http://id.wikipedia.org/wiki/George_Soros
Meskipun banyak faktor yang menyebabkan krisis moneter ini, namun salah satu
sebab utamanya adalah perilaku para spekulan valuta asing yang telah memborong
dollar Amerika, lalu menjualnya dengan harga tinggi sehingga nilai mata uang
negara-negara ASEAN itu terpuruk. Spekulan uang terbesar pada era krisis
tersebut adalah George Soros.
Belakangan, untuk menghapus citra buruk dirinya, lewat jaringan yayasan yang
dimilikinya, Soros berusaha menyisihkan sebagian kekayaan yang diperolehnya
dari kegiatan spekulasi untuk membantu mengatasi dampak ‘kegagalan sistem
pasar finansial global’ terhadap negara-negara miskin. Soros selalu menampilkan
organisasi yang dipimpinnya itu sebagai organisasi yang melakukan aksi-aksi
kemanusiaan di berbagai penjuru dunia. Soros juga melakukan perjalanan ke
berbagai penjuru dunia dan menyampaikan pidato-pidato berkenaan dengan
demokrasi dan kebebasan. Menurut media massa Barat, Soros Foundation telah
mengucurkan dana sebesar 4,2 milyar dolar untuk membantu fakir miskin di
berbagai penjuru dunia.
Namun, bantuan itu tidak disalurkan lewat PBB dengan alasan bahwa Soros tidak
mempercayai PBB. Karena itu, banyak pengamat politik yang meyakini bahwa
langkah Soros Foundation untuk menyampaikan bantuannya secara langsung
adalah untuk menyebarkan pengaruh dan infiltrasi di kawasan-kawasan yang diberi
bantuan. Pada tahun 1997, seorang ilmuwan Bosnia mengungapkan bahwa di
Bosnia, Soros dianggap sebagai pahlawan oleh sebagaian masyarakat negara
muslim ini. Sebabnya adalah karena selama Perang Bosnia, Soros banyak
mengucurkan bantuan finansial kepada rakyat Bosnia. Kemudian, setelah perang
usai, Soros mendanai berbagai penerbitan media massa di negara itu. Media yang
diterbitkan itu banyak memuat foto-foto amoral dan menyebarkan pemikiran
kebebasan dan sekularisme.
Presiden Brazil, Lula da Silva, dalam KTT Ekonomi di Davos, Swiss, tahun lalu,
mengatakan bahwa lembaga-lembaga keuangan dunia, di antaranya lembaga
keuangan milik Soros, merupakan penyebab krisis di negaranya. Presiden Brazil
memang pantas marah terhadap Soros. Rakyat Brazil lainnya pun juga marah
terhadap Soros karena kata-katanya yang menyinggung hati mereka dalam majalah
Sao Paolo. Soros mengatakan,
Beberapa bulan sebelum terjadinya krisis moneter 1997, seluruh dunia termasuk
Bank Dunia dan IMF memuji-muji prestasi ekonomi Asia Timur, termasuk
Indonesia. Bahkan ekonomi negeri ini disebut-sebut secara fundamental sehat dan
kuat. Indonesia pun dijuluki sebagai “Macan Baru Asia” karena kemajuan pesatnya
di bidang ekonomi. Namun ternyata, semua prestasi yang dibanggakan itu seperti
tak ada artinya tatkala nilai tukar Rupiah, Ringgit, Bath, dll, terhadap Dolar AS
jatuh terjerembab di bursa valas internasional. Efek dari jatuhnya mata uang
negara-negara Asia Tenggara ini sangat luar biasa. Seperti kartu domino, mula-
mula hanya berpengaruh terhadap sejumlah produk impor, tetapi kemudian
menjalar ke berbagai sektor, melambungkan harga berbagai produk lokal,
membangkrutkan ribuan perusahaan dan menganggurkan jutaan tenaga kerja.
