Anda di halaman 1dari 79

c   

 
  
 


    
Y Y
  Y  Y
Y Y
?  Y
Y
Y Y
Y   Y? ?  Y

Manusia, hewan, tumbuhan, dan seluruh alam in harusnya hidup


berdampingan dengan damai. Namun, keserakahan manusia dan beberapa
factor alam lainnya seperti bencana alam kerap mengganggu kedamaian hidup
makhluk-makhluk tertentu. Biasanya yang menjadi korban adalah binatang dan
tumbuhan. Bahkan, banyak di antara binatang dan tumbuhan tersebut yang
sudah tidak ada lagi atau punah.

Punah berarti lenyap dan tidak bias ditemui lagi keberadaannya do


dunia. Kepunahan dalam biologi berarti hilangnya keberadaan dari sebuah
spesies atau sekelompok takson. Sebuah spesies akan punah bila mereka
tidak bisa bertahan terhadap perubahan ekologi ataupun karena persaingan
semakin ketat dari makhluk hidup lain yang lebih kuat. Umumnya, suatu
spesies akan punah dalam waktu 10 juta tahun, dihitung dari permulaan
kemunculannya.

Istilah kepunahan juga dapat diartikan kepunahan di suatu area, dan


masih ada kemungkinan tersisa di area lainnya. Fenomena ini disebut juga
ekstirpasi. Contohnya adalah penempatan serigala dari tempat lain di Taman
Nasional Yellowstone, di Idaho, Amerika Serikat, dimana sebelumnya serigala
sudah punah ditempat itu. Suatu spesies dinamakan punah bila anggota
terakhir dari spesies ini mati. Kepunahan terjadi bila tidak ada lagi makhluk
hidup dari spesies tersebut yang dapat berkembang biak dan membentuk
generasi. Suatu spesies juga disebut fungsional punah bila beberapa
anggotanya masih hidup tetapi tidak mampu berkembang biak, misalnya
karena sudah tua, atau hanya ada satu jenis kelamin.

Betapa tidak adilnya manusia jika kita serakah dan tidak mempedulikan
hewan dan tumbuhan di sekitar kita. Padahal Tuhan menciptakan manusia
sebagai pemimpin yang semestinya bukan hanya mampu memanfaatkan alam,
melainkan juga harus mampu melindungi mereka dan menjaganya dari
kepunahan. Lagi pula setiap makhluk hidup memiliki hak yang sama untuk
melangsungkan kehidupannya dan juga keturunannya.

Di antara hewan yang telah punah dan tida k bisa kita temui lagi di muka
bumi adalah sebagai berikut.

1. Burung Kecil dari Pulau Stephen, Selandia Baru (Xenicus lyalli),

Burung ini sangat kecil; paruhnya berukuran 14mm, sayapnya hanya


sekitar 46-49 mm, dan ekornya 17mm. Jenis jantan sedikit lebih besar dari
jenis betina.Burung kecil ini berburu pada waktu malam, tidak bisa terbang dan
memakan seranga. Hasil studi arkeologi menunjukkan bahwa burung ini hidup
di daratan besar Selandia Baru di zaman dulu. Kemungkinan besar, populasi
burung ini punah di daratan besar akibat kedatangan tikus yang dibawa orang
Maori. Hanya sedikit populasi tersisa dari burung ini yang berdiam di pulau
Stephen. Sayangnya, burung ini punah juga di tahun 1894.

Gbr 1.1 Xenicus lyalli

(sumber: wikipedia)

Burung ini diduga punah karena


dimakan kucing. Seorang penunggu
mercu suar di pulau Stephen bernama
David Lyall, mempunyai seekor kucing
yang sering memburu burung-burung
kecil. Kepunahan ini menjadi terkenal
karena diakibatkan oleh seekor makhluk
hidup saja, yaitu kucing.

2. Dodo(Raphus cucullatus)

Dodo adalah sejenis unggas yang bergerak lamban dan cukup jinak.
Sifat ini tidak baik untuk bertahan hidup di alam bebas. Binatang ini
diperkirakan mempunyai tinggi sekitar 70 cm dan lebar yang hampir sama dari
paruh sampai ekornya. Dodo adalah jenis burung yang tidak dapat terbang.
Oleh karena itu, ia meletakkan telurnya di tanah. Tak heran bila telurnya
banyak dimakan hewan lain. Dalam waktu 70 tahun setelah orang Eropa
pertama kali menginjakkan kaki di Mauritius, Dodo diperkirakan punah di tahun
1693.

Gbr 1.2 Dodo (sumber:


http://www.donsculpture.com)
Sampel Dodo sempat disimpan di Museum Ashmolean, Oxford. Namun
karena rusak, pada 1755, direktur museum memerintahkan untuk membakar
sampel burung ini. Hal ini cukup mengagetkan karena sampel ini adalah satu-
satunya yang ada. Seorang pekerja museum yang tidak setuju dengan
keputusan ini mencoba menyelamatkan sampel dodo, tetapi hanya berhasil
menyelamatkan kepala dan bagian dari kakinya.

3. Sapi Laut Stellers (Hydrodamalis gigas)

Binatang ini mempunyai banyak kesamaan dengan duyung. Sapi Laut


Stellers sangat besar; ukuran dewasa berbobot 10 ton dan bisa memiliki
panjang sampai 9 meter. George Steller, seorang botanis Jerman yang bekerja
di Alaska menemukan binatang ini pada t ahun 1741 di pesisir Siberia. Ia
membuat gambar yang sangat detail.

Gbr 1.3 Sapi Laut Stellers (sumber: http://www.dkimages.com)

Namun usaha Steller tidak mampu menyelamatkan binatang ini dari


kepunahan. Binatang ini banyak manusia untuk bahan makanan dan kulitnya
dipakai untuk membuat kapal. Lemak dari hewan ini juga dipakai sebaga i
bahan dasar pembuatan mentega dan untuk bahan bakar lampu. Minyak
hewan ini tidak mempunyai bau ataupun asap, juga bisa disimpan lama di suhu
yang cukup panas. Tiga puluh tahun setelah binatang ini pertama kali
ditemukan Steller, tepatnya pada tahu 1768 sapi laut ini punah.
Berikut adalah daftar sepuluh hewan terancam punah dunia 2009 versi
Livescience:

1. Badak Sumatra

Badak Sumatra (Dicerorhinus sumatrensis) adalah badak berukuran


paling kecil di antara semua spesies badak di dunia. Badak kebanggaan
Indonesia yang hidup di pulau Sumatera ini dinyatakan terancam punah karena
saat ini hanya tersisa sekitar enam populasi di alam liar atau tingga l 300 ekor
saja. Faktor utama berkurangnya jumlah badak ini adalah perburuan liar. Di
pasar gelap, cula badak ini dihargai 30.000 dolar AS atau setara dengan Rp
300 juta per kilogram. Selain itu, tingkat keberhasilan pengembangbiakan
badak yang sangat kecil turut menuntun hewan ini menuju kepunahan.

2. Paus Abu-Abu

Lembaga International Union for Conservation of Nature (IUCN)


menyatakan pada 2008 bahwa jumlah paus abu -abu (Esrichtiius robustus)
berada dalam level aman. Namun, itu hanyalah paus abu -abu yang hidup di
sejumlah tempat konservasi, bukan di alam liar. Sejak tahun 1947 pada masa -
masa perburuan paus abu -abu, jumlah hewan berbobot 30 ton itu terus
berkurang dan belum kembali normal hingga sekarang. Dari 100 paus abu -abu,
kini hanya tersisa 23 betina yang masih mampu bereproduksi di wilayah
perairan Pasifik Selatan.

3. Serigala Merah

Anda pernah menonton film animasi Ice Age? Film ini menceritakan
kehidupan unik sejumlah satwa pada zaman es, zaman dimana hampir seluruh
permukaan bumi ditutupi es. Nah , percaya atau tidak, hewan bernama serigala
merah (Canis lupus rufus) ini adalah salah satu hewan "Ice Age" yang masih
hidup hingga kini. Para ilmuwan mengestimasi hanya ada 100 serigala merah
di alam liar Carolina Utara, Amerika Serikat, dan sekitar 150 ekor di beberapa
fasilitas penangkaran.

4. Harimau Siberia

Harimau Siberia atau disebut juga harimau amur (Panthera tigris altaica)
adalah spesies harimau yang pernah tinggal di wilayah Cina, Semenanjung
Korea, dan Mongolia. Namun, kini hewan tersebut han ya bisa bebas
berkeliaran di Rusia, di wilayah perlindungan kawasan Amur -Ussuri. Sejumlah
ahli meyakini masih terdapat 350 hingga 450 hewan ini di alam liar.

5. Musang Berkaki Hitam

Akibat ulah manusia yang terus membabat alam liar tanpa henti,
musang berkaki hitam (Mustela nigripes) hampir punah dari muka bumi. Hewan
asli Amerika Utara ini kini dinyatakan sebagai mamalia paling terancam punah
di kontinen AS. Hewan malam hari atau nokturnal ini memburu hewan
pengerat, prairie dog sebagai makanan utama. Sei ring menurunnya jumlah
populasi hewan buruannya, jumlah musang berkaki hitam ini juga ikut
berkurang.

6. Buaya Filipina

Sesuai namanya, buaya Filipina (Crocodylus mindorensis) adalah


spesies buaya yang dilindungi di Filipina. Berdasarkan survei pada 1995,
buaya bertubuh relatif kecil ini hanya tersisa 100 ekor di Filipina. Hal ini
menjadikan buaya tersebut sebagai satu dari spesies hewan paling terancam
di dunia.

7. Gorila Gunung

Sejak gorila gunung (Gorilla beringei beringei) ditemukan akhir 1902,


jumlah populasi hewan ini terus berkurang akibat pembalakan liar, perburuan
massal, dan perdagangan hewan ilegal. Saat ini, jumlah primata yang mampu
hidup di daerah dingin maupun panas ini hanya ada 720 ekor yang tersebar di
wilayah Uganda.

8. Hiu Gangga

Hiu penghuni Sungai Gangga di India bernama hiu gangga (Glyphis


gangeticus) ini merupakan satu dari 20 daftar hiu terancam punah versi IUCN.
Hiu yang memiliki reputasi sebagai pemakan manusia ini banyak diburu untuk
diambil minyaknya. Selain itu, semakin tercemarnya Sungai Gangga menjadi
faktor lain yang menyebabkan spesies ini kian sulit ditemukan.

9. Orangutan Sumatra
Satu lagi hewan terancam punah dari Tanah Air, Orangutan Sumatra
(Pongo abelii). Primata langka bertubuh lebih kecil dari dua spesies oranguta n
yang lain ini adalah pemakan buah -buahan dan serangga. Seperti biasa,
penyebab berkurangnya jumlah mereka adalah habitat yang hancur dan
perburuan liar. Orangutan ini termasuk salah satu hewan yang memiliki
kemampuan reproduksi rendah. Pongo abelli betin a hanya mampu melahirkan
tiga anak selama masa hidupnya.

10. Burung Kondor California

Burung kondor California (Gymnogyps californianus) adalah burung


pemakan bangkai asal California, AS, yang mempunyai masa hidup paling
panjang dibanding burung lain, yai tu sekitar 50 tahun. Gara-gara perburuan liar
dan berkurangnya habitat, burung langka ini hampir punah secara keseluruhan
pada 1980. Namun berkat upaya konservasi dari berbagai ahli hewan, burung
ini selamat. Kini, terdapat 332 Burung Kondor California di beberapa
penangkaran, termasuk 152 ekor di alam liar.

Keberadaan binatang -binatang tersebut di alam bebas mutlak


diperlukan untuk menjaga keseimbangan ekosistem. Tindakan manusia
dengan memburu, menangkap, atau membunuh satu ekor binatang saja dapat
mempengaruhi rantai makanan ekosistem tersebut. Misalnya, seorang
pemburu membunuh seekor harimau, maka populasi binatang herbivora
seperti kijang atau rusa akan bertambah. Bertambahnya populasi rusa dan
kijang ini akan mengakibatkan bertambahnya kebutuhan akan rumput dan
tanaman. Perebutan makanan pun akan terjadi. Sampai saatnya tiba, populasi
binatang di daerah tersebut akan mengalami ancaman kelaparan karena
kekurangan bahan makanan. Selanjutnya, dapat diduga akan timbulnya
kematian populasi makhluk hidup da lam jumlah lebih besar lagi.
c Y c   Y  Y
 Y Y? ?  Y

Berbagai upaya terus dilakukan untuk menyelamatkan mereka, antara


lain dengan mendirikan sejumlah tempat konservasi, menangkarkan binatang
langka, serta membuat aturan hukum untuk mencegah perburuan, penjualan,
dan pemeliharaan binatang dilindungi.

Dalam kutipan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 tahun


1999 Tanggal 27 januari 1999 , tercantum aturan sebagai berikut.

 Barangsiapa dengan Sengaja menangkap, melukai, membunuh,


menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut, dan memperniagakan
satwa yang dilindungi dalam keadaan hidup; (Pasal 21 ayat (2) huruf a),
diancam dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda
paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah). (Pas al 40 ayat
(2));
 Barang Siapa Dengan Sengaja menyimpan, memiliki, memelihara,
mengangkut, dan memperniagakan satwa yang dilindungi dalam
keadaan mati (Pasal 21 ayat (2) huruf b), diancam dengan pidana
penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling ban yak Rp.
100.000.000,00 (seratus juta rupiah). (Pasal 40 ayat (2));
 Dengan Sengaja memperniagakan, menyimpan atau memiliki kulit,
tubuh, atau bagian -bagian lain satwa yang dilindungi atau barang -
barang yang dibuat dari bagian -bagian tersebut atau mengeluarkannya
dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain di dalam atau di luar
Indonesia; (Pasal 21 ayat (2) huruf d), diancam dengan pidana penjara
paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp. 100.000.000,00
(seratus juta rupiah). (Pasal 40 ayat (2)) ; (Undang-Undang Nomor 5
tahun 1990 tentang KSDAH dan Ekosistemnya)

Dalam lampiran peraturan di atas juga disebutkan jenis-jenis satwa yang


dilindungi, di antaranya sebagai berikut.

 Y  Y
 Y  Y Y ?  Y

Y
1 Alap-alap putih, alap - Accipiter novaehollandiae Maluku, Irian
alap tikus
2 Babirusa Babyrousa babyrussa Sulawesi
3 Badak Jawa, Badak Rhinoceros sondaicus, Jawa, Sumatera
Sumatera rhinoceros sumatrensis
4 Bajing tanah, tupai Larisous Insignis Jawa, Sumatera,
tanah Kalimantan, Sulawesi
5 Bangau Hitam, Ciconia epicopus Jawa, Sumatera,
Sandang Lawe Kalimantan, Sulawesi
6 Banteng Bos Sondaicus Kalimantan
7 Bayan Larius rorattus Maluku, Irian
8 Beo Jenis Nias Gracula robustus Pulau Nias
9 Beruang Madu Helacctus Malayanus Sumatera,
Kalimantan
10 Komodo Faranus komodoensis Flores, Rinca, P.
Komodo
11 Binatang hantu, Tarsius Jawa, Sumatera,
kukang Kalimantan, Sulawesi
12 Blawok, walangkadak Ibis cincerius Jawa, Sumatera
13 Burung alap-alap, Acciptridae Jawa, Sulawesi,
Elang Kalimantan,
Sulawesi, Irian
14 Cendrawasih Paradiseidae Ambon, Seram, Irian
15 Burung Dara Laut Sternidae laridae Jawa, Sumatera,
Sulawesi, Irian
16 Burung dara, burung Jenis Goura Irian
titi, mambruk
17 Burung Gaok, Burung Pittidae Jawa, Sumatera,
Cacing Kalimantan,
Sulawesi, Maluku
18 Burung Gosong Megapodius Reindt Wardtii
19 Burung Kipas Rhipidura Javanica Jawa, Sumatera,
Kalimantan
20 Burung Kipas Biru Muscicappa Ruecki Sumatera
21 Burung Madu, Nectariniiae Jawa, Sumatera,
Jantingan, Kleces Kalimantan
22 Burung Maleo Megacephalon maleo Sulawesi
Burung Merak Pavo Muticus Jawa
Burung Sesap Meliphagidae Sulawesi, Nusa
Tenggara, Irian
Burung Udang Alcedinidae Sumatera,
Kalimantan
Bajing terbang Petaurista elegans Jawa, Sumatera,
Kalimantan
Gajah Elephas maximus Sumatera,
Kalimantan
Gangsa batu Sula leucogaster Irian
Gangsa laut Pelecanidae Jawa, Sumatera,
Maluku, Irian
Harimau Dahan Neofelis Nebulosa Sumatera,
Kalimantan
Ibis hitam, roko-roko Plegadis falcinellus Kep. Indonesia
Ibis Putih, pelatuk besi Threskiornis aethiopica Kep. Indonesia
Ikan Duyung Dugong Perairan Indonesia
Itik Liar Cairina scutulata Jawa, Sumatera,
Kalimantan
Jalak Bali Leucopsar rotschildii Bali
Enggang, Rangkong Bucerotidae Kep. Indonesia
Junai, Burung Mas , Caloenas nicobarica Irian
Minata
Kancil, pelanduk, Jenis-jenis tragulus Jawa, Sumatera,
napu Kalimantan
Kahau Nasalis larvatus Kalimantan
Kakaktua Jambul Cacatua galerita Aru, Irian
kuning
Kakaktua raja, probosciger aterrimus Aru, Irian
Kakaktua hitam
Kambing hutan Nemorhaedus sumatrensis Sumatera
Kangguru pohon Dorcopsis mulleri Irian
Kasuari Casuarius casuarius Seram, Aru, Irian
Kasumba, Suruku, Trogonidae Jawa, Sumatera,
Burung Luntur Kalimantan
Kelinci liar Nesolagus Netchen Sumatera
Kidang, Muncak Muntiacus muntjak Jawa, Bali,
Kalimantan, Lombok
Koak Merah Nycticorax caledonicus Irian
Kuau Argusianus argus Sumatera,
Kalimantan
Kubung Cybocephalus variegatus Jawa, Sumatera,
Kalimantan
Kucing hutan, Felis bengalensis Sumatera, Jawa,
congkok Bali, Kalimantan
Kuntul, Bangau Putih Jenis Egretta dan bubulcus Kep. Indonesia
ibis
Kuwuk Felis Marmorata Sumatera,
Kalimantan
Landak semut Proechidna Bruijnii Irian
Lelarang Ratufa bicolor Jawa, Sumatera, Aru,
Bali
Lumba-lumba air laut Dolpin Kalimantan
Lumba-lumba air Orcella fluminalis Kalimantan
tawar
Harimau loreng Panthera tigris sumatrensis Sumatera
Macan Kumbang Panthera pardus Jawa
Malu-malu Nycticebus coucang Jawa, Sumatera,
Kalimantan
Mandar Aramidopsis plateni Sulawesi
Menjangan, Rusa, Jenis cervus Kep. Indonesia
Sambar
Marabu, Bangau Leptoptilos javanicus Jawa, Sumatera,
Tontong Kalimantan, Sulawesi
Monyet hitam Cynopithecus niger Sulawesi
Sulawesi
Musang Air Cynogale bennettii Sumatera,
Kalimantan
Nuri Merah kepala Larius rorattus Maluku, Aru, Irian
hitam
Orang Utan, Mawas Pongo-pygmeus Sumatera,
Kalimantan
Owa, Kera tak Hylobatidae Jawa, Sumatera,
berbuntut Kalimantan
Pecuk Ular Anghinga sp Kep. Indonesia
Rusa Bawean Axis kuhli Bawean
Sapi hutan, Anoa Anoa depressiocornis sp Sulawesi
Simpai Mentawai Simias Concolor Mentawai
Soa-soa, Biawak Hydrosaurus amboinenzis Sulawesi, Maluku,
Ambon Irian
Tapir, Cipan, Tenuk Tapirus Indicus Sumatera
Trenggiling, Peusing Manis javanicus Jawa, Sumatera,
Kalimantan
Wili-wili, Bebek laut Esacus Magnirostris Lautan India, Pasifik

Di antara binatang-binatang di atas terdiri atas mamalia termasuk


primata, burung, ikan, dan reptil. Selain itu ada juga binatang lainnya yang
belum termasuk, seperti aneka binatang laut, serangga, dan binatang jenis
lainnya. Jenis-jenis binatang dilindungi lainnya akan dibahas pada bab
selanjutnya.

