Anda di halaman 1dari 10

Opini Peran Guru dalam Membangun Kesadaran

Peran Guru dalam Membangun


Kesadaran Kritis Siswa

Elika Dwi Murwani*)

Abstrak
Kesadaran kritis lebih melihat pada aspek sistem dan struktur sebagai sumber masalah. Ciri-ciri pokok dari
pembelajaran yang membangun kesadaran kritis adalah belajar dari realitas atau pengalaman, tidak menggurui
dan dialogis. Pola pembelajaran searah kurang dapat menumbuhkan kesadaran kritis. Peran guru yang lebih
tepat untuk membangun kesadaran kritis adalah sebagai fasilitator, dan siswa sebagai subjek bukan objek
pembelajaran.

Kata kunci : Peran guru, siswa, pembelajaran, kesadaran ktitis

The critical consciousness tends to see the system and structural aspect as a problem source.The main
feature in developing the critical consciousness is learning from reality or experience, not dictating but
interacting. One way instructional process does not develop the critical consciousness
In improving the critical consciousness the teacher is expected to act more as a fasilitator, and the student
plays as the subject, not the object of learning process.

gerak anak. Anak tidak mempunyai kebebasan


Pendahuluan untuk mengungkapkan apa saja yang menjadi
buah pemikirannya. Mereka “ditakdirkan” hanya
al yang sangat sering kita dengar dalam cukup menerima pemberian guru. Sebab jargon

H dekade terakhir ini adalah menurunnya


mutu pendidikan, darimana masyarakat
menilai? Apa yang diamati oleh
yang mengatakan bahwa “guru tahu segalanya”
masih banyak berlaku sehingga sistem yang
berjalan adalah satu arah, hanya dari guru ke anak.
masyarakat adalah anak sekarang tidak dapat Tidak ada informasi dari anak ke guru, atau timbal
memahami hal-hal yang sederhana yang terjadi balik keduanya. Bukan hanya guru, tetapi
di sekelilingnya baik dalam fungsi hitung- pendidikan secara menyeluruh telah menciptakan
menghitung, fungsi sosial, maupun perilaku dan generasi inggah-inggih (generasi “asal bapak
moral mereka. Mereka lebih senang tawuran senang).
daripada belajar padahal mereka diberi pelajaran Dari diskusi siswa-siswi di suatu sekolah di
Pendidikan Moral Pancasila yang sarat dengan Jakarta yang dimuat dalam majalah Basis,
nilai-nilai moral dan etika selama bertahun-tahun, Menggugat Dunia Pendidkan Kita, 1998,: “Menurut
mereka lebih senang membuat gaduh dan tidak pandangan kami yang dimaksud dengan
tertib daripada berkreasi, mereka cenderung “mencerdaskan” adalah membentuk manusia
menginginkan segala sesuatu yang instan tanpa yang mempunyai pola pikir yang logis, kritis dan
mau bersusah payah dan berpikir keras, inisiatif reflektif, serta mampu mengungkapkan isi
serta kreativitas mereka terbatas. Dimana letak pikirannya, berwawasan luas dan mempunyai
kesalahan pendidikan kita? Siapa yang salah? daya analisis yang tajam”. Sementara sistem
Para siswa, orang tua, pendidik, sistem pendidikan sekarang ibarat gelas kecil yang diisi
pendidikan kita atau Pemerintah sebagai penuh air melalui selang pemadam kebakaran,
pengambil kebijakan? pada akhirnya akan tumpah ruah karena tidak
Sistem pendidikan kita membatasi setiap ruang dapat lagi menampung air yang disemprotkan.