Sebab awal terjadinya krisis ini memang jelas. Semua ini bermula dari permainan
kotor yang dilakukan para spekulan mata uang internasional untuk menjatuhkan
sejumlah mata uang di Asia. Salah satu spekulan yang bermodal kuat, dan karena
itu paling berperan besar dalam terjadinya krisis ini, adalah George Soros melalui
lembaga manajemen keuangan yang dimilikinya. Tak heran bila PM Malaysia saat
itu, Mahatir Muhammad, menyatakan, George Soros harus bertanggung-jawab atas
krisis moneter yang melanda beberapa negara Asia mulai kuartal kedua tahun
1997.
Sebagian pengamat ekonomi yang membela Soros mengatakan bahwa apa yang
dilakukan Soros adalah bisnis semata dan toh, Soros juga memberikan sebagian
uangnya untuk membantu rakyat miskin di berbagai negara. Pandangan ini
menunjukkan bahwa Soros Foundation telah memberikan citra baik kepada Soros,
sehingga bisa mengurangi berbagai kecaman yang dialamatkan kepada dirinya.
Atas aktivitas yayasannya tersebut, Soros juga dijuluki sebagai filantropis atau
orang yang mencurahkan perhatian, waktu, dan uangnya untuk menolong orang
lain.
Kawasan Kaukasus dan Asia Tengah merupakan kawasan yang menjadi pusat
aktivitas Soros Foundation selama beberapa tahun terakhir. Aktivitas yayasan ini di
Georgia menjadi pusat perhatian dunia sejak terjadinya transformasi politik di
negara itu pada bulan November 2003. Krisis di Georgia berawal dari
penyelenggaraan pemilihan anggota perlemen tanggal 2 November 2003. Dalam
pemilu tersebut, pemerintah di bawah kepresidenan Eduard Shevardnadze dicurigai
melakukan kecurangan, sehingga menimbulkan aksi demonstarsi besar-besaran.
Demonstrasi besar yang dipimpin oleh Mikhail Saakashvili, ketua Partai Gerakan
Nasional ini, akhirnya berhasil memaksa Presiden Shevardnadze mengundurkan
diri dari jabatannya pada tanggal 22 November 2003. Pergantian kekuasaan ini
berjalan damai dan tidak ada korban jiwa, sehingga disebut sebagai Revolusi
Beludru. Pada awal tahun 2004, kembali diadakan pemilu, dan Mikhail
Saakashvili, terpilih sebagai presiden baru Georgia.
Selain itu, Shevardnadze juga menuduh Richard Miles memiliki peran penting di
balik penggulingan dirinya. Kecurigaan atas peran AS mulai tampak pada
pembatalan kunjungan Collin Powell ke Georgia pada tanggal 16 Mei 2003. Pada
musim panas 2003, Shevardnadze yang mulai mencurigai Richard Miles, meminta
kepada Presiden Bush agar menarik pulang Dubes AS itu, namun permintaan ini
ditolak Bush. Pada saat yang sama, pemerintahan Shevardnadze menghadapi jatuh
tempo pembayaran hutang negara, namun IMF yang memiliki kaitan erat dengan
Soros Foundation, menolak memberikan bantuan keuangan. Pada bulan November,
terjadilah demonstrasi besar-besaran menentang pemerintah yang berujung pada
pengunduran diri Shevardnadze.
Tuduhan yang dilemparkan Shevardnadze itu didukung oleh berbagai bukti.
Pertama, Soros sendiri pernah menyatakan bahwa dirinya telah mengeluarkan uang
jutaan dollar untuk menggulingkan pemerintahan Shevardnadze. Kedua, dalam
pemerintahan Georgia yang baru terbentuk, empat di antaranya, yaitu Menteri
Pendidikan, Menteri Kehakiman, Menteri Keuangan, dan Menteri Urusan Pemuda,
adalah orang-orang yang dikenal dekat dengan George Soros. Keempat orang ini
sebelumnya bekerja untuk Soros Foundation. Selain itu, Soros juga pernah
melakukan pertemuan dengan Presiden Mikhail Saakashvili di Davos, Swiss, dan
menjanjikan akan memberikan bantuan keuangan kepada pemerintahannya. Dalam
menjustifikasikan perbuatannya, Soros menyatakan, Jutaan dolar uang yang telah
dikeluarkan akan melahirkan milyaran sejarah.
