Anda di halaman 1dari 15

MODUL KE-5

PEREKONOMIAN INDONESIA/ 3 SKS

Oleh : Agus Ariyanto,SE,MM

USAHA MIKRO DAN USAHA KECIL MENENGAH


Usaha Mikkro dan Usaha Kecil Menengah pada kenyataannya banyak yang
mendefinisikan bermacam-macam, namun demkian ada beberapa definisi yang banyak
dipakai sebagaimana uraian berikut ini.

Definisi UMKM :

Usaha Mikro (Menurut Keputusan Menkeu No. 40/KMK.06/2003, tentang Pendanaan


Kredit Usaha Mikro dan Kecil):

 Usaha produktif milik keluarga atau perorangan Warga Negara Indonesia;


 Memiliki hasil penjualan paling banyak Rp. 100 juta per tahun.

A. Usaha Kecil (Menurut UU No. 9/1995, tentang Usaha Kecil):

• Usaha produktif milik Warga Negara Indonesia, yang berbentuk badan usaha orang
orang perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha
berbadan hukum termasuk koperasi;

• Bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai
atau berafiliasi, baik langsung maupun tidak langsung, dengan Usaha Menengah
atau Besar;

• Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200 juta, tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha, atau memiliki hasil penjualan paling banyak Rp. 100 juta
per tahun.

Berdasarkan Kepmenkeu No. : 571/KMK 03/2003 (Menterinya masih Pak Boediono)


maka pengusaha kecil adalah pengusaha yang selama satu tahun buku melakukan

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Agus Arijanto SE


PEREKONOMIAN INDONESIA
penyerahan barang kena pajak dan atau jasa kena pajak dengan jumlah peredaran
brutto dan atau penerimaan brutto tak lebih dari Rp. 600 juta.

B. Usaha Menengah (menurut Inpres No. 10/1999, tentang Pemberdayaan Usaha


Menengah)

Usaha produktif milik Warga Negara Indonesia, yang berbentuk badan usaha orang
orang perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha
berbadan hukum termasuk koperasi;

Berdiri sendiri, dan bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang
dimiliki, dikuasai atau berafiliasi, baik langsung maupun tidak langsung, dengan Usaha
Besar;

Memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp. 200 juta, sampai dengan Rp. 10 miliar,
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau memiliki hasil penjualan paling
banyak Rp. 100 juta per tahun.

Usaha Produktif (Menurut Keputusan Menkeu No. 40/KMK.06/2003, tentang


Pendanaan Kredit Usaha Mikro dan Kecil):Usaha pada semua sektor ekonomi yang
dimaksudkan untuk dapat memberikan nilai tambah dan meningkatkan pendapatan
usaha.

Ada beberapa acuan definisi yang digunakan oleh berbagai instansi di Indonesia, yaitu:

· UU No.9 tahun 1995 tentang usaha kecil mengatur kriteria usaha kecil berdasarkan
nilai aset tetap (di luar tanah dan bangunan) paling besar Rp 200 juta dengan omzet
per tahun maksimal Rp 1 milyar. Sementara itu berdasarkan Inpres No.10 tahun
1999 tentang usaha menengah, batasan aset tetap (di luar tanah dan bangunan)
untuk usaha menengah adalah Rp 200 juta hingga Rp 10 milyar.

· BPS dan Kementrian Koperasi dan UKM menggolongkan suatu usaha sebagai
usaha kecil jika memiliki omset kurang dari Rp 1 milyar per tahun. Untuk usaha
menengah, batasannya adalah usaha yang memiliki omset antara Rp 1 sampai
dengan Rp 50 milyar per tahun. Berdasarkan definisi tersebut, data BPS dan
Kementrian Koperasi dan UKM pada tahun 2002 menunjukkan populasi usaha kecil
mencapai sekitar 41,3 juta unit atau sekitar 99,85 persen dari seluruh jumlah usaha
di Indonesia; sedangkan usaha menengah berjumlah sekitar 61,1 ribu unit atau 0,15
persen dari seluruh usaha di Indonesia. Sementara itu persebaran UKM paling
banyak berada di sektor pertanian (60 persen) dan perdagangan (22 persen)

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Agus Arijanto SE


PEREKONOMIAN INDONESIA
dengan total penyerapan tenaga kerja di kedua sektor tersebut sekitar 53 juta orang
(68 persen penyerapan tenaga kerja secara total).

· Departemen Perindustrian dan Perdagangan menetapkan bahwa industri kecil


dan menengah adalah industri yang memiliki nilai investasi sampai dengan Rp. 5
milyar. Sementara itu, usaha kecil di bidang perdagangan dan industri juga
dikategorikan sebagai usaha yang memiliki aset tetap kurang dari Rp. 200 juta dan
omzet per tahun kurang dari Rp. 1 miliar (sesuai UU No. 9 tahun 1995).

· Bank Indonesia menggolongkan UK dengan merujuk pada UU No. 9/1995,


sedangkan untuk usaha menengah, BI menentukan sendiri kriteria aset tetapnya
dengan besaran yang dibedakan antara industri manufaktur (Rp. 200 juta s/d Rp. 5
miliar) dan non manufaktur (Rp. 200 – 600 juta).