( Y c   Y? ?  Y
Y Y

Mamalia disebut juga binatang menyusui. Kebanyakan jenis mamalia


yang dilindungi adalah dari ordo primata. Mereka harus dilindungi karena
terancam punah akibat perburuan liar serta perambahan hutan yang
mengakibatkan hilangnya habitat asli tempat mereka hidup.
Berikut nama-nama binatang dilindungi di Indonesia dari jenis mamalia

 Y  Y
 Y  Y Y ?  Y
1 Babirusa Babyrousa babyrussa Sulawesi
2 Badak Jawa, Badak Rhinoceros sondaicus, Jawa, Sumatera
Sumatera rhinoceros sumatrensis
3 Bajing tanah, tupai Larisous Insignis Jawa, Sumatera,
tanah Kalimantan, Sulawesi
4 Banteng Bos Sondaicus Kalimantan
5 Beruang Madu Helacctus Malayanus Sumatera,
Kalimantan
6 Binatang hantu, Tarsius Jawa, Sumatera,
kukang Kalimantan, Sulawesi
7 Bajing terbang Petaurista elegans Jawa, Sumatera,
Kalimantan
8. Gajah Elephas maximus Sumatera,
Kalimantan
9. Harimau Dahan Neofelis Nebulosa Sumatera,
Kalimantan
10. Kancil, pelanduk, Jenis-jenis tragulus Jawa, Sumatera,
napu Kalimantan
Kahau Nasalis larvatus Kalimantan
Kambing hutan Nemorhaedus sumatrensis Sumatera
Kangguru pohon Dendrolagus pulcherrimus Irian
Kelinci liar Nesolagus Netchen Sumatera
Kidang, Muncak Muntiacus muntjak Jawa, Bali,
Kalimantan, Lombok
Kubung Cynocephalus variegatus Jawa, Sumatera,
Kalimantan
Kucing hutan, Felis bengalensis Sumatera, Jawa,
congkok Bali, Kalimantan
Kuwuk Felis Marmorata Sumatera,
Kalimantan
Landak semut Proechidna Bruijnii Irian
Lelarang Ratufa bicolor Jawa, Sumatera, Aru,
Bali
Harimau loreng Panthera tigris sumatrensis Sumatera
Macan Kumbang Panthera pardus Jawa
Malu-malu Nycticebus coucang Jawa, Sumatera,
Kalimantan
Menjangan, Rusa, Jenis cervus Kep. Indonesia
Sambar
Monyet hitam Cynopithecus niger Sulawesi
Sulawesi
Musang Air Cynogale bennettii Sumatera,
Kalimantan
Orang Utan, Mawas Pongo-pygmeus Sumatera,
Kalimantan
Owa, Kera tak Hylobatidae Jawa, Sumatera,
berbuntut Kalimantan
Rusa Bawean Axis kuhli Bawean
Sapi hutan, Anoa Anoa depressiocornis sp Sulawesi
Simpai Mentawai Simias Concolor Mentawai
Tapir, Cipan, Tenuk Tapirus Indicus Sumatera
Trenggiling, Peusing Manis javanicus Jawa, Sumatera,
Kalimantan

Supaya lebih mengenal binatang-binatang dilindungi tersebut, akan


diaparkan beberapa di antara mereka di bawah ini.

v Y c  Y  YY Y


Y
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Perissodactyla
Famili : Rhinocerotidae
Genus : Rhinoceros
Spesies : R. sondaicus
Badak jawa (Rhinoceros sondaicus) disebut juga badak bercula
satu. Badak adalah binatang terbesar di Jawa. Beratnya bisa mencapai
1,5 ton, berkulit pucat. Badak Jawa pernah tersebar di hampir seluruh
wilayah gunung di Jawa Barat, seperti gunung Gede -Pangrango,
Gunung salak, Gunung. Tangkuban Parahu dan gunung Ciremai.
Nama sebutan Badak Jawa agaknya kurang tepat karena
distribusi alaminya, sejauh yang bisa dipastikan, pernah mencapai
kawasan Sungai Brahmaputra di Bangladesh sampai Vietnam serta ke
sebelah barat daya Cina, dan deskripsi badak pertama berasal dari
spesimen yang ditemukan di Sumatera. Distribusi aslinya secara
menyeluruh tidak akan pernah dapat diketahui, karena pada suatu
waktu yang berbeda dan pada suatu tempat yang berbeda badak Jawa
ini pernah dikacaukan dengan badak Sumatera Dicerorhinus
sumatrensis dan badak India/be rcula satu Rhinoceros unicornis.
Dulu badak ini hanya dikenal dan bagian selatan Jawa Barat dan
dari Gn. Slamet di Jawa Tengah, meskipun fosil yang masih ada
ditemukan di sebelah utara Yogyakarta. Ketika Junghuhn mendaki Gn.
Pangrango pada tahun 1839 (pen dakian pertama yang tercatat
dilakukan oleh orang Eropa) ia mengejutkan dua badak Jawa di dekat
puncak gunung, seekor sedang berendam di suatu sungai kecil dan
yang lain sedang merumput di pinggir sungai (Junghuhn 1854).
Beberapa jalan setapak di beberapa gunung mengikuti bekas jejak
badak, dan jalur-jalur di gunung-gunung yang ada dijawa mungkin
merupakan sisa terakhir dari kehadiran binatang besar ini.
Dua belas ekor badak Jawa terakhir yang terdapat di Sumatera
telah ditembak oleh pemburu -pemburu Belanda antara tahun 1925 -
1930, dan setelah itu seekor lagi ditembak di Karangnunggal
(Tasikmalaya) pada tahun 1934.
Sampai akhir abad ke-19 penduduk kota Bandung masih bisa
menyaksikan adanya badak jawa, mereka menyebutnya badak
priangan. Tidak mengherankan bil a di Bandung ada daerah yang
bernama Rancabadak. Namun pada tahun 1895 seorang pemburu
Belanda menembak mati badak jawa tidak jauh dari kota Bandung,
itulah badak jawa terakhir di kota Bandung.
Orang percaya bahwa sisa populasi badak Jawa sekarang hanya
ada di Taman Nasional Ujung Kulon, tempat keberadaannya pertama
dilaporkan pada tahun 1861. Meskipun demikian, pada tahun 1989,
sepuluh ekor badak jawa ditemukan bertahan hidup di sepanjang
sungai Dong Nai di bagian selatan Vietnam.
Badak Jawa adalah pemakan tunas dan rerumputan. Badak
memakan daun-daun muda, tunas-tunas dan ranting-ranting yang
tumbuh di permukaan tanah. Jika makanan ini tidak dapat dijangkau
karena terlalu tinggi, maka badak akan berusaha mematahkan
batangnya dengan cara menabrakkan dirinya pada batang tersebut,
atau dengan cara menghancurkan batang dengan giginya.
Ada lebih dari 150 jenis tumbuhan yang diidentifikasi sebagai
makanan badak, dan kemungkinan besar semua jenis tumbuhan
tersebut yang dapat dicapai dan ukurannya sesuai akan dimak an.
Badak memakan makanannya di berbagai tipe vegetasi, meskipun
kebanyakan dilakukan di tempat-tempat yang tidak terlindung,
misalnya, di antara pepohonan yang roboh atau di padang semak -
belukar tanpa pepohonan.
Badak jawa memiliki satu cula yang terletak di ujung hidungnya.
Indra penciuman dan pendengarannya sangat tajam, tetapi badak jawa
memiliki penglihatan yang kurang baik (rabun dekat). Badak Jawa
melahirkan setiap 3-5 tahun sekali. Lama mengandung 16 bulan,
umumnya melahirkan satu ekor anak saja d an dipelihara induknya
hingga umur 2 tahun, setelah dewasa anak tersebut meninggalkan
induknya. Usia badak jawa bisa mencapai hingga 50 tahun.
Keragaman makanan badak mungkin merupakan tanggapan
terhadap kebutuhan untuk membatasi atau mencegah racun yang
masuk, memaksimalkan kandungan mineral tertentu, serta
menanggulangi kesulitan -kesulitan yang disebabkan oleh keragaman
musim. Karena hampir semua catatan tanaman pangan berasal dari
observasi tidak langsung, maka sangat relevan untuk memperhatikan
bahwa kerusakan pada batang-batang pohon yang umum dilakukan
oleh badak dapat juga disebabkan oleh banteng dan rusa.
Badak adalah salah satu mamalia purba yang masih hidup.
Nenek moyang badak jawa Baluchitherium, telah hidup 50 juta tahun
yang lalu, sejak jaman Erasia. Badak Jawa masih satu kerabat dengan
kuda dan keledai, yakni hewan yang memiliki kuku ganjil.
Cula badak adalah evolusi dari rambut badak yang bersatu dan
mengeras. Sejak jaman dahulu manusia memburu badak hanya untuk
mendapatkan culanya. Konon cula badak dijadikan ramuan obat -
obatan atau jadi barang kerajinan seni berharga.

Ò Y   Y Y

Kerajaan : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Mammalia

Ordo : Primata

Upaordo : Haplorrhini

Infraordo : Tarsiiformes

Famili : Tarsiidae

Genus : Tarsius

Tarsius (diantaranya Tarsius tarsier dan Tarsius pumilus) adalah


binatang unik dan langka. Primata kecil ini sering disebut sebagai
monyet terkecil di dunia, meskipun satwa ini bukan monyet. Sedikitnya
terdapat 9 jenis Tarsius yang ada di dunia. 2 jenis be rada di Filipina
sedangkan sisanya, 7 jenis terdapat di Sulawesi Indonesia. Yang paling
dikenal adalah dua jenis yang terdapat di Indonesia yaitu Tarsius tarsier
(Binatang Hantu / Kera Hantu) dan Tarsius pumilus (tarsius kerdil,
krabuku kecil atau Pygmy tarsier). Kesemua jenis tarsius termasuk
binatang langka dan dilindungi di Indonesia.
Nama Tarsius diambil berdasarkan ciri fisik tubuh mereka yang
istimewa, yaitu tulang tarsal yang memanjang, yang membentuk
pergelangan kaki mereka sehingga mereka dapat melompat sejauh 3
meter (hampir 10 kaki) dari satu pohon ke pohon lainnya. Tarsius juga
memiliki ekor panjang yang tidak berbulu, kecuali pada bagian ujungnya.
Setiap tangan dan kaki hewan ini memiliki lima jari yang panjang. Jari -
jari ini memiliki kuku, kecuali jari kedua dan ketiga yang memiliki cakar.
Tarsius memang layak disebut sebagai primata mungil karena
hanya memiliki panjang sekitar 10 -15 cm dengan berat sekitar 80 gram.
Bahkan Tarsius pumilus atau Pygmy tersier yang merupakan jenis
tarsius terkecil hanya memiliki panjang tubuh antara 93 -98 milimeter dan
berat 57 gram. Panjang ekornya antara 197 -205 milimeter.
Ciri-ciri fisik tarsius yang unik lainnya adalah ukuran matanya
yang sangat besar. Ukuran mata tarsius lebih besar ketimbang ukuran
otaknya. Ukuran matanya yang besar ini sangat bermanfaat bagi
makhluk nokturnal (melakukan aktifitas pada malam hari) ini sehingga
mampu melihat dengan tajam dalam kegelapan malam.
pygmy tarsierTarsius juga memiliki kepala yang unik karena
mampu berputar hingga 180 d erajat ke kanan dan ke kiri seperti burung
hantu. Telinga satwa langka ini pun mampu digerak -gerakkan untuk
mendeteksi keberadaan mangsa.
Sebagai makhluk nokturnal, tarsius hanya beraktifitas pada sore
hingga malam hari sedangkan siang hari lebih banyak di habiskan untuk
tidur. Oleh sebab itu Tarsius berburu pada malam hari. Mangsa mereka
yang paling utama adalah serangga seperti kecoa, jangkrik. Namun
terkadang satwa yang dilindungi di Indonesia ini juga memangsa reptil
kecil, burung, dan kelelawar.
Habitatnya adalah di hutan-hutan Sulawesi Utara hingga
Sulawesi Selatan, juga di pulau -pulau sekitar Sulawesi seperti Suwu,
Selayar, Siau, Sangihe dan Peleng. Di Taman Nasional Bantimurung
dan Hutan lindung Tangkoko di Bitung, Sulawesi Utara. Di sini
wisatawan secara mudah dan teratur bisa menikmati satwa unik di dunia
itu. Tarsius juga dapat ditemukan di Filipina (Pulau Bohol). Di Taman
Nasional Bantimurung Bulusaraung, Sulawesi Selatan, Tarsius lebih
dikenal oleh masyarakat setempat dengan sebutan ³balao cengke´ atau
³tikus jongkok´ jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia.
Tarsius menghabiskan sebagian besar hidupnya di atas pohon.
Hewan ini menandai pohon daerah teritori mereka dengan urine. Tarsius
berpindah tempat dengan cara melompat dari pohon ke pohon deng an
lompatan hingga sejauh 3 meter. Hewan ini bahkan tidur dan melahirkan
dengan terus bergantung pada batang pohon. Tarsius tidak dapat
berjalan di atas tanah, mereka melompat ketika berada di tanah.
Populasi satwa langka tarsius, primata terkecil di dunia yang
hidup di hutan-hutan Sulawesi diperkirakan tersisa 1.800. Ini menurun
drastis jika dibandingkan 10 tahun terakhir dimana jumlah satwa yang
bernama latin Tarsius spectrum ini, masih berkisar 3.500 ekor. Bahkan
untuk Tarsius pumilus, diduga amat langka karena jarang sekali
diketemukan lagi.
Penurunan populasi tarsius dikarenakan rusaknya hutan sebagai
habitat utama satwa langka ini. Selain itu tidak sedikit yang ditangkap
masyarakat untuk dikonsumsi dalam pesta anak muda. Binatang yang
dilindungi ini digunakan sebagai camilan saat meneguk minuman
beralkohol cap tikus.
Satu lagi, bintang langka dan unik ini sangat sulit untuk
dikembangbiakan di luar habitatnya. Bahkan jika ditempatkan dalam
kurungan, tarsius akan melukai dirinya sendiri hingga mati karena stres.

Š Y c  Y!"  Y! ! Y#  Y


Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Sub Filum : Vertebrata
Kelas : Mamalia
Ordo : Rodentia
Famili : Sciuridae
Genus : Petaurista
Flying squirrel (tupai terbang) punya kemampuan unik yang
istimewa. Ia adalah satu-satunya jenis tupai yang bisa melayang di
udara. Keistimewaan ini didukung perangkat ³glider´ berupa lapisan
kulit di sisi kiri dan kanannya yang menghubungkan kaki depan dan
belakangnya. Saat si tupai meregangkan keempat kakinya, lapisan
kulit ini pun terkembang bagai sayap parasut, yang membuatnya
mampu melayang di udara.

flying squirrelTupai terbang begitulah ia disebut, selalu


menggunakan keistimewaan ini sepanjang hidupnya. Digunakan
untuk berpindah tempat dari satu pohon ke pohon yang lain. Lalu
ekornya yang cenderung lepes menjadi kendali prima arah
penerbangannya. Gaya terbang khasnya bukanlah lurus segaris tapi
membuat gerakan nyaris melengkung. Polanya, setelah melompat
dari satu pohon ia membuat satu ³tukikan´ lalu melayang lurus,
barulah membuat gerakan naik dan hup« mendarat di sasaran
dengan menancapkan ³roda pendarat´ berupa cakar kuat yang tajam
di keempat kakinya!
Fantastik! Decak kagum peneliti untuknya. Catatan rekor ketinggian
terbang si tupai penghuni belantara Asia, Erop a, dan Amerika Utara
ini dibukukan setinggi hampir 50 meter.

Hanya Melayang
Begitupun, tupai terbang sesungguhnya bukanlah benar -benar
terbang. Lebih tepat jika disebut sebagai tupai pelayang (gliding
squirrel). Namun ³apalah arti sebuah nama«´ yang jelas tupai dari
keluarga Sciuridae ini bisa melayang di udara.
Rahasia kemampuan melayang hewan ini adalah lapisan kulit tipis
yang bisa mengembang dan dilipat (mirip sayap kelelawar). Sayap
³glider´ ini disokong dengan anatomi tubuh dan struktur tulang si
tupai yang ringan namun kuat.
Lahir sebagai hewan yang amat lemah, buta dan tanpa bulu, ia
menghabiskan beberapa masa bayinya di dalam lubang -lubang
pohon sebagai sarang yang disediakan induknya. Biasanya satu
indukan bisa melahirkan dua atau tiga anak.
Menginjak usia enam minggu, tupai terbang muda akan mulai
melakukan ³penerbangan´ pertamanya. Ia keluar dari lubang pohon
dan mencari pijakan yang mantap dari ketinggian pepohonan,
mencoba-coba mengembangkan parasutnya. Setelah ³pemansan´
yang cukup ia akan melompat dan melayang sendirian. Jika sudah
pernah melayang sekali saja, tupai -tuipai muda akan mulai
bertualang. Mecoba melayang lagi dan lagi« hingga ia dewasa.
Cukup mudah untuk mengenali si tupai terbang yang banyak
mendiami hutan-hutan Asia bagian selatan ini. Tubuhnya berukuran
rata-rata 20 cm plus 15 cm bagian ekor. Tetapi ada beberapa
spesies yang lebih besar dari ini, seperti tupai -tupai terbang Asia
yang bisa mencapai panjang 1,2 meter. Berat rata -rata tupai-tupai
terbang ini antara 22 gram ± 2,5 kg.
Tupai ini punya mata membulat yang besar dan cakar tajam di ujung
jemarinya. Ciri khasnya: lapisan kulit ³berlipat´ di sisi kiri dan kanan
di antara kaki depan dan belakangnya.
Ada 43 spesiesnya yang tersebar di hampir semua belahan dunia.
Yang menjadi tokoh utama kita kali ini adalah tupai terbang biasa
yang menyandang nama latin Glaucomys sabrinus. Tetapi dalam
identifikasi ilmiah, yang paling besar di kelompok hewan yang mahir
memanjat pohon ini adalah tupai terbang berbulu lebat ± woolly flying
squirrel (Eupetaurus cinereus). Ada juga yang menjadi hewan asli
teritori tertentu seperti spesies Glaucomys sabrinus dan Galucomys
volans sebagai penghuni asli Amerika Utara, dan tupai terbang
Siberia (Pteromys volans) yang ³penduduk asli´ Eropa wilayah Utara.

Nokturnal
Hewan pengerat yang suka bersuara ribut ini punya banyak ragam
warna. Umumnya paduan bulu coklat dan abu -abu. Tetapi ada varian
lain yakni abu-abu melulu atau bulu merah kecoklatan di bagian atas
dan putih kotor atau krim cerah di bagian bawahnya . Warna-warna
ini mungkin menjadi bagian dari sistem pertahanan dan kamuflase
(penyamaran) di alam liar.
Mengandalkan sumber makanan berupa berbagai jenis tanaman,
biji-bijian, kacang-kacangan, dedaunan, ranting muda, pucuk
tanaman, bunga dan akar-akaran. Atau menyelingi menu hariannya
dengan aneka serangga, telur, cacing, burung -burung kecil, dan
hewan lain yang ukuran tubuhnya kecil. Sesekali juga, tupai terbang
akan menyeret bangkai. Jadilah ia hewan omnivora (pemakan
segala), paduan herbivora dan karni vora.
Namun berbeda dengan bangsa tupai lain yang beraktivitas di sianbg
hari. Spesies tupai-tupai terbang adalah hewan malam (nokturnal). Ia
akan menunggu gelap menjelang untuk melakukan perburuan,
mencari makan, dan mengisi hari-harinya. Sementara di siang hari ia
suka tidur di sarangnya. Lubang-lubang pohon yang gelap, hangat,
dan nyaman. Karena itulah sejak lama para penjelajah hutan jarang
melihat tupai terbang di siang hari.
Indera dan semua sensor hewan ini sangat peka dikegelapan.
Dengan sistem ³navigasi´ dan ³penginderaan malam´ ia melayang
dari satu pohon ke pohon lain. Sifat ini membuat para ahli
menggolongkannya sebagai hewan nokturnal arboreal. Artinya
hewan malam yang menghabiskan waktunya di ketinggian
pepohonan dan jarang turun ke darat.
Walau bergerak di malam hari, tupai -tupai terbang punya musuh
yang juga tergolong hewan nokturnal. Di dalam gelap, perjuangan
untuk bertahan hidup dilakukan. Menghindari jenis predator alaminya
seperti ular arboreal, rakun, burung hantu, cayote, rubah, weasel,
burung malam, bahkan kucing rumahan.
Jika nasibnya baik, tupai-tupai terbang mampu bertahan hidup
sampai usia 15 tahun. Di Indonesia, tupai -tupai terbang tersebar di
hampir semua pulau-pulau besar seperti Sumatera, Kalimantan,
Sulawesi, dan Jawa. Tetapi t ak pernah ditemukan di Papua. Di
negeri ini ia punya nama khusus yaitu ³bajing loncat´ atau ³bajing
terbang´.
Bahkan di Kalimantan, ada bajing terbang ada yang berukuran
³raksasa´ sampai 1,3 meter. Dialah tupai terbang merah raksasa
(Petaurista petaurista) yang mampu meluncur dan melayang sejauh
450 meter di kegelapan malam! (berbagai sumber)

È Y  $ Y  Y%#Y"# Y

Kerajaan : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Mammalia

Ordo : Carnivora

Famili : Felidae

Subfamili : Pantherinae

Genus : Neofelis

Species : Neofelis nebulosa

Macan Dahan (Neofelis nebulosa) adalah sejenis kucing berukuran


sedang, dengan panjang tubuh mencapai 95cm. Spesies ini pada
umumnya memiliki bulu berwarna kelabu kecoklatan dengan gambaran
seperti awan dan bintik hitam di tubuhnya. Bintik hitam dikepalanya
berukuran lebih kecil dan terdapat totol putih di belakang kuping. Macan
dahan mempunyai kaki pendek dengan telapak kaki besar serta ekor
panjang dengan garis dan bintik hitam. Macan dahan betina serupa.

