Anda di halaman 1dari 49

“KEPUNAHAN”

Definisi Kepunahan
 Suatu spesies dinamakan punah bila anggota
terakhir dari spesies ini mati.
 Kepunahan terjadi bila tidak ada lagi makhluk
hidup dari spesies tersebut yang dapat
berkembang biak dan membentuk generasi.
 Suatu spesies juga disebut fungsional punah
bila beberapa anggotanya masih hidup tetapi
tidak mampu berkembang biak, misalnya karena
sudah tua, atau hanya ada satu jenis kelamin.
Kepunahan dalam arti Biologi
 Kepunahan dalam biologi berarti hilangnya
keberadaan dari sebuah spesies atau sekelompok
takson.
 Waktu kepunahan sebuah spesies ditandai dengan
matinya individu terakhir spesies tersebut, walaupun
kemampuan untuk berkembang biak tidak ada lagi
sebelumnya. Tetapi dikarenakan wilayah sebaran
sebuah spesies atau takson yang bisa sangat luas,
sehingga sangat sulit untuk menentukan waktu
kepunahan.
 Kesulitan ini dapat berujung kepada suatu fenomena
yang dinamakan takson Lazarus, dimana sebuah
spesies dianggap telah punah tetapi muncul kembali.
Kepunahan dalam Ilmu Ekologi
 Di dalam ilmu ekologi, istilah kepunahan
dipakai untuk kepunahan disuatu studi area.
 Namun demikian, spesies ini masih bisa
ditemukan di tempat lain. Fenomena ini
disebut juga ekstirpasi.
 Contohnya adalah penempatan serigala dari
tempat lain di Taman Nasional Yellowstone, di
Idaho, Amerika Serikat, dimana sebelumnya
serigala sudah punah ditempat itu.
Kategori Kepunahan
 Salah satu aspek penting di tema kepunahan
binatang ialah usaha manusia untuk
mengembangkan spesies yang terancam
punah ("endangered species") dengan
membuat katagori Conservasi Status.
 Kategori ini memberikan indikasi dari risiko
kepunahan suatu spesies.
 Salah satu kategori membagi jenis ancaman
kepunahan sebagai berikut (1) kritikal
terancam, (2) terancam , dan (3) rawan.
Faktor-faktor kepunahan
Kebanyakan kepunahan diperkirakan disebabkan
oleh perubahan lingkungan yang mempengaruhi
spesies dalam dua cara :

 Spesies mungkin tidak mampu beradaptasi terhadap


lingkungan yang berubah dan mati tanpa keturunan ;
 atau dapat beradaptasi tetapi dalam prosesnya
mungkin berkembang menjadi spesies baru yang
berbeda.

Dampak manusia pada lingkungan melalui


pemburuan, pengumpulan dan perusakan habitat
merupakan faktor yang signifikan pada kepunahan
binatang dan tumbuhan.
Kepunahan masal
Kepunahan merupakan fitur yang sedang
terjadi pada flora dan fauna di
bumi,banyak spesies yang pernah hidup
telah punah.
Catatan fosil menunjukkan pernah terjadi
beberapa kali kepunahan masal,
dengan setiap kali terjadi kepunahan
spesies masal pula.
 Salah satu kepunahan terjadi pada akhir
jaman Cretaceous 66 juta tahun yang lalu di
mana dinosaurus dan banyak spesies laut
mati.
 Bukti-bukti yang ada menunjuk pada
kejatuhan asteroid sebagai penyebab
kepunahan ini.
Keadaan kepunahan masa kini

 Meskipun telah banyak upaya konservasi,


penurunan terus terjadi pada semua spesies
secara luas.
 Daftar merah hewan yang terancam pada
tahun 1996 yang dikeluarkan oleh the
International Union for Censervation of
Nature and Natural Resources
mengidentifikasi 5.205 spesies terancam
kepunahan.
Kepunahan di Indonesia

