TINJAUAN TEORITIS
Energi Materi
Gambar 1: Filosofi Tiadle Peirce
(Sumber : Ridwan Siregar, 2003)
Menurut Lubbe dan Nauta, (1992: 5-6 ) dalam filosofi triadic-nya “teknologi informasi adalah salah
satu sudut segitiga samasisi yang melambangkan teknologi. Dua sudut lainnya adalah energi dan materi”.
Teknologi informasi sendiri lahir sekitar 1947, ditandai dengan ditemukannya komputer sebagai komponen
utama, setelah masa teknologi yang mengeksploitasi energi mulai abad ke-18 sampai 1947.
Kebutuhan TIK sangat berhubungan dengan peran perpustakaan sebagai kekuatan dalam pelestarian
dan penyebaran informasi ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang berkembang seiring dengan menulis,
mencetak, mendidik, dan kebutuhan akan pengguna. Pengertian penerapan teknologi informasi pada
perpustakaan adalah membagi informasi kepada pengguna melalui elektronik agar pengguna dengan cepat
memperoleh informasi yang bermanfaat bagi pengguna.
Menurut Keen dan Longley dalam Hasugian (2001:1) teknologi informasi bisa diartikan sebagai
perpaduan antara :
a. Komputer, mencakup perangkat lunak dan perangkat keras.
b. Komunikasi data yang memungkinkan komputer, baik yang bersifat local maupun
internasional.
c. Media penyimpanan dan metode untuk mempresentasikan data, dengan tujuan
untuk memperoleh, mengolah, menyimpan serta menyampaikan informasi.
Istilah teknologi informasi ( information technology atau IT) mulai populer di akhir dekade 70-an
oleh lapisan masyarakat termasuk pula kalangan pustakawan (Kadir, 2003:12). Menurut Tedd dalam
Hasugian (2000:1) pada awal tahun 1960, beberapa perpustakaan di Amerika Utara dan Inggris memulai
eksperimen dengan komputer. Di Amerika Serikat, pekerjaan ini dilaksanakan pada perpustakaan khusus
dan perpustakaan universitas. Pada pertengahan tahun 1960-an, Library of congress (LC) memulai
eksperimen dengan memproduksi cantuman MARC (Machine Readable Catalog). Pada tahun 1961, H.P.
Luhn dari IBM mengembangkan program-program untuk memproduksi kata kunci indeks untuk judul-
judul dari berbagai artikel yang terdapat dalam Chemical Abstract dan Douglas Aircraft Corporation
memulai untuk memproduksi katalog dengan komputer. Sejak saat itu banyak perpustakaan besar di
negara-negara lain mulai mengembangkan sistem berbasis komputer di dalam perpustakaan mereka.
Kegiatan komputerisasi perpustakaan di Indonesia dimulai pada awal tahun 1970-an berupa pembuatan
daftar majalah berbantuan komputer oleh Pusat Dokumentasi Informasi Nasional (kini berubah menjadi
PDII-LIPI) dengan menggunakan komputer. Komputer yang digunakan milik departemen pekerjaan
umum, sementara perangkat lunaknya disediakan oleh perpustakaan Asian Institute of technology, Bangkok,
Thailand. Setelah berhasil menyusun senarai tersebut, PDII-LIPI kemudian meningkatkan pembuatan
katalog induk majalah berbantuan komputer. Katalog Induk majalah selesai pada tahun 1975 mencakup
ratusan majalah dilanggan oleh 33 perpustakaan (Kadir, 2003:15). Sementara itu perpustakaan lembaga
masalah ketenagaan mulai melakukan eksperimen sederhana simpan dan temu balik informasi berbantuan
komputer sekitar tahun 1975. Kegiatan tersebut dilakukan dengan menggunakan komputer Hewlett
Packacrd 9845 B. Sistem tersebut digunakan untuk menjalankan jasa informasi kilat bagi pemakai.
Berkembangnya teknologi komputer, khusunya mikro komputer, serta tersedianya perangkat lunak Micro
CDS/ISIS (Micro Computerized Documentation Service/Integrated Service Information System) buatan
UNESCO pada awal tahun 1980-an dan dimulai digunakan di Perpustakan di Indonesia yakni di
Perpustakaan Perguruan Tinggi (Satgas Perpustakaan) menyatakan bahwa perangkat lunak resmi dalam
pembuatan katalog untuk perpustakaan perguruan tinggi adalah CDS/ISIS, sedangkan format yang
digunakan adalah INDOMARC (Indonesian Machine Readble Catalogue). Sejak itu Perpustakaan yang
ada di Indonesia mulai menerapkan sistem terautomasi di perpustakaan mereka, terutama perpustakaan
besar seperti pada Perpustakaan Nasional dan Perpustakaan Perguruan Tinggi.