Daerah sebaran macan dahan adalah Asia Tenggara, di hutan dataran


rendah dan pegunungan di Republik Rakyat Cina, Indocina,
Semenanjung Melayu, India, Pulau Kalimantan dan Sumatra. Spesies ini
telah punah di alam bebas di Republik Cina.

Macan dahan adalah hewan nokturna l yang aktif berburu di malam hari.
Hewan ini banyak menghabiskan waktunya di atas pohon dan dapat
bergerak dengan lincah di antara pepohonan.Mangsa macan dahan
terdiri dari aneka satwa liar berbagai ukuran seperti kera, ular, mamalia
kecil, burung, rusa dan bekantan. Macan fahan menggunakan lidahnya
untuk membersihkan bulu-bulu sebelum memakan mangsanya.

„ Y   Y  #Y# & ! Y


Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Primata
Famili : Cercopithecidae
Upafamili : Colobinae
Genus : Nasalis
Spesies : N. larvatus
Bekantan merupakan salah satu jenis satwa liar yang dilindungi
Undang-undang. Penyebaran satwa ini sangat terbatas dan untuk
kelangsungan hidupnya memerlukan kondisi tertentu. Dibawah ini
diuraikan secara singkat mengenai apa dan bagaimana satwa ini,
sehingga kita dapat melangkah untuk menjaga kelestariannya.
Bekantan atau biasa disebut Monyet Belanda merupakan satwa
endemik Pulau Kalimantan (Indonesia, Brunei, dan Malaysia).
Bekantan merupakan sejenis kera yang mempunyai ciri khas hidung
yang panjang dan besar dengan rambut berwarna coklat kemerahan.
Dalam bahasa ilmiah, Bekantan disebut Nasalis larvatus.
Bekantan dalam bahasa latin (ilmiah) disebut Nasalis larvatus,
sedang dalam bahasa inggris disebut Long -Nosed Monkey atau
Proboscis Monkey. Di negara -negara lain disebut dengan beberapa
nama seperti Kera Bekantan (Malaysia), Bangkatan (Brunei),
Neusaap (Belanda). Masyarakat Kalimantan sendiri memberikan
beberapa nama pada spesies kera berhidung panjang ini seperti
Kera Belanda, Pika, Bahara Bentangan, Raseng dan Kahau.
Bekantan yang merupakan satu dari dua spesies anggota Genus
Nasalis ini sebenarnya terdiri atas dua subspesies yaitu Nasalis
larvatus larvatus dan Nasalis larvatus orientalis. Nasalis larvatus
larvatus terdapat dihampir seluruh bagian pulau Kalimantan
sedangkan Nasalis larvatus orientalis terdapat di bagian timur laut
dari Pulau Kalimantan.
Binatang yang oleh IUCN Redlist dikategorikan dalam status
konservasi ³Terancam´ (Endangered) merupakan satwa endemik
pulau Kalimantan. Satwa ini dijadikan maskot (fauna identitas)
provinsi Kalimantan Selatan berdasarkan SK Gubernur Kalsel No. 29
Tahun 1990 tanggal 16 Januari 1990. Selain itu, satwa ini juga
menjadi maskot Dunia Fantasi Ancol.
Ciri-ciri dan Habitat Bekantan. Hidung panjang dan besar pada
Bekantan (Nasalis larvatus) hanya dimiliki oleh spesies jantan.
Fungsi dari hidung besar pada bekantan jantan masih tidak jelas,
namun ini mungkin disebabkan oleh seleksi alam. Kera betina lebih
memilih jantan dengan hidung be sar sebagai pasangannya. Karena
hidungnya inilah, bekantan dikenal juga sebagai Monyet Belanda.
Bekantan jantan berukuran lebih besar dari betina. Ukurannya dapat
mencapai 75 cm dengan berat mencapai 24 kg. Kera Bekantan
betina berukuran sekitar 60 cm deng an berat 12 kg. Spesies ini juga
memiliki perut yang besar (buncit). Perut buncit ini sebagai akibat
dari kebiasaan mengkonsumsi makanannya yang selain
mengonsumsi buah-buahan dan biji-bijian mereka juga memakan
dedaunan yang menghasilkan banyak gas pada w aktu dicerna.
Bekantan (Nasalis larvatus) hidup secara berkelompok. Masing -
masing kelompok dipimpin oleh seekor Bekantan jantan yang besar
dan kuat. Biasanya dalam satu kelompok berjumlah sekitar 10
sampai 30 ekor.
Satwa yang dilindungi ini lebih banyak me nghabiskan waktu di atas
pohon. Walaupun demikian Bekantan juga mampu berenang dan
menyelam dengan baik, terkadang terlihat berenang menyeberang
sungai atau bahkan berenang dari satu pulau ke pulau lain.
Seekor Bekantan betina mempunyai masa kehamilan sekitar166 hari
atau 5-6 bulan dan hanya melahirkan 1 (satu) ekor anak dalam sekali
masa kehamilan. Anak Bekantan ini akan bersama induknya hingga
menginjak dewasa (berumur 4-5 tahun).
Habitat Bekantan (Nasalis larvatus) masih dapat dijumpai di
beberapa lokasi antara lain di Suaka Margasatwa (SM) Pleihari
Tanah Laut, SM Pleihari Martapura, Cagar Alam (CA) Pulau Kaget,
CA Gunung Kentawan, CA Selat Sebuku dan Teluk Kelumpang.
Juga terdapat di pinggiran Sungai Barito, Sungai Negara, Sungai
Paminggir, Sungai Tapin, Pulau Bakut dan Pulau Kembang.
Konservasi Bekantan. Bekantan (Nasalis larvatus) oleh IUCN Redlist
sejak tahun 2000 dimasukkan dalam status konservasi kategori
Endangered (Terancam Kepunahan) setelah sebelumnya masuk
kategori ³Rentan´ (Vulnerable; VU). Sel ain itu Bekantan juga
terdaftar pada CITES sebagai Apendix I (tidak boleh diperdagangkan
secara internasional)
Pada tahun 1987 diperkirakan terdapat sekitar 260.000 Bekantan di
Pulau Kalimantan saja tetapi pada tahun 2008 diperkirakan jumlah
itu menurun drastis dan hanya tersisa sekitar 25.000. Hal ini
disebabkan oleh banyaknya habitat yang mulai beralih fungsi dan
kebakaran hutan.

ß Y   Y'Y !#Y$ YY?# Y'#$Y Y


Kerajaan : Animalia;
Filum : Chordata;
Kelas : Mammalia;
Infrakelas : Marsupialia;
Ordo : Diprotodontia;
Famili : Macropodidae
Genus : Dendrolagus dan Thylogale
Y
Dendrolagus pulcherrimus (Kanguru Pohon Mantel Emas)
merupakan sejenis kanguru pohon yang hanya ditemukan di hutan
pegunungan pulau Irian. Spesies ini memiliki rambut -rambut halus
pendek berwarna coklat muda. Leher, pipi dan kakinya berwarna
kekuningan. Sisi bawah perut berwarna lebih pucat dengan dua garis
keemasan Dendrolagus pulcherrimusdipunggungnya. Ekor panjang
dan tidak prehensil dengan lingkaran -lingkaran terang.
Penampilan Kanguru-pohon Mantel-emas serupa dengan Kanguru
pohon Hias. Perbedaannya adalah Kanguru -pohon Mantel-emas
memiliki warna muka lebih terang atau merah -muda, pundak
keemasan, telinga putih dan berukuran lebih kecil dari Kanguru -
pohon Hias. Beberapa ahli menempatkan Kanguru -pohon Mantel-
emas sebagai subspesies dari Kanguru-pohon Hias.
Kanguru-pohon Mantel-emas merupakan salah satu jenis kanguru-
pohon yang paling terancam kepunahan diantara semua kanguru
pohon. Spesies ini telah punah di sebagian besar daerah habitat
aslinya
Dendrolagus goodfellowi (disebut Kanguru Pohon Goodfellow atau
kanguru pohon hias atau Goodfellow¶s Tree -kangaroo) merupakan
jenis kanguru pohon yang paling sering ditemui. Kulit tubuhnya
berwarna
Dendrolagus mbaiso
cokelat sawo matang dan banyak terdapat di hutan hujan di pulau
Papua
Dendrolagus mbaiso (disebut sebagai Kanguru Pohon Mbaiso atau
Dingiso) kanguru ini ditemukan di hutan montane yang tinggi dan
subalpine semak belukar di Puncak Sudirman. Kanguru pohon ini
mempunyai bulu hitam dengan kombinasi putih di bagian dadanya.
Dengrolagus dorianus atau disebut sebagai Kanggu ru Pohon
Ndomea atau Doria¶s Tree-kangaroo.
Dendrolagus ursinus (disebut Vogelkop Tree -kangaroo atau Kanguru
Pohon Nemena) merupakan kanguru pohon yang paling awal
terklasifikasikan. Mempunyai telinga panjang dan ekor panjang dan
hitam.
Dendrolagus dorianus, Dendrolagus ursinus, Dendrolagus inustus
Dendrolagus inustus disebut juga sebagai Kanguru Pohon Wakera
atau Grizzled Tree-kangaroo.
Dendrolagus stellarum disebut juga sebagai Seri¶s Tree -kangaroo.
Kanguru pohon ini terdapat di Tembagapura.
] Y   Y(!"Y  Y
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Primata
Famili : Lorisidae
Genus : Nycticebus
Spesies : N. coucang
Kukang (Nycticebus coucang) adalah salah satu spesies primata dari
genus Nycticebus yang penyebarannya di Indonesia meliputi pulau
Jawa, Sumatera dan Kalimantan. Kukang dikenal juga dengan
sebutan
pukang, malu-malu atau lori, bersifat aktif di malam hari (nokturnal).
Di pulau Jawa terdapat subspesies Nycticebus coucang javanicus,
yang penyebarannya meliputi Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah dan
Jawa Timur dengan ciri bulu tubuhnya berwarna coklat muda sampai
coklat tua, bermata besar menonjol keluar, panjang kepala dan
badannya 33 cm dengan bobot badan berkisar antara 300 -1500 g.
Pada bagian kepala hingga punggun gnya terdapat garis coklat tua
yang menjadi salah satu cirinya. Tangannya berfungsi sebagai
pemegang yang telah berkembang baik.

Pengelompokan
Berasal dari Ordo Primate, kukang menempati Sub Ordo Prosimian
dan Family Lorisidae. Terdapat sedikitnya tiga sp esies di Asia, yaitu
slow loris (Nycticebus coucang), pygmy loris (Nycticebus pygmaeus)
dan slender loris (Loris tardigardus).
Empat sub spesies dari slow loris yang ada, antara lain Nycticebus
coucang bengalensis yang terdapat di Assam, Myanmar, Thailand
dan Indo-Cina. Secara morfologi, berukuran besar dengan berat
2000g dan berwarna cerah. Nycticebus coucang, tersebar di
Malaysia, Sumatera, Thailand bagian Selatan, sebelah Utara
Kepulauan Natuna. Berukuran lebih kecil daripada Nycticebus
coucang bengalensis, berwarna coklat terang dengan bagian dahi
yang lebih gelap. Ketiga, Nycticebus coucang menagensis yang
dapat dijumpai di daerah Borneo, Bangka dengan ukuran tubuh
relative lebih kecil jika dibandingkan dengan Nycticebus coucang
coucang. Terakhir, Nycticebus coucang javanicus, sesuai dengan
namanya penyebarannya di Pulau Jawa. Ukuran tubuhnya lebih
besar daripada sub spesies lainnya, dengan corak yang tebal pada
bagian dorsal (punggung) yang menjadikan perbedaan yang cukup
mencolok.
Di Indonesia belum ditemui adanya skema pasti mengenai
keberadaan dan distribusi satwa ini. Penduduk lokal bahkan kerap
kali keliru menganalogikannya dengan kus -kus. Hal ini dikarenakan
keterbatasan dalam penyampaian informasi.

Perilaku
Kukang terkenal dengan kehidupan mala mnya (nocturnal) dan
memakan beberapa buah-buahan dan sayuran, juga beberapa
insecta, ma- mmalia kecil dan bahkan burung. Umumnya mereka
meraih makanan de- ngan salah satu tangan lalu memasukkannya
ke dalam mulut. Berbeda halnya dengan minum, cara yang dil akukan
pun cukup unik. Mereka tidak minum langsung dari sumbernya tetapi
mereka membasahi ta- ngannya dan menjiltinya.
kukang1Layaknya hewan-hewan nocturnal lainnya, pada siang hari
kukang beristirahat atau tidur pada cabang -cabang pohon. Bahkan
ada yang membenamkan diri ke dalam tumpukan serasah tetapi hal
ini sangat jarang ditemui. Satu yang unik dari kebiasaan tidur kukang
yaitu posisi dimana mereka akan menggulungkan badan, kepala
diletakkan diantara kedua lutut/ekstrimitasnya.
Ketika malam hari tiba, kukang mulai melakkukan aktivitasnya.
Mereka bergerak dengan menggunakan 4 anggota tubuhnya,
pergerakan seperti ini disebut dengan quadropedal ke segala arah
baik itu peregrakan vertical ataupun horizontal (climbing). Pada
hewan-hewan yang hidup di penangka ran, mereka bergerak
memanjat dan mengitari kandang disebut denan aksplorasi. Tak jauh
berbeda dengan kehidupannya di alam, kukang yang hidup di
penangkaran pun menciumi segala sesuatu / objek yang ditemuinya
serta melakukan penandaan / marking dengan urin e.
Berdasarkan rekaman hasil penelitian di lapangan,diketahui bahwa
kukang hidup secara soliter, walaupun di beebrapa saat ditemui
adanya interaksi namun tidak lebih sebatas fase tahapan reproduksi.
Masa estrus pada kukang berkisar antara 30-40 hari. Pada hewan
betina, jika memasuki masa estrus maka akan lebih sering
mengeluarkan suara / vokalisasi berupa siulan. Selain itu, terjadi
pembengkakan pada area genitalianya. Jika jantan men dengarkan
dan tertarik akan siulan betina, maka jantan kemudian mendekati
betina dan me- ngadakan kopulasi. Masa kehamilan atau gestation
periode selama 176 sampai 198 hari atau kurang lebih selama 6
bulan.

Populasi dan Status


Populasi kukang di alam saat ini diperkirakan cenderung menurun
yang disebabkan oleh perusakan habita t dan penangkapan yang
terus berlangsung tanpa memper -dulikan umur dan jenis kelamin.
Penangkapan kukang yang tidak terkendali terutama untuk
diperdagangkan sebagai hewan peliharaan (pet animal). Akibatnya
kukang sekarang termasuk kategori spesies terancam punah dan
dilindungi Undang -undang dalam Konvensi CITES Appendix II.
Kukang tergolong satwa pemakan segala (omnivora), seperti halnya
dengan primata lainnya pakan utama adalah buah -buahan dan
dedaunan. Namun demikian kukang di habitat aslinya,
juga memakan biji-bijian, serangga, telur burung, kadal dan mamalia
kecil.

Ë Y  'Y 'Y Y


Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Perissodactyla
Famili : Tapiridae
Genus : Tapirus
Spesies : T. indicus
Tapir Asia (Tapirus indicus) adalah salah satu jenis tapir. Tapir Asia
merupakan jenis yang terbesar dari keempat jenis tapir dan satu -
satunya yang berasal dari Asia. Nama ilmiahnya indicus merujuk
pada Hindia Timur, yaitu habitat alami jenis ini. Di Sumatra tapir
umumnya disebut tenuk or seladang, gindol, babi alu, kuda ayer,
kuda rimbu, kuda arau, marba, cipan, dan sipan .
Tapir Asia mudah dikenali dari cirinya berupa "pelana" berwarna
terang dari bahu hingga pantat. Bulu -bulu di bagian lain tubuhnya
berwarna hitam kecuali ujung teli nganya yang berwarna putih seperti
jenis tapir lain. Pola warna ini berguna untuk kamuflase: warna yang
membuat kacau membuatnya tidak nampak seperti tapir, binatang
lain mungkin mengiranya batu besar dan bukannya mangsa saat
tapir ini berbaring atau tidur .
Tapir Asia tumbuh hingga sepanjang 1,8 sampai 2,4 mdan 8 kaki),
tinggi 90 sampai 107 cm (3 sampai 3,5 kaki), dengan biasanya 250
sampai 320 kg (550 dan 700 pon), meskipun berat mereka dapat
mencapai 500 kg (1.100 pon).[3] Tapir betina biasanya lebih besa r
daripada tapir jantan. Seperti jenis tapir lain ekornya pendek gemuk
serta belalai yang panjang dan lentur.Di tiap kaki depanya terdapat
empat kuku dan di tiap kaki belakangnya ada tiga kuku. Indera
penglihatan tapir Asia agak buruk namun indera pendenga rannya
dan penciuman tajam.
Masa hamil tapir Asia sekitar 400 hari, dimana setelahnya seekor
anak lahir dengan berat 6,8 kg (15 pon). Tapir Asia merupakan yang
terbesar saat lahir dibanding jenis -jenis tapir lainnya dan tumbuh
lebih cepat dari jenis tapir lain. Tapir muda dari semua jenis berbulu
cokelat dengan garis-garis dan bintik-bintik putih, pola yang
memungkinkannya bersembunyi dengan efektif di dalam bayangan -
bayangan hutan. Pola pada bayi ini berubah menjadi pola warna
tapir dewasa antara empat hingga tujuh bulan setelah kelahiran.
Anak tapir disapih antara umur 6 dan 8 bulan dan binatang ini
menjadi dewasa pada umur tiga tahun. perkembangbiakan basanya
terjadi pada bulan April, Mei Atau Juni. Tapir betina biasanya
melahirkan satu anak tiap dua tahun. Tapir Asia dapat hidup hingga
30 tahun baik di alam liar maupun di kurungan.
Ketertarikan baru-baru ini mendorong para perekayasa biologi
mencoba menciptakan versi kerdil dari tapir. Mereka percaya bahwa
ada pasar untuk tapir kerdil sebagai binatang peliharaan di Amerika
Serikat.
Tapir Asia terutama merupakan hewan penyendiri, menandai jalur -
jalur besar di darat sebagai teritori atau daerah kekuasaannya, meski
daerah ini biasanya bertumpang tindih dengan daerah kekuasaan
individu lain. Tapir menandai teritorinya dengan mengencingi
tetumbuhan dan mereka sering mengikuti jalur lain dari yang telah
mereka buat yang telah ditumbuhi tumbuhan.
Binatang ini vegetarian, ia mencari makan berupa umbi empuk dan
daun-daunan dari lebih dari 115 jenis tumbuhan (ada kira-kira 30
yang terutama disukainya), bergerak lambat di hutan dan berhenti
untuk makan dan memperhatikan bau yang ditinggal kan tapir lain di
daerah itu. Akan tetapi, bila merasa terancam, tapir dapat lari dengan
cepat meskipun bertubuh besar, dan mereka juga dapat membela
diri dengan rahang kuat serta gigi tajamnya. Tapir -tapir Asia
berkomunikasi satu sama lain dengan cicitan dan siulan bernada
tinggi. Mereka suka tinggal di dekat air dan sering mandi dan
berenang. Mereka juga bisa memanjat tempat yang c uram. Tapir
aktif terutama malam hari, walaupun mereka tidak benar -benar
nokturnal. Mereka cenderung makan begitu matahari terbenam dan
sebelum matahari terbit, mereka juga sering tidur siang sebentar.
Tingkah laku ini menandai mereka sebagai satwa krepusk ular.
Dahulu, tapir Asia dapat ditemukan diseluruh hutan hujan dataran
rendah di Asia Tenggara termasuk Kamboja, Indonesia, Laos,
Malaysia, Myanmar Burma, Thailand, dan Vietnam. Namun
populasinya menurun tahun-tahun belakangan ini, dan seperti jenis -
jenis tapir lainnya juga terancam kepunahan.[6] Karena ukurannya,
tapir memiliki sedikit pemangsa alami, bahkan tapir jarang dimangsa
oleh harimau.
Ancaman utama bagi tapir Asia adalah kegiatan manusiatermasuk
penebangan hutan untuk pertanian, banjir akibat dib endungnya
sungai untuk membuat pembangkit listrik tenaga air, dan
perdagangan ilegal. Di Thailand, sebagai contoh, penangkapan dan
penjualan seekor tapir muda dapat bernilai US$5500. Di daerah
seperti Sumatra, dimana populasinya kebanyakan Muslim , tapir
jarang diburu untuk dimakan karena kemiripan tubuhnya dengan
babi membuat daging tapir tabu, namun di beberapa daerah mereka
diburu untuk olahraga atau tidak sengaja tertemb ak karena dikira
binatang lain. Status dilindungi di Thailand, Malaysia dan Indonesi a,
yang ditujukan pada pembunuhan tapir dengan sengaja tapi tidak
ditujukan pada isu hilangnya habitat, telah membatasi pemulihan
atau menjaga polulasi tapir.
sejumlah kecil tapir Asia melanistik (serba-hitam) telah diamati.
Tahun 1942, seekor tapir serba -hitam dikirim ke kebun binatang
Rotterdam dan diklasifikasikan sebagai subspesies yang disebut
Tapirus indicus brevetianus yang dinamai berdasarkan penemunya
Kapten K. Brevet. Pada tahun 2000, dua ekor tapir melanistik diamati
selama studi harimau di Suaka Hutan Jerangau di Malaysia.
Penyebab variasi ini mungkin ketidaknormalan genetis yang mirip
dengan macan kumbang yang muncul pada populasi macan tutul.
? Y c   Y? ?  Y
Yc  Y

