“Global Imbalance”
Oleh:
-November 2010-
MAGISTER MANAJEMEN
UNIVERSITAS INDONESIA
What is global imbalance?
Global imbalance mengacu kepada ketidakseimbangan curret account di level
global adalah kondisi di mana terjadi defisit current account yang besar dan surplus
pada negara berkembang dalam 10 tahun terakhir. Imbalance terpusat pada defisit
current account yang besar pada USA yang hampir mendekati 6% GDP di tahun
2006 dan surplus pada negara lainnya terutama pada negara berkembang di Asia,
Timur Tengah, dan Rusia. Oleh karena itu dapat dikatakan defisit current account
adalah nilai negatif pada net saving. Global imbalance memungkinkan agregat
demand global untuk mengejar agregat supply global karena adanya integrasi RRC
dan India dengan perekonomian dunia. Adanya gap antara saving dan investment
(defisit pada negara yang defisit current account-nya dan surplus pada negara yang
surplus current account-nya) juga bisa diartikan sebagai global imbalance. (Charles
Adams and Donghyun Park, 2009)
Is it sustainable?
Global imbalance merupakan isu global yang berdampak pada segala negara.
Resolusi dan pendekatan multirateral dapat membantu mengurangi risiko
konfrontasi antara Cina dan AS yang dianggap berperan besar pada global
imbalance. Namun global imbalance tetap akan berlanjut jika negara surplus tidak
berusaha mengurangi surplus current account-nya.
Sedangkan pada argumen yang optimis disebutkan bahwa, sementara
pembentukan external debt AS belum pernah terjadi sebelumnya, tidak ada yang
dapat mencegah negara itu dari membuat comparable current account yang defisit
pada short- atau mid-term. Mereka bahkan menyarankan bahwa deficit current
account AS bisa mencapai $ 2,1 milyar pada 2012, dan dunia masih akan
membiayai itu. Namun, mereka mengakui bahwa defisit tidak dapat dipertahankan
"selamanya". Dalam rangka untuk menurunkan defisit current account sampai
"tingkat berkelanjutan", katakanlah 3% dari GDP, US Dollar harus terdepresiasi lagi
sebanyak 23% dari level Januari 2007. Sekitar 28% depresiasi yang berlaku efektif
diperkirakan diperlukan untuk mencapai hasil yang sama. Namun, model ini kurang
fokus secara eksklusif pada pendekatan elastisitas dan tidak termasuk efek deflasi
di pasar asing sebagai mana mata uang asing menghargainya.
Dalam banyak kutipan artikel disebutkan bahwa, penyesuaian yang diperlukan
untuk membawa current account defisit AS ke tingkat “sustainable” adalah yang
terdiri dari kombinasi real-income dan efek harga relatif. Mereka berpendapat
bahwa 20% atau lebih dari penyesuaian exchange rate pada trade-weighted basis
mungkin perlu didasarkan pada asumsi yang wajar.
Jadi dapat disimpulkan bahwa defisit tidak bisa dipertahankan tanpa batas
waktu, tetapi sementara current account defisit AS sebesar 3% berkelanjutan,
bagaimana jalannya menuju ke sana dari situasi saat ini masih kontroversial.
Kebijakan switching-expenditure atau menaruh perhatian kepada income-output
effect merupakan beberapa saran yang dapat diajukan.