhi pola hubungan dengan umat beragama lain. [3] Dalam bidang ini, yang menjadi
obyek penelitian adalah aspek manusiawi (imanen), yang mana aspek Ilahi (transendensi) diwujudkan di dalam
perilaku manusia sehari-hari.[4] Akan tetapi, hal-hal yang transenden tidak terlalu diperhatikan atau
dikesampingkan di dalam studi ini.[4]

Teologi agama-agama juga mempelajari aspek manusiawi dan aspek Ilahi di dalam agama-agama. [1] Akan
tetapi, teologi agama-agama justru lebih tertarik untuk mempelajari aspek Ilahi yang mempengaruhi perilaku
sehari-hari, dalam hal ini antara umat Kristen terhadap umat beragama yang lain. [1]

[sunting]Teologi Agama-Agama dan Filsafat Agama


Filsafat agama merupakan refleksi filosofis mengenai agama dengan menggunakan metode filsafat secara
sistematis dalam menganalisis isi pokok suatu agama, seperti konsep Tuhan, Yang Suci,
keselamatan,ibadah, kurban, doa, dan sebagainya.[3][5] Filsafat agama berupaya mencari pembenaran rasional
dari gerakan agama tertentu, serta memberi penilaian terhadapnya sehingga bersifat normatif. [3] Teologi
agama-agama juga memberikan penilaian seperti filsafat, tetapi di dalam terang iman Kristen yang berupaya
menilai agama-agama yang lain, bukan berdasarkan rasionalitas seperti filsafat agama melainkan penyataan
Allah.[3]

[sunting]Teologi Agama-Agama Fenomenologi Agama


Fenomenologi agama adalah bidang studi yang berupaya melihat kepelbagaian agama secara fenomenologis.
[3]
 Fenomenologis artinya bagaimana pemeluk agama-agama berbicara tentang apa yang mereka yakini dan
percayai sejauh dapat diamati (fenomena).[3] Di sini, penilaian oleh pengamat dihindari dan keunikan tiap
agama berusaha dipertahankan.[3] Gejala-gejala yang diperbandingkan hanya untuk memperdalam pengertian
dari gejala-gejala religius yang dipelajari.[3] Di dalam teologi agama-agama, penilaian terhadap agama lain dari
perspektif kekristenan tidak dapat dihindarkan. [1] Akan tetapi, semangat yang mendasarinya bukan semangat
konfrontatif, melainkan justru bagaimana umat Kristen dan umat beragama lainnya dapat hidup bersama
secara harmonis di dalam konteks kemajemukan agama.[1]

[sunting]Metode
Di dalam teologi agama-agama, seseorang harus mulai dengan pemahaman yang setia sekaligus kritis
terhadap tradisi Kristen sendiri, lalu berupaya melihat agama yang lain di dalam terang iman Kristen.
[6]
Pemahaman tersebut dapat tercapai melalui metode yang dapat dipertanggungjawabkan, seperti metode
empiris, historis-kritis, filologis, fenomenologis, dan lain-lain.[6] Metode-metode tersebut dipakai untuk melihat
tradisi Kristen dengan lebih kritis maupun realitas kemajemukan agama, serta mendialogkan keduanya
sehingga tercapai perspektif tertentu dalam memandang agama-agama lain. [1]

Anda mungkin juga menyukai