*) Kepala Jenjang SMAK BPK PENABUR Jakarta

Jurnal Pendidikan Penabur - No.06/Th.V/Juni 2006 59


Peran Guru dalam Membangun Kesadaran Kritis Siswa

Tidak dapat dipungkiri kalau sistem mampu menentukan pilihan-pilihannya secara


pendidikan seperti ini akan mematikan bertanggung jawab. Untuk itu diperlukan
kreativitas, sikap kritis dan potensi siswa. kesadaran kritis mengenai tanggung jawab
Pendidikan justru membawa para siswa menjadi sebagai manusia. Lalu mengapa kita tidak
‘jauh’ dari lingkungannya, tidak peka terhadap membangun kesadaran kritis para siswa untuk
lingkungannya sendiri karena hanya belajar sesuatu yang lebih berguna, dengan
mementingkan hal-hal yang bersifat akademis dan demikian siswa akan belajar “living value”.
materiil. Pelajaran-pelajaran hanya diberikan Masalah
secara teoritis belaka tanpa ditelaah secara
mendalam dan mengkritisinya serta diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari, sehingga pelajaran-
Berpikir kritis merupakan salah satu ciri manusia
pelajaran tersebut tidak bermanfaat.
yang cerdas. Akan tetapi berpikir kritis akan terjadi
Hal-hal tersebut di atas membuat siswa tumbuh apabila didahului dengan kesadaran kritis yang
dan dibentuk menjadi pribadi-pribadi yang diharapkan dapat ditumbuh kembangkan melalui
individualis, dangkal dan lama kelamaan akan pendidikan. Tulisan ini mencoba menelaah peran
menanamkan sifat “emang gue pikirin”, sementara guru untuk membangun kesadaran kritis siswanya.
guru-guru hanya melaksanakan tugasnya sebagai Disadari bahwa guru mengemban berbagai peran
pengajar, bukan sebagai pendidik karena mereka sebagai pembelajar di sekolah, akan tetapi telaah
hanya mengejar target materi-materi kurikulum. berikut ini dibatasi pada perannya dalam
Salah satu kelemahan utama pendidikan kita membangun kesadaran kritis siswa.
adalah tidak membangun kesadaran kritis siswa
dalam belajar. Kita lebih banyak menjejalkan
pengetahuan ke dalam otak siswa tanpa mau tahu Tinjauan Teoritis
apakah pengetahuan yang kita berikan diserap Filsafat Pendidikan Paulo Fraire
dengan baik atau tidak karena kita hanya
menuntut mereka untuk menghafalkan apa yang Paulo Fraire, seorang ahli pendidikan dari Brazilia,
kita berikan. Tidak heran kalau siswa sering kali (1921–1997) banyak mengkritisi teori-teori dan
menjawab “tidak tahu” jika guru bertanya sesuatu praktek pendidikan pada jamannya. Dalam
yang baru saja diajarkan bukunya yang terkenal yakni
kepada mereka. Dalam Pedagogy of Opressed, 1978
taxonomi Bloom tingkat Berpikir kritis merupakan (Pendidikan Kaum Tertindas)
belajar yang paling rendah
adalah menghafal dan ini
salah satu ciri manusia yang dan Cultural Action for Free-
dom, 1977 (Gerakan
sudah menjadi pola belajar cerdas. Akan tetapi berpikir Kebudayaan Untuk
siswa kita bahkan sampai kritis akan terjadi apabila K e m e r d e k a a n ) ,
tingkat mahasiswa
didahului dengan kesadaran menggolongkan kesadaran
sekalipun. Bagaimana manusia menjadi tiga kategori
mungkin otak mereka kritis yang diharapkan dapat : Kesadaran magis, kesadaran
mampu menyerap secara ditumbuhkembangkan naïf dan kesadaran kritis.
mendalam ilmu pengetahuan melalui pendidikan. Kesadaran magis (magical
yang kita berikan karena consciousness), adalah suatu
terlalu banyaknya bahan kesadaran masyarakat yang
pelajaran yang kita berikan, dengan demikian tidak mampu mengetahui kaitan antara suatu
pengetahuan itu tidak sempat mengendap dan faktor dengan faktor lainnya. Dalam dunia
dicerna dengan baik. Apa yang dilakukan oleh pendidikan, jika proses belajar mengajar tidak
para guru selama ini adalah sesuatu yang sia-sia. mampu melakukan analisis terhadap suatu
Sungguh keprihatinan yang luar biasa karena masalah maka proses belajar mengajar tersebut
pekerjaan mulia para guru ini kurang bermanfaat dalam prespektif Freirean disebut sebagai
bagi perkembangan anak didik. pendidikan fatalistic. Proses pendidikan modern
ini tidak memberikan kemampuan analisis, kaitan
Lalu pertanyaannya menjadi, apakah yang antara sistem dan struktur terhadap suatu
hendak kita capai melalui pendidikan untuk anak- permasalahan masyarakat. Murid secara dogmatik
anak kita? Orang tua mengharapkan anaknya menerima ‘kebenaran’ dari guru, tanpa ada
bertumbuh menjadi manusia yang mandiri dan mekanisme untuk memahami ‘makna’ ideologi