· Badan Pusat Statistik (BPS) menggolongkan suatu usaha berdasarkan jumlah


tenaga kerja. Usaha kecil adalah usaha yang memiliki pekerja 1-19 orang; usaha
menengah memiliki pekerja 20-99 orang; dan usaha besar memiliki pekerja
sekurang-kurangnya 100 orang.

Telah diakui dibanyak negara dan berbagai forum internasional, bahwa UKM
merupakan wahana yang sangat penting dalam perekonomian suatu negara. Tidak
jarang UKM diharapkan sebagai mesin pertumbuhan atau engine of growth.

Di Indonesia sendiri perhatian terhadap UKM telah menjadi agenda penting


dalam rangka bukan saja untuk memperkuat struktur perekonomian nasional, tetapi juga
untuk penyerapan tenaga kerja dan sebagai wahana yang sangat strategis untuk
distribusi barang dan jasa. Kehadiran UKM ini semakin dirasakan dampaknya di
Indonesia selama terkena krisis moneter yang akhirnya berkembang menjadi krisis multi
dimensi.

Beberapa hal penting yang memberikan indikasi posisi penting UKM adalah :

1) Ketika pertumbuhan ekonomi mencapai 4,8 persen tahun 2000 dimana UB belum
bangkit, banyak pakar memperkirakan karena kontribusi UKM selain konsumsi.

2) Hasil survei pada tahun 1998 ketika awal krisis terhadap 225 ribu UKM diseluruh
Indonesia menunjukkan bahwa hanya 4 persen saja UKM menghentikan bisnisnya,
64 persen tidak mengalami perubahan omzet, 31 persen omzetnya menurun, dan
bahkan 1 persen justru berkembang.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Agus Arijanto SE


PEREKONOMIAN INDONESIA
3) Technical Assistant ADB pada tahun 2001 juga melakukan survei terhadap 500
UKM di Medan dan Semarang. Hasilnya, 78 persen UKM menjawab tidak terkena
dampak dari adanya krisis moneter.

Dengan demikian, UKM memang handal dan oleh karena itu sangat penting dan
strategis bagi perekonomian nasional serta sebagai wahana yang ampuh untuk
mengatasi pengangguran.

Untuk mengetahui lebih jauh peranan UKM dalam perekonomian nasional, berikut kita
lihat data dan fakta sampai dengan tahun 2002 serta proyeksinya pada tahun 2003 dan
2004.

POSISI PERKEMBANGAN UKM SAMPAI TAHUN 2002

Sampai dengan tahun 2002 perkembangan usaha kecil dan menengah (UKM)
meningkat sejalan dengan membaiknya kinerja sektor riil secara umum. Dibandingkan
dengan tahun 1999, jumlah unit usaha UKM meningkat rata-rata 3 persen pertahun,
yakni dari 37.911.723 unit menjadi 41.362.315 unit di tahun 2002. Sementara jumlah
unit usaha besar (UB) naik rata-rata 5,5 persen pertahun dari 1.885 unit menjadi 2.198
unit. Selama dua tahun terakhir (2001 ke 2002) jumlah usaha kecil (UK) meningkat
sebesar 1.441.758 unit pertahun 2002. Sedangkan usaha menengah (UM) dan UB
masing–masing bertambah sebanyak 3.371 dan 114 unit usaha pada periode yang
sama. Berbagai studi mengkhawatirkan pertumbuhan usaha, terutama pada usaha
mikro dan informal lebih merupakan respon terhadap ketiadaan ekspansi kesempatan
kerja di sektor formal dan perusahaan besar. Hal ini dapat berakibat kurang baik
terhadap terhadap produktivitas perekonomian.

Ditinjau dari struktur unit usaha selama dua tahun terakhir (2001–2002)
memperlihatkan bahwa jumlah UK di sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan
perikanan masih mendominasi perekonomian nasional. Jumlah persentase unit
usahanya terhadap seluruh populasi unit usaha masing-masing sebesar 60,23 persen
tahun 2001 dan 59,78 persen tahun 2002. Urutan kedua diduduki oleh sektor
perdagangan, hotel dan restoran dengan mengambil porsi sebesar 22,49 persen
masing-masing terhadap total populasi unit usaha tahun 2001 dan 2002.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Agus Arijanto SE


PEREKONOMIAN INDONESIA
Sebaliknya, dilihat dari struktur UM yang paling dominan ada disektor
perdagangan, hotel dan restoran, yakni 39,09 persen dan 38,17 persen dari total
populasi pada tahun 2001 dan 2002. Urutan kedua ditempati oleh sektor industri
pengolahan, yaitu masing-masing 18,62 persen tahun 2001 dan 18,19 persen pada
tahun 2002. Selanjutnya, urutan ke tiga ditempati oleh sektor bangunan, yaitu 13,61
persen pada tahun 2001 dan 14,50 persen pada tahun 2002. Pada perekonomian yang
strukturnya sehat biasanya dominasi sektor industri pengolahan adalah yang paling
besar.