Dalam lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1999 tentang


Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa terdapat 93 jenis Burung dilindungi
undang-undang antara Lain:

No.  $ Y #$   $ Y 


1 Burung alap-alap, Elang (semua jenis dari
Ê 
famili Accipitridae)
2 Ê 
   Jantingan gunung
3 Ê 
 
  Burung madu Sangihe
4 Burung udang, Raja udang (semua jenis
Ê 
dari famili Alcedinidae)
5 Ê  
  Brencet wergan
6 Ê    Pecuk ular
7 Ê   Mandar Sulawesi
8 Ê    Kuau
9    Kuntul, Bangau putih
10 Julang, Enggang, Rangkong, Kangkareng
  
(semua jenis dari famili Bucerotidae)
11    Kakatua putih besar jambul kuning
12    Kakatua gofin
13      Kakatua Seram
14    Kakatua kecil jambul kuning
15    Itik liar
16      Junai, Burung mas, Minata
17   Kasuari kecil
18   Kasuari
19  Kasuari gelambir satu, Kasuari leher
  kuning
20     Bangau hitam, Sandanglawe
21      
  Burung sohabe coklat
22      Burung matahari
23     Pergam raja
24 ›    Kuntul karang
25 Kuntul, Bangau putih (semua jenis dari
›  
genus Egretta)
26 ›  Alap-alap putih, Alap-alap tikus
27 › 
   Alap-alap putih, Alap-alap tikus
28 ›   Nuri Sangir
29 ›     Wili-wili, Uar, Bebek laut
30 ›  
  
 Seriwang Sangihe
31 Burung alap-alap, Elang (semua jenis dari
 
famili Falconidae)
32    Burung gunting, Bintayung
33    Burung kuda
34 Burung dara mahkota, Burung titi,
  
Mambruk (semua jenis dari genus Goura)
35       Beo Flores
36        Beo Nias
37       Beo Sumbawa
38   Jenjang (semua jenis dari genus Grus)
39     Trulek lidi, Lilimo
40   Bluwok, Walangkadak
41    Bluwok berwarna
42     Bayan
43      Marabu, Bangau tongtong
44      Jalak Bali
45     Blekek Asia
46   !     Burung kacamata leher abu-abu
47    Beleang ekor putih
48     Serindit Sangihe
49      Serindit Sulawesi
50      Nori merah kepala hitam
51 "     Burung maleo
52 "   Cangcarang
53 "   Haruku, Ketuk-ketuk
54 "   Tulung tumpuk, Bultok Jawa
55 Maleo, Burung gosong (semua jenis dari
"  
famili Megapododae)
56 "    Burung gosong
57 Burung sesap, Pengisap madu (semua
" 
jenis dari famili Meliphagidae)
58 "    # Burung kipas biru
59 "
  Bangau putih susu, Bluwok
60 Burung madu, Jantingan, Klaces
$ 
(semua jenis dari famili Nectariniidae)
61 Gagajahan (semua jenis dari genus
$ 
Numenius)
62 $
     Kowak merah
63 %      Burung hantu Biak
64 Burung alap-alap, Elang (semua jenis dari
& 
famili Pandionidae)
65 Burung cendrawasih (semua jenis dari
&
famili Paradiseidae)
66 &   Burung merak
67 Gangsa laut (semua jenis dari famili
& 
Pelecanidae)
68 Burung paok, Burung cacing (semua jenis
&
dari famili Pittidae)
69 &    Ibis hitam, Roko-roko
70 & 
     Merak kerdil
71 &      Kakatua raja, Kakatua hitam
72 &   Glatik kecil, Glatik gunung
73 &   Ibis hitam punggung putih
74 &    Kasturi raja, Betet besar
75 &  
  Burung namdur, Burung dewata
76 ' 
 Burung kipas perut putih, Kipas gunung
77 '   Burung kipas
78 '    Burung kipas ekor merah
79 ( 
   Burung tepus dada putih
80 (!  Elang jawa
81 ( ! Dara laut berjambul
82 Burung dara laut (semua jenis dari famili
(
Sternidae)
83 (   Jalak putih, Kaleng putih
84 (   Gangsa batu aboti
85 (  
 Gangsa batu muka biru
86 (   Gangsa batu
87 (  Gangsa batu kaki merah
88 )
  Nuri Sulawesi
89 )#     Ibis putih, Platuk besi
90 )     Kasturi Sulawesi
91 )   Trinil tutul
92 )  Kasumba, Suruku, Burung luntur
93 *    Trulek ekor putih

Hampir 100 jenis burung berada dalam perlindungan undang -undang.


Untuk itu kita harus hati-hati dalam memperlakukan jenis-jenis burung di atas.
Seperti kita ketahui, jenis-jenis burung dilindungi tidka boleh kita pelihara,
perjualbelikan, apalagi dianiaya atau diburu untuk kepentingan apapun.

Supaya lebih mengenal burung -burung dilindungi, berikut akan


dipaparkan beberapa jenis burung dilindungi sebagai berikut.

v Y   Y  Y Ê  Y
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Coraciiformes
Upaordo : Alcedines
Famili : Alcedinidae
Halcyonidae
Cerylidae

Raja-udang adalah nama umum bagi sejenis burung pemakan ikan


dari suku Alcedinidae.Di seluruh dunia, terdapat kurang lebih 90
spesies burung raja-udang. Pusat keragamannya adalah di daerah
tropis di Afrika, Asia dan Australasia.
Raja-udang merupakan burung yang berukuran kecil hingga sedang.
Semua anggotanya berkepala besar; memiliki paruh yang besar
pula, panjang dan runcing, nampak kurang seimbang dengan ukuran
tubuhnya yang relatif kecil. Kaki pendek, begitu juga lehernya. Tiga
jari yang menghadap ke muka, saling melekat sebagian di
pangkalnya.
Banyak dari para anggotanya yang memiliki warna cerah, terutama
biru berkilau dan coklat kemerahan, di samping warna putih. Pola
warna sangat beragam.
Sebagian jenis raja-udang hidup tak jauh dari air, baik kolam, danau,
maupun sungai. Sebagian jenis lagi hidup di pedalaman hutan.
Raja-udang perairan memburu ikan, kodok dan serangga.
Bertengger diam-diam di ranting kering atau di bawah lindungan
dedaunan dekat air, burung ini dapat tiba -tiba menukik dan
menyelam ke air untuk memburu mangsanya. Raja-udang dikaruniai
kemampuan untuk mengira-ngira posisi tepat mangsanya di dalam
air, melalui bentuk lensa matanya yang mirip telur.
Raja-udang hutan kerap berdiam di kegelapan ranting pohon di
bawah tajuk. Ia memburu aneka reptil, kodok dan serangga yang
nampak di atas tanah atau di semak-semak. Mangsa dibunuh
dengan memukul-mukulkannya ke batang pohon atau ke batu, baru
dimakan.
Beberapa spesies, misalnya dari marga Alcedo, kerap terlihat
terbang cepat dekat permukaan air d alam lintasan lurus, sambil
mengeluarkan suara berderik nyaring. Beberapa jenis yang lebih
besar kerap mengeluarkan suara yang keras dan kasar seperti
pekikan.
Bersarang dalam lubang di tanah, tebing sungai, batang pohon atau
sarang rayap. Telur antara 2-5 butir, biasanya keputih-putihan dan
hampir bundar.
Di Indonesia terdapat sekitar 45 spesies raja-udang, yakni separuh
dari kekayaan jenis dunia. Lebih dari setengahnya, 26 spesies, hidup
terbatas di bagian timur Indonesia: Nusa Tenggara, Maluku dan
Papua (Andrew, 1992).
Beberapa jenis yang umum didapati di Indonesia, di antaranya:
* Raja-udang Sungai (Alcedo atthis)
* Raja-udang Punggung-merah (Ceyx rufidorsa)
* Pekaka Emas (Pelargopsis capensis)
* Cekakak Batu (Lacedo pulchella)
* Cekakak Belukar (Halcyon smyrnensis)
* Cekakak Jawa (Halcyon cyanoventris)
* Cekakak Sungai (Todirhamphus chloris)
* Cekakak Suci (Todirhamphus sanctus)
* Cekakak-pita Biasa (Tanysiptera galatea)

Ò Y  YÊ


 Y
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Galliformes
Famili : Phasianidae
Genus : Argusianus
Kuau adalah unggas yang tergabung dalam marga Argusianus.
Terdapat dua jenis kuau: kuau raja (Argusianus argus) dan kuau
bergaris ganda (Argusianus bipunctatus) . Keduanya berasal dari
Kepulauan Nusantara. Kuau bergaris ganda tidak pernah ditemukan
di alam, deskripsinya didasarkan pada sejumlah bulu yang dikirim ke
London dan dipertelakan pada tahun 1871. IUCN memasukkannya
dalam status punah.
Selain untuk Argusianus, nama kuau juga diberikan pada kuau kerdil
Malaya (Polyplectron malacense).
Burung Kuau ~ Adalah salah satu burung Langka di Propinsi Jambi,
Namun burung tersebuat bukan berada di jambi saja melainkin di
Pulau Sumatera dan Pulau Kalimantan.
Burung yang sangat indah dan mempesona, umumnya dijumpai di
hutan primer kering. Mereka jarang dijumpai di hutan sekunder dan
bekas tebangan sampai ketinggian 1.300 meter dpl. Kalau di daerah
jambi biasa di jumpai di daerah bagian barat yaitu Kabaupaten
Kerinci, Merangin, dan Sarolangun.
Suara burung ini sangat lantang sehingga dapat terdengar dari
kejauhan lebih dari satu mil. Suara yang jantan dapat dibedakan
karena mempunyai interval pengulangan yang pendek. Sedangkan
yang betina suaranya mempunyai pengulangan deng an interval
semakin cepat dan yang terakhir suaranya panjang sekali. Burung ini
mempunyai suara tanda bahaya yang cirinya pendek, tajam dan
merupakan alunan yang parau.
Burung ini hidup dari biji -bijian dan binatang kecil di tanah, misalnya
serangga dan cacing.
Seorang peneliti di Sumatera Barat berhasil membuat terobosan
baru dalam mendeteksi gejala awal gempa bumi, yang juga
menggunakan prilaku binatang, yakni melalui 'burung kuau' yang
hidup di hutan-hutan belantara.
Koordinator Pusat Pengendalian Operas i Bencana Sumbar Ade
Edwar mengatakan, meskipun belum ada penelitian tentang hewan
yang mampu mendeteksi gempa, namun 'burung Kuau' diyakini
memiliki insting, mengetahui kapan gempa terjadi.
Burung yang tergabung dalam jenis Argusianus dikabarkan mampu
menditeksi gempa besar akan terjadi satu hingga dua hari sebelum
terjadi gempa.

Š Y   )   Y c
  Y
Kerajaan :Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Coraciiformes
Famili : Bucerotidae
Genus : Buceros
Spesies : B. rhinoceros

Burung Enggang atau Burung Rangkong (bahasa Inggris: Hornbill)
adalah sejenis burung yang mempunyai paruh berbentuk tanduk sapi
tetapi tanpa lingkaran. Biasanya paruhnya itu berwarna terang.
Nama ilmiahnya ³Buceros´ merujuk pada bentuk paruh, dan memiliki
arti ³tanduk sapi´ dalam Bahasa Yunani.
Enggang (Allo, Ruai/Arue sebutan bagi orang dayak) adalah jenis
burung yang ada di pulau Borneo. Burung enggang memiliki ukuran
tubuh cukup besar, yaitu sekitar 100 cm. Ada sekitar 8 jenis burung
enggang dengan warna tubuh perpaduan antara hitam dan putih,
sedangkan warna paruhnya merupakan perpaduan warna kuning,
jingga dan merah. Ciri khas dari burung ini adalah adanya cula paruh
(casque) yang tumbuh di atas paruhnya. Burung yang makanannya
buah ara ini mempunyai tingkah laku bersarang yang khusus.
Burung enggang mempunyai kebiasaan hidup berpasang -pasangan
dan cara bertelurnya merupakan suatu daya tarik tersendiri.Pada
awal masa bertelur burung jantan membuat lubang yang terletak
tinggi pada batang pohon untuk tempa t bersarang dan bertelurnya
burung betina.kemudian burung jantan memberi makan burung
betinanya melalui sebuah lubang kecil selama masa inkubasi, dan
berlanjut sampai anak mereka tumbuh menjadi burung muda.
Burung Enggang tergolong dalam kelompok Bucerotid ae yang
termasuk 57 spesies. Sembilan spesies daripadanya berasal
endemik di bagian selatan Afrika. Makanannya terutama buah -
buahan juga kadal, kelelawar, tikus, ular dan berbagai jenis
serangga.
Ketika waktunya mengeram, enggang betina bertelur sampai ena m
biji telur putih terkurung di dalam kurungan sarang, dibuat antara lain
dari kotoran dan kulit buah. Hanya terdapat satu bukaan kecil yang
cukup untuk burung jantan mengulurkan makanan kepada anak
burung dan burung enggang betina.
Apabila anak burung dan burung betina tidak lagi muat dalam
sarang, burung betina akan memecahkan sarang untuk keluar dan
membangun lagi dinding tersebut, dan kedua burung dewasa akan
mencari makanan bagi anak-anak burung. Dalam sebagian spesies,
anak-anak burung itu sendiri membangun kembali dinding yang
pecah itu tanpa bantuan burung dewasa.
Dalam budaya Kalimantan, burung enggang (tingan) merupakan
simbol ³Alam Atas´ yaitu alam kedewataan yang bersifat ³maskulin´.
Di Pulau Kalimantan, burung enggang sakti dipakai sebagai lamba ng
daerah atau simbol organisasi seperti di lambang negeri Sarawak,
lambang provinsi Kalimantan Tengah, simbol Universitas Lambung
Mangkurat dan sebagainya. Burung enggang diwujudkan dalam
bentuk ukiran pada Budaya Dayak, sedangkan dalam budaya
Banjar, burung enggang diukir dalam bentuk tersamar (didistilir)
karena Budaya Banjar tumbuh di bawah pengaruh agama Islam
yang melarang adanya ukiran makhluk bernyawa.

È Y   Y (



 Y
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Struthioniformes
Famili : Casuariidae
Genus : Casuarius
Kasuari merupakan sebangsa burung yang mempunyai ukuran tubuh
sangat besar dan tidak mampu terbang. Kasuari yang merupakan
binatang yang dilindungi di Indonesia dan juga menjadi fauna
identitas provinsi Papua Barat terdiri atas tiga jenis (spesies). Ketiga
spesies Kasuari yaitu Kasuari Gelambir Tunggal (Casuarius
unappendiculatus), Kasuari Gelambir Ganda (Casuarius casuarius),
dan Kasuari Kerdil (Casuarius bennetti).
Burung Kasuari merupakan buru ng besar yang indah menawan.
Namun dibalik keindahan burung Kasuari mempunyai sifat yang
agresif dan cenderung galak jika diganggu. Burung bergrnus
Casuarius ini sangat galak dan pemarah dan tidak segan -segan
mengejar µkorban¶ atau para pengganggunya. Kare nanya di kebun
binatangpun, Kasuari tidak dibiarkan berkeliaran bebas. Bahkan
konon, The Guinnes Book of Records memasukkan burung Kasuari
sebagai burung paling berbahaya di dunia. Meski untuk rekor ini
saya belum dapat melakukan verifikasi ke situs The Guinness Book
of Records.
Kasuari Gelambir Ganda

Kasuari merupakan burung endemik yang hanya hidup di pulau


Papua dan sekitarnya, kecuali Kasuari Gelambir Ganda (Casuarius
casuarius) yang dapat juga ditemukan di benua Australia bagian
timur laut. Dalam bahasa Inggris, Kasuari Gelambir Ganda
(Casuarius casuarius) disebut (Southern Cassowary), Kasuari
Gelambir Tunggal (Casuarius unappendiculatus) disebut (Northern
Cassowary) dan Kasuari Kerdil (Casuarius bennetti) disebut sebagai
(Dwarf Cassowary).

Ciri-ciri dan Tingkah Laku. Burung Kasuari mempunyai ukuran tubuh


yang berukuran sangat besar, kecuali Kasuari Kerdil (Casuarius
bennetti) yang ukuran tubuhnya lebih kecil. Burung Kasuari tidak
dapat terbang. Burung kasuari dewasa mempunyai tinggi mencapai
170 cm, dan memiliki bulu berwarna hitam yang keras dan kaku.

Kasuari Gelambir Tunggal


Di atas kepalanya Kasuari memiliki tanduk yang tinggi berwarna
kecokelatan. Burung betina serupa dengan burung jantan, dan
biasanya berukuran lebih besar dan lebih dominan.
Kaki burung Kasuari sangat panjang dan kuat. Kaki ini menjadi
senjata utama burung langka dan dilindungi ini. Kaki burung Kasuari
mampu menendang dan merobohkan musuh -musuhnya, termasuk
manusia, hanya dengan sekali tendangan. Mungkin karena
tendangan dan agresifitasnya ini tidak berlebihan jika kemudian The
Guinness Book of Records menganugerahinya sebagai burung
paling berbahaya di dunia.
Pada Kasuari Gelambir Ganda terdapat dua buah gelambir berwarna
merah pada lehernya dengan kulit leher berwarna biru.. Se dangkan
pada Kasuari Gelambir Tunggal (Casuarius unappendiculatus),
sesuai namanya hanya mempunyai satu gelambir.
Burung Kasuari yang termasuk satwa yang dilindungi dari
keounahan ini memakan buah -buahan yang jatuh dari pohonnya.
Burung Kasuari biasa hidup sendiri, dan berpasangan hanya pada
saat musim kawin saja. Anak burung dierami oleh Kasuari jantan.

Kasuari Kerdil
Meskipun Kasuari memiliki tubuh yang besar, namun ternyata tidak
banyak yang diketahui tentang burung endemik papua ini. Apalagi
untuk spesies Kasuari Gelambir Tunggal (Casuarius
unappendiculatus) dan Kasuari Kerdil (Casuarius bennetti).
Habitat dan Penyebaran. Burung Kasuari Gelambir Tunggal
(Casuarius unappendiculatus) dan Kasuari Kerdil (Casuarius
bennetti) merupakan satwa endemik pulau P apua (Indonesia dan
Papua New Guinea), sedangkan Kasuari Gelambir Ganda
(Casuarius casuarius) selain di pulau Papua juga terdapat di pulau
Seram (Maluku, Indonesia) dan Australian bagian timur laut. Burung
Kasuari mempunyai habitat di daerah hutan dataran rendah
termasuk di daerah rawa-rawa.
Populasi dan Konservasi. Populasi burung Kasuari tidak diketahui
dengan pasti namun diyakini dari hari ke hari semakin mengalami
penurunan. Karena itu IUCN Redlist memasukkan burung Kasuari
Gelambir Ganda (Casuarius casuarius) dan Kasuari Gelambir
Tunggal (Casuarius unappendiculatus) dalam status konservasi
Vulnerable (Rentan) sejak tahun 1994. Sedang Kasuari Kerdil
(Casuarius bennetti) diberikan status konservasi Near Threatened
(Hampir Terancam). Ancaman kepunahan burung Kasuari lebih
karena perburuan baik untuk mendpatkan daging, bulu ataupun
telurnya.