60 Jurnal Pendidikan Penabur - No.06/Th.V/Juni 2006


Peran Guru dalam Membangun Kesadaran

dari setiap konsepsi atas kehidupan masyarakat. Oleh karena guru yang menjadi pusat
Kesadaran naif (naival consciousness), kesadaran segalanya, maka merupakan hal yang lumrah saja
ini lebih melihat ‘aspek manusia’ menjadi akar jika kemudian murid-murid mengidentifikasikan
penyebab masalah masyarakat. Pendidikan dalam diri seperti gurunya sebagai prototip manusia ideal
konteks ini tidak mempertanyakan sistem dan yang harus digugu dan ditiru. Sistem pendidikan
struktur yang ada sudah baik dan benar. yang bersifat satu arah yang menjadikan guru
Semuanya merupakan faktor “given” dan oleh sebagai subjek dan murid sebagai objek melahirkan
sebab itu tidak perlu dipertanyakan. Tugas hubungan yang otoriter antara guru dan murid.
pendidikan adalah bagaimana membuat dan Pada saatnya sistem dan praktek pendidikan
mengarahkan agar siswa dapat masuk seperti itu melahirkan generasi baru manusia-
beradaptasi dengan sistem yang sudah benar manusia penindas.
tersebut. Bagi Fraire, sistem pendidikan sebaiknya harus
Kesadaran kritis (critical consciousness), menjadi kekuatan penyadar dan pembebas umat
kesadaran ini lebih melihat aspek sistem dan manusia. Sistem pendidikan mapan selama ini
struktur sebagai sumber masalah. Paradigma telah menjadikan anak didik sebagai manusia-
kritis dalam pendidikan, melatih siswa dapat manusia yang terasing dan tercerabut (disinherited
untuk mampu mengidentifikasi ‘ketidakadilan’ masses) dari realita dirinya sendiri dan karena ia
dalam sistem dan struktur yang ada, kemudian telah dididik menjadi seperti orang lain yang
mampu melakukan analisis bagaimana sistem dan bukan dirinya sendiri.
struktur itu bekerja, serta bagaimana Manusia pada dasarnya adalah kesatuan dari
mentransformasikannya. fungsi berpikir, berbicara dan berbuat.
Bagi Fraire pendidikan haruslah berorientasi Kemanunggalan karsa, kata dan karya disebut
kepada pengenalan realitas diri manusia dan praxis. Prinsip praxis inilah yang menjadi
dirinya sendiri, sistem pendidikan yang ada kerangka dasar sistem dan metodologi pendidikan
selama ini dapat diandaikan sebagai sebuah Fraire. Seperti yang digambarkan dalam diagram
“bank” (banking concept of education). Pelajar diberi di bawah ini :
ilmu pengetahuan agar ia kelak dapat Bertindak
mendatangkan hasil yang berlipat ganda. Jadi
anak didik sebagai objek investasi dan sumber Bertindak
deposito potensial.
Dst ...
Secara sederhana Fraire menyusun daftar
antagonisme pendidikan “gaya bank” itu sebagai Berpikir
berikut :
 Guru mengajar, murid belajar. Berpikir
 Guru tahu segalanya, murid tidak tahu apa-
apa. Gambar 1: Kerangka Dasar Sistem dan metodologi
 Guru berpikir, murid dipikirkan. Pendidikan Praire
 Guru bicara, murid mendengarkan. Dengan aktif bertindak dan aktif berpikir
 Guru mengatur, murid diatur. sebagai pelaku, dengan terlibat langsung dalam
 Guru memilih dan memaksakan pilihannya, permasalahan nyata, dan dalam suasana yang
murid menuruti. dialogis, maka pendidikan segera menumbuhkan
 Guru bertindak, murid membayangkan kesadaran yang menjauhkan seseorang dari “rasa
bagaimana bertindak sesuai dengan tindakan takut akan kemerdekaan” (fear of freedom). Proses
gurunya. kesadaran seseorang merupakan proses inti atau
 Guru memilih apa yang akan diajarkan, mu- hakikat dari proses pendidikan itu sendiri. Dunia
rid menyesuaikan diri. kesadaran seseorang tidak boleh berhenti atau
mandeg, harus senantiasa berproses, berkembang
 Guru mengacaukan wewenang ilmu dan meluas dari satu tahap ke tahap berikutnya,
pengetahuan dengan wewenang dari tingkat “kesadaran naïf” sampai ketingkat
profesionalismenya, mempertentangkannya “kesadaran kritis”, sampai akhirnya mencapai
dengan kebebasan murid-murid. tingkat kesadaran tertinggi dan terdalam yaitu
 Guru adalah subyek proses belajar, murid “kesadarannya kesadaran” (the consice of the
obyeknya. consiousness).

Jurnal Pendidikan Penabur - No.06/Th.V/Juni 2006 61


Peran Guru dalam Membangun Kesadaran