Jika ditinjau dari komposisi UK, UM dan UB pada setiap sektor ekonomi pada
tahun 2002, tampak sekali bahwa UK masih mendominasi seluruh sektor ekonomi dan
rata-rata lebih dari 90 persen. Komposisi UK di sektor pertanian, peternakan, kehutanan
dan perikanan masih mendominasi, yaitu 99,99 persen. Ditempat kedua adalah sektor
pengangkutan dan komunikasi 99,87 persen dan diurutan ketiga sektor perdagangan,
hotel dan restoran sebesar 99,74 persen.

PENYERAPAN TENAGA KERJA

Dalam penyerapan tenaga kerja juga mengalami peningkatan yang cukup


berarti. Kalau pada tahun 1999 jumlah tenaga kerja yang diserap UK sebanyak 59.9
juta orang selama 3 tahun naik berturut-turut menjadi 68.3 juta orang atau naik 4,6
persen rata-rata setiap tahun. Persentase kenaikan penyerapan tenaga kerja yang
tinggi terjadi pula pada UM dan UB.

Penyerapan tenaga kerja UK terbesar terjadi di sektor pertanian, peternakan,


kehutanan dan perikanan yakni 36.4 juta orang di tahun 2001 dan meningkat menjadi
37,0 juta orang di tahun 2002. Pada UM dan UB sektor yang paling tinggi menyerap
tenaga kerja selain sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan adalah
sektor industri pengolahan yaitu masing-masing meningkat 158.6 ribu orang untuk UM
dan 10.5 ribu orang untuk UB pada tahun 2002 dibandingkan tahun sebelumnya.

Dilihat dari strukturnya, UK di sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan


perikanan mampu menyerap 54,68 persen pada tahun 2001 dan 54,14 persen pada
tahun 2002. Urutan kedua ditempati oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran, yakni
23,24 persen pada tahun 2001 dan 23,00 persen pada tahun 2002. Sedangkan untuk
UM, struktur penyerapan tenaga kerja terbesar ada di sektor industri pengolahan yakni

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Agus Arijanto SE


PEREKONOMIAN INDONESIA
45,73 persen pada tahun 2001 dan 45,58 persen pada tahun 2002. Urutan keduanya
adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran, yakni 17,59 persen pada tahun 2001
dan 17,06 persen pada tahun 2002.

Secara keseluruhan, bahwa UKM mampu menyerap sebesar 99,46 persen pada
tahun 2001 dan sedikit menurun pada tahun 2002 menjadi 99,45 persen. Hal ini
menunjukkan bahwa UB mulai pulih dan mengalami peningkatan dalam penyerapan
tenaga kerja, yakni dari 0,54 persen pada tahun 2001 menjadi 0,55 persen pada tahun
2002.

Dalam pembentukan produk domesti bruto (PDB), peranan UKM terhadap


pembentukan total PDB adalah 58,84 persen pada tahun 1999 dan menurun menjadi
56,51 persen pada tahun 2002. Pada tahun 2002, kontribusi terbesar masih diberikan
oleh sektor pertanian yakni 16,67 persen. Kemudian disusul oleh sektor perdagangan,
hotel dan restoran, yakni sebesar 15,56 persen dan sektor industri pengolahan sebesar
7,18 persen.

Selanjutnya, dalam ekspor peranan UKM masih belum signifikan. Kalau pada
tahun 1999, peranan UK dalam ekspor sebesar 5,77 persen, maka pada tahun 2002
menurun menjadi 4,38 persen. Sebaliknya peranan UM meningkat dari 12,60 persen
tahun 1999 menjadi 16,94 persen pada tahun 2002. Secara keseluruhan peranan UKM
dalam ekspor tahun 2002 baru sebesar 21,32 persen.

PROYEKSI PERKEMBANGAN TAHUN 2003 DAN 2004

Memasuki tahun 2003 dan 2004 yang secara makro perekonomian nasional
akan membaik, diharapkan juga akan diikuti oleh peranan UKM. Dengan perkiraan
tingkat pertumbuhan ekonomi sebesar 4 persen pada tahun 2003 dan sasaran
pertumbuhan 5 persen pada 2004, bagaimana perkiraan atau proyeksi UKM dua tahun
ini.

Dengan menggunakan teknik ekstrapolasi, proyeksi peranan UKM pada tahun


2003 dan 2004 cenderung membaik, namun tidak begitu signifikan. Dalam hal
pertumbuhan ekonomi, UB diperkirakan tetap memberikan kontribusi lebih besar
dibandingkan UK dan UM. Peranan UK terhadap pertumbuhan ekonomi pada tahun
2003 diperkirakan 1,65 persen dan pada tahun 2004 naik menjadi 2,06 persen.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Agus Arijanto SE


PEREKONOMIAN INDONESIA
Sedangkan peranan UM pada tahun 2003 diperkirakan 0,68 persen dan meningkat
menjadi 0,85 persen pada tahun 2004.