Bokeria, ketua Liberty Institute yang menerima bantuan dana dari Institut
Masyarakat Terbuka Soros, mengatakan ada tiga organisasi yang memainkan peran
kunci dalam penggulingan Shevardnadze, yaitu Partai Gerakan National, stasiun
televisi Rustavi-2, dan sebuah organisasi kaum muda yang bernama Kmara.
Organisasi pemuda ini mendeklarasikan perang terhadap Shevardnadze pada bulan
April 2003 dan memulai kampanye melalui poster dan graffiti untuk mengkritik
korupsi yang dilakukan pemerintah.
Ketiga organisasi itu memiliki hubungan dengan George Soros. Menurut laporan
media massa Georgia, Kmara menerima 500.000 dolar untuk mendanai aksi-aksi
mereka. Sementara itu, televisi Rustavi-2 menerima dana awal peluncuran
siarannya pada tahun 1995. Televisi inilah yang memprovokasi massa dengan cara
menyiarkan hasil pemilu sesuai penghitungan yang dilakukan suatu LSM AS, yang
berlawanan dengan hasil penghitungan resmi pemerintah.
Pemimpin Partai Buruh Georgia, Gela Daneliya, pada konferensi pers di Tblisi,
ibukota negara ini, pada tanggal 17 Januari 2004, menyatakan bahwa Georgia telah
menjadi korban Sorosization. Pernyataan ini dikeluarkan Daneliya menanggapi
penunjukan Irakly Rekhviashili sebagai Menteri Ekonomi, Industri, dan
Perdagangan. Padahal, menurut Daneliya, Rekhviashili baru berusia 28 tahun dan
lebih banyak menghabiskan umurnya di luar negeri. Rekhviashili adalah orang
dekat Soros dan diserahi jabatan penting itu pada hari ketika ia tiba di Georgia.
SOROS DI AZERBAIJAN
Republik Azerbaijan adalah salah satu negara di wilayah Kaukasus yang dijadikan
terget kegiatan Soros Foundation, segera setelah runtuhnya Uni Soviet. Hal ini
memiliki beberapa alasan, antara lain karena Republik Azerbaijan adalah satu-
satunya negara muslim di Kaukasus dan memiliki sumber daya alam yang kaya,
sehingga Azerbaijan bisa disebut sebagai negara terkaya di Kaukasus. Bersamaan
dengan naiknya Haydar Aliyev ke kursi kepresidenan, Soros Foundation pun
memperluas aktivitasnya di negara ini dengan mendirikan Open Society Institute
atau Institut Masyarakat Bebas.
Hingga kini, Institut Masyarakat Bebas yang dimiliki oleh Soros Foundation telah
mengucurkan dana sebesar 20 juta dolar untuk mendanai berbagai kegiatan mendia
massa dan LSM di Azerbaijan. Farda Asadov, Direktur Eksekutif di Institut
Masyarakat Bebas Azerbaijan, menyatakan bahwa pengeluaran yayasan ini pada
tahun 2003 lalu adalah sebesar 3 juta dolar. Lima belas persen dari jumlah itu
digunakan untuk bidang propaganda, 24 persen di bidang pendidikan, 50 persen
untuk memberbaiki tatanan sosial, dan 16 persen untuk keperluan administrasi.
Secara umum, 72 persen bantuan dana dari institut ini diberikan kepada lembawa
swadaya masyarakat atau LSM, dan 28 persen diserahkan kepada lembaga
pemerintah Azerbaijan.