Sudah Punah :
 Harimau Jawa
 Harimau Bali

Terancam Punah :
Badak Jawa

 Badak Sumatra
 Harimau Sumatra
 Orang utan
Harimau Bali yang punah tahun 1937.
contoh kasus hewan yang sudah punah :

1.DODO
 Dodo berasal dari Mauritius.
 Dodo bergerak lamban dan cukup jinak, sifat yang
sebenarnya tidak begitu bagus untuk bisa bertahan
hidup.
 Dagingnya tidak enak bila dimakan dan
mempunyai hubungan jauh dengan famili burung
merpati.
 Ia diperkirakan mempunyai ketinggian 70 cm dan
lebar yang hampir sama dari paruh sampai buntut.
 Dodo adalah jenis burung yang tidak dapat
terbang. Oleh karena itu, ia meletakkan telurnya
di tanah.
 Tak heran bila telurnya banyak dimakan hewan
yang dibawa oleh manusia di abad ke-17 ke
pulau Mauritius, seperti babi, anjing, dan keledai
 Dalam waktu 70 tahun setelah orang Eropa
pertama kali menginjakkan kaki di Mauritius,
Dodo menjadi punah. Dodo diperkirakan punah
di tahun 1693.
 Nasib tragis dodo tidak berhenti sampai begitu
saja.
 Di tahun 1755, direktur Museum Ashmolean di
Oxford memerintahkan untuk membakar
eksemplar dodo di museum karena tampangnya
semakin jelek.
 Ini keputusan yang cukup mengagetkan karena
eksemplar ini adalah satu-satunya yang ada.
 Seorang pekerja museum yang tidak setuju dengan
keputusan ini mencoba menyelamatkan eksemplar
dodo dari bakar api.
 Sayangnya, ia hanya berhasil menyelamatkan
kepala dan sebagian dari kakinya.
2. sapi Laut Stellers
 Sapi laut Steller(Hydrodamalis gigas), punah
akibat keganasan berburu
 Sapi laut Stellers adalah jenis sapi laut yang mempunyai
hubungan dengan duyung.
 Binatang ini sangat besar; binatang yang dewasa berbobot
10 ton dan bisa mencapai kepanjangan 9 meter.
 Georg Steller, seorang botanis Jerman yang bekerja di
Alaska (dulunya bagian dari Rusia), sangat menggemari
binatang ini.
 Ia menemukan binatang ini pada thuan 1741 di pulau
Siberia, di depan pesisir Siberia
 Satu hal yang tidak bisa dilakukan Steller ialah
menyelamatkan binatang ini dari kepunahan.
 Binatang ini banyak diburu dengan ganas untuk
bahan makanan dan kulitnya dipakai untuk membuat
kapal.
 Lemak dari hewan ini juga dipakai sebaga bahan
dasar pembuatan mentega dan untuk bahan bakar
lampu.
 Minyak hewan ini tidak mempunyai bau ataupun
asap, juga bisa disimpan lama di suhu yang cukup
panas. Pada tahu 1768, kira-kira 30 tahun setelah
binatang ini pertama kali diamati, ia punah.
3. Burung Kecil dari Pulau Stephen, Selandia Baru.
Burung kecil dari pulau Stpehen (Xenicus lyalli),
punah karena kebodohon manusia
 Kepunahan burung ini memberikan contoh
bahwa penyebab kepunahan tidak hanya akibat
dari kekejaman manusia, tapi juga kebodohoan.
 Di tahun 1894, sebuah mercu suar dibangun di
pulau Stephen, pulau yang terisolasi berada di
selat antara pulau Utara dan Selatan Selandia
Baru. Sebelumnya, pulau ini belum pernah
diinjak oleh manusia.
 Burung kecil ini berburu pada waktu malam, tidak bisa
terbang dan memakan serangga .
 Burung ini sangat kecil; paruhnya berukuran 14mm,
sayapnya mempunyai kepanjangan 46-49 mm, dan
ekornya 17mm.
 Jenis jantan sedikit lebih besar dari jenis betina.
 Kemungkinan besar, populasi burung ini punah di
daratan besar akibat kedatangan tikus yang dibawa
orang Maori.
 Hanya sedikit populasi tersisa dari burung ini yang
berdiam di pulau Stephen.
 Sayangnya, burung ini punah juga di tahun 1894.
Kategori Terancam akan Kepunahan dalam IUCN Red List berada di
antara kategori Sangat Terancam akan Kepunahan dan Rentan.
Beberapa kategori IUCN:
1. Punah (Extinct, EX): individu terakhir dari sebuah spesies sudah mati,
atau sudah mati berdasarkan asumsi yang tidak bisa diragukan lagi,
misalnya: Harimau Tasmania, Dodo, dan Merpati penumpang.
2. Punah di alam liar (Extinct in the wild, EW): populasi di alam bebas tidak
ada lagi, dan hanya bisa ditemui di penangkaran, misalnya: burung
Alagoas Curassow.
3. Kritis (Critical, CR): spesies menghadapi risiko tinggi kepunahan di waktu
dekat, misalnya: Harimau Sumatra, Badak Jawa, Jalak Bali, Arwana Asia.
4. Genting (Endangered, EN): spesies yang menghadapi risiko kepunahan
sangat tinggi di waktu mendatang, misalnya: Orang utan, Banteng, Anoa,
Macan Tutul Salju.
5. Rentan (Vulnerable, VU): spesies menghadapi risiko tinggi kepunahan di
masa depan, misalnya: Cheetah, Seladang, Babirusa.
6. Resiko Rendah (Least Concern, LC): ancaman langsung bagi
kelangsungan hidup spesies tidak ada, misalnya: Ayam hutan, Macan Tutul
.
Harimau Sumatra, status konservasi: Orang utan Kalimantan, status
kritis konservasi: terancam