Meningkatnya peranan UM dalam pertumbuhan ekonomi, lebih bersumber dari


peningkatan jumlah unit usaha dibandingkan dengan peningkatan produktivitas. Pada
tahun 2003, jumlah UK diperkirakan menjadi 42.6 juta unit atau bertambah lebih dari
1.30 juta unit usaha dari tahun 2002 sebesar 41.3 juta unit. Demikian juga UM
diperkirakan menjadi hampir 64 ribu unit usaha pada tahun 2003 atau bertambah
sebesar 2.871 unit dari tahun 2002 sebesar 61.052 unit usaha. Secara keseluruhan
komposisi UK dalam struktur perekonomian nasional masih dominan, yaitu 99,845
persen pada tahun 2003 dan sedikit mengalami penurunan dari tahun 2002 yakni
sebesar 99,847 persen. Sebaliknya, komposisi UM akan meningkat menjadi 0,150
persen pada tahun 2003 dari 0,148 persen pada tahun 2002. Diperkirakan, komposisi ini
tidak banyak mengalami perubahan pada tahun 2004.

Dalam hal penyerapan terhadap tenaga kerja, UK diperkirakan akan tetap


memegang peran terbesar yakni menjadi 69.4 juta orang atau 88,75 persen pada tahun
2003 dan meningkat menjadi 70.8 juta orang atau 88,91 persen pada tahun 2004.
Sebaliknya, kemampuan UM dalam penerapan tenaga kerja secara absolut meningkat,
namun secara proporsional mengalami penurunan dari 10,66 persen pada tahun 2003
dan 10,54 persen pada tahun 2004. Usaha menengah masih belum mampu menjadi
motor penarik perluasan kesempatan kerja yang lebih besar lagi. Pulihnya usaha skala
menengah terutama di sektor industri pengolahan masih memerlukan perhatian yang
lebih besar lagi.

Terjadinya peningkatan dalam penyerapan tenaga kerja oleh UK diikuti dalam


kinerjanya terhadap ekspor. Peranan UK dalam ekspor diperkirakan sedikit membaik
dari tahun 2002, yakni dari 4,38 persen menjadi 4,39 persen pada tahun 2003 dan 4,40
persen pada tahun 2004. Namun peranan ekspor UM cenderung menurun, yakni dari
16,94 persen pada tahun 2002 akan turun menjadi 16,80 persen pada tahun 2003 dan
16,63 persen pada tahun 2004.

Secara keseluruhan kinerja sektor riil pada tahun 2004 diperkirakan akan
semakin baik. Hal ini juga dapat dilihat dari kecenderungan investasi oleh UK, UM dan
UB pada tahun 2003 dan 2004 akan meningkat terus. Kalau pada tahun 2002,
pertumbuhan investasi UK adalah 1,37 persen, maka pada tahun 2003 akan tumbuh
sebesar 0,68 persen dan pada tahun 2004 sebesar 0,85 persen. Sedangkan tingkat
pertumbuhan investasi UM akan meningkat dari 1,55 persen pada tahun 2002 menjadi

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Agus Arijanto SE


PEREKONOMIAN INDONESIA
1,67 persen pada tahun 2003 dan 2,09 persen pada tahun 2004. Secara proporsional,
nilai investasi UB tetap akan lebih besar dibandingkan UK dan UM. Pada tahun 2002,
proporsi investasi UB adalah 57,98 persen, maka tahun 2003 akan naik menjadi 58,86
persen dan tahun 2004 menjadi 59,97 persen.

Dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi sebesar 5% akan memberikan


pengaruh yang positif dalam output maupun penyerapan tenaga kerja sektor UKM,
demikian juga dengan ekspor. Apabila kita bersedia menetapkan sasaran perbaikan
produktivitas perusahaan pada usaha menengah secara lebih fokus dampaknya akan
sangat manarik. Jika produktivitas perusahaan skala menengah dapat ditingkatkan
sebesar 10% maka dari sektor usaha menengah akan mampu mendongkrak tambah
lapangan kerja baru sebesar 1,8 juta lebih sehingga mampu menyerap ancaman
pengangguran dan hal tertentu karena angka pertumbuhan dapat didorong mendekati
6%.

Dari uraitan diatas , maka perbaikan dalam struktur makro ekonomi, khususnya
dalam pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan 4 persen tahun 2003 dan 5 persen
pada tahun 2004 akan ikut menggairahkan peranan sektor riil, khususnya UK dan UM.
Perbaikan produktivitas perusahaan pada skala menengah akan mendongkrak
pertumbuhan ekonomi mendekati 6% dan mengatasi ancaman tambah pengganguran
serta ikut memecahkan pengganguran yang ada. Peranan UK dan UM dalam
perekonomian tampak akan terus membaik, mulai dari penyerapan terhadap tenaga
kerja, dan pembentukan PDB. Namun dalam ekspor perlu pembinaan yang lebih focus
dengan perkuatan yang lebih besar untuk mengangkat kinerja UK dan UM.

