Modul Ke-5: Perekonomian Indonesia/ 3 Sks Oleh: Agus Ariyanto, SE, MM
Modul Ke-5: Perekonomian Indonesia/ 3 Sks Oleh: Agus Ariyanto, SE, MM
Definisi UMKM :
• Usaha produktif milik Warga Negara Indonesia, yang berbentuk badan usaha orang
orang perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha
berbadan hukum termasuk koperasi;
• Bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai
atau berafiliasi, baik langsung maupun tidak langsung, dengan Usaha Menengah
atau Besar;
• Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200 juta, tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha, atau memiliki hasil penjualan paling banyak Rp. 100 juta
per tahun.
Usaha produktif milik Warga Negara Indonesia, yang berbentuk badan usaha orang
orang perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha
berbadan hukum termasuk koperasi;
Berdiri sendiri, dan bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang
dimiliki, dikuasai atau berafiliasi, baik langsung maupun tidak langsung, dengan Usaha
Besar;
Memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp. 200 juta, sampai dengan Rp. 10 miliar,
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau memiliki hasil penjualan paling
banyak Rp. 100 juta per tahun.
Ada beberapa acuan definisi yang digunakan oleh berbagai instansi di Indonesia, yaitu:
· UU No.9 tahun 1995 tentang usaha kecil mengatur kriteria usaha kecil berdasarkan
nilai aset tetap (di luar tanah dan bangunan) paling besar Rp 200 juta dengan omzet
per tahun maksimal Rp 1 milyar. Sementara itu berdasarkan Inpres No.10 tahun
1999 tentang usaha menengah, batasan aset tetap (di luar tanah dan bangunan)
untuk usaha menengah adalah Rp 200 juta hingga Rp 10 milyar.
· BPS dan Kementrian Koperasi dan UKM menggolongkan suatu usaha sebagai
usaha kecil jika memiliki omset kurang dari Rp 1 milyar per tahun. Untuk usaha
menengah, batasannya adalah usaha yang memiliki omset antara Rp 1 sampai
dengan Rp 50 milyar per tahun. Berdasarkan definisi tersebut, data BPS dan
Kementrian Koperasi dan UKM pada tahun 2002 menunjukkan populasi usaha kecil
mencapai sekitar 41,3 juta unit atau sekitar 99,85 persen dari seluruh jumlah usaha
di Indonesia; sedangkan usaha menengah berjumlah sekitar 61,1 ribu unit atau 0,15
persen dari seluruh usaha di Indonesia. Sementara itu persebaran UKM paling
banyak berada di sektor pertanian (60 persen) dan perdagangan (22 persen)
Telah diakui dibanyak negara dan berbagai forum internasional, bahwa UKM
merupakan wahana yang sangat penting dalam perekonomian suatu negara. Tidak
jarang UKM diharapkan sebagai mesin pertumbuhan atau engine of growth.
Beberapa hal penting yang memberikan indikasi posisi penting UKM adalah :
1) Ketika pertumbuhan ekonomi mencapai 4,8 persen tahun 2000 dimana UB belum
bangkit, banyak pakar memperkirakan karena kontribusi UKM selain konsumsi.
2) Hasil survei pada tahun 1998 ketika awal krisis terhadap 225 ribu UKM diseluruh
Indonesia menunjukkan bahwa hanya 4 persen saja UKM menghentikan bisnisnya,
64 persen tidak mengalami perubahan omzet, 31 persen omzetnya menurun, dan
bahkan 1 persen justru berkembang.
Dengan demikian, UKM memang handal dan oleh karena itu sangat penting dan
strategis bagi perekonomian nasional serta sebagai wahana yang ampuh untuk
mengatasi pengangguran.
Untuk mengetahui lebih jauh peranan UKM dalam perekonomian nasional, berikut kita
lihat data dan fakta sampai dengan tahun 2002 serta proyeksinya pada tahun 2003 dan
2004.
