Anda di halaman 1dari 2

SEPEDA KESAYANGANKU Ada suara gaduh…

Ketika bel berbunyi tanda upacara mulai


Sudah lama kuimpikan Satu persatu barisan terbentuk
Untuk memiliki sebuah sepeda mini Berjajar mengikuti alur yang rapi
Walaupun bukan sepeda yang baru
Yang penting bisa kunaiki setiap hari Komando kepala regu
Menjadikan barisan semakin baik
Kring-kring….. Berapadu seragam merah putih
Sepedaku berdering nyaring Membuat suasana semakin tertib
Memberi tanda peringatan
Agar yang lain segera menepi Bendera berkibar ditiup angin
Kresah…..kresuh……: kresah…kresuh Diiringi hikmatnya lagu Indonesia Raya
Pedal kugayuh penuh semangat Semua memberi hormat dengan tegap
Melaju di sepanjang tepi jalan Mengiring megahnya sang merah putih
Bukan berarti aku tak berani
Wahai para pahlawanku,
Berbaur dengan kenderaan lain Betapa besar jasa dan pengorbananmu
Berebut saling mendahului Melawan para penjajah bumi pertiwi
Seperti nasehat ayah dan ibu Dan tak lupa kuucapkan terima kasih
Biar lambat asal selamat Atas kegigihanmu
memperjuangkan kemerdekaan negeri ini
Kring…kring sepedaku berhenti
Tepat di halaman parkir
Selamat ….istrirahat sepedaku sayang Tatkala Terdengar Petir
Nanti siang kita pasti bersua lagi
Seberkas cahaya berkelebat cepat ……
Maafkan aku bunda! lalu disusul…….. Dhuuarrrrr……….
Bunyi yang begitu mengerikan…..!!!
Kuberjalan perlahan mengikuti langkah bunda Bunda……aku takut…..bunda aku takut
Setelah usai upacara kenaikan kelas Cepat bunda……..bunda….bunda….tolong….
Tak ada satu katapun yang terdengar
Hanya sesekali desah kecewa melintas Tergopoh bunda menghapiriku,menggamit
tanganku dan merengkuhku dalam
Oh Tuhan…. kehangatan pelukannya……..sesekali
Betapa jahatnya aku ini
mulutnya membisikkan..
Betapa teganya aku ini
Subhanalloh……Subhanallloh……
Membuat bunda jadi begini
subhanalloh
Menentramkan seluruh jiwa dan ragaku
Tinggal satu persimpangan
Bunda masih juga diam Beberapa kali Guntur masih bergema
Dan aku sungguh tak tahan Seolah bombardier senjata tak bertuan
Melihat wajah sedih bunda Gemercik butir hujan mulai berlomba
Membasahi bumi yang mulai kerontang
Akhirnya kuberlari memeluk bunda
Dengan sejuta penyesalan Sesekali masih terlihat,sekelebat sinar
Bunda, maafkan aku bunda
pembuka
Telah mengecewakanmu hari ini
Seperti pengawal dari iring-iringan sang
Aku janji bunda Maha Garang
Aku akan lebih giat belajar Tapi…..aku takkan perduli, biarlah dia
Aku akan patuhi semua kata-kata bunda berpatroli
Karena ternyata semua ucapan bunda benar!! Ku yakin aku pasti aman
Biarlah mencoba mendeteksi
Ada sejumput senyum di wajah bunda Akupun telah mengantsipasi
Menghembuskan ketenangan bagiku Selama bunda senantiasa menjadi
Oh Tuhan…Panjangkan usia bunda Benteng dan perisai hidupku,hingga aku
Agar aku bisa membalas kasih sayangnya mandiri

UPACARA BENDERA
Tangisan Bumi Pertiwi

Negeri elok nan indah permai Pulau subur


dan laut yang kaya….dimana engkau kini?

Satu…persatu…….fenomena alam menyapa


Gempa melanda………disusul tsunami
Tanah longsor…..menimbun nagari
Gunung meletus….disusul banjir lahar
dingin
Satu….persatu….bumiku dipreteli

air tak lagi meredam dahagaku


Angin terasa membakar kerongkonganku
Meluluhlantakkan hati-hati yang mulai bisu
Meniupkan genderang kematian
Menebarkan jasad-jasad tak berdosa
Menebarkan aroma kesengsaraan

Bumiku tak lagi indah…..Bumiku tak lagi


gagah
Bumiku tak lagi nyaman….bumiku telah
using!!

Tuhan……, mungkin ini karma bagi kami


Atas kelalaian menjaga alam ini
Atas kerusakan di muka negeri ini
Tapi Tuhan, Generasi kami pasti berbeda
Kami generasi Robbani Yang akan menjaga
negeri ini
Kami anak-anak muttaqin yang akan
melindungi alam bangsa ini
Jadi……apakah kesempatan itu akan
terbuka bagi kami???

Anda mungkin juga menyukai