Komodo, status konservasi: rentan Arwana Asia, status konservasi: kritis


BEBERAPA THEORI PENYEBAB
KEPUNAHAN SPESIES
 EVIL QUARTET ( DIAMOND, 1998)
HABITAT DESTRUCTION AND FRAGMENTATION
OVERKILL
SPECIES INTRODUCTION
CHAIN OF EXTINTION
 PRIMACK ( 1999)
NAMBAHIN POLLUTION
 GASTON ( 1999)
GLOBAL WARMING
EVIL QUARTET
 HABITAT DESTRUCTION AND
FRAGMENTATION
DISEBABKAN OLEH KONVERSI HUTAN
KE EKOSISTEM LAIN
TERJADI PERUBAHAN MIKROKLIMAT
OVERKILL

 PEMANFAATAN BERLEBIH SDH


POPULASI MANUSIA
KEMISKINAN
NILAI EKONOMI

PEMANENAN SDH MELEBIHI KAPASITAS


POPULASI DI ALAM
TEKNOLOGI TIDAK BERBASIS
KONSERVASI
INTRODUKSI SPESIES
 TUJUAN PENINGKATAN PRODUKSI
PERTANIAN
 KEBUTUHAN BAHAN PANGAN
 TANAMAN /HEWAN HIAS
 TIDAK MEMPERHATIKAN SIFAT
BIOLOGI
 JIKA BERSIFAT INVASIVE AKAN
MENEKAN POPULAIS ASLI
CONTOH KASUS
 EICHORNIA GRASIPES ( ENCENG
GONDOK) MJD GULMA AIR PALING
MERUGIKAN
 BUNGA KRISANT MEMBAWA HAMA
KENTANG
 LAMTORO GUNG BAWA KUTU LONCAT
LAMTORO ( Heteropsyla cubana)( 1986)
 Ikan ( lele dumbo, grasscarp, patin, bawal
tawar) menekan populasi ikan lokal
Chain of extinction
 Kepunahan organisme yang disebabkan
oleh kepunahan spesies lain
 Misal : spesies kumbang yang hanya
dapat hidup pada pohon tertentu, ketika
pohon punah maka akan diikuti oleh
kepunahan kumbang tersebut.
PRIMACK (1999)
 POLLUTION
BERKAITAN DENGAN KERUSAKAN
HABITAT YANG DISEBABKAN OLEH
MASUKNYA POLUTAN
BANYAK TERJADI PADA ORGANISME AIR
OLEH PENCEMARAN INDUSTRI
GASTON ( 1999)
 GLOBAL WARMING
 PENINGKATAN SUHU BUMI YANG
DISEBABKAN MENINGKATNYA
KANDUNGAN GAS RUMAH KACA
( GHG) SHG MENIMBULKAN EFFEK
RUMAH KACA.
 TERJADI PERUBAHAN IKLIM GLOBAL
 ORGANISME YANG MEMPUNYAI
KISARAN TOLERANSI RENDAH AKAN
PUNAH
Kerentanan terhadap Kepunahan
1. Spesies dengan penyebaran geografis yang sempit,
 Beberapa spesies hanya terdapat pada satu atau sedikit tempat di
dalam sebaran geografis yang sempit.
 Sehingga apabila habitatnya dirusak oleh aktivitas manusia, spesies
tersebut akan punah.
 Beberapa contoh adalah burung yang tinggal di pulau-pulau kecil, atau
ikan yang ditemukan hanya di satu tempat.

2. Spesies yang hanya satu atau sedikit populasi.


 Banyak spesies yang hanya mempunyai satu atau sedikit populasi di
suatu tempat, apabila tempat tersebut rusak oleh bencana alam atau