Sampai dengan tahun 2002 perkembangan usaha kecil dan menengah (UKM)
meningkat sejalan dengan membaiknya kinerja sektor riil secara umum. Dibandingkan
dengan tahun 1999, jumlah unit usaha UKM meningkat rata-rata 3 persen pertahun,
yakni dari 37.911.723 unit menjadi 41.362.315 unit di tahun 2002. Sementara jumlah
unit usaha besar (UB) naik rata-rata 5,5 persen pertahun dari 1.885 unit menjadi 2.198
unit. Selama dua tahun terakhir (2001 ke 2002) jumlah usaha kecil (UK) meningkat
sebesar 1.441.758 unit pertahun 2002. Sedangkan usaha menengah (UM) dan UB
masing–masing bertambah sebanyak 3.371 dan 114 unit usaha pada periode yang
sama. Berbagai studi mengkhawatirkan pertumbuhan usaha, terutama pada usaha
mikro dan informal lebih merupakan respon terhadap ketiadaan ekspansi kesempatan
kerja di sektor formal dan perusahaan besar. Hal ini dapat berakibat kurang baik
terhadap terhadap produktivitas perekonomian.
Ditinjau dari struktur unit usaha selama dua tahun terakhir (2001–2002)
memperlihatkan bahwa jumlah UK di sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan
perikanan masih mendominasi perekonomian nasional. Jumlah persentase unit
usahanya terhadap seluruh populasi unit usaha masing-masing sebesar 60,23 persen
tahun 2001 dan 59,78 persen tahun 2002. Urutan kedua diduduki oleh sektor
perdagangan, hotel dan restoran dengan mengambil porsi sebesar 22,49 persen
masing-masing terhadap total populasi unit usaha tahun 2001 dan 2002.
Jika ditinjau dari komposisi UK, UM dan UB pada setiap sektor ekonomi pada
tahun 2002, tampak sekali bahwa UK masih mendominasi seluruh sektor ekonomi dan
rata-rata lebih dari 90 persen. Komposisi UK di sektor pertanian, peternakan, kehutanan
dan perikanan masih mendominasi, yaitu 99,99 persen. Ditempat kedua adalah sektor
pengangkutan dan komunikasi 99,87 persen dan diurutan ketiga sektor perdagangan,
hotel dan restoran sebesar 99,74 persen.
Secara keseluruhan, bahwa UKM mampu menyerap sebesar 99,46 persen pada
tahun 2001 dan sedikit menurun pada tahun 2002 menjadi 99,45 persen. Hal ini
menunjukkan bahwa UB mulai pulih dan mengalami peningkatan dalam penyerapan
tenaga kerja, yakni dari 0,54 persen pada tahun 2001 menjadi 0,55 persen pada tahun
2002.
Selanjutnya, dalam ekspor peranan UKM masih belum signifikan. Kalau pada
tahun 1999, peranan UK dalam ekspor sebesar 5,77 persen, maka pada tahun 2002
menurun menjadi 4,38 persen. Sebaliknya peranan UM meningkat dari 12,60 persen
tahun 1999 menjadi 16,94 persen pada tahun 2002. Secara keseluruhan peranan UKM
dalam ekspor tahun 2002 baru sebesar 21,32 persen.
Memasuki tahun 2003 dan 2004 yang secara makro perekonomian nasional
akan membaik, diharapkan juga akan diikuti oleh peranan UKM. Dengan perkiraan
tingkat pertumbuhan ekonomi sebesar 4 persen pada tahun 2003 dan sasaran
pertumbuhan 5 persen pada 2004, bagaimana perkiraan atau proyeksi UKM dua tahun
ini.