„ Y  # Y" #Y V
       Y
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Passeriformes
Famili : Sturnidae
Genus : Leucopsar
Spesies : L. rothschildi
Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) atau disebut juga Curik Bali adalah
sejenis burung sedang dengan panjang lebih kurang 25 cm. Burung
pengicau berwarna putih ini merupakan satwa endemik Indonesia
yang hanya bisa ditemukan di Pulau Bali bagian barat. Burun g ini
juga merupakan satu-satunya satwa endemik Pulau Bali yang masih
tersisa setelah Harimau Bali dinyatakan punah. Sejak tahun 1991,
satwa yang masuk kategori ³kritis´ (Critically Endangered) dalam
Redlist IUCN dan nyaris punah di habitat aslinya ini din obatkan
sebagai fauna identitas (maskot) provinsi Bali.
Jalak Bali ditemukan pertama kali oleh Dr. Baron Stressmann
seorang ahli burung berkebangsaan Inggeris pada tanggal 24 Maret
1911. Nama ilmiah Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) dinamakan
sesuai dengan nama Walter Rothschild pakar hewan berkebangsaan
Inggris yang pertama kali mendiskripsikan spesies pada tahun 1912.
Burung Jalak Bali ini mudah dikenali dengan ciri -ciri khusus, di
antaranya memiliki bulu yang putih di seluruh tubuhnya kecuali pada
ujung ekor dan sayapnya yang berwarna hitam. Jalak Bali memiliki
pipi yang tidak ditumbuhi bulu, berwarna biru cerah dan kaki yang
berwarna keabu-abuan. Antara burung jantan dan betina serupa.
Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) merupakan satwa yang secara
hidupan liar (di habitat aslinya) populasinya amat langka dan
terancam kepunahan. Diperkirakan jumlah spesies ini yang masih
mampu bertahan di alam bebas hanya sekitar belasan ekor saja.
Karena itu, Jalak Bali memperoleh perhatian cukup serius dari
pemerintah Republik Indonesia, yaitu dengan ditetapkannya makhluk
tersebut sebagai satwa liar yang dilindungi oleh undang -undang.
Perlindungan hukum untuk menyelamatkan satwa tersebut
ditetapkan berdasarkan surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor
421/Kpts/Um/8/1970 tanggal 26 Agustus 1970. Berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan
Jenis Tumbuhan dan Satwa Jalak Bali merupakan satwa yang
dilarang diperdagangkan kecuali hasil penangkaran dari generasi
ketiga (indukan bukan dari alam).
Jalak Bali 1Dalam konvensi perdagangan internasional bagi jasad
liar CITES (Convention on International Trade in Endangered
Species of Wild Fauna and Flora) Jalak Bali terdaftar pada Apendix
I, yaitu kelompok yang terancam kepunahan dan dilarang untuk
diperdagangkan. Sedang IUCN (International Union for Conservation
of Natur and Natural Resources) memasukkan Jalak Bali dalam
kategori ³kritis´ (Critically Endangered) yang merupakan status
konservasi yang diberikan terhadap spesies yang memiliki risiko
besar akan menjadi punah di alam liar atau akan sepenuhnya punah
dalam waktu dekat.
Kepunahan Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) di habitat aslinya
disebabkan oleh deforestasi (penggundulan hutan) dan perdagangan
liar. Bahkan pada tahun 1999, sebanyak 39 ekor Jalak Ba li yang
berada di pusat penangkaran di Taman Nasional Bali Barat, di
rampok. Padahal penangkaran ini bertujuan untuk melepasliarkan
satwa yang terancam kepunahan ini ke alam bebas.
Untuk menghindari kepunahan, telah didirikan pusat penangkaran
yang salah satunya berada di Buleleng, Bali sejak 1995. Selain itu
sebagian besar kebun binatang di seluruh dunia juga menjalankan
program penangkaran Jalak Bali. Tetapi tetap muncul sebuah tanya
di hati saya; mungkinkah beberapa tahun ke depan kita hanya akan
menemui Jalak Bali, Sang Maskot Bali, di balik sangkar -sangkar
kebun binatang. Suatu hal yang ironis, melihat sebuah maskot yang
harus dikurung dalam kerangkeng besi.

ß Y #Y`      Y
Kerajaan : Hewan
Filum : Chordata
Kelas : Burung
Ordo : Galliformes
Famili : Megapodiidae
Genus : Macrocephalon
Spesies : M. maleo
Maleo Senkawor atau Maleo, yang dalam nama ilmiahnya
Macrocephalon maleo adalah sejenis burung gosong berukuran
sedang, dengan panjang sekitar 55cm, dan merupakan satu -satunya
burung di dalam genus tunggal Macrocephalon. Yang unik dari
maleo adalah, saat baru menetas anak bur ung maleo sudah bisa
terbang. Ukuran telur burung maleo beratnya 240 gram hingga 270
gram per butirnya, ukuran rata -rata 11 cm, dan perbandingannya
sekitar 5 hingga 8 kali lipat dari ukuran telur ayam.Namun saat ini
mulai terancam punah karena habitat yang semakin sempit dan telur -
telurnya yang diambil oleh manusia. Diperkirakan jumlahnya kurang
dari 10.000 ekor saat ini.
Burung ini memiliki bulu berwarna hitam, kulit sekita r mata berwarna
kuning, iris mata merah kecoklatan, kaki abu -abu, paruh jingga dan
bulu sisi bawah berwarna merah-muda keputihan. Di atas kepalanya
terdapat tanduk atau jambul keras berwarna hitam. Jantan dan
betina serupa. Biasanya betina berukuran lebih kecil dan berwarna
lebih kelam dibanding burung jantan .
Tidak semua tempat di Sulawesi bisa ditemukan maleo. Sejauh ini,
ladang peneluran hanya ditemukan di daerah yang memliki sejarah
geologi yang berhubungan dengan lemp eng pasifik atau Australasia.
Populasi hewan endemik Indonesia ini hanya ditemukan di hutan
tropis dataran rendah pulau Sulawesi khususnya daerah Sulawesi
Tengah, yakni di daearah Kabupaten Donggala (Desa Pakuli dan
sekitarnya) dan Kabupaten Luwuk Bangg ai. Populasi maleo di
Sulawesi mengalami penurunan sebesar 90% semenjak tahun 1950 -
an. Berdasarkan pantauan di Tanjung Matop,Tolitoli,Sulawesi
Tengah, jumlah populasi dari maleo terus berkurang dari tahun ke
tahun karena dikonsumsi dan juga telur -telur yang terus diburu oleh
warga.
Maleo bersarang di daerah pasir yang terbuka, daerah sekitar pantai
gunung berapi dan daerah -daerah yang hangat dari panas bumi
untuk menetaskan telurnya yang berukuran besar, mencapai lima
kali lebih besar dari telur ayam. Setelah menetas, anak Maleo
menggali jalan keluar dari dalam tanah dan bersembunyi ke dalam
hutan. Berbeda dengan anak unggas pada umumnya yang pada
sayapnya masih berupa bulu-bulu halus, kemampuan sayap pada
anak maleo sudah seperti unggas dewasa, sehingga ia bisa terbang,
hal ini dikarenakan nutrisi yang terkandung didalam telur maleo lima
kali lipat dari telur biasa, anak maleo harus mencari makan sendiri
dan menghindari hewan pemangsa, seperti ular, kadal, kucing, babi
hutan dan burung elang.
Maleo Senkawor adalah monogami spesies. Pakan burung ini terdiri
dari aneka biji-bijian, buah, semut, kumbang sert a berbagai jenis
hewan kecil.
Berdasarkan dari hilangnya habitat hutan yang terus berlanjut,
tingkat kematian anak burung yang tinggi, populasi yang terus
menyusut serta daerah dimana burung ini ditemukan sangat
terbatas, Maleo Senkawor dievaluasikan sebagai terancam punah di
dalam IUCN Red List. Spesies ini didaftarkan dalam CITES
Appendice I.
Predator yang sering ditemukan pada malam hari adalah ular, soa -
soa atau biasa disebut biawak, kucing, anjing, babi, dan tikus. Pada
siang hari predatornya adalah elang dan manusia yang sering
mengambil telurnya dan menggunakan jerat untuk menangkap satwa
maleo.

] Y (  Y÷  Y


Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Passeriformes
Famili : Paradisaeidae
Ada lebih dari tiga lusin spesies dalam keluarga Paradisaeidae, atau
lebih dikenal dengan bird of paradise. Ada sekitar 13 Genus dari
burung-burung ini dan yang paling terkenal adalah anggota genus
Paradisaea.
Di Indonesia kita menyebutnya dengan burung cendrawasih.
Bercirikan dengan warna yang mencolok dan cerah, bulu berwarna
kuning, biru, merah, dan hijau. Dengan warna -warna yang demikian
mereka menjadi burung paling indah dan menarik di dunia, sehingga
disebut sebagai burung dari surga.
Burung-burung cendrawasih merupakan anggota famili
Paradisaeidae dari ordo Passeriformes. Mereka ditemukan di
Indonesia timur, pulau-pulau selat Torres, Papua Nugini, dan
Australia timur. Burung anggota keluarga ini dikenal karena bulu
burung jantan pada banyak jenisnya, terutama bulu yang sangat
memanjang dan rumit yang tumbuh dari paruh, sayap atau
kepalanya. Ukuran burung cendrawasih mulai dari Cendrawasih Raja
pada 50 gram dan 15 cm hingga Cendrawasih Paruh -sabit Hitam
pada 110 cm dan Cendrawasih Manukod Jambul -bergulung pada
430 gram.
Burung cendrawasih yang paling terkenal adalah anggota genus
Paradisaea, termasuk spesies tipenya, cendrawasih kuning besar,
Paradisaea apoda. Jenis ini dideskripsikan dari spesimen yang
dibawa ke Eropa dari ekpedisi dagang. Spesimen ini disiapkan oleh
pedagang pribumi dengan membuang sayap dan kakinya agar dapat
dijadikan hiasan. Hal ini tidak diketahui oleh para penjelajah dan
menimbulkan kepercayaan bahwa burung ini tidak pernah mendarat
namun tetap berada di udara karena bulu -bulunya. Inilah asal mula
nama bird of paradise ('burung surga' oleh orang Inggris) dan nama
jenis apoda - yang berarti 'tak berkaki'.
Banyak jenis mempunyai ritual kawin yang rumit, dengan sistem
kawin jenis-jenis Paradisaea adalah burung-burung jantan berkumpul
untuk bersaing memperlihatkan keelokannya pada burung betina
agar dapat kawin. Sementara jenis lain seperti jenis -jenis Cicinnurus
dan Parotia memiliki tari perkawinan yang beraturan. Burung jantan
pada jenis yang dimorfik seksual bersifat poligami. Banyak burung
hibrida yang dideskripsikan sebagai jenis baru, dan beberapa
spesies diragukan kevalidannya.
Jumlah telurnya agak kurang pasti. Pada jenis besar, mungkin
hampir selalu satu telur. Jenis kecil dapat menghasilkan sebanyak 2-
3 telur
Burung cendrawasih banyak ditemukan di Papua atau Papua Nugini
dan pulau-pulau sekitarnya, termasuk juga Australia Timur.
Sayangnya keberadaan burung ini semakin berkurang seiring
dengan banyaknya perburuan liar yang tidak bertanggung ja wab.
Lesser bird of paradise (Paradisaea minor)
The Lesser bird of paradise dikenal dengan nama Cendrawasih
kuning kecil. Burung ini berukuran sedang dengan panjang sekitar 32
cm, berwarna merah-coklat dengan mahkota kuning dan punggung
atas kuning kecoklatan.
Burung jantan memiliki tenggorokan berwarna zamrud -hijau tua,
sepasang ekor panjang dan dihiasi dengan bulu hiasan sayap yang
berwarna kuning di daerah pangkal berwarna putih di daerah
luarnya.
Burung betina berukuran lebih kecil dari burung ja ntan, memiliki
kepala berwarna coklat tua, dada berwarna putih dan tanpa dihiasi
bulu-bulu hiasan. Daerah penyabaranya meliputi seluruh hutan
bagian utara Papua Nugini, dan pulau -pulau di dekat Misool dan
Yapen.

 Raggiana bird of paradise (Paradisaea Raggi ana)


The Raggiana bird of paradise dikenal juga dengan nama Count
Raggi¶s bird of paradise. Burung ini juga yang paling dikenal sebagai
burung Cendrawasih. Habitat burung ini terdistribusi secara luas di
Pulau Irian selatan dan timur laut.
Memiliki panjang 34 cm panjang, berwarna merah -coklat keabu-
abuan, iris kuning dan kaki berwarna cokelat keabu -abuan. Burung
jantan memiliki mahkota kuning, tenggorokan zamrud -hijau tua dan
kerah kuning di antara tenggorokan.
Warna bulu sayap bervariasi dari merah ke jingga tergantung
subspesies. Burung betina berukuran lebih kecil dari burung jantan,
dengan muka berwarna coklat dan tidak punya bulu -bulu hiasan.
Astrapia Ribbon-tailed (Astrapia mayeri)
Ini adalah salah satu burung cendrawasih yang paling spektakuler.
Namanya Astrapia Ribbon-tailed dan memiliki bulu ekor terpanjang
dalam kaitannya dengan ukuran tubuh, panjangnya mencapai lebih
dari tiga kali panjang tubuhnya.
Panjang burung dewasa mencapai 32 cm dengan ekor burung jantan
yang bisa mencapai 1 meter. Burung jantan memiliki warna hitam
dan hijau zaitun sedangkan burung betina berwana coklat. Burung
jantan memilki ekor panjang berbentuk pita berwarna putih. Daerah
penyebarannya ada di bagian tengah Pulau Irian.

 Blue bird of paradise (Paradisaea rudolphi)


Namanya mengingatkan nama salah satu angkutan Taksi di
Indonesia. Burung ini berukuran sekitar 30 cm, berwarna hitam, iris
warna coklat gelap, kaki abu-abu. Burung jantan dihiasi dengan bulu
sayap dengan dominasi warna ungu biru . Sehingga disebut juga
dengan Cendrawasih Biru.
Blue Bird of Paradise adalah burung endemik Papua Nugini. Daerah
penyebarannya meliputi pegunungan tenggara Papua Nugini.

 Riflebird Paradise (Ptiloris paradiseus)


Kalau anda pernah melihat film Planet Earth, maka anda akan
melihat burung ini. Burung ini memiliki panjang sekitar 30 cm dengan
burung jantan berwarna hitam dengan warna -warni mahkota biru
kehijauan, kaki hitam, iris coklat gelap dan mulut kuning. Burung
betina jenis ini berwarna coklat zaitun.
Merupakan endemik di Australia timur, Riflebird juga tersebar di
hutan hujan di New South Wales dan pusat Queensland. Burung
jantan dapat mengembangkan sayapnya dan memamerkannya
seraya bergerak ke kanan dan ke kiri di hadapan burung betina
untuk memikat mereka.

 Red bird of paradise (Pa radisaea rubra)


Kita menamakannya Cendrawasih Merah, panjang sekitar 33cm
berwarna kuning dan coklat, serta berparuh kuning. Burung jantan
dewasa bisa mencapai 72cm termasuk bulu -bulu hiasannya yang
berwarna merah darah dengan ujung berwarna putih pada bag ian
sisi perutnya.
Bulu muka berwarna hijau zamrud gelap dan diekornya terdapat dua
buah tali yang panjang berbentuk pilin ganda berwarna hitam.
Burung betina berukuran lebih kecil dari burung jantan, dengan muka
berwarna coklat tua dan tidak punya bulu -bulu hiasan.
Merupakan endemik dari Indonesia, Cendrawasih Merah hanya
ditemukan di hutan dataran rendah pada pulau Waigeo dan Batanta
di kabupaten Raja Ampat, provinsi Irian Jaya Barat.

 Lawes¶s Parotia (Parotia Lawesii)


Parotia lawesii berukuran sedang sampai dengan 27 cm). Daerah
penyebarannya meliputi hutan pegunungan di tenggara dan timur
Papua Nugini.
Burung jantan memiliki warna hitam dengan kening putih,
warnawarni tengkuk biru ungu dan emas bulu dada hijau. Dihiasi
dengan tiga kawat hias kepala dari belakang setiap mata dan
memanjang mengapit bulu yang berwarna hitam. Burung betina
berwarna coklat dengan kepala burung gelap, iris kuning dan gelap.

 King of Saxony bird of paradise (Pteridophora alberti)


King of Saxonyi adalah sejenis burung pengicau be rukuran kecil,
dengan panjang sekitar 22cm. Burung jantan dewasa mempunyai
bulu berwarna hitam dan kuning tua, dikepalanya terdapat dua helai
bulu kawat bersisik biru-langit mengilap seperti panji yang
panjangnya mencapai 40cm dan dapat ditegakkan pada wak tu
memikat betina. Oleh karenanya burung ini dimakan Cendrawasih
Panji.
Bulu mantel dan punggung tumbuh memanjang berbentuk tudung
berwarna hitam. Iris mata berwarna coklat tua, kaki berwarna abu -
abu kecoklatan dan paruh berwarna hitam dengan bagian dalam
mulut berwarna hijau laut.
Burung betina berwarna abu -abu kecoklatan dengan garis-garis dan
bintik gelap. Betina berukuran lebih kecil dari burung jantan dan
tanpa dihiasi mantel atau bulu kawat hiasan. Daerah penyebarannya
ada di hutan pegunungan pulau Ir ian.

 Wilson¶s Bird of Paradise (Cicinnurus respublica)


Wilson¶s Bird of Paradise berukuran lumayan kecil sampai dengan
21 cm. Burun jantan adalah berwarna merah dan hitam dengan
jubah kuning di leher, mulut hijau muda, kaki biru dan dua bulu ekor
berwarna ungu yang melengkung. Semetara itu betina berwarna
kecoklatan dengan mahkota biru.
Merupakan endemik Indonesia, dengan daerah penyebaran di bukit
dan hutan hujan dataran rendah K epulauan Waigeo dan Batanta dari
Papua Barat.

 Princess Stephanie¶s Astrapia (Astrapia stephaniae)


Stephanie Astrapia berukuran sekitar 37 cm, burung ini berwarna
hitam dengan warna-warni kepala biru-hijau dan ungu, disamping itu
memiliki bulu ekor panjang hitam keungunan.
Burung betinanya berwarna coklat gelap dengan kepala hitam
kebiruan. Habitat aslinya ada di pegunungan di pusat dan timur
Papua Nugini

Ë Y   ! Y  Y ÷    
 Y
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Psittaciformes
Famili : Cacatuidae
Genus : Probosciger
Spesies : P. aterrimus

Kakatua Raja atau dalam nama ilmiahnya Probosciger aterrimus


adalah sejenis burung Kakatua berwarna hitam dan berukuran besar,
dengan panjang sekitar 60cm. Burung ini memiliki k ulit pipi berwarna
merah dan paruh besar berwarna kehitaman. Di kepalanya terdapat
jambul besar yang dapat ditegakkan. Burung betina serupa dengan
burung jantan.
Kakatua Raja adalah satu -satunya burung di marga tunggal
Probosciger. Daerah sebaran burung in i adalah di pulau Irian dan
Australia bagian utara. Pakan burung Kakatua Raja terdiri dari biji -
bijian. Paruh burung Kakatua Raja tidak dapat tertutup rapat,
dikarenakan ukuran paruh bagian atas dan bagian bawah yang
berbeda. Dan ini berguna untuk menahan dan membuka biji-bijian
untuk dikonsumsi.
Walaupun spesies ini terancam oleh hilangnya habitat hutan dan
penangkapan liar yang terus berlanjut untuk perdagangan, Kakatua
Raja masih sering ditemukan di habitatnya. Kakatua Raja
dievaluasikan sebagai beresiko rendah di dalam IUCN Red List.
Spesies ini didaftarkan dalam CITES Appendix I.
Kakatua Raja atau dalam nama ilmiahnya Probosciger aterrimus
adalah sejenis burung Kakatua berwarna hitam dan berukuran besar,
dengan panjang sekitar 60cm. Burung ini memiliki kulit pipi berwarna
merah dan paruh besar berwarna kehitaman. Di kepalanya terdapat
jambul besar yang dapat ditegakkan. Burung betina serupa dengan
burung jantan.
Kakatua Raja adalah satu -satunya burung di marga tunggal
Probosciger. Pakan burung Kakatua Ra ja terdiri dari biji-bijian. Paruh
burung Kakatua Raja tidak dapat tertutup rapat, dikarenakan ukuran
paruh bagian atas dan bagian bawah yang berbeda. Dan ini berguna
untuk menahan dan membuka biji-bijian untuk dikonsumsi.
Jenis ini mempunyai 3 anak jenis yaitu:
‡ Probosciger aterrimus goliath : Ukuran tubuhnya paling besar
diantara ke-3 anak jenis yaitu berkisar 60 ± 70 cm. Penyebarannya
meliputi daerah sekitar Irian Jaya bagian barat, daerah kepala
burung dan P. Waigeo.
‡ Probosciger aterrimus aterrimus : Ukuran tubuhnya berkisar antara
55 ± 60 cm. Penyebarannya meliputi daerah Irian Jaya bagian
selatan, P. Aru sampai Australia bagian utara.
‡ Probosciger aterrimus stenolophus : Ukuran tubuhnya hampir sama
dengan Probosciger aterrimus goliath, tetapi lebar bulu jambulnya
lebih sempit. Penyebarannya meliputi sekitar Irian Jaya bagian utara
dan P. Yapen.
Walaupun spesies ini terancam oleh hilangnya habitat hutan dan
penangkapan liar yang terus berlanjut untuk perdagangan, Kakatua
Raja masih sering ditemukan di habitatnya.

