di Daerah Setempat Karya seni rupa terapan disebut juga benda-benda pakai karena dapat di pakai atau berfungsi untuk kepentingan praktis. Sebagai contoh, cangkir alat untuk minum, kain batik, kursi sebagai tempat duduk, dan lain sebegainya.
Hasil-hasil karya kerajinan pada zaman prasejarah memiliki sifat
tradisional,ritual(suci),simbolik,bentuknya monoton,bahan alami,tidak ada keragaman teknik, fungsi serta tujuannya bersifat magis,sacral,dan religious. Akan tetapi, ada kemajuan kemampuan berkarya untuk menghasilkan karya seni kerajinan yang lebih baik. Fungsi benda-benda kerajinan tersebut untuk kepentingan fungsional, baik untuk upacara ritual, untuk peralatan berburu, bercocok tanam, maupun kepentingan praktis lainnya.
1.Apresiasi terhadap Keunikan Bahan dan Teknik
Pembuatan Karya Seni Rupa Terapan di Daerah Di tinjau dari bahan yang dipakai untuk membuat karya seni rupa terapan sebagaian besar dibuat dari bahan alam, seperti bahan kayu,bamboo,batu,tanah liat,kulit, dan kerang. Selain itu, mengelolah bahan hasil buatan, seperti plastic ,besi ,kaca, kertas ,pelat logam, gips, porselin, dan karet. Dari berbagai bahan alami ataupun sintetis dapat dibuat bermacam- macam karya seni rupa terapan, seperti lemari dari kayu, berbagai macam sepatu dari beragam kulit biawak atau buaya, kain songket, trails artistic dari besi, kursi dari bamboo, piring dan botol minyak dari Kristal, atau benda-benda gerabah yang terbuat dari tanah liat. A. Teknik Cor (Cetak Tuang) Teknik cor telah dikuasai oleh bangsa Indonesia sejak zaman perunggu, yakni ketika kebudayaan perunggu mulai masuk ke Indonesia yang kemudian di kenal teknologi pengolahan perunggu. Terhadap beberapa benda kriya dari bahan perunggu, seperti denderang perunggu, kapak,benjana, dan perhiasan. Teknik cetak karya seni kriya pada waktu itu ada dua macam, yaitu teknik tuang berulang (bilvalve) dan teknik tuang sekali pakai (a cire perdue). Teknik bivalve disebut juga teknik menuang berulang kali karena menggunakan dua keeping cetakan yang terbuat dari batu dan dapat di pakai berulang kali sesuai dengan kebutuhan (be berarti dua, valve berarti kepingan). Teknik bivalve ini untuk mencetak benda-benda yang sederhana,baik bentuk maupun hiasannya. Teknik a cire perdue di pakai untuk membuat benda perunggu yang bentuk dan hiasannya rumit, seperti arca atau patung perunggu. Tahapan teknik ini di awali dengan pembuatan model dari tanah liat, lalu di bajak untuk mengeluatkan lilin sehingga terjadilah rongga. Langkah selanjutnya, cairan perunggu di tuangkan ke dalamnya. Setelah dingin, cetakan tanah liat pecah sehingga didapatkan benda perunggu yang diinginkan. Di samping teknik cor juga di kenal teknik menempa yang bahan-bahannnya berasal dari perunggu, tembaga, kuningan, perak, emas. Bahan tersebut dibuat menjadi benda-benda pakai, seperti piring,teko,dan tempat lilin. Sekarang banyak sentra-sentra industry kerajinan cor Logam, seperti kerajinan perak yang terkenal di Kotagede, Yogyakarta, atau kerajinan kuningan yang terdapat di Juwana dan Mojokerto.