Anda di halaman 1dari 3

Hiperplasia prostat benigna merupakan kelainan yang sering dijumpai pada pria tua.

Walaupun

pada umumnya hyperplasia prostat benigna mulai terlihat di atas usia dekade ke empat, tetapi

penyakit ini secara mikroskopik dapat mulai ditemukan pada umur 35 tahun dan prevalensinya

meningkat sesuai dengan pertambahan usia (Narayan, 1992).

Manifestasi klinik yang sering ditimbulkan oleh BPH adalah tanda yang muncul sebagai

obstruksi dan juga iritasi. Obstruksi ini terlihat dari tertundanya keingingan miksi menjadi

lemah dan rasa belum puas pada akhir miksi. Tanda iritasi antara lain rasa sakit (dysuria),

keinginan miksi pada malam hari. Obstruksi ini menyebabkan adanya urine sisa dan apabila

terjadi terus-menerus dapat menyebabkan terbentuknya batu pada vesika urinaria. Bila terjadi

retensi urine maka biasanya klien yang dirawat akan dilakukan pemasangan kateter untuk

mengurangi retensi dan bila obstruksi berat maka kateter akan dibiarkan terpasang lebih lama.

Apabila keadaan obstruksi tersebut masih terjadi maka salah satu upaya sebagai pengobatan

utama pada BPH adalah pembedahan (TUR / Trans Urethral Resection) untuk mencegah

komplikasi lebih lanjut yang mungkin terjadi seperti kerusakan pada ginjal.

Akan tetapi, prosedur operasi merupakan prosedur invasif yang cukup beresiko dengan

membuka bagian tubuh yang akan ditangani . Pasca operasi pasien akan merasakan nyeri pada

bagian sekitar kelamin, klien seringkali mengalami ketidaklancaran berkemih dalam waktu

tertentu setelah operasi, hal ini harus dijelaskan pada klien bahwa keadaan tersebut normal

terjadi untuk beberapa periode setelah operasi. Kondisi fisik ini akan mempengaruhi psikologis

klien dan menyebabkan timbulnya kecemasan dan kalau dibiarkan lebih lama akan

mempengaruhi proses penyembuhan klien selanjutnya (Long, 1996). Keadaan klien pasca

operasi juga akan mempengaruhi persepsi klien yang lain seperti pandangan klien terhadap

dirinya. Seperti yang dikatakan juga oleh keliat (1992), hilangnya bagian tubuh, tindakan
operasi, proses patologi penyakit, perubahan struktur dan fungsi tubuh, proses tumbuh kembang,

prosedur tindakan dan pengobatan merupakan situasi atau stressor yang dapat mempengaruhi

konsep diri dan komponennya.

Menurut Stuart dan Sundeen dalam Keliat (1192;2),konsep diri adalah semua ide, pikiran,

keperacayaan dan pendirian yang diketahui individu dalam berhubungan dengan orang lain.

Konsep diri terdiri dari 5 komponen yaitu gambaran diri (body image), ideal diri, harga diri,

peran dan idnetitas diri (Keliat: 1992)

Perubahan konsep diri disebabkan oleh setiap situasi yang dihadapi individu dan individu tidak

mampu menyesuaikan diri terhadap situasi atau stressor internal maupun eksternal, diantaranya

trauma fisik dan psikologis, proses patologi penyakit, perubahan struktur dan fungsi tubuh,

kesalahan dan kegagalan yang berulang, transisi perkembangan, transisi situasi dan transisi

sehat-sakit. Konsep diri dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya: jenis kelamin, usia

pendidikan, pengalaman, budaya, agama serta status marital.

Perubahan konsep diri klien post operasi bph dimana klien belum bisa menyadari tentang kondisi

tubuhnya. Sakit yang dirasakan pada daerah kemaluan pasien post operasi bph akan

menimbulkan perubahan persepsi terhadap dirinya yang bisa ditimbulkan juga berupa

kecemasan.beberapa klien akan mengekspresikan perasaan ketidakmampuan, ketidakpuasan,

ketidakberdayaan, dan sangat sensitif. Selain itu, klien post operasi bph bisa jadi akan

memperlihatkan perilaku yang tidak sesuai tindakan yang menunjukan kekecewaan terhadap

dirinya, seperti kurang percaya diri. Konsep diri yang negatif dapat dilihat dari hubungan

individu dan sosial yang maladaftif.


Hal ini berbeda dengan pandangan yang positif, dimana klien menerima dan menyukai bagian

tubuhnya, maka klien akan memiliki rasa aman, nyaman sehingga terhindar dari rasa cemas dan

meningkatkan harga diri. Klien yang stabil realita dan konsisten terhadap konsep diri akan

memperlihatkan kemampuan yang ada terhadap relita yang akan memacu kesuksesan di dalam

kehidupan ke depannya (Kelliat, 1994)

Anda mungkin juga menyukai