Walaupun
pada umumnya hyperplasia prostat benigna mulai terlihat di atas usia dekade ke empat, tetapi
penyakit ini secara mikroskopik dapat mulai ditemukan pada umur 35 tahun dan prevalensinya
Manifestasi klinik yang sering ditimbulkan oleh BPH adalah tanda yang muncul sebagai
obstruksi dan juga iritasi. Obstruksi ini terlihat dari tertundanya keingingan miksi menjadi
lemah dan rasa belum puas pada akhir miksi. Tanda iritasi antara lain rasa sakit (dysuria),
keinginan miksi pada malam hari. Obstruksi ini menyebabkan adanya urine sisa dan apabila
terjadi terus-menerus dapat menyebabkan terbentuknya batu pada vesika urinaria. Bila terjadi
retensi urine maka biasanya klien yang dirawat akan dilakukan pemasangan kateter untuk
mengurangi retensi dan bila obstruksi berat maka kateter akan dibiarkan terpasang lebih lama.
Apabila keadaan obstruksi tersebut masih terjadi maka salah satu upaya sebagai pengobatan
utama pada BPH adalah pembedahan (TUR / Trans Urethral Resection) untuk mencegah
komplikasi lebih lanjut yang mungkin terjadi seperti kerusakan pada ginjal.
Akan tetapi, prosedur operasi merupakan prosedur invasif yang cukup beresiko dengan
membuka bagian tubuh yang akan ditangani . Pasca operasi pasien akan merasakan nyeri pada
bagian sekitar kelamin, klien seringkali mengalami ketidaklancaran berkemih dalam waktu
tertentu setelah operasi, hal ini harus dijelaskan pada klien bahwa keadaan tersebut normal
terjadi untuk beberapa periode setelah operasi. Kondisi fisik ini akan mempengaruhi psikologis
klien dan menyebabkan timbulnya kecemasan dan kalau dibiarkan lebih lama akan
mempengaruhi proses penyembuhan klien selanjutnya (Long, 1996). Keadaan klien pasca
operasi juga akan mempengaruhi persepsi klien yang lain seperti pandangan klien terhadap
dirinya. Seperti yang dikatakan juga oleh keliat (1992), hilangnya bagian tubuh, tindakan
operasi, proses patologi penyakit, perubahan struktur dan fungsi tubuh, proses tumbuh kembang,
prosedur tindakan dan pengobatan merupakan situasi atau stressor yang dapat mempengaruhi
Menurut Stuart dan Sundeen dalam Keliat (1192;2),konsep diri adalah semua ide, pikiran,
keperacayaan dan pendirian yang diketahui individu dalam berhubungan dengan orang lain.
Konsep diri terdiri dari 5 komponen yaitu gambaran diri (body image), ideal diri, harga diri,
Perubahan konsep diri disebabkan oleh setiap situasi yang dihadapi individu dan individu tidak
mampu menyesuaikan diri terhadap situasi atau stressor internal maupun eksternal, diantaranya
trauma fisik dan psikologis, proses patologi penyakit, perubahan struktur dan fungsi tubuh,
kesalahan dan kegagalan yang berulang, transisi perkembangan, transisi situasi dan transisi
sehat-sakit. Konsep diri dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya: jenis kelamin, usia
Perubahan konsep diri klien post operasi bph dimana klien belum bisa menyadari tentang kondisi
tubuhnya. Sakit yang dirasakan pada daerah kemaluan pasien post operasi bph akan
menimbulkan perubahan persepsi terhadap dirinya yang bisa ditimbulkan juga berupa
ketidakberdayaan, dan sangat sensitif. Selain itu, klien post operasi bph bisa jadi akan
memperlihatkan perilaku yang tidak sesuai tindakan yang menunjukan kekecewaan terhadap
dirinya, seperti kurang percaya diri. Konsep diri yang negatif dapat dilihat dari hubungan
tubuhnya, maka klien akan memiliki rasa aman, nyaman sehingga terhindar dari rasa cemas dan
meningkatkan harga diri. Klien yang stabil realita dan konsisten terhadap konsep diri akan
memperlihatkan kemampuan yang ada terhadap relita yang akan memacu kesuksesan di dalam