Peranan UKM bagi Perekonomian Indonesia

Usaha Kecil Menengah atau lazim kita kenal sebagai UKM mempunyai banyak
peranan penting dalam perekonomian. Salah satu peranannya yang paling krusial
dalam pertumbuhan ekonomi adalah menstimulus dinamisasi ekonomi. Karakternya
yang fleksibel dan cakap membuat UKM dapat direkayasa untuk mengganti lingkungan
bisnis yang lebih baik daripada perusahaan-perusahaan besar. Dalam banyak kasus,
dari sejumlah UKM yang baru pertama kali memasuki pasar, di antaranya dapat menjadi
besar karena kesuksesannya dalam beroperasi.
Sejak krisis moneter yang diawali tahun 1997, hampir 80% usaha besar
mengalami kebangkrutan dan melakukan PHK massal terhadap karyawannya. Berbeda

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Agus Arijanto SE


PEREKONOMIAN INDONESIA
dengan UKM yang tetap bertahan di dalam krisis dengan segala keterbatasannya. UKM
dianggap sektor usaha yang tidak cengeng dan tahan banting.Selain itu sebagai sektor
usaha yang dijalankan dalam tataran bawah, UKM berperan besar dalam mengurangi
angka pengangguran, bahkan fenomena PHK menjadikan para pekerja yang menjadi
korban dipaksa untuk berfikir lebih jauh dan banyak yang beralih melirik sektor UKM ini.
Produk-produk UKM, setidaknya memberikan kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi dan
pendapatan nasional, karena tidak sedikit produk-produk UKM itu yang mampu
menembus pasar internasional.
Sekarang ini lembaga-lembaga donor internasional semuanya mendukung
perkembangan UKM. Ada yang melihatnya sebagai wahana untuk menciptakan
kesempatan kerja (ILO), ada yang melihatnya sebagai penjabaran komitmen mereka
(IMF, Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia) untuk memerangi kemiskinan di negara-
negara berkembang. Di Asia, perkembangan sektor UKM ini juga dilihat sebagai salah
suatu jalan keluar dari krisis ekonomi. Para donor multilateral dan bilateral (antara lain
Jepang) semuanya akan menyediakan dana dan bantuan teknis untuk pengembangan
sektor ini.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dinas Koperasi dan Usaha Kecil
Menengah Propinsi Jawa Barat dengan Badan Pusat Statistik Propinsi Jawa Barat
tahun 2000, jumlah kelompok usaha kecil di Provinsi Jawa Barat adalah 6.751.999 unit
atau merupakan 99,89% dari keseluruhan jumlah kelompok usaha yang ada.
Penyebaran kelompok usaha kecil ini masih didominasi oleh sektor pertanian dengan
jumlah usaha/rumah tangga sebanyak 4.094.672 unit atau 60,57% dari total
keseluruhan usaha yang ada.
Sampai dengan tahun 2000, jumlah tenaga kerja yang terserap dalam usaha
kecil dari berbagai sektor ekonomi di Provinsi Jawa Barat berjumlah 10.557.448 tenaga
kerja atau 84,60% dari total penyerapan tenaga kerja yang ada di Jawa barat. Hal ini
menunjukkan bahwa tingkat penyerapan tenaga kerja usaha kecil di Jawa Barat adalah
yang terbesar dibandingkan dengan tingkat penyerapan tenaga kerja pada usaha besar
dan menengah.
Gambaran di atas nampaknya sudah cukup untuk menafikkan pikiran bahwa UKM
adalah usaha yang tidak penting, hanya untuk orang-orang tidak berpendidikan. Justru
mungkin inilah saat bagi kita yang sudah menyadari begitu dahsyatnya ketangguhan
UKM, untuk mulai memberikan perhatian yang lebih serius di dalam sektor ini. Kita
selayaknya harus belajar dari Jepang, sejak reformasi sistem keuangannya pada tahun
1958, tonggak utama perekonomian Jepang adalah UKM, sebagai solusi permodalan,
pemerintah Jepang mendirikan lembaga penjamin kredit guna membantu para
pengusaha kecil menengah dalam mengembangkan usahanya. Lembaga seperti ini di

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Agus Arijanto SE


PEREKONOMIAN INDONESIA
Jepang namanya Credit Guarantee Corporation (CGC). Lembaga ini membantu
menyediakan penjaminan untuk memperoleh kredit dari bank bagi UKM.

Dapat dirasakan bahwa pada saat ini peran UKM nampak belum begitu
dirasakan, karena kurangnya kekuatan bersaing dengan produk-produk luar negeri, dan
juga masalah klasik yaitu permodalan. Kita harus melihat ini sebagai masalah yang
harus kita pecahkan bersama. Karena kita tidak ingin selamanya terpuruk di dalam
krisis yang sudah lebih dari 5 tahun melanda negeri kita.