Secara keseluruhan kinerja sektor riil pada tahun 2004 diperkirakan akan
semakin baik. Hal ini juga dapat dilihat dari kecenderungan investasi oleh UK, UM dan
UB pada tahun 2003 dan 2004 akan meningkat terus. Kalau pada tahun 2002,
pertumbuhan investasi UK adalah 1,37 persen, maka pada tahun 2003 akan tumbuh
sebesar 0,68 persen dan pada tahun 2004 sebesar 0,85 persen. Sedangkan tingkat
pertumbuhan investasi UM akan meningkat dari 1,55 persen pada tahun 2002 menjadi
Dari uraitan diatas , maka perbaikan dalam struktur makro ekonomi, khususnya
dalam pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan 4 persen tahun 2003 dan 5 persen
pada tahun 2004 akan ikut menggairahkan peranan sektor riil, khususnya UK dan UM.
Perbaikan produktivitas perusahaan pada skala menengah akan mendongkrak
pertumbuhan ekonomi mendekati 6% dan mengatasi ancaman tambah pengganguran
serta ikut memecahkan pengganguran yang ada. Peranan UK dan UM dalam
perekonomian tampak akan terus membaik, mulai dari penyerapan terhadap tenaga
kerja, dan pembentukan PDB. Namun dalam ekspor perlu pembinaan yang lebih focus
dengan perkuatan yang lebih besar untuk mengangkat kinerja UK dan UM.
Usaha Kecil Menengah atau lazim kita kenal sebagai UKM mempunyai banyak
peranan penting dalam perekonomian. Salah satu peranannya yang paling krusial
dalam pertumbuhan ekonomi adalah menstimulus dinamisasi ekonomi. Karakternya
yang fleksibel dan cakap membuat UKM dapat direkayasa untuk mengganti lingkungan
bisnis yang lebih baik daripada perusahaan-perusahaan besar. Dalam banyak kasus,
dari sejumlah UKM yang baru pertama kali memasuki pasar, di antaranya dapat menjadi
besar karena kesuksesannya dalam beroperasi.
Sejak krisis moneter yang diawali tahun 1997, hampir 80% usaha besar
mengalami kebangkrutan dan melakukan PHK massal terhadap karyawannya. Berbeda
Dapat dirasakan bahwa pada saat ini peran UKM nampak belum begitu
dirasakan, karena kurangnya kekuatan bersaing dengan produk-produk luar negeri, dan
juga masalah klasik yaitu permodalan. Kita harus melihat ini sebagai masalah yang
harus kita pecahkan bersama. Karena kita tidak ingin selamanya terpuruk di dalam
krisis yang sudah lebih dari 5 tahun melanda negeri kita.
Selama ini sudah banyak upaya untuk meningkatkan kinerja UKM, namun masih
terdapat sejumlah persepsi yang perlu dibetulksn masalah yang menyangkut golongan
usaha tersebut :
1. UKM mendapat limpahan dari usaha berskala besar. Pemerintah Orde Baru
memberikan fasilitas untuk para pengusaha berskala besar agar memberikan
kesempatan kerja kepada pencari kerja produktif. Dampak dari usaha ini diharapkan
akan mengalir (spillover effect) ke UKM. Konglomerat berkembang, bersama itu
diharapkan UKM juga berkembang. Namun, kenyataannya tidak, karena UKM tidak
mendapat kesempatan yang diharapkan bahkan mereka harus bersaing dengan
usaha diversifikasi para pengusaha besar yang justru menjamah lahan UKM.
2. UKM terbentur pada keterbatasan dana. Selama Pemerintahan Orde Baru, sebagian
besar kredit dikucurkan ke konglomerat sesuai dengan filosofi yang dijelaskan pada
butir 1. Fakta menyebutkan bahwa kredit macet terbesar justru pada konglomerat.
Tetapi, yang menjadi pertanyaan apakah modal usaha merupakan satu-satunya
bantuan yang diperlukan UKM?