Pemanfaatan teknologi komputer perlu adanya efisiensi dan efektivitas dari pelayanan perpustakaan.
Pengguna teknologi sangat berguna bagi staff perpustakaan untuk meningkatkan mutu pelayanan dan
memperkenalkan berbagai jenis pelayanan baru yang sebelumnya tidak mampu dilakukan oleh
perpustakaan tradisional. Pada sistem kerumahtanggaan yang manual, semua pekerjaan dilakukan hanya
dengan kemampuan manusia. Pekerjaan rutinitas yang sering dilakukan secara berulang-ulang biasanya
menimbulkan kejenuhan bagi pelaksanaannya. Kemampuan tenaga manusia untuk melakukan dan
meningkatkan frekuensi pekerjaan sangatlah terbatas, padahal pada kondisi tertentu adakalanya suatu
pekerjaan harus diselesaikan dengan waktu cepat dan akurat.
Automasi perpustakaan adalah komputerisasi kegiatan rutin dan operasi sistem kerumahtanggaan
perpustakaan (library housekeeping) yang mencakup pengadaan, pengatalogan, termasuk penyediaan
katalog online (OPAC), pengawasan sirkulasi dan serial. Dengan kata lain perpustakaan terautomasi adalah
suatu perpustakaan yang menggunakan sistem terautomasi untuk penanganan sebagian atau atau seluruh
kegiatan rutinnya (Siregar, 2004:41).
Setiap perpustakaan mempunyai alasan mengapa mereka mengembangkan sistem kerumahtangaan
dari sistem manual menjadi sistem terautomasi. Walaupun alasan-alasan tersebut ada yang bersifat spesifik
adapula yang bersifat umum tergantung kepada seberapa keinginan sebuah perpustakaan untuk merubah
kondisi sistem kerumahtanggaannya. Menurut Duval dan Main dalam Hasugian (2000:6) menyatakan: Dari
berbagai alasan untuk melakukan otomasi di perpustakaan, alasan berikut adalah yang sering dijumpai dan
dikutip yaitu meningkatkan efisiensi pemprosesan (increased processing afficiency), memperbaiki layanan
kepada pengguna (improved service to users), penghematan dan penekanan pembiayaan (saving money and
containing cost), memperbaiki administrasi dan informasi manajemen (improved Administrative and
management information) sebagai jawaban atas kegagalan sistem manual dan sebagai basis untuk
melakukan reorganisasi. Satu hal menarik dari alasan di atas ialah perbaikan administrasi dan informasi
manajemen yang baik.
Automasi perpustakaan pada hakekatnya adalah meningkatkan kualitas layanan kepada pengguna
jasa perpustakaan serta meningkatkan efisiensi kerja perpustakaan. Untuk mencapai tujuan tersebut dapat
menggunakan beberapa cara atau metode. Corbin dalam Hasugian (2000: 9-11) membagi metode automasi
perpustakaan atas 4 (empat) yakni:
2.4.1. Pengadaan
Pengadaan (acquisition), adalah semua kegiatan yang berkaitan dengan pengadaan bahan pustaka
yang dilakukan baik melalui pembelian, pertukaran, maupun berupa hadiah. Termasuk didalamnya
pengecekan bibliografi yang dilakukan sebelum pemesanan, dan penerimaan bahan pustaka, pemrosesan
faktur, dan pemeliharaan arsip yang berhubungan dengan pengadaan.
Sistem pengadaan yang terautomasi menggantikan pengarsipan kartu-kartu usulan pengadaan
secara manual seperti halnya dalam sistem sirkulasi. Dengan sistem ini, staf dapat dengan mudah
memanipulasi cantuman untuk menghasilkan daftar-daftar bahan yang akan dipesan, termasuk
mempermudah perhitungan biaya dan pengelompokkan berdasarkan penerbit dan sumber anggaran yang
digunakan. Kemudian, setelah bahan-bahan yang akan dipesan diterima, cantuman yang sama dimanipulasi
untuk menghasilkan lembar buku induk atau inventaris. Sistem pengadaan yang dibuat oleh vendor
komersial pada umumnya dapat pula digunakan untuk pemesanan secara online ke perpustakaan (Siregar,
2004:41).