Fenomena UKM dan Masalah-masalahnya


Fenomena yang ada dalam sektor UKM ini, mulai dari motif yang mendorong
seseorang untuk terjun ke dalam sektor ini, permodalan hingga recruitment pekerja.
Berdasarkan survey yang dilakukan di Jepang oleh Agen UKM Jepang, motif yang
paling popular yang disampaikan oleh sekitar 47 % responden adalah untuk
mewujudkan impian, 36,3 % yang lain mengatakan motifnya adalah menguji potensinya
dan sekitar 22,6 % menyatakan karena mereka ingin bekerja secara independent.
Sisanya mengatakan ada motif nonekonomi dan beberapa motif spiritual. Kekaguman
akan kesuksesan para entrepreneur dan karena memiliki relasi dengan para
entrepreneur juga menjadi alasan yang popular diantara para pelajar dan mahasiswa
yang berorientasi kepada bisnis untuk mulai menemukan keinginan utuk memulai bisnis.
Para pelaku UKM yang potensial juga harus menghadapi berbagai macam
masalah. Berdasarkan hasil survey serupa, Tiga masalah yang paling serius dihadapi
oleh para pelaku UKM adalah kekurangan sumber dana, kurangnya sumber daya
manusia, dan kesulitan dalam membangun jaringan distribusi
Sebagian besar pelaku UKM potensial memiliki sumber dana yang terbatas. Dari
survey yang serupa,70% dari mereka memperoleh pemasukan sekitar 5 juta yen atau
kurang. Dari sini terlihat bahwa sesorang yang ingin memulai bisnisnya dari dana sendiri
tampaknya memiliki kesulitan dalam memperoleh sumber keuangan yang diperlukan.
Bagaimanapun juga, tabungan pribadi umumnya digunakan sebagai sumber
keuangan para pelaku UKM, karena kurangnya pangsa pasar dan ukurannya yang kecil
menyebabkan para entrepreneur ini untuk meminjam modal dari sumber eksternal
mereka. Sekitar 80 % para pengusaha UKM, menjadikan tabungan pribadi mereka
sebagai sumber dana, 30 % pengusaha baru meminjam atau menawarkan investasi
kepada teman dan keluarga mereka. Sekitar 40 % UKM yang berkembang memperoleh
pinjaman dari lembaga keuangan, tapi mereka harus menghadapi kesulitan lain, yaitu
seringkali pinjaman yang diberikan pada mereka secara signifikan lebih kecil dari

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Agus Arijanto SE


PEREKONOMIAN INDONESIA
permohonan pinjaman yang mereka ajukan. Untuk memperoleh pinjaman di Jepang,
kehadiran para pemberi jaminan amat diperlukan.
Meski demikian, para pengusaha UKM di Jepang, tidak begitu tertarik untuk
meminjam dari institusi publik , Mereka lebih tertarik mencari sumber dana dari sumber
lain seperti, pasar modal, modal patungan, atau dana hadiah. Namun hal ini tidak
mudah, karena mereka harus menyediakan informasi detail seperti neraca yang biasa
digunakan para investor untuk membuat keputusan investasi.
menyadari kesulitan itu, sejumlah pengusaha UKM lebih tertarik pada pinjaman yang
dijamin oleh lembaga penjamin kredit (Credit Guarantee Association) yang juga
menaiknan subsisdi untuk mengembangkan usahanya. Kesulitan dalam merecruit
tenaga kerja yang capable menjadi masalah lain yang sering dihadapi pengusaha
UKM.
Tidak begitu jauh dengan di Jepang, permasalahan yang dihadapi para
pengusaha UKM kita adalah Modal, SDM, dan jaringan distribusi. Ditambah lagi,
ketidak-melekan akan teknologi informasi menjadikan sebagian pelaku UKM mendapat
hambatan serius dalam pengembangan usahanya.

Selama ini sudah banyak upaya untuk meningkatkan kinerja UKM, namun masih
terdapat sejumlah persepsi yang perlu dibetulksn masalah yang menyangkut golongan
usaha tersebut :

1. UKM mendapat limpahan dari usaha berskala besar. Pemerintah Orde Baru
memberikan fasilitas untuk para pengusaha berskala besar agar memberikan
kesempatan kerja kepada pencari kerja produktif. Dampak dari usaha ini diharapkan
akan mengalir (spillover effect) ke UKM. Konglomerat berkembang, bersama itu
diharapkan UKM juga berkembang. Namun, kenyataannya tidak, karena UKM tidak
mendapat kesempatan yang diharapkan bahkan mereka harus bersaing dengan
usaha diversifikasi para pengusaha besar yang justru menjamah lahan UKM.

2. UKM terbentur pada keterbatasan dana. Selama Pemerintahan Orde Baru, sebagian
besar kredit dikucurkan ke konglomerat sesuai dengan filosofi yang dijelaskan pada
butir 1. Fakta menyebutkan bahwa kredit macet terbesar justru pada konglomerat.
Tetapi, yang menjadi pertanyaan apakah modal usaha merupakan satu-satunya
bantuan yang diperlukan UKM?

3. UKM merupakan usaha untuk mereka yang berpendidikan rendah. Setiap orang
yang berhasil menamatkan perguruan tinggi hampir semua bercita-cita menjadi

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Agus Arijanto SE


PEREKONOMIAN INDONESIA
pegawai baik sektor pemerintahan maupun swasta. Jarang bahkan hampir tidak
ada, mereka yang sedemikian tamat kuliah membuka usaha sendiri.