3. UKM merupakan usaha untuk mereka yang berpendidikan rendah. Setiap orang
yang berhasil menamatkan perguruan tinggi hampir semua bercita-cita menjadi
Masalah masalah yang dihadapi UKM nampaknya bukanlah suatu hal yang
mudah diselesaikan secara teoretikal. Namun setidaknya beberapa bahasan dalam
segmen ini bisa menambah sederet panjang tawaran solusi dalam masalah
pengembangan dan pemberdayaan UKM Indonesia. Beberapa boleh jadi reliable untuk
diaplikasikan secara praktis, dan sebagian lainnya mungkin masih dalam tataran
wacana yang bukan tidak mungkin diaplikasikan pada momen yang tepat.
Masyarakat luas sebenarnya sangat paham bahwa strategi pengembangan UKM dan
ekonomi rakyat secara umum tetap harus berbasis pada dua pilar utama yaitu
(1) tegaknya sistem dan mekanisme pasar yang sehat,
(2) berfungsinya aransemen kelembagaan atau regulasi pemerataan ekonomi yang
efektif, namun untuk menegakkan dua pilar utama tersebut sering terjebak pada
pilihan kebijakan dan strategi pemihakan yang skeptis dan cenderung
mementingkan hasil dari pada proses dan mekanisme yang harus dilalui untuk
mencapai hasil akhir tersebut. Pemberlakuan UU No. 5 /1999 tentang larangan
Praktik Monopoli dan Persaingan Sehat juga belum menunjukkan hasil yang
menggembirakan.
Basis UKM sendiri dan ekonomi rakyat secara umum ternyata sangat lemah
dalam visi, sikap wirausaha dan manajemen bisnis yang paling mendasar, walaupun
sering diklaim cukup dan bertahan dalam menghadapi krisis ekonomi yang masih belum
dapat teratasi sampai sekarang. Hal tersebut didukung oleh laporan Biro Pusat Statistik
(1999) dan Bank Indonesia (2000) yang menyebutkan pada masa tersebut UKM di
Jawa Barat justru meningkatkan kontribusinya terhadap PDB dari 39,8 % (1995/1996)
menjadi 59,4% (1998). Tetapi, meskipun menunjukkan perbaikan, eksistensi usaha kecil
diakui masih belum bisa terlepas dari beberapa permasalahan klasik yang
menyertainya. Terutama masalah akses modal dan kesempatan mendapatkan peluang
usaha, d isamping masalah produksi, pemasaran, jaringan kerja, dan teknologi
Pada dasarnya, sektor UKM ini sudah banyak dilirik oleh berbagai pihak, jadi
yang diperlukan bagi para pebisnis UKM ini adalah bagaimana ia bisa memperoleh
informasi yang tepat baik berupa peluang-peluang pinjaman atau bahkan syarat serta
mekanisme untuk melakukan pinjaman.Perbankan Nasional, tahun ini siap
mengucurkan kredit ke UKM hingga Rp42,3 trilyun atau lebih dari total nilai ekspansi
kredit perbankan 2003. Sementara departemen keuangan berjanji menyalurkan
Rp3trilyun sedangkan Asian Development Bank pun siap mengucurkan pinjaman
senilai US$ 85 juta pada tahun 2003 dan US$ 150 juta pada tahun 2004..
Dewasa ini di Indonesia terdapat dua BUMN lembaga penjaminan yaitu PT
Askrindo dan Perum PKK. PT Askrindo memberikan jaminan kredit kepada bank untuk
UKM, sedangkan Perum PKK untuk koperasi. Hal inilah yang memungkinkan bank-bank
pemberi kredit kurang hati-hati dalam menilai permohonan kredit karena kredit-kredit
yang macet ditanggung oleh PT Askrindo.
Bagi pemain pemula, nampaknya harus lebih cerdas melihat peluang, karena
kecilnya asset dan belum luasnya pasar, maka sumber modal yang paling mungkin
adalah modal patungan, pinjaman ringan dan tabungan pribadi dapat menjadi pilihan
utama untuk sementara waktu. Lain halnya bagi para pengusaha UKM yang potensial,
dengan asset yang cukup serta jaringan pemasaran yang memadai, tidak salah jika
mulai memasuki pasar modal dan mengajukan permohonan kredit dengan jaminan
yang ada.