Pada akhir tahun 2004, Institut Masyarakat Bebas Azerbaijan juga meluncurkan
terjemahan buku berjudul Korupsi dan Pemerintah dalam bahasa Azari, yang
ditulis oleh Susan Rose-Ackerman. Dalam buku ini dibahas secra terperinci
mengenai pemilu dan skandal-skandal yang meliputinya. Peluncuran terjemahan
buku ini oleh Soros Foundation tentu bukan tanpa alasan. Salah satu alasan yang
cukup jelas adalah untuk menggalang opini masyarakat Azerbaijan agar
mencurigai pemerintah mereka sendiri. Sebagaimana kita bahas dalam bagian ke-3,
langkah yang diambil Soros di Georgia adalah dengan mempengaruhi opini rakyat,
sehingga rakyat Georgia mengadakan demonstrasi besar-besaran menentang
pemerintah. Akhirnya, Presiden Shevardnaze pun mengundurkan diri.
Selain mencampuri urusan politik dalam negeri Azerbaijan, Soros Fundation juga
aktif dalam menghancurkan sendi-sendi keagamaan masyarakat. Suratkabar
Ulayelar yang terkait dengan Kementerian Keamanan Nasional Azerbaijan, baru-
baru ini mengungkapkan usaha Soros Foundation untuk menyebarluaskan
narkotika dalam kedok program pemberantasan narkotika. Suratkabar ini dalam
sebuah makalah berjudul Baku Dalam Jebakan Heroin, menulis, Soros Foundation
pada tahun antara 2001 hingga 2003 menyusun sebuah program rahasia sebanyak
63 halaman berkaitan dengan penyebaran narkotika. Program penyebarluasan
narkotika oleh Soros Foundation untuk pertama kali terungkap di Rusia dan
sejumlah pelaksana program tersebut telah ditangkap.
SOROS DI ARMENIA
Pada akhir tahun 2004, ICG mengeluarkan laporan sebagai berikut. Armenia yang
meraih kemerdekaan pada tahun 1991 dan memenangkan perang tahun 1992-1994
dengan Azerbaijan, saat ini sedang berada dalam masa damai dan tengah
membangun perekonomiannya. Namun, kestabilan negara ini terhitung rapuh.
Nagorno-Karabakh masih tetap menjadi problem yang belum terselesaikan yang
dengan mudah dapat kembali meletus. Korupsi dan pelanggaran terhadap proses
demokrasi telah meresahkan masyarakat, yang setengahnya masih hidup di bawah
garis kemiskinan…. Pihak-pihak donor harus lebih menekan negara ini agar terjadi
reformasi demokrasi dan pemerintahan yang baik… Kesempatan untuk
menyampaikan kehendak politik secara bebas masih sangat terbatas.
Namun demikian, usaha Institut Masyarakat Bebas atau Soros Foundation untuk
menggulingkan Presiden Armenia, Robert Kacharyan, hingga kini masih belum
berhasil. Apalagi, ada pula faktor Rusia yang mempengaruhi. Bagi Rusia, Armenia
adalah posko terakhirnya di Kaukasus, setelah negara-negara Kaukasus lainnya
berpihak kepada Barat. Rusia akan melakukan segala cara untuk mempertahankan
pemerintahan Robert Kacharyan. Hubungan erat antara pemerintah Armenia
dengan Rusia ini dijadikan sebagai isu utama oleh kaum oposan. Mereka menuduh
pemerintahan Kacharyan mengekor Rusia.
Duta besar AS untuk Armenia, John Evans, akhir-akhir ini secara teratur
mengadakan pertemuan dengan para tokoh partai-partai oposisi. Penunjukan John
Evans sebagai Dubes baru AS untuk Armenia juga patut dicurigai karena dia
dikenal sebagai mentor politik Richard Miles, Duta Besar AS untuk Georgia yang
sangat berperan penting dalam Revolusi Beludru di Georgia. Itulah sebabnya, pada
tahun 2004, pemerintah Armenia menolak memberikan visa kepada Richard Miles.