Dalam sistem ini, komputer juga digunakan untuk mengentri data yang diterima oleh perpustakaan
dan pengadaan mempunyai tugas mendigitalisasikan dokumen-dokumen lama agar dapat ditelusuri dengan
elektronik ( Siregar, 2004:41).
Dengan adanya internet, sumber informasi yang mutakhir untuk pengadaan seperti pemesanan
bahan pustaka menjadi lebih cepat karena adanya fasilitas e-mail, walaupun terkadang banyak mengalami
berbagai hambatan.
2.4.2. Pengatalogan
Pengatalogan (cataloguing), adalah semua kegiatan yang dilakukan dalam rangka mempersiapkan
cantuman (record) bibliografi untuk pembuatan katalog yang digunakan sebagai sarana temu-balik koleksi
perpustakaan. Pada tahun 1970-an komputer digunakan untuk mencetak kartu-kartu katalog menggantikan
2.5.1. CD-ROM
CD-ROM merupakan singkatan dari Compack Disk – Read Only Memory. Pada umumnya akan
menampung hingga sekitar 660 megabyte informasi. Semula kapasitas hard disk dari sebuah komputer
biasanya akan berkisar 100 – 500 megabyte data, sehingga sebuah CD-ROM bisa menampung sekitar 6
kali jumlah data yang biasa anda tampung pada 5 unit komputer. CD-ROM terbuat dari disket logam
dengan lintasan spiral tunggal di atasnya, yang didalamnya terdapat sebuah lubang yang dibakar atau tidak,
kemudian laser disoroti ke piringan untuk membuat bintik-bintik atau gerutan-gerutan mikrofis pada
permukaan piringan yang terbuat dari bahan plastik atau silikon, hal ini tergantung pada apakah cahaya
menubruk lubang atau tidak, lalu laser didefleksikan kembali ke mekanisme baca atau ke atas permukaan
piringan, kemudian ditransfer kembali ke komputer sebagai seri 0 dan 1 yaitu bineri yang dihapal oleh
komputer, sehingga data ditampung secara digital dan dibaca secara optik.
2.5.1.4 Multimedia
Multimedia adalah sebuah media yang memadukan antara tulisan/teks, gambar, grafik, tabel, dan
suara. Informasi yang dimuat dalam multimedia lebih lengkap dibandingkan dengan jenis CD-ROM yang
lain. Dalam hal ini, komputer digunakan sebagai alat untuk menampilkan informasi yang dimuat dalam CD
multimedia tersebut. CD multimedia ini juga telah banyak diproduksi dan dijual dipasaran.
2.5.2. Internet
Internet adalah jaringan internasional dari jaringan-jaringan yang menghubungkan jutaan komputer
di seluruh penjuru dunia. Sebagai suatu infranstruktur, jaringan ini memiliki peranan besar dalam
penyebaran informasi. Dengan kata lain prasarana ini memiliki jalan raya informasi (information higway)
yang digunakan untuk mengangkut berbagai muatan informasi dan menghubungkan banyak manusia di
bumi. Jaringan ini sebenarnya adalah jaringan telekomunikasi digital biasa yang digunakan untuk
menghubungkan berbagai komputer, yang diatur oleh suatu perangkat lunak protokol komunikasi standar
yang dikenal dengan TCP/IP (Transfer Communication Protocol/internet Protocol) (Siregar, 2004:58).
2.6.6. Manual
Manual atau bisa disebut prosedur adalah penjelasan bagaimana memasang, menyesuaikan,
menjalankan, suatu perangkat keras atau perangkat lunak. Banyak peripheral perangkat keras maupun
sistem tidak berjalan dengan optimal karena dokumentasi yang tidak memadai atau pengguna tidak
mengerti manual yang disediakan. Manual harus dibaca dan dimengerti walau serumit apapun. Manual
adalah kebijakan-kebijakan khusunya dalam lingkunagn jaringan dimana pemasukan dan pengeluaran data
membutuhkan format komunikasi bersama.
♦ Menyusun Logika
DESAIN ♦ Desain data, tabel, database,
Relasi
♦ Desain input, proses dan output
♦ Spesial peralatan yang diperlukan
♦ Pembuatan program aplikasi
PEMBANGUNAN ♦ Instalasi software,jaringan kliensever
♦ Dokumentasi
UJICOBA ♦ Tes sistem keseluruhan
♦ Evaluasi, perbaikan
TRAINING ♦ Training: staff ,operator,teknis
Administrator
♦ Sosialisasi
♦ Sistem siap digunakan
OPERASIONAL ♦ Bantuan teknis
♦ Pengembangan lebih lanjut
(Sumber: Arif, 2004: 77)
BAB III