aktivitas manusia, maka spesies tersebut akan punah secara lokal,
meskipun secara global masih dapat ditemukan.
 Contoh burung walet goa (Aerodromus adephagus) di Goa Pasir,
Gombong, Kebumen yang mengalami kepunahan lokal karena terjadinya
kerusakan habitat goa alam. (Widhiono, 2006). Julang mas ( Buceros
………..) di Gunung Slamet
3. Spesies dengan kerapatan populasinya rendah.
 Suatu populasi dengan jumlah individu per unit area
rendah biasanya hanya menyisakan sejumlah kecil
individu pada setiap fragmen habitat apabila daerah
sebarannya terputus oleh aktivitas manusia .
 Sehingga pada setiap fragmen habitat akan terjadi
populasi kecil yang tidak cukup untuk melanjutkan
keberlangsungan populasi.
4. Spesies yang membutuhkan home range yang luas.
Suatu organisme, terutama hewan yang secara
individual maupun kelompok membutuhkan daerah edar
yang luas akan mudah mati apabila bagian dari daerah
edarnya rusak atau terfragmnetasi oleh aktivitas
manusia.
5. Spesies hewan dengan ukuran tubuh yang besar.

Hewan besar cenderung membutuhkan daerah edar yang luas,


makanan lebih banyak, dan sering dianggap sebagai pesaing
manusia atau sebagai hama, dan mudah untuk diburu. Sehingga
lebih mudah punah oleh aktivitas manusia dibanding hewan kecil.

6. Spesies yang mempunyai kemampuan penyebaran yang tidak


efektif.
 Di alam, perubahan lingkungan memaksa suatu organisme untuk
beradaptasi, baik secara tingkah laku maupun secara fisiologis
terhadap kondisi lingkungan atau habitat yang baru.
 Spesies yang tidak mampu beradaptasi terhadap kondisi
lingkungan yang baru harus migrasi ketempat lain yang sesuai atau
akan menghadapi resiko kepunahan.
 Sejumlah besar spesies organisme hutan yang tidak mampu
melintasi lahan pertanian, perumahan dan habitat berbeda yang
lain yang tercipta oleh aktivitas manusia akan punah apabila habitat
aslinya berubah oleh penebangan, pencemaran, serangan spesies
asing dan perubahan iklim global.
7. Spesies dengan populasi kecil (lihat paradigma populasi kecil).
Populasi dengan jumlah anggota yang sedikit cenderung lebih mudah
punah dibanding dengan populasi dengan jumlah anggota yang banyak.
Hal ini berkaitan dengan kepekaan terhadap masalah demografi dan
variasi lingkungan serta penurunan variasi sifat genetik.

