Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN SENI BUDAYA LOKAL

JAKARTA/BETAWI

DWI RIZKI IRAWAN

XI IPS B
Ondel-Ondel

Ondel-ondel adalah bentuk pertunjukan rakyat Betawi yang sering ditampilkan dalam pesta-
pesta rakyat. Ondel-ondel memerankan leluhur atau nenek moyang yang senantiasa menjaga
anak cucunya atau penduduk suatu desa.

Ondel-ondel yang berupa boneka besar itu tingginya sekitar 2,5 meter dengan garis tengah ± 80
cm, dibuat dari anyaman bambu yang disiapkan begitu rupa sehingga mudah dipikul dari
dalamnya. Bagian wajah berupa topeng atau kedok, dengan rambut kepala dibuat dari ijuk.
Wajah ondel-ondel laki-laki biasanya dicat dengan warna merah, sedangkan yang perempuan
warna putih. Bentuk pertunjukan ini banyak persamaannya dengan yang ada di beberapa
daerah lain.

Di Pasundan dikenal dengan sebutan Badawang, di Jawa Tengah disebut Barongan Buncis,
sedangkan di Bali lebih dikenal dengan nama Barong Landung. Menurut perkiraan jenis
pertunjukan itu sudah ada sejak sebelum tersebarnya agama Islam di Pulau Jawa.
Semula ondel-ondel berfungsi sebagai penolak bala atau gangguan roh halus yang gentayangan.
Dewasa ini ondel-ondel biasanya digunakan untuk menambah semarak pesta- pesta rakyat atau
untuk penyambutan tamu terhormat, misainya pada peresmian gedung yang baru selesai
dibangun. Betapapun derasnya arus modernisasi, ondel-ondel masih bertahan dan menjadi
penghias wajah kota metropolitan Jakarta.

Musik yang mengiringi ondel-ondel tidak tentu, tergantung


dari masing-masing rombongan. Ada yang diiringi tanjidor,
seperti rombongan ondel-ondel pimpinan Gejen, Kampung
Setu. Ada yang diiringi dengan pencak Betawi seperti
rombongan “Beringin Sakti” pimpinan Duloh, sekarang
pimpinan Yasin, dari Rawasari. Adapula yang diirig Bende,
“Kemes”, Ningnong dan Rebana ketimpring, seperti
rombongan ondel-ondel pimpinan Lamoh, Kalideres.

Tanjidor adalah sebuah kesenian Betawi yang berbentuk orkes.


Kesenian ini sudah dimulai sejak abad ke-19. Alat-alat musik yang
digunakan biasanya terdiri dari penggabungan alat-alat musik tiup,
alat-alat musik gesek dan alat-alat musik perkusi. Biasanya kesenian
ini digunakan untuk mengantar pengantin atau dalam acara pawai daerah. Tapi pada umumnya
kesenian ini diadakan di suatu tempat yang akan dihadiri oleh masyarakat Betawi secara luas layaknya
sebuah orkes. Kesenian Tanjidor juga terdapat di Kalimantan Barat, sementara di Kalimantan Selatan
sudah punah.
Monumen Nasional (Monas)

Monumen Nasional adalah monumen peringatan setinggi 132 meter (433 kaki) yang didirikan untuk
mengenang perlawanan dan perjuangan rakyat Indonesia untuk merebut kemerdekaan dari
pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Pembangunan monumen ini dimulai pada tanggal 17 Agustus
1961 di bawah perintah presiden Sukarno, dan dibuka untuk umum pada tanggal 12 Juli 1975. Tugu ini
dimahkotai lidah api yang dilapisi lembaran emas yang melambangkan semangat perjuangan yang
menyala-nyala. Monumen Nasional terletak tepat di tengah Lapangan Medan Merdeka, Jakarta Pusat.

Monumen Selamat Datang

Monumen Selamat Datang adalah sebuah monumen yang terletak di tengah Bundaran Hotel Indonesia,
Jakarta, Indonesia. Monumen ini berupa patung sepasang manusia yang sedang menggenggam bunga
dan melambaikan tangan. Patung tersebut menghadap ke utara yang berarti mereka menyambut orang-
orang yang datang dari arah Monumen Nasional.
Rumah Adat Betawi

Rumah adat Betawi adalah Rumah Bapang atau sering disebut rumah kebaya. Bentuknya sangat simpel
dan sederhana dengan bentuk dasar kotak. Layaknya rumah tinggal, Rumah Bapang juga memiliki ruang
tamu, ruang keluarga, ruang tidur, kamar mandi, dapur, dan dengan tambahan teras.
Selain Rumah Bapang, ada juga Rumah Gudang. Rumah adat betawi ini berbentuk persegi panjang yang
memanjang dari depan ke belakang. Atap rumahnya tampak seperti pelana kuda atau perisai, dan di
bagian muka rumah terdapat atap kecil yang berfungsi sebagai penahan tempias hujan atau cahaya
matahari.

Tugu Proklamasi

Tugu Proklamasi atau Tugu petir adalah tugu peringatan proklamasi kemerdekaan RI. Tugu Proklamasi
berdiri di tanah lapang kompleks Taman Proklamasi di Jl. Proklamasi (dahulunya disebut Jl. Pegangsaan
Timur No. 56), Jakarta Pusat. Pada kompleks juga terdapat monumen dua patung Soekarno-Hatta
berukuran besar yang berdiri berdampingan, mirip dengan dokumentasi foto ketika naskah proklamasi
pertama kali dibacakan. Di tengah-tengah dua patung proklamator terdapat patung naskah proklamasi
terbuat dari lempengan batu marmer hitam, dengan susunan dan bentuk tulisan mirip dengan naskah
ketikan aslinya.

Anda mungkin juga menyukai