Pemerintah Armenia bahkan memerintahkan Direktur Badan Keamanan Nasional
untuk menemukan semua orang yang pernah mengikuti pendidikan di Bosnia pada
tahun 2003-2004 atas biaya AS dab Soros Fpundation. Selain itu, pemerintah
Armenia juga melakukan pengawasan ketat terhadap gerak-gerik Soros Foundation
di negara ini.
Bila kita melihat latar belakang mantan Presiden Georgia, Eduard Shevarnadze
dengan Presiden Armenia, Kacharyan, kita akan menemukan kesamaan kasus,
yaitu mereka sama-sama menjalin hubungan yang erat dengan Rusia. Meskipun
Shevarnadze terlihat pro-Barat, namun ia telah menandatangani perjanjian 25
tahun jual-beli gas dengan Rusia. Akibatnya, George Soros yang semula
berhubungan baik dengan Shevarnadze, malah berbalik mendalangi
penggulingannya. Presiden Armenia pun kini menjalin hubungan erat dengan
Rusia. Hal ini jelas bertentangan dengan kehendak AS, dan sangat mudah ditebak
bahwa AS dengan berbagai cara akan berusaha menggulingkan Presiden Armenia
dan mendudukkan presiden baru yang bersedia menurut pada kehendak AS.
Namun yang jelas, hingga kini, rakyat Armenia masih menolak untuk
menyerahkan tanah air mereka kepada imperialisme AS.
SOROS DI RUSIA
Namun tiba-tiba, pada bulan Juni 2003, Soros memutuskan untuk menghentikan
misinya di Rusia. Harian The Washington Post menulis bahwa alasan resmi yang
disampaikan Soros dalam menutup cabang Soros Foundation di Rusia adalah
karena dalam pandangannya, Rusia telah mampu berdiri sendiri dan tidak
memerlukan lagi subsidi darinya. Soros mengatakan, Saya telah mengeluarkan
uang yang sangat banyak di Rusia dan saya pikir, kini sudah tidak pada tempatnya
lagi bagi saya untuk terus mengeluarkan uang di sini. Russia adalah negara yang
telah kembali tegak dan tidak memerlukan subsidi saya.
Pernyataan ini jelas bertentangan dengan alasan yang dikemukakan Soros ketika
menutup yayasannya. Karena itu, analisis sesungguhnya dari penutupan Soros
Foundation di Rusia adalah karena besarnya tekanan pemerintah Rusia yang tidak
menghendaki kehadiran yayasan tersebut dan pada saat yang sama, adanya tekanan
dari pemerintah Bush. Menurut harian The Washington Post, pemerintah Bush
memang merekomendasikan agar Soros menghentikan bantuannya terhadap Rusia
karena ternyata pemerintah Rusia tetap tidak mau tunduk pada kehendak AS.
Dengan kata lain, di mata Bush, penghamburan uang di Rusia sia-sia saja karena
pemerintahan Putin tetap tidak tergoyahkan dan Rusia tetap menolak didominasi
oleh AS.
Apapun juga alasan di balik penutupan Soros Foundation di Rusia, namun yang
jelas ditutupnya yayasan itu merupakan hal yang positif bagi masyarakat Rusia.
Karena, di balik slogan-slogan penyebaran demokrasi dan bantuan sosial, Soros
Foundation sesungguhnya berusaha untuk mencampuri urusan dalam negeri Rusia,
termasuk menyebarkan amoralitas di sana. Apalagi, sebagaimana telah kami bahas
sebelumnya, penggulingan kekuasaan di Georgia, Ukraina, dan Yugoslavia terjadi
karena peran Soros Foundation. Tak heran bila pemerintah Uzbekistan dan Belarus
mengambil langkah tegas dengan menghentikan aktivitas organisasi ini di negara
mereka.