8. Spesies dengan populasi yang cenderung menurun (lihat paradigma


penurunan populasi) .
Populasi yang pertumbuhannya terus menurun akan mengalami Migrasi
musiman. Spesies yang melakukan migrasi musiman biasanya
membutuhkan dua atau lebih habitat yang berbeda, apabila habitat lain
rusak maka spesies tersebut tidak mampu bertahan dan cenderung punah.

9. Spesies dengan variasi genetik yang rendah.


Variasi genetik antar suatu populasi menyebabkan suatu spesies mampu
beradaptasi terhadap perubahan lingkungan. Spesies yang tidak memiliki
atau variasi genetiknya rendah mempunyai kecenderungan punah yang
lebih besar pada saat berhadapan dengan penyakit atau predator baru
atau perubahan yang terjadi pada lingkungan.
10. Spesies dengan kebutuhan relung ekologi (niche)
yang khusus.
 Banyak spesies yang hanya memiliki tipe habitat
tunggal yang khusus yang sangat tersebar atau
jarang seperti tumbuhan di pegunungan kapur
atau goa.
 Apabila habitat tersebut rusak oleh aktivitas
manusia, maka spesies tersebut akan punah.
 Demikian juga spesies yang mempunyai
kebutuhan pakan yang sangat spesifik, seperti
suatu spesies tungau (Acari) ektoparasit yang
hanya makan bulu satu spesies burung, maka
apabila burung tersebut punah, tungau tersebut
akan ikut punah (lihat rantai kepunahan )
11. Spesies yang hanya ditemukan pada lingkungan yang sangat stabil.
 Beberapa spesies teradaptasi dengan baik pada lingkungan yang sangat
stabil dimana hampir tidak ada gangguan seperti di hutan hujan tropis tua.
 Spesies-spesies tersebut mempunyai tingkat pertumbuhan yang sangat
lambat, tingkat reproduksi yang rendah dan hanya menghasilkan anakan
yang sedikit.
 Apabila hutan tersebut ditebang, terbakar atau berubah karena aktivitas
manusia maka spesies-spesies asli tersebut tidak akan mampu mentolerir
perubahan kondisi iklim mikro yang terjadi ( meningkatnya intensitas
cahaya, menurunnya kelembaban dan tingginya variasi suhu yang terjadi)
dan kompetisi dengan spesies pioner dan spesies asing.

12. Spesies yang membentuk kelompok (permanen maupun musiman).


Spesies yang dalam hidupnya membentuk kelompok pada tempat tertentu,
cenderung akan lebih mudah mengalami kepunahan lokal. Misalnya pada
burung Walet Goa ( Aerodromus ...........) yang hidup di goa-goa karang di
Kawasan Karst Gombong Selatan yang dipanen sarangnya sebagai
komoditas ekonomi yang tinggi. Pemanenan sistem rampasan diduga
sebagai penyebab kepunahan lokal di Goa Pasir ( Widhiono, 2006).
13. Spesies yang diburu atau dipanen oleh manusia.
 Kebutuhan dasar manusia seringkali menjadi penyebab
awal terjadinya kepunahan spesies.
 Pemanenan berlebih secara cepat menurunkan populasi
suatu spesies yang bernilai ekonomi tinggi.
 Apabila perburuan dan pemanenan sumber daya hayati
liar tidak diatur berdasarkan aturan hukum spesies-
spesies tersebut akan segera punah.
 Peraturan tersebut secara international dikenal dengan
CITES dan di Indonesia berdasarkan pada Peraturan
Pemerintah no 7 DAN 8 TH 1999

Anda mungkin juga menyukai