Kakatua Raja adalah burung terbesar dari semua burung kakatua,


tinggi mulai 49-68 cm. Berat mereka 500-1.100 g, dengan betina
berkisar 500-950 g jantan berkisar 5 40-1.100 g. Panjang sayap
sekitar 35.1 cm, panjang ekor 23.8 cm, panjang paruh 9.1 cm, dan
panjang kaki rata-rata 3.5 cm.
Kakatua raja hampir semua tubuhnya berwarna hitam. Paruh mereka
tidak bisa berdekatan sama sekali, dan selalu mengungkapkan
sedikit lidah mereka yang berwarna merah dengan ujung hitam.
Bagian mulutnya yang terbuka memudahkannya untuk menahan
kacang atau biji-bijian di dalam mulut mereka dan memecahkannya
pada waktu yang sama.
Paruh bawah mereka dirancang keras untuk menghancurkan kacang
dan lebih besar pada Jantan daripada betina. Kaki mereka berwarna
abu-abu / hitam dengan sedikit bulu -bulu di paha mereka dan pada
wajah mereka terdapat karakteristik yang paling istimewa yaitu
terdapat warna merah di pipinya. Pipi mereka berubah warna kul it
berdasarkan tingkat kesehatan atau stres sehingga ketika stres berat
kulit akan berubah warna ke merah muda / krem, sementara ketika
sangat bersemangat/gembira perubahan kulit menjadi kuning.
Kakaktua Raja merupakan hewan asli pulau Papua, dan Australi a.
Hewan ini biasanya ditemukan di kepulauan Aru, pulau Misool di
bagian barat pulau Papua, Irian Barat, Selatan New Guinea dari
Timur Marauke sampai teluk Papua, dan di Australia pada kawasan
utara tanjung York Peninsula.
Kakaktua Raja ditemukan di hutan hujan tropis, termasuk pinggiran
hutan. Mereka memilih pohon -pohon besar dan tinggi untuk
bersarang dan berkembangbiak. Pada siang hari mereka berdiam di
dekat makanan atau sumber air dan pada malam hari bertengger di
dalam atau di dekat sarangnya.
Kakaktua Raja dapat ditemukan sendirian, berpasangan, dan kadang
dalam kelompok yang lebih besar. Mereka menghabiskan banyak
waktu mereka di kanopi hutan yang tinggi atau terbang di antara
tempat bertengger dan mencari makan. Mereka sering makan dalam
kelompok besar, di mana satu burung penjaga akan mengamati
predator yang ada. Jika pemangsa atau ancaman lainnya muncul,
para ³penjaga´ memberikan alarm menangis untuk memberitahukan
yang lain. Dalam kondisi hujan mereka dapat ditemukan tergantung
terbalik dengan sayap dan ekor mereka terulur, seolah-olah sedang
mandi.
Selama kawin burung jantan dan betina berdekatan satu sama lain
dengan sayap dibuka lebar. Sebelum melakukan perkawinan jantan
akan membuat siulan yang keras dan menunduk -nundukkan
kepalanya berkali-kali hingga kulit diwajahnya berubah menjadi
sangat merah. Kakatua raja adalah monogami dan tinggal bersama
pasangannya sempanjang hidupnya.
Musim kawin bervariasi sesuai dengan iklim setempat. Tetapi
biasanya dari bulan Agustus hingga Januari. Kakatua raja t idak
dapat membuat lubang sarang sendiri, melainkan mereka
menggunakan lubang di pohon besar yang telah dilubangi
sebelumya.
Burung kakatua raja hanya bertelur satu telur per sarang, dimana
telur tersebut akan dierami selama 30 -33 hari.
Papua adalah sebuah provinsi Indonesia yang terletak di bagian
tengah Pulau Papua atau bagian paling timur West New Guinea
(Irian Jaya). Belahan timurnya merupakan negara Papua Nugini atau
East New Guinea. Pulau ini memiliki luas 420.540 Km2. Papua ini
secara geografis terletak pada 2025¶ ± 90 LS dan 1300 ± 1410 LU
sehingga pulau papua ini memiliki iklim tropis dengan curah hujan
1.800 ± 3.000 mm, suhu udara 19-280C dan kelembaban 80%,
sehingga di Papua banyak terdapat hutan hujan tropis yang sangat
sesuai dengan habitat dari burung kakatua raja ini.
Hutan hujan tropis adalah hutan yang memiliki pohon -pohon yang
tinggi sehingga burung kakatua raja senang hidup di daerah ini
karena burung kakatua raja ini senang bertengger dan membuat
sarangnya di pohon-pohon yang tinggi. Selai n itu burung kakatua
raja banyak menghabiskan waktunya untuk terbang di bawah kanopi
hutan yang tinggi dan kondisi ini kebanyak hanya terdapat di hutan
hujan tropis yang memiliki kanopi (lapisan -lapisan cabang pohon
beserta daunnya yang terbentuk oleh rapa tnya pohon-pohon hutan
hujan) yang tinggi karena pohon -pohon yang tumbuh cukup tinggi.
Selain itu karena Papua terletak di daerah tropis, karenanya hutan -
hutan di Papua menerima banyak sinar matahari. Sinar matahari ini
diubah menjadi energi oleh tumbuhan melalui proses fotosintesis.
Karena banyak sinar matahari, maka banyak pula energi yang
terdapat di hutan-hutan di Papua. Energi ini tersimpan di vegetasi
tumbuhan yang kemudian dikonsumsi oleh burung kakatua raja
tersebut sehingga burung kakatua raja ini tidak akan kekurangan
makanan yang menyebabkan burung kakatua raja ini sedikit yang
memiliki kebiasaan bermigrasi untuk mencari makanan di daerah
lain.

Ö Y #  Y  Y à
  Y
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Falconiformes
Famili : Accipitridae
Genus : Spizaetus
Spesies : S. bartelsi
Elang Jawa atau dalam nama ilmiahnya Spizaetus bartelsi adalah
salah satu spesies elang berukuran sedang yang endemik di Pulau
Jawa. Satwa ini dianggap identik dengan lambang negara Republik
Indonesia, yaitu Garuda. Dan sejak 1992, burung ini ditetapkan
sebagai maskot satwa langka Indonesia
Elang yang bertubuh sedang sampai besar, langsing, dengan
panjang tubuh antara 60 -70 cm (dari ujung paruh hingga ujung ekor).
Kepala berwarna coklat kemerahan (kadru), dengan jambul yang
tinggi menonjol (2 -4 bulu, panjang hingga 12 cm) dan tengkuk yang
coklat kekuningan (kadang nampak keemasan bila terkena sinar
matahari). Jambul hitam dengan ujung putih; mahkota dan kumis
berwarna hitam, sedangkan punggung dan sayap coklat gelap.
Kerongkongan keputihan dengan garis (sebetulnya garis -garis) hitam
membujur di tengahnya. Ke bawah, ke arah dada, coret -coret hitam
menyebar di atas warna kuning kecoklatan pucat, yang pada
akhirnya di sebelah bawah lagi berubah men jadi pola garis (coret-
coret) rapat melintang merah sawomatang sampai kecoklatan di atas
warna pucat keputihan bulu -bulu perut dan kaki. Bulu pada kaki
menutup tungkai hingga dekat ke pangkal jari. Ekor kecoklatan
dengan empat garis gelap dan lebar melinta ng yang nampak jelas di
sisi bawah, ujung ekor bergaris putih tipis. Betina berwarna serupa,
sedikit lebih besar.
Iris mata kuning atau kecoklatan; paruh kehitaman; sera (daging di
pangkal paruh) kekuningan; kaki (jari) kekuningan. Burung muda
dengan kepala, leher dan sisi bawah tubuh berwarna coklat kayu
manis terang, tanpa coretan atau garis-garis.
Ketika terbang, elang Jawa serupa dengan elang brontok (Spizaetus
cirrhatus) bentuk terang, namun cenderung nampak lebih
kecoklatan, dengan perut terlihat lebi h gelap, serta berukuran sedikit
lebih kecil.
Bunyi nyaring tinggi, berulang -ulang, klii-iiw atau ii-iiiw, bervariasi
antara satu hingga tiga suku kata. Atau bunyi bernada tinggi dan
cepat kli-kli-kli-kli-kli. Sedikit banyak, suaranya ini mirip dengan suar a
elang brontok meski perbedaannya cukup jelas dalam nadanya.
Sebaran elang ini terbatas di Pulau Jawa, dari ujung barat (Taman
Nasional Ujung Kulon) hingga ujung timur di Semenanjung
Blambangan Purwo. Namun demikian penyebarannya kini terbatas di
wilayah-wilayah dengan hutan primer dan di daerah perbukitan
berhutan pada peralihan dataran rendah dengan pegunungan.
Sebagian besar ditemukan di separuh belahan selatan Pulau Jawa.
Agaknya burung ini hidup berspesialisasi pa da wilayah berlereng.
Elang Jawa menyukai ekosistem hutan hujan tropika yang selalu
hijau, di dataran rendah maupun pada tempat -tempat yang lebih
tinggi. Mulai dari wilayah dekat pantai seperti di Ujung Kulon dan
Meru Betiri, sampai ke hutan -hutan pegunungan bawah dan atas
hingga ketinggian 2 .200 m dan kadang-kadang 3.000 m dpl.
Pada umumnya tempat tinggal elang jawa sukar untuk dicapai, meski
tidak selalu jauh dari lokasi aktivitas manusia. Agaknya burung ini
sangat tergantung pada keberadaan hutan primer sebagai tempat
hidupnya. Walaupun dit emukan elang yang menggunakan hutan
sekunder sebagai tempat berburu dan bersarang, akan tetapi
letaknya berdekatan dengan hutan primer yang luas.
Burung pemangsa ini berburu dari tempat bertenggernya di pohon -
pohon tinggi dalam hutan. Dengan sigap dan tang kas menyergap
aneka mangsanya yang berada di dahan pohon maupun yang di
atas tanah, seperti pelbagai jenis reptil, burung -burung sejenis walik,
punai, dan bahkan ayam kampung. Juga mamalia berukuran kecil
sampai sedang seperti tupai dan bajing, kalong, mus ang, sampai
dengan anak monyet.
Masa bertelur tercatat mulai bulan Januari hingga Juni. Sarang
berupa tumpukan ranting-ranting berdaun yang disusun tinggi, dibuat
di cabang pohon setinggi 20 -30 di atas tanah. Telur berjumlah satu
butir, yang dierami selama kurang-lebih 47 hari.
Pohon sarang merupakan jenis-jenis pohon hutan yang tinggi,
seperti rasamala (Altingia excelsa), pasang (Lithocarpus dan
Quercus), tusam (Pinus merkusii), puspa (Schima wallichii), dan ki
sireum (Eugenia clavimyrtus). Tidak selalu ja uh berada di dalam
hutan, ada pula sarang-sarang yang ditemukan hanya sejarak 200-
300 m dari tempat rekreasi.
Di habitatnya, elang Jawa menyebar jarang -jarang. Sehingga
meskipun luas daerah agihannya, total jumlahnya hanya sekitar 137 -
188 pasang burung, atau perkiraan jumlah individu elang ini be rkisar
antara 600-1.000 ekor.
Populasi yang kecil ini menghadapi ancaman besar terhadap
kelestariannya, yang disebabkan oleh kehilangan habitat dan
eksploitasi jenis. Pembalakan liar dan konversi hutan menjadi laha n
pertanian telah menyusutkan tutupan hutan primer di Jawa.[6] Dalam
pada itu, elang ini juga terus diburu orang untuk diperjual belikan di
pasar gelap sebagai satwa peliharaan. Karena kelangkaannya,
memelihara burung ini seolah menjadi kebanggaan tersendi ri, dan
pada gilirannya menjadikan harga burung ini melambung tinggi.
Mempertimbangkan kecilnya populasi, wilayah agihannya yang
terbatas dan tekanan tinggi yang dihadapi itu, organisasi konservasi
dunia IUCN memasukkan elang Jawa ke dalam status EN
(Endangered, terancam kepunahan). Demikian pula, Pemerintah
Indonesia menetapkannya sebagai hewan yang dilindungi oleh
undang-undang.
Sesungguhnya keberadaan elang Jawa telah diketahui sejak sedini
tahun 1820, tatkala van Hasselt dan Kuhl mengoleksi dua spesimen
burung ini dari kawasan Gunung Salak untuk Museum Leiden,
Negeri Belanda. Akan tetapi pada masa itu hingga akhir abad -19,
spesimen-spesimen burung ini masih dianggap sebagai jenis elang
brontok.
Baru di tahun 1908, atas dasar spesimen koleksi yang dibuat oleh
Max Bartels dari Pasir Datar, Sukabumi pada tahun 1907, seorang
pakar burung di Negeri Jerman, O. Finsch, mengenalinya sebagai
takson yang baru. Ia mengiranya sebagai anak jenis dari Spizaetus
kelaarti, sejenis elang yang ada di Sri Lanka. Sampai kemu dian pada
tahun 1924, Prof. Stresemann memberi nama takson baru tersebut
dengan epitet spesifik bartelsi, untuk menghormati Max Bartels di
atas, dan memasukkannya sebagai anak jenis elang gunung
Spizaetus nipalensis.
 Y c   Y? ?  Y
Y Y

Dalam lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1999 tentang


Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa terdapat 31 jenis rReptilia dilindungi
undang-undang antara Lain:

 Y  Y Y  Y ?
Y
1   # Tuntong
2   Penyu tempayan
3  
   Kura-kura Irian
4      Kura Irian leher panjang
5   
 Penyu hijau
6    Labi-labi besar
7 
  #  Soa payung
8   
   Sanca hijau
9  
    Buaya air tawar Irian
10  
    Buaya muara
11  
  Buaya siam
12  
   Penyu belimbing
13 ›
    Kura Irian leher pendek
14 › 
   Penyu sisik
15  
   Bunglon sisir
16 Soa-soa, Biawak Ambon, Biawak

  
pohon
17  
   Penyu ridel
18 $   Penyu pipih
19 %   Kura-kura gading
20 &
    Sanca bodo
21 &
    Sanca Timor
22 )+   Kadal Panan
23 )      Senyulong, Buaya sapit
24 *   Biawak Kalimantan
25 *  Biawak coklat
26 *   Biawak Maluku
27 * #    Biawak komodo, Ora
28 *   Biawak abu-abu
29 *  Biawak hijau
30 *   Biawak Timor
31 *   Biawak Togian

Supaya lebih mengenal binatang dilindungi jenis reptil, berikut


dipaparkan beberapa di antara reptile yang dilindungi di Indonesia.

v Y (Y Y (    Y


Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Sauropsida
Ordo : Testudinata
Upaordo : Cryptodira
Superfamili : Chelonioidea
Familia : Cheloniidae
Chelonia mydas, atau yang biasanya dikenal dengan nama penyu
hijau adalah penyu laut besar yang termasuk dalam keluarga
Cheloniidae. Hewan ini adalah satu -satunya spesies dalam golongan
Chelonia. Mereka hidup di semua laut tropis dan subtropis, terutama
di Samudera Atlantik dan Samudera Pasifik. Namanya didap at dari
lemak bewarna hijau yang terletak di bawah cangkang mereka.
Penyu hijau dapat diidentifkasi berdasarkan adanya sepasang sisik
prafrontal, yang merupakan sisik diantara kedua matanya. Ciri
identifikasi ini mirip seperti penyu belimbing dan penyu tem payan
yang mempunyai dua pasang prafrontal. Penyu hijau dapat
dibedakan dari penyu pipih oleh tidak adanya sisik praokular dan
karapas yang seperti kubah. Penyu ini pada karapasnya terdapat
empat pasang sisik dan di sekitar mata terdapat dua pasang sisi k.
Sisik pada jenis penyu ini tidak tumpang tindih. Panjang karapas
penyu ini yang pernah dijumpai adalah 75 -115 cm dan beratnya
mencapai 300 kg.
Penyu hijau memakan semua tumbuh-tumbuhan yang hidup di laut
(mis. Ganggang laut, lamun, lumut, dan ikan). Mu sim kawin dari
penyu ini berlangsung antara Januari dan Mei. Penyu betina dapat
bertelur antara 100 sampai 125 butir dalam sekali bertelur. Waktu
pengeraman terjadi sekitar 50 sampai 60 hari. Umur penyu ini dapat
mencapai 200 tahun.
Penyu hijau terdapat dimana-mana di perairan tropik dan subtropik.
Di Indonesia, penyu ini terdapat di perairan pantai Jawa, Bali,
Sumatra dan mungkin di semua perairan pantai yang landai di
Indonesia. Di Bali, dagingnya dikonsumsi (dimakan) dan karapasnya
dijadikan kerajinan ta ngan untuk para wisatawan.
Sebenarnya, penyu hijau dari dulu secara ekstensif telah diburu di
Indonesia, terutama untuk dagingnya, telurnya juga dapat
dikumpulkan dalam skala besar. Oleh karena itu, populasi dari penyu
hijau di Indonesia menurun dengan cep at.
Tukik penyu hijau yang berada di sekitar Teluk California hanya
memakan alga merah. Penyu hijau akan kembali ke pantai asal ia
dilahirkan untuk bertelur setiap 3 hingga 4 tahun sekali. Ketika penyu
hijau masih muda mereka makan berbagai jenis biota lau t seperti
cacing laut, udang remis, rumput laut juga alga. Ketika tubuhnya
mencapai ukuran sekitar 20-30 cm, mereka berubah menjadi
herbivora dan makanan utamanya adalah rumput laut (ikan mania,
2004).

2. Penyu belimbing ( 


  ,
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Sauropsida
Ordo : Testudines
Subordp : Cryptodira
Superfamili : Chelonioidea (Bauer, 1893)
Famili : Dermochelyidae
Spesies : Dermochelys coriacea
Mempunyai punggung yang diliputi kulit kuat dari zat tanduk yang
disebut karapas. Karapas penyu ini tidak bersisik, tetapi ada lima
sampai tujuh garis tebal yang memanjang dari leher sampai ekor.
Panjang karapas mencapai 2,5 m dengan berat mencapai 1500 Kg,
umurnya dapat mencapai 200 tahun lebih. Musim kawinn peny u ini
berlangsung dari bulan Juni sampai Agustus, betinanya mendarat untuk
meletakkan telur-telurnya di pasir hingga mencapai 80 butir. Penyu ini
menggali pasir kira-kira 50 cm dalamnya dengan diameter 50 cm.
Kemudian mereka bertelur dalam lubang dan menim bunnya kembali
dengan pasir. Kegiatan in dilakukan kira -kira selama 2½ jam. Pasir itu
kemudian mengerami sendiri telur -telur itu selama 6-8 minggu sampai
menetas menjadi tukik yang keluar dari sarang untuk kemudian
merangkak ke laut.
Penyu belimbing telah bertahan hidup selama lebih dari ratusan juta
tahun, kini spesies ini menghadapi kepunahan. Selama dua puluh tahun
terakhir jumlah spesies ini menurun dengan cepat, khususnya di
kawasan pasifik, hanya sekitar 2.300 betina dewasa yang tersisa. Hal ini
menempatkan penyu belimbing pasifik menjadi penyu laut yang paling
terancam populasinya di dunia. Di kawasan Pasifik, seperti di Indonesia,
populasinya hanya tersisa sedikit dari sebelumnya (2.983 sarang pada
1999 dari 13000 sarang pada tahun 1984). Untuk menga tasi hal
tersebut, pada tanggal 28 Agustus 2006 tiga negara yaitu Indonesia,
Papua New Guinea dan Kepulauan Solomon telah sepakat untuk
melindungi habitat penyu belimbing melalui MoU Tri National
Partnership Agreement (WWF, 2008).