Kini, muncul pertanyaan, apakah alasan sesungguhnya dari upaya Soros untuk
beraktivitas di negara-negara Kaukasus dan Asia Tengah? Apakah betul bahwa
Soros hanya berniat mengembangkan demokrasi di sana? Untuk menjawab
pertanyaan ini, kita bisa memulainya dengan membahas apa yang terjadi di
Georgia. Georgia memiliki posisi yang strategis, yaitu antara antara Laut Hitam
dan Laut Kaspia yang kaya minyak. Karena itu, sejak lama negara ini telah
menjadi fokus intrik dan konflik di antara berbagai kekuasaan besar dunia.
Menyusul runtuhnya Uni Soviet, kebijakan imperialisme AS yang paling utama
adalah melemahkan Rusia dan menanamkan dominasi di Georgia dan negara-
negara Kaukasus lainnya.
Pada bulan Maret 2004, Presiden baru Georgia, Mikhail Saakashvili, bertemu
dengan Presiden Azerbaijan yang dikenal pro-AS, Ilham Aliyev, untuk
membicarakan pembangunan pipa minyak Baku-Tiblisi-Ceyhan (BTC). Jalur
minyak inilah yang sangat diincar oleh AS karena akan menyalurkan minyak
mentah dari Baku Azerbaijan, melewati Tiblisi, Georgia, dan berakhir di Ceyhan,
Turki. Jalur ini harus melewati wilayah Rusia, namun pemerintah Rusia menolak
pembangunan jalur pipa minyak ini karena menganggapnya sebagai usaha AS
untuk menginfiltrasi negaranya. Penolakan Rusia ini pula yang menjadi alasan dari
berbagai upaya AS, termasuk melalui tangan Soros Foundation, untuk
menggoyang pemerintahan Vladimir Putin.
Konstruksi pembangunan pipa minyak BTC itu sedang dibangun oleh sebuah
konsorsium multinasional, yang mendapat dukungan AS. Anggaran total proyek
ini diperkirakan mencapai tiga milyar dollar. Jalur minyak ini akan mengalirkan
satu juta barel minyak mentah perhari ke terminal tanker minyak di Mediterania.
Bahkan, rute pipa minyak BTC ini juga bisa dipakai untuk mengalirkan minyak
dari Kazakhstan. Pada pertemuan di Baku, Azerbaijan, Presiden Georgia dukungan
AS, Mikhail Saakashvili, mengulang komitmennya terhadap proyek pipa minyak
BTC dan bersumpah akan melawan setiap halangan dalam pembangunan pipa ini,
termasuk halangan dari Rusia sekalipun.
Dalam proyek raksasa di bidang minyak ini, Presiden Bush dan George Soros
memiliki tujuan yang sama. Karena itu, meskipun Soros dikenal sebagai pengkritik
Bush, namun dalam mencapai tujuan sama di bidang minyak ini, mereka pun
berjalan beriringan. Soros memiliki kaitan erat dengan James Baker, pendukung
kuat mesin politik Bush. James Baker adalah partner bisnis Soros pada perusahaan
Carlyle Group. Salah seorang pemilik saham perusahaan ini adalah George Bush
senior, ayah Presiden Bush. James Baker sendiri adalah salah seorang makelar
dalam proyek minyak Azerbaijan. Adanya koneksi erat di bidang bisnis inilah yang
membuat Bush dan Soros seiring-sejalan.
Tak heran bila untuk kepentingan bisnis raksasa ini, Soros Foundation mau
mengucurkan dana jutaan dolar melalui Institut Masyarakat Bebas dan LSM-LSM
seperti International Crisis Centre (IGC) yang beraktivitas. Kedua lembaga ini
beraktivitas di hampir semua negara di dunia, terutama negara-negara Kaukasus
dan Asia Tengah yang kaya minyak. Melalui tangan Soros Foundation inilah rezim
Washington berhasil menggulingkan Presiden Shevardnadze di Georgia,
mendudukkan Viktor Yushchenko di Ukraina, serta menginfiltrasi Azerbaijan dan
negara-negara lainnya.
KESIMPULAN
http://islamiyah.wordpress.com/2007/03/21/george-soros-pria-yang-
menghancurkan-poundsterling-rupiah/