Masalah masalah yang dihadapi UKM nampaknya bukanlah suatu hal yang
mudah diselesaikan secara teoretikal. Namun setidaknya beberapa bahasan dalam
segmen ini bisa menambah sederet panjang tawaran solusi dalam masalah
pengembangan dan pemberdayaan UKM Indonesia. Beberapa boleh jadi reliable untuk
diaplikasikan secara praktis, dan sebagian lainnya mungkin masih dalam tataran
wacana yang bukan tidak mungkin diaplikasikan pada momen yang tepat.

Masyarakat luas sebenarnya sangat paham bahwa strategi pengembangan UKM dan
ekonomi rakyat secara umum tetap harus berbasis pada dua pilar utama yaitu
(1) tegaknya sistem dan mekanisme pasar yang sehat,
(2) berfungsinya aransemen kelembagaan atau regulasi pemerataan ekonomi yang
efektif, namun untuk menegakkan dua pilar utama tersebut sering terjebak pada
pilihan kebijakan dan strategi pemihakan yang skeptis dan cenderung
mementingkan hasil dari pada proses dan mekanisme yang harus dilalui untuk
mencapai hasil akhir tersebut. Pemberlakuan UU No. 5 /1999 tentang larangan
Praktik Monopoli dan Persaingan Sehat juga belum menunjukkan hasil yang
menggembirakan.

Basis UKM sendiri dan ekonomi rakyat secara umum ternyata sangat lemah
dalam visi, sikap wirausaha dan manajemen bisnis yang paling mendasar, walaupun
sering diklaim cukup dan bertahan dalam menghadapi krisis ekonomi yang masih belum
dapat teratasi sampai sekarang. Hal tersebut didukung oleh laporan Biro Pusat Statistik
(1999) dan Bank Indonesia (2000) yang menyebutkan pada masa tersebut UKM di
Jawa Barat justru meningkatkan kontribusinya terhadap PDB dari 39,8 % (1995/1996)
menjadi 59,4% (1998). Tetapi, meskipun menunjukkan perbaikan, eksistensi usaha kecil
diakui masih belum bisa terlepas dari beberapa permasalahan klasik yang
menyertainya. Terutama masalah akses modal dan kesempatan mendapatkan peluang
usaha, d isamping masalah produksi, pemasaran, jaringan kerja, dan teknologi

Jadi permasalahan yang dihadapi di dalam sektor UKM adalah :


1. Akses Permodalan
2. Sumber Daya Manusia
3. Jaringan Distribusi
4. Hambatan Birokrasi dan regulasi yang kurang menguntungkan

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Agus Arijanto SE


PEREKONOMIAN INDONESIA
5. Permasalahan Manajemen
6. Kepekaan terhadap pekembangan teknologi.

Pada dasarnya, sektor UKM ini sudah banyak dilirik oleh berbagai pihak, jadi
yang diperlukan bagi para pebisnis UKM ini adalah bagaimana ia bisa memperoleh
informasi yang tepat baik berupa peluang-peluang pinjaman atau bahkan syarat serta
mekanisme untuk melakukan pinjaman.Perbankan Nasional, tahun ini siap
mengucurkan kredit ke UKM hingga Rp42,3 trilyun atau lebih dari total nilai ekspansi
kredit perbankan 2003. Sementara departemen keuangan berjanji menyalurkan
Rp3trilyun sedangkan Asian Development Bank pun siap mengucurkan pinjaman
senilai US$ 85 juta pada tahun 2003 dan US$ 150 juta pada tahun 2004..
Dewasa ini di Indonesia terdapat dua BUMN lembaga penjaminan yaitu PT
Askrindo dan Perum PKK. PT Askrindo memberikan jaminan kredit kepada bank untuk
UKM, sedangkan Perum PKK untuk koperasi. Hal inilah yang memungkinkan bank-bank
pemberi kredit kurang hati-hati dalam menilai permohonan kredit karena kredit-kredit
yang macet ditanggung oleh PT Askrindo.
Bagi pemain pemula, nampaknya harus lebih cerdas melihat peluang, karena
kecilnya asset dan belum luasnya pasar, maka sumber modal yang paling mungkin
adalah modal patungan, pinjaman ringan dan tabungan pribadi dapat menjadi pilihan
utama untuk sementara waktu. Lain halnya bagi para pengusaha UKM yang potensial,
dengan asset yang cukup serta jaringan pemasaran yang memadai, tidak salah jika
mulai memasuki pasar modal dan mengajukan permohonan kredit dengan jaminan
yang ada.

Disinilah peranan lembaga-lembaga keuangan, untuk lebih memperhatikan para


pengusaha UKM dengan memberikan kemudahan dalam permohonan pinjaman, serta
memberikan informasi yang seluas-luasnya kepada dunia usaha kecil menengah
tentang seluk-beluk perkreditan. Peran pemerintah dalam melindungi dan memberi
kebijakan kredit bagi para pengusaha UKM nampaknya juga akan memberikan
pengaruh yang signifikan bagi pertumbuhan sektor usaha ini.

Bimbingan Manajerial, Jaringan Pemasaran, dan Upgrading SDM


Mengurusi UKM tidaklah sama dengan mengurus sebuah perusahaan besar,
namun suatu hal yang salah jika dalam menjalankan bisnis tersebut, tidak diperlukan
kecerdasan manajemen, memang intuisi bisnis perlu, namun bila ditambah dengan
management skill yang memadai akan sangat membantu para pengusaha UKM untuk
memperkecil resiko kredit macet akibat missmanagement UKM. Di Amerika Serikat

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Agus Arijanto SE


PEREKONOMIAN INDONESIA
ada organisasi yang membantu perkembangan usaha kecil dengan singkatan
Score/Special Corps Of Retired Executives atau Korps khusus dari Eksekutif yang
telah pensiun.
Kelompok ini merupakan relawan yang terdiri dari pensiunan eksekutif baik dari
pemerintah maupun swasta yang bertujuan membantu manajemen usaha kecil. Secara
berkala UKM diberi pengarahan sehingga mutu SDM mereka secara bertahap
meningkat.
Belajar dari Cina, Kehadiran Pusat Inkubator Bisnis di negeri tirai bambu itu
menjadi kunci sukses dalam mengembangakan bisnis UKM.Pemerintah sangat
menaruh perhatian yang besar pada program ini. Pada awal peluncuran program itu
pada 1987 dengan 3 unit inkubator, kini lebih dari 40 unit inkubator tersebar merata di
negeri itu. Tak pelak, Inkubator Bisnis tersebut menjadi kontributor pajak yang cukup
signifikan.
Bila kita tilik di Indonesia, sebenarnya sejak tahun 1995-1998, beberapa
perguruan tinggi yang memiliki pusat inkubator bisnis terbilang mengalami
perkembangan yang cukup baik. Di saat ada komitmen perbankan nasional nasional,
pengoptimalisasian peran inkubator bisnis adalah suatu langkah stategis.
Melalui inkubator bisnis terutama yang berbasis pada institusi pendidikan, maka
permasalahan tentang bimbingan manajerial, jaringan pemasaran serta permasalahan
SDM dapat mulai dipecahkan bersama
Selain itu kehadiran lembaga keuangan yang selama ini dinilai cukup dekat
bersinggungan denga para pelaku bisnis UKM, diharapkan bukan hanya sebagai
penyedia akses modal bagi UKM tetapi juga menjadikan mereka sebagai mitra dengan
prinsip win-win solution. Misal di BRI, technical assistance yang dilakukan dapat
langsung oleh pegawai bank di kantor cabang pada saat melakukan pembinaan kepada
nasabah atau melalui website BRI (UKM-Online), seperti bagaimana cara membuat
proposal dan laporan keuangan.
Untuk masalah pemasaran, menurut Ketua Jaringan Kerja Produktif KUKM
Jabar (JKPKJ), Iwan Gunawan, meminta pemerintah daerah untuk segera
mengeluarkan regulasi berupa perda (peraturan daerah). Terutama di kota Bandung
yang mengatur tentang hak bagi UKM, untuk mendapat sekira 15 persen dari portofolio
bisnis pengadaan barang atau space (ruang) di pasar modern, baik itu supermarket
maupun hipermarket."Hal ini sebagai upaya untuk membangun kemitraan sinergi yang
saling menguntungkan antara pelaku UKM dan pelaku usaha pasar modern.
Dengan demikian, posisi tawar UKM dapat sejajar, sekaligus meningkatkan
komunikasi secara efektif sehingga kemitraan selama ini tidak hanya sebatas wacana
seremonial belaka,"

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Agus Arijanto SE


PEREKONOMIAN INDONESIA
Menurut Dr. INA PRIMIANA, S.E., M.T , perlu sekali memberdayakan peran
pemerintah daerah untuk meningkatkan UKM dengan melakukan langkah-langkah
sebagai berikut;
(a) Pilih UKM potensi masing-masing daerah.
(b) UKM terpilih membuat contoh/sampel produk yang dibuat/prototype.
(c) Mencari kekurangan/kelebihan dari setiap prototype dengan bantuan tenaga ahli.
(d) Mencari pasar untuk produk tersebut. Melalui pameran, internet, dan sebagainya.
(e) Bila ada pesanan dan sudah pasti, UKM tersebut dapat dibantu oleh bank
penjamin dengan dasar surat pesanan.
(f) Diperlukan tenaga pendamping yang bertugas untuk mempersiapkan, UKM siap
mandiri, UKM berbasis kualitas, UKM siap melakukan perbaikan terus-menerus

Sehingga dengan demikian keberadaan UKM merupakan fenomena yang harus


ditanggapi serius. Peningkatan kualitas dan daya saing UKM lokal menjadi sangat
penting dan mutlak diperlukan, bukan sekedar untuk standar lokal namun juga harus
diproyeksikan sesuai dengan standar global.
Tantangan globalisasi dan AFTA nampaknya menjadi pemicu utama kita untuk
segera menormalisasi kondisi ekonomi sehingga kita nanti tidak terusir di negeri sendiri.
Diperlukan dukungan dari Pemerintah, Kalangan Perbankan, dan Institusi Pendidikan
untuk memberikan yang terbaik bagi kemajuan UKM.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Agus Arijanto SE


PEREKONOMIAN INDONESIA

Anda mungkin juga menyukai