3. Sanca bodo (&


   ,
Ular sanca bodo atau Python molurus, termasuk salah satu jenis ular
yang banyak dipelihara oleh pencinta binatang. Namun tidak sedikit
yang menyadari bahwa ular sanca bodo yang biasa disebut juga
sebagai Asiatic Rock Python termasuk salah satu binatang langka
yang dilindungi undang -undang di Indonesia. Ular sanca bodo
(Python molurus) dilindungi berdasarkan PP Nomor 7 Tahun 1999.
Ular sanca bodo terdiri atas dua anak jenis (subspesies) yaitu Python
molurus molurus yang dijumpai di India, Bangladesh, Pak istan
hingga Nepal dan Python molurus bivittatus yang hidup secara alami
di Indochina termasuk Indonesia (Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali,
Sumbawa, dan Sulawesi).
Ular sanca bodo (Python molurus) disebut juga Burmese Python
Ular sanca bodo dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Asiatic Rock
Python, Burmese Python, atau Tiger Python. Sedangkan dalam
bahasa latin, ular yang banyak dijadikan peliharaan ini disebut
Python molurus (Linnaeus, 1758) sebagai yang bersinonim dengan
Coluber molurus (Linnaeus, 1758).
Ular sanca bodo termasuk ular besar lantaran mampu mencapai
panjang 9 meter, meskipun rata-rata hanya mencapai 5 meter saja.
Berat tubuh Burmese Python ini mampu mencapai 160 kg.
Ular sanca bodo (Python molurus) mempunyai warna dasar kulitnya
coklat muda hingga coklat tua, ada pula yang kuning atau krem,
dengan belang-belang hitam atau coklat tua. Corak belang pada
sanca bodo berupa jaringan dengan mata jaring hampir berbentuk
segi empat.
Ular sanca bodo secara alami mendiami hutan tropis basah. Ular ini
senang berada ditempat yang tidak jauh dari air atau tempat lembab
bahkan kadang di dekat pemukiman. Ular sanca bodo lebih suka
berada di tanah dari pada bergulung di pohon, tetapi sesekall dia
akan memanjat pohon untuk mendapatkan sinar matahari guna
menaikkan suhu tubuhnya.
Meskipun hewan ini termasuk binatang nokturnal (beraktifitas di
malam hari), namun sanca bodo juga senang berkeliaran disiang
hari. Hewan yang banyak dijadikan peliharaan ini ini mematikan
mangsanya dengan cara melilit tubuhnya. Makanan kesukaan sanca
bodo antara lain tikus, luwak, kera, bajing juga hewan besar seperti
babi hutan, rusa dan kijang. Selain itu mereka makan pula burung
dan ayam hutan.
Seekor ular bodo betina sekali bertelur bisa mencapai 40 butir
bahkan lebih. Telur-telur tersebut akan menetas setelah 60-80 hari.
Panjang anak yang baru menetas tersebut berkisar 60 -70 cm.
Ular sanca bodo tersebar di India, Bangladesh, Pakistan hingga
Nepal hingga ke Indonesia, Laos, Myanmar, Thailand, Vietnam, dan
Malaysia. Di Indonesia, ular sanca bodo (Python molurus) dapat
ditemukan di Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sumbawa, hingga
sebagian Sulawesi. Beberapa dekade terakhir, hewan melata
raksasa ini juga dapat ditemukan di hutan di Florida Amerika Serikat
akibat banyak para pemeliharanya yang melepaskan hewan ini
begitu saja ke alam liar.
Ular sanca bodo meskipun mulai langka di Indonesia tetapi
populasinya masih dianggap banyak sehingga IUCN Redlist masih
melabelinya dalam status konservasi ³Near Threatened´ (Hampir
Terancam).
Satu yang pasti, meskipun hewan melata ini banyak dipelihara
sebagai hewan peliharaan namun banyak yang tidak mengetahui
bahwa ular sanca bodo ini termasuk hewan yang dilindungi
sebagaimana saudara dekatnya sanca timor (Python timorensis)
lantaran semakin langka di alam liar.

È Y $ 
      Y
Komodo, atau yang selengkapnya disebut biawak komodo (Varanus
komodoensis[1]), adalah spesies kadal terbesar di dunia yang hidup
di pulau Komodo, Rinca, Flores, Gili Motang, dan Gili Dasami di
Nusa Tenggara.[2] Biawak ini oleh penduduk asli pulau Komodo juga
disebut dengan nama setempat ora.[3]
Termasuk anggota famili biawak Varanidae, dan klad Toxicofera,
komodo merupakan kadal terbesar di dunia, dengan rata -rata
panjang 2-3 m. Ukurannya yang besar ini berhubungan deng an
gejala gigantisme pulau, yakni kecenderungan meraksasanya tubuh
hewan-hewan tertentu yang hidup di pulau kecil terkait dengan tidak
adanya mamalia karnivora di pulau tempat hidup komodo, dan laju
metabolisme komodo yang kecil.[4][5] Karena besar tubuhny a, kadal
ini menduduki posisi predator puncak yang mendominasi ekosistem
tempatnya hidup.[6]
Komodo ditemukan oleh peneliti barat tahun 1910. Tubuhnya yang
besar dan reputasinya yang mengerikan membuat mereka populer di
kebun binatang. Habitat komodo di al am bebas telah menyusut
akibat aktivitas manusia dan karenanya IUCN memasukkan komodo
sebagai spesies yang rentan terhadap kepunahan. Biawak besar ini
kini dilindungi di bawah peraturan pemerintah Indonesia dan sebuah
taman nasional, yaitu Taman Nasional Komodo, didirikan untuk
melindungi mereka.
[sunting] Anatomi dan morfologi
Kulit komodo.
Di alam bebas, komodo dewasa biasanya memiliki massa sekitar 70
kilogram,[7] namun komodo yang dipelihara di penangkaran sering
memiliki bobot tubuh yang lebih besar. S pesimen liar terbesar yang
pernah ada memiliki panjang sebesar 3.13 meter dan berat sekitar
166 kilogram, termasuk berat makanan yang belum dicerna di dalam
perutnya.[8] Meski komodo tercatat sebagai kadal terbesar yang
masih hidup, namun bukan yang terpan jang. Reputasi ini dipegang
oleh biawak Papua (Varanus salvadorii).[9] Komodo memiliki ekor
yang sama panjang dengan tubuhnya, dan sekitar 60 buah gigi yang
bergerigi tajam sepanjang sekitar 2.5 cm, yang kerap diganti.[10] Air
liur komodo sering kali bercampur sedikit darah karena giginya
hampir seluruhnya dilapisi jaringan gingiva dan jaringan ini tercabik
selama makan.[11] Kondisi ini menciptakan lingkungan pertumbuhan
yang ideal untuk bakteri mematikan yang hidup di mulut mereka.[12]
Komodo memiliki lidah yang panjang, berwarna kuning dan
bercabang.[8] Komodo jantan lebih besar daripada komodo betina,
dengan warna kulit dari abu -abu gelap sampai merah batu bata,
sementara komodo betina lebih berwarna hijau buah zaitun, dan
memiliki potongan kecil kuning p ada tenggorokannya. Komodo muda
lebih berwarna, dengan warna kuning, hijau dan putih pada latar
belakang hitam.
[sunting] Fisiologi
Komodo yang berjemur.
Komodo tak memiliki indera pendengaran, meski memiliki lubang
telinga.[13] Biawak ini mampu melihat hi ngga sejauh 300 m, namun
karena retinanya hanya memiliki sel kerucut, hewan ini agaknya tak
begitu baik melihat di kegelapan malam. Komodo mampu
membedakan warna namun tidak seberapa mampu membedakan
obyek yang tak bergerak.[14] Komodo menggunakan lidahnya untuk
mendeteksi rasa dan mencium stimuli, seperti reptil lainnya, dengan
indera vomeronasal memanfaatkan organ Jacobson, suatu
kemampuan yang dapat membantu navigasi pada saat gelap.[15]
Dengan bantuan angin dan kebiasaannya menelengkan kepalanya
ke kanan dan ke kiri ketika berjalan, komodo dapat mendeteksi
keberadaan daging bangkai sejauh 4 ²9.5 kilometer.[11] Lubang
hidung komodo bukan merupakan alat penciuman yang baik karena
mereka tidak memiliki sekat rongga badan.[16] Hewan ini tidak
memiliki indra perasa di lidahnya, hanya ada sedikit ujung -ujung
saraf perasa di bagian belakang tenggorokan.[15]
Sisik-sisik komodo, beberapa di antaranya diperkuat dengan tulang,
memiliki sensor yang terhubung dengan saraf yang memfasilitasi
rangsang sentuhan. Sisik-sisik di sekitar telinga, bibir, dagu dan
tapak kaki memiliki tiga sensor rangsangan atau lebih.[11]
Komodo pernah dianggap tuli ketika penelitian mendapatkan bahwa
bisikan, suara yang meningkat dan teriakan ternyata tidak
mengakibatkan agitasi (gangguan) pad a komodo liar. Hal ini
terbantah kemudian ketika karyawan Kebun Binatang London ZSL,
Joan Proctor melatih biawak untuk keluar makan dengan suaranya,
bahkan juga ketika ia tidak terlihat oleh si biawak.[17]
[sunting] Ekologi, perilaku dan cara hidup
Kaki dan ekor komodo.
Komodo secara alami hanya ditemui di Indonesia, di pulau Komodo,
Flores dan Rinca dan beberapa pulau lainnya di Nusa Tenggara.[18]
Hidup di padang rumput kering terbuka, sabana dan hutan tropis
pada ketinggian rendah, biawak ini menyukai tem pat panas dan
kering ini. Mereka aktif pada siang hari, walaupun kadang -kadang
aktif juga pada malam hari. Komodo adalah binatang yang
penyendiri, berkumpul bersama hanya pada saat makan dan
berkembang biak. Reptil besar ini dapat berlari cepat hingga 20
kilometer per jam pada jarak yang pendek; berenang dengan sangat
baik dan mampu menyelam sedalam 4.5 meter;[19] serta pandai
memanjat pohon menggunakan cakar mereka yang kuat.[7] Untuk
menangkap mangsa yang berada di luar jangkauannya, komodo
dapat berdiri dengan kaki belakangnya dan menggunakan ekornya
sebagai penunjang.[17] Dengan bertambahnya umur, komodo lebih
menggunakan cakarnya sebagai senjata, karena ukuran tubuhnya
yang besar menyulitkannya memanjat pohon.
Untuk tempat berlindung, komodo menggali lu bang selebar 1±3
meter dengan tungkai depan dan cakarnya yang kuat.[20] Karena
besar tubuhnya dan kebiasaan tidur di dalam lubang, komodo dapat
menjaga panas tubuhnya selama malam hari dan mengurangi waktu
berjemur pada pagi selanjutnya.[21] Komodo umumnya berburu
pada siang hingga sore hari, tetapi tetap berteduh selama bagian
hari yang terpanas.[22] Tempat -tempat sembunyi komodo ini
biasanya berada di daerah gumuk atau perbukitan dengan semilir
angin laut, terbuka dari vegetasi, dan di sana -sini berserak kotoran
hewan penghuninya. Tempat ini umumnya juga merupakan lokasi
yang strategis untuk menyergap rusa.[23]
[sunting] Perilaku makan
Komodo di Rinca.
Komodo adalah hewan karnivora. Walaupun mereka kebanyakan
makan daging bangkai,[4] penelitian menunjukkan bahwa mereka
juga berburu mangsa hidup dengan cara mengendap -endap diikuti
dengan serangan tiba-tiba terhadap korbannya. Ketika mangsa itu
tiba di dekat tempat sembunyi komodo, hewan ini segera
menyerangnya pada sisi bawah tubuh atau tenggorokan.[11]
Komodo dapat menemukan mangsanya dengan menggunakan
penciumannya yang tajam, yang dapat menemukan binatang mati
atau sekarat pada jarak hingga 9,5 kilometer.[11]
Komodo muda di Rinca yang makan bangkai kerbau.
Reptil purba ini makan dengan cara mencabik potong an besar
daging dan lalu menelannya bulat -bulat sementara tungkai depannya
menahan tubuh mangsanya. Untuk mangsa berukuran kecil hingga
sebesar kambing, bisa jadi dagingnya dihabiskan sekali telan. Isi
perut mangsa yang berupa tumbuhan biasanya dibiarkan t ak
disentuh.[23] Air liur yang kemerahan dan keluar dalam jumlah
banyak amat membantu komodo dalam menelan mangsanya. Meski
demikian, proses menelan tetap memakan waktu yang panjang; 15 ±
20 menit diperlukan untuk menelan seekor kambing. Komodo
kadang-kadang berusaha mempercepat proses menelan itu dengan
menekankan daging bangkai mangsanya ke sebatang pohon, agar
karkas itu bisa masuk melewati kerongkongannya. Dan kadang -
kadang pula upaya menekan itu begitu keras sehingga pohon itu
menjadi rebah.[23] Untuk menghindari agar tak tercekik ketika
menelan, komodo bernafas melalui sebuah saluran kecil di bawah
lidah, yang berhubungan langsung dengan paru -parunya.[11]
Rahangnya yang dapat dikembangkan dengan leluasa,
tengkoraknya yang lentur, dan lambungnya yang dapa t melar luar
biasa memungkinkan komodo menyantap mangsa yang besar,
hingga sebesar 80% bobot tubuhnya sendiri dalam satu kali
makan.[24][6] Setelah makan, komodo menyeret tubuhnya yang
kekenyangan mencari sinar matahari untuk berjemur dan
mempercepat proses pencernaan. Kalau tidak, makanan itu dapat
membusuk dalam perutnya dan meracuni tubuhnya sendiri.
Dikarenakan metabolismenya yang lamban, komodo besar dapat
bertahan dengan hanya makan 12 kali setahun atau kira -kira sekali
sebulan.[11] Setelah daging man gsanya tercerna, komodo
memuntahkan sisa-sisa tanduk, rambut dan gigi mangsanya, dalam
gumpalan-gumpalan bercampur dengan lendir berbau busuk,
gumpalan mana dikenal sebagai gastric pellet. Setelah itu komodo
menyapukan wajahnya ke tanah atau ke semak-semak untuk
membersihkan sisa-sisa lendir yang masih menempel; perilaku yang
menimbulkan dugaan bahwa komodo, sebagaimana halnya
manusia, tidak menyukai bau ludahnya sendiri.[11]
Dalam kumpulan, komodo yang berukuran paling besar biasanya
makan lebih dahulu, diikuti yang berukuran lebih kecil menurut
hirarki. Jantan terbesar menunjukkan dominansinya melalui bahasa
tubuh dan desisannya; yang disambut dengan bahasa yang sama
oleh jantan-jantan lain yang lebih kecil untuk memperlihatkan
pengakuannya atas kekuasaan itu. Komodo-komodo yang berukuran
sama mungkin akan berkelahi mengadu kekuatan, dengan cara
semacam gulat biawak, hingga salah satunya mengaku kalah dan
mundur; meskipun adakalanya yang kalah dapat terbunuh dalam
perkelahian dan dimangsa oleh si pemenang.[ 11]
Mangsa biawak komodo amat bervariasi, mencakup aneka
avertebrata, reptil lain (termasuk pula komodo yang bertubuh lebih
kecil), burung dan telurnya, mamalia kecil, monyet, babi hutan,
kambing, rusa, kuda, dan kerbau. Komodo muda memangsa
serangga, telur, cecak, dan mamalia kecil.[4][24] Kadang -kadang
komodo juga memangsa manusia dan mayat yang digali dari lubang
makam yang dangkal.[17] Kebiasaan ini menyebabkan penduduk
pulau Komodo menghindari tanah berpasir dan memilih mengubur
jenazah di tanah liat, serta menutupi atasnya dengan batu -batu agar
tak dapat digali komodo.[23] Ada pula yang menduga bahwa komodo
berevolusi untuk memangsa gajah kerdil Stegodon yang pernah
hidup di Flores.[25] Komodo juga pernah teramati ketika
mengejutkan dan menakuti rusa-rusa betina yang tengah hamil,
dengan harapan agar keguguran dan bangkai janinnya dapat
dimangsa; suatu perilaku yang juga didapati pada predator besar di
Afrika.[25]
Karena tak memiliki sekat rongga badan, komodo tak dapat
menghirup air atau menjilati air untuk minum (seperti kucing). Alih-
alih, komodo µmencedok¶ air dengan seluruh mulutnya, lalu
mengangkat kepalanya agar air mengalir masuk ke perutnya.[11]
[sunting] Bisa dan bakteri
Pada akhir 2005, peneliti dari Universitas Melbourne, Australia,
menyimpulkan bahwa biawak Perentie (Varanus giganteus) dan
biawak-biawak lainnya, serta kadal-kadal dari suku Agamidae,
kemungkinan memiliki semacam bisa. Selama ini diketahui bahwa
luka-luka akibat gigitan hewan -hewan ini sangat rawan infeksi karena
adanya bakteria yang hidup di mulut kadal-kadal ini, akan tetapi para
peneliti ini menunjukkan bahwa efek langsung yang muncul pada
luka-luka gigitan itu disebabkan oleh masuknya bisa berkekuatan
menengah. Para peneliti ini telah mengamati luka -luka di tangan
manusia akibat gigitan biawak Varanus varius, V. scalaris dan
komodo, dan semuanya memperlihatkan reaksi yang serupa:
bengkak secara cepat dalam beberapa menit, gangguan lokal dalam
pembekuan darah, rasa sakit yang mencekam hingga ke siku,
dengan beberapa gejala yan g bertahan hingga beberapa jam
kemudian.[26] Sebuah kelenjar yang berisi bisa yang amat beracun
telah berhasil diambil dari mulut seekor komodo di Kebun Binatang
Singapura, dan meyakinkan para peneliti akan kandungan bisa yang
dipunyai komodo[27].
Di samping mengandung bisa, air liur komodo juga memiliki aneka
bakteri mematikan di dalamnya; lebih dari 28 bakteri Gram-negatif
dan 29 Gram-positif telah diisolasi dari air liur ini.[28] Bakteri -bakteri
tersebut menyebabkan septikemia pada korbannya; jika gigita n
komodo tidak langsung membunuh mangsa dan mangsa itu dapat
melarikan diri, umumnya mangsa yang sial ini akan mati dalam
waktu satu minggu akibat infeksi. Bakteri yang paling mematikan di
air liur komodo agaknya adalah bakteri Pasteurella multocida yang
sangat mematikan; diketahui melalui percobaan dengan tikus
laboratorium.[29] Karena komodo nampaknya kebal terhadap
mikrobanya sendiri, banyak penelitian dilakukan untuk mencari
molekul antibakteri dengan harapan dapat digunakan untuk
pengobatan manusia.[30 ]
[sunting] Reproduksi
Pada gambar ini, ekor dan cakar komodo dapat terlihat dengan jelas.
Komodo yang tidur. Perhatikan kukunya yang besar. Kukunya
digunakan untuk bertempur dan makan.
Musim kawin terjadi antara bulan Mei dan Agustus, dan telur komodo
diletakkan pada bulan September.[19] Selama periode ini, komodo
jantan bertempur untuk mempertahankan betina dan teritorinya
dengan cara "bergulat" dengan jantan lainnya sambil berdiri di atas
kaki belakangnya. Komodo yang kalah akan terjatuh dan "terkunci "
ke tanah. Kedua komodo jantan itu dapat muntah atau buang air
besar ketika bersiap untuk bertempur.[17] Pemenang pertarungan
akan menjentikkan lidah panjangnya pada tubuh si betina untuk
melihat penerimaan sang betina.[6] Komodo betina bersifat
antagonis dan melawan dengan gigi dan cakar mereka selama awal
fase berpasangan. Selanjutnya, jantan harus sepenuhnya
mengendalikan betina selama bersetubuh agar tidak terluka. Perilaku
lain yang diperlihatkan selama proses ini adalah jantan
menggosokkan dagu mereka pada si betina, garukan keras di atas
punggung dan menjilat.[31] Kopulasi terjadi ketika jantan
memasukan salah satu hemipenisnya ke kloaka betina.[14] Komodo
dapat bersifat monogamus dan membentuk "pasangan," suatu sifat
yang langka untuk kadal.[17][24]
Betina akan meletakkan telurnya di lubang tanah, mengorek tebing
bukit atau gundukan sarang burung gosong berkaki -jingga yang telah
ditinggalkan. Komodo lebih suka menyimpan telur -telurnya di sarang
yang telah ditinggalkan.[32] Sebuah sarang komodo rata -rata berisi
20 telur yang akan menetas setelah 7 ±8 bulan.[17] Betina berbaring
di atas telur-telur itu untuk mengerami dan melindunginya sampai
menetas di sekitar bulan April, pada akhir musim hujan ketika
terdapat sangat banyak serangga.[19]
Proses penetasan adalah usaha melelahkan untuk anak komodo,
yang keluar dari cangkang telur setelah menyobeknya dengan gigi
telur yang akan tanggal setelah pekerjaan berat ini selesai. Setelah
berhasil menyobek kulit telur, bayi komodo dapat berbaring di
cangkang telur mereka untuk beberapa jam sebelum memulai
menggali keluar sarang mereka. Ketika menetas, bayi -bayi ini tak
seberapa berdaya dan dapat dimangsa oleh predator.[11]
Komodo muda menghabiskan tahun-tahun pertamanya di atas
pohon, tempat mereka relatif aman dari predator, termasuk dari
komodo dewasa yang kanibal, yang sekitar 10% dari makanannya
adalah biawak-biawak muda yang berhasil diburu.[33][17] Komodo
membutuhkan tiga sampai lima tahun untuk menjadi dewasa, dan
dapat hidup lebih dari 50 tahun.[20]
Di samping proses reproduksi yang normal, terdapat beberapa
contoh kasus komodo betina menghasilkan anak tanpa kehadiran
pejantan (partenogenesis), fenomena yang juga diketahui muncul
pada beberapa spesies reptil lainnya seperti pada
Cnemidophorus.[7]
[sunting] Partenogenesis
Bayi komodo partenogenetik di Kebun Binatang Chester, Inggris.
Sungai, seekor komodo di Kebun Binatang London, telah bertelur
pada awal tahun 2006 setelah dipisah dari jantan selama lebih dari
dua tahun. Ilmuwan pada awalnya mengira bahwa komod o ini dapat
menyimpan sperma beberapa lama hasil dari perkawinan dengan
komodo jantan di waktu sebelumnya, suatu adaptasi yang dikenal
dengan istilah superfekundasi.[34]
Pada tanggal 20 Desember 2006, dilaporkan bahwa Flora, komodo
yang hidup di Kebun Bina tang Chester, Inggris adalah komodo
kedua yang diketahui menghasilkan telur tanpa fertilisasi
(pembuahan dari perkawinan): ia mengeluarkan 11 telur, dan 7 di
antaranya berhasil menetas.[35] Peneliti dari Universitas Liverpool di
Inggris utara melakukan tes genetika pada tiga telur yang gagal
menetas setelah dipindah ke inkubator, dan terbukti bahwa Flora
tidak memiliki kontak fisik dengan komodo jantan. Setelah temuan
yang mengejutkan ini, pengujian lalu dilakukan terhadap telur -telur
Sungai dan mendapatkan bahwa telur-telur itupun dihasilkan tanpa
pembuahan dari luar.[36]
Bayi komodo partenogenetik di Kebun Binatang Chester, Inggris.
Komodo memiliki sistem penentuan seks kromosomal ZW, bukan
sistem penentuan seks XY. Keturunan Flora yang berkelamin jantan,
menunjukkan terjadinya beberapa hal. Yalah bahwa telur Flora yang
tidak dibuahi bersifat haploid pada mulanya dan kemudian
menggandakan kromosomnya sendiri menjadi diploid; dan bahwa ia
tidak menghasilkan telur diploid, sebagaimana bisa terjadi jika salah
satu proses pembelahan-reduksi meiosis pada ovariumnya gagal.
Ketika komodo betina (memiliki kromosom seks ZW) menghasilkan
anak dengan cara ini, ia mewariskan hanya salah satu dari
pasangan-pasangan kromosom yang dipunyainya, termasuk satu
dari dua kromosom seksnya. Satu set kromosom tunggal ini
kemudian diduplikasi dalam telur, yang berkembang secara
partenogenetika. Telur yang menerima kromosom Z akan menjadi
ZZ (jantan); dan yang menerima kromosom W akan menjadi WW
dan gagal untuk berkembang.[37]
Diduga bahwa adaptasi reproduktif semacam ini memungkinkan
seekor hewan betina memasuki sebuah relung ekologi yang
terisolasi (seperti halnya pulau) dan dengan cara partenogenesis
kemudian menghasilkan keturunan jantan. Melalui perkawinan
dengan anaknya itu di saat yang berikutnya hewan-hewan ini dapat
membentuk populasi yang bereproduksi secara seksual, karena
dapat menghasilkan keturunan jantan dan betina.[37] Meskipun
adaptasi ini bersifat menguntungkan, kebun binatang perlu waspada
kerena partenogenesis mungkin dapat mengurangi keragaman
genetika.[38]
Pada 31 Januari 2008, Kebun Binatang Sedgwick County di Wichita,
Kansas menjadi kebun binatang yang pertama kali mendokumentasi
partenogenesis pada komodo di Amerika. Kebun binatang ini
memiliki dua komodo betina dewasa, yang salah satu di antaranya
menghasilkan 17 butir telur pada 19 -20 Mei 2007. Hanya dua telur
yang diinkubasi dan ditetaskan karena persoalan ketersediaan
ruang; yang pertama menetas pada 31 Januari 2008, diikuti oleh
yang kedua pada 1 Februari. K edua anak komodo itu berkelamin
jantan
 Y c   Y? ?  Y
Y
  YY

Dalam lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1999 tentang


Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa terdapat 20 jenis serangga dilindungi
undang-undang antara Lain:

No. NAMA ILMIAH NAMA INDONESIA


1   
 Kupu bidadari
2 %   Kupu sayap burung peri
3 %   Kupu sayap burung goliat
4 %   Kupu sayap burung surga
5 %   Kupu sayap priamus
6 %     Kupu burung rotsil
7 %    Kupu burung titon
8 )    # Kupu trogon
9 )  
 Kupu raja
10 )     Kupu raja
11 )    Kupu raja
12 )    Kupu raja
13 )   Kupu raja
14 )  
  Kupu raja
15 )    Kupu raja
16 )   Kupu raja
17 )   Kupu raja
18 )   Kupu raja
19 )   Kupu raja
20 )    Kupu raja

v Y '*'Y ( 'Y" Y# !Y„   Y


Secara umum kupu ini dikenal dengan nama Goliath Birdwing (kupu
sayap burung), disebut kupu sayap burung karena pada saat istirahat
penutupan sayapnya menyerupai penutupan sayap seekor burung pada
saat sedang tidak terbang.
Ada perbedaan dari morfologi atau penampakan luar antara kupu jantan
dan betina. Perbedaan itu meliputi warna dan ukuran. Pada kupu jantan,
warna hijau kekuningan berpadu dengan hitam, suatu komposisi yang
sangat kontras untuk sepasang sayap depan. Masih dalam padanan
kontras antara hitam dan hijau dengan pola seperti batik be rwarna
coklat kekuningan menambah semarak sepasang sayap bagian
belakang.
Lain halnya dengan pola warna kupu betina yang hanya didominasi oleh
warna putih dan coklat kemerahan dengan pola seperti batik juga. Pola
warna kupu betina tidak begitu menarik bila dibandingkan dengan
jantan. Dari segi ukuran, jantan tampak berukuran lebih kecil dibanding
betina. Ukuran bentang sayap secara horizontal untuk jantan dan betina
masing-masing 15 cm dan 19 cm, sedangkan secara vertikal, bentang
sayap jantan dan betina ma sing-masing 13 cm dan 15 cm. Cukup besar
memang bila dilihat dari segi ukuran jika dibandingkan dengan kupu -
kupu yang sering kita temui di pekarangan.
Ada alasan tertentu tentang ukuran kupu jantan yang lebih kecil
dibandingkan dengan betina. Dalam dunia s erangga sering dijumpai
individu jantan selalu berukuran lebih kecil, hal ini berhubungan dengan
tingkah laku jantan yang lebih aktif dan agresif ketika berhadapan
dengan pasangan yang akan dikawininya. Tubuh yang kecil
memungkinkan serangga jantan dapat b ergerak lebih aktif dan agresif.
Ukuran betina yang lebih besar berhubungan dengan peran betina
setelah melakukan perkawinan dengan jantan. Ukuran tubuh yang lebih
besar menyimpan banyak cadangan energi, energi tersebut digunakan
untuk terbang lebih jauh d an lama serta memilih tanaman inang yang
cocok untuk meletakkan telur-telurnya.
Setiap jenis kupu mempunyai tanaman inang khusus untuk tempat
meletakkan telur-telurnyanya. Telur kupu O. goliath sering dijumpai di
tanaman sirih hutan (Aristolochia spp.). Ta naman ini nantinya sebagai
sumber makanan pokok untuk ulat-ulat yang telah menetas dari telur.
Kupu O. goliath dapat ditemukan keberadaannya di Indonesia bagian
timur antara lain di kepulauan Seram, Waigeo, dan Irian Jaya
(Manokwari). Kupu-kupu ini dapat ditemukan di hutan-hutan pedalaman
Irian Jaya dan sekitarnya. Oleh sebab itu marilah kita menjaga hutan -
hutan yang masih tersisa di wilayah negara kita, supaya kita lebih sering
bertemu dengan kupu-kupu indah yang ada di dalamnya.
Ò Y '*'Y  Y     Y
Jenis kupu ± Kupu yang paling banyak terdapat di taman kupu ± kupu.
Troides helena merupakan salah satu spesies khas jawa, dan
sebenarnya sudah masuk kategori satwa dilindungi, namun telah
terdapat penangkarannya, untuk mempertahankan populasi hele na. Dan
merupakan salah satu indikator perubahan iklim.
Sayapnya berwarna kuning dengan ukurannya yang cukup besar,
sangat aktif di taman kupu ± kupu. telur dan larva helena dapat
ditemukan di tanaman sirih hutan (Aristolochia tagala)

 Y ?  Y  +Y , +Y? Yc - - Y? ?  YY

Dalam lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1999 tentang


Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa terdapat 7 jenis ikan dilindungi
undang-undang antara Lain:

No. NAMA ILMIAH NAMA INDONESIA


1   
  Selusur Maninjau
2   Ikan raja laut
3 Belida Jawa, Lopis Jawa (semua jenis
$   
dari genus Notopterus)
4 Pari Sentani, Hiu Sentani (semua jenis
& 
dari genus Pritis)
5 &    Wader goa
6 (      Peyang malaya, Tangkelasa
7 (     Arowana Irian, Peyang Irian, Kaloso
8 Akar bahar, Koral hitam (semua jenis
Ê 
dari genus Anthiphates)
9    Ketam kenari
10   Kepala kambing
11     Triton terompet
12     Kima tapak kuda, Kima kuku beruang
13      Kima Cina
14 $   Nautilus berongga
15 )    Ketam tapak kuda
16 )    Kima kunia, Lubang
17 )   Kima selatan
18 )    Kima raksasa
19 )    Kima kecil
20 )  +  Kima sisik, Kima seruling
21 )     Troka, Susur bundar
22 )   Batu laga, Siput hijau
1. Ikan raja laut (Latimeria chalumnae)

Ikan raja laut atau Coelacanth merupakan ikan purba yang banyak hidup
pada 360 juta tahun yang lalu. Ikan raja laut yang dikenal sebagai
Coelacanth kini hanya tersisa dua spesies yaitu Latimeria menadoensis
(Indonesia Coelacanth) dan Latimeria chalumnae (Comoro Coelacanth).
Sedangkan berbagai jenis lainnya, sekitar 120 spesies, dinyatakan telah
punah dan hanya ditemukan fosilnya saja.

Coelacanth adalah jenis ikan berpa ru-paru yang dipercaya sebagian ahli
sebagai nenek moyang tetrapoda, yaitu nenek moyang binatang yang hidup
di darat termasuk manusia. Ikan raja laut atau Coelacanth mempunyai
habitat di lautan dalam, 700 meter di bawah permukaan laut. Meskipun
terkadang ikan purba ini bisa berada di kedalaman laut 200 meter.

Ikan raja laut (Coelacanth) telah dianggap punah pada 65 juta tahun yang
silam. Ke-120 spesies hanya dikenali dari berbagai fosil yang ditemukan.
Namun pada 1938, seekor coelacanth hidup tertangkap ole h jaring hiu di
Chalumna, Afrika Selatan.

Kapten kapal yang menangkap ikan tersebut tertarik sehingga


mengirimkannya ke museum di London yang dipimpin oleh Nn. Marjorie
Courtney-Latimer. Dr. J.L.B. Smith kemudian mendiskripsikan ikan purba
tersebut dan memberikan nama Latimeria chalumnae pada tahun 1939.
Nama genus ikan diambil dari nama pimpinan museum London, sedangkan
nama spesiesnya sebagai pengenang lokasi penemuan ikan raja laut itu.

Hingga tahun 1990, beberapa ekor jenis Latimeria chalumnae (Comoro


Coelacanth) berhasil tertangkap di Kepulauan Komoro, perairan Afika
Selatan hingga ke Madagaskar.

Pada tahun 1998, seekor ikan raja laut tertangkap jaring nelayan di perairan
Pulau Manado Tua, Sulawesi Utara. Ikan jenis ini sebenarnya sudah umum
dikenal oleh nelayan setempat namun belum terdiskripsikan hingga seorang
peneliti Amerika yang tinggal di Manado, Mark Erdmann dan beberapa
temannya termasuk ilmuan LIPI mempublikasikannya dan belakangan ikan
raja laut ini disebut sebagai spesies baru, Latimeria men adoensis
(Coelacanth Sulawesi).

Antara ikan raja laut spesies Latimeria chalumnae (Coelacanth Komoro)


dan Latimeria menadoensis (Coelacanth Sulawesi) mempunyai ciri -ciri yang
serupa. Ekor ikan purba ini berbentuk seperti kipas dengan mata yang
besar dan sisik yang terlihat tidak sempurna (seperti batu). Panjangnya
mencapai 2 meter dengan berat mencapai 80 -100 kg. Perbedaannya
terdapat pada warna kulit Latimeria menadoensis yang berwarna coklat
sedangkan Latimeria chalumnae berwarna biru baja.
Status konservasi kedua jenis ikan raja laut ini juga berbeda. Oleh IUCN
Redlist Coelacanth Komoro (Latimeria chalumnae) berstatuskan Kritis
(Critically Endangered) sedangkan Coelacanth Sulawesi bersatuskan
Vulnerable (Rentan). CITES memasukkannya dalam daftar Apendiks I. Di
Indonesia, ikan raja laut termasuk ikan yang dilindungi berdasarkan PP
Nomor 7 Tahun 1999.

Klasifikasi ilmiah: Kerajaan: Animalia; Filum: Chordata; Kelas: Sarcopterygii;


Subkelas: Coelacanthimorpha; Ordo: Coelacanthiformes; Famili:
Latimeriidae; Genus: Latimeria; Spesies: Latimeria chalumnae; Latimeria
menadoensis. Nama Indonesia: Ikan raja laut

2. Ketam kenari

Pada masa lalu, ketam ini cukup luas penyebarannya dan dapat ditemui di
seluruh kawasan barat Samudera Pasifik dan Samudera India.
Penyebarannya berkaitan dengan penyebaran tanaman kelapa. Mungkin
karena binatang itu senang sekali makan buah kelapa. Tetapi akhir -akhir
ini, penyebarannya hanya terbatas di pulau -pulau kecil yang umumnya tidak
dihuni orang. Di pantai pulau -pulau yang sudah ada orangnya, ketam itu
diduga sudah punah. Di Sulawesi, masih ada yang menyisa di Pulau
Sangihe, Talaud, Kawio, Togian, dan Banggai.Penghuni pantai

Ketam kenari hidup di pantai dekat laut, tetapi kadang juga dapat ditemukan
di daerah yang jauh (sampai 100 m di atas permukaan laut) ke arah
pedalaman, seperti di Kepulauan Salomon misalnya.

Kepiting biasa umumnya kawin di laut, tetapi ketam kenari tidak. Mereka
kawin di daratan, dan sesudah kawin, telur yang sudah dibuahi disimpan di
bagian bawah perut ket am kenari betina. Telur yang jumlahnya puluhan ribu
butir itu kemudian dilepas ke air laut kalau sudah ada air pasang pada
bulan purnama.

Menunggu air pasang bulan purnama ini ada maksudnya! Sebab, dengan
adanya air pasang, sebagian besar telur yang akan m enetas menjadi larva
nanti dapat terbawa ke tengah laut, tempat mereka menemukan plankton
sebagai makanannya.

Selama 3 ± 8 minggu, larva itu sendiri menjadi bagian dari plankton. Agar
tidak ditelan oleh binatang lain yang mengira bahwa ia juga plankton, ia
berlindung ke dalam rumah siput yang kosong ditinggalkan pemiliknya.
Pada tahap ini biasanya ia bersaing dengan para kepiting tulen untuk
memperoleh makanan.
Ketam kenari yang sudah berhasil memperoleh rumah siput, akan
meninggalkan air laut untuk mengung si ke daratan tepi pantai. Ia akan
tinggal dalam rumah siput yang berhasil digotongnya ke pantai itu selama 3
± 4 minggu. Sesudah itu, tubuhnya sudah tumbuh bongsor sampai rumah
bekas siput tidak muat lagi. Rumah curiannya ditinggalkan dan ia mengubur
diri dalam lubang galian pasir pantai yang basah. Di sinilah ia berubah
menjadi ketam kenari yang menanjak dewasa. Lubang ini bisa sampai
sedalam 0,6 m.

Ketam kenari dewasa dapat mencapai ukuran 1 m (dari ujung kaki ke ujung
kaki lainnya), dengan bobot 17 kg. Dibiarkan hidup selamat sampai tua, ia
bisa sampai 30 tahun umurnya. Ketika masih muda berwarna coklat dengan
loreng hitam di kakinya, tetapi sesudah tua berwarna lembayung muda,
campur coklat dan ungu tua.

Ketam kenari yang sudah besar ini umumnya bersemb unyi dalam lubang
karang atau lubang bebatuan yang cocok di dekat pantai. Bahkan
terkadang di bawah pohon kelapa atau akar pandan.

Tidak hanya kelapa

Dalam lubang persembunyian itu ketam kenari akan berganti kulit dengan
aman, bebas dari ancaman musuh yang tergiur oleh tubuhnya yang
telanjang. Ia hidup sebagai binatang malam karena tubuhnya tidak tahan
terhadap sengatan matahari terik tepi pantai. Pada siang hari ia lebih suka
tinggal diam dalam lubang persembunyiannya. Pada waktu malam ia
mencari makan, dan makanan yang diperolehnya dibawa ke dalam lubang
persembunyian. Biasanya memakan waktu beberapa hari untuk
menghabiskannya.

Walaupun ia dipandang sebagai binatang malam, namun tidak semua


pakar perikanan menyetujuinya sebagai binatang malam. Sebab, terk adang
ketam kenari itu juga tertangkap basah ketika sedang ngeluyur waktu siang.

Makanan utamanya buah kelapa, sampai ia sering disebut pencuri kelapa.


Orang Inggris menyebutnya robber crab karena menganggap ketam itu
mencuri kelapa pada malam hari, ketika pemilik pohon sedang tidur lelap.

Ia memang mahir memanjat kelapa, dengan ujung kakinya yang runcing


sebagai tangan pemeluk batang, sampai setinggi 20 m untuk memetik
buah. Menurut cerita rakyat setempat, kalau sudah berhasil memetik buah
kelapa, ia akan menjatuhkan buah itu ke tanah dan turun dulu untuk
menguliti buah dengan capitnya yang luar biasa kuatnya. Sesudah dikuliti,
buah akan dibawa lagi naik pohon, dan dari atas pohon buah itu dijatuhkan
ke tanah agar pecah. Barulah ia turun lagi untuk makan bu ah yang sudah
pecah. Ia tidak pernah makan buah di atas pohon.

Namun, ketam kenari tidak sepenuhnya tergantung pada kelapa, dan


kelapa juga bukan makanan utama satu -satunya baginya. Makanan lain
yang juga sering dimakannya ialah buah pandan. Ia dapat memak an apa
saja, termasuk kepiting yang sedang berganti kulit, kayu yang sudah lapuk,
atau bahkan burung kecil. Dalam pemeliharaan sebagai binatang rumah,
ketam kenari juga dapat hidup dengan makan kol, daun selada, atau
bahkan berbagai macam makanan lainnya.

Terancam punah

Ketam kenari muda biasanya menjadi mangsa bagi binatang lain yang lebih
besar, seperti biawak, babi hutan, dan terkadang burung besar. Tetapi
ancaman yang lebih besar datang dari pihak manusia. Karena dagingnya
lezat seperti kepiting, ketam kenari sering diburu untuk dimakan, baik oleh
penduduk setempat maupun oleh para wisatawan yang diperkenalkan
kepadanya. Populasi binatang itu turun sampai di beberapa pulau di
Indonesia diduga sudah langka (meskipun belum ada yang mendata
jumlahnya secara pasti).

Karena populasinya yang sudah merosot itulah, ketam kenari jadi langka,
sehingga harganya mahal. Sebelum krisis moneter, harganya di Sulawesi
sekitar Rp 40.000,- ± Rp 60.000,- seekor, tergantung besarnya ketam dan
cara memasaknya. Tetapi karena merupakan hidangan istimewa, ia masih
saja dapat dijumpai di berbagai restoran mahal di Manado, Ternate, dan
Jakarta. Para penggemar makanan enak yang pernah merasakan ketam
kenari akan mengatakan bahwa tidak ada satu kepiting pun yang dapat
melebihi kelezatan ketam kenari.
Glosarium

Ekstirpasi : kepunahan di suatu area, dan masih ada kemungkinan tersisa


di area lainnya.

Punah : lenyap dan tidak bias ditemui lagi keberadaannya do dunia.


Kepunahan dalam biologi berarti hilangnya keberadaan dari
sebuah spesies atau sekelompok takson.
http://blogmhariyanto.blogspot.com/2009/07/daftar -serangga-insecta-
dilindungi.html
http://id.merbabu.com/fauna/badak -jawa.html
http://www.dephut.go.id
http://alamendah.wordpress.com
http://www.wisatakaltim.com

Anda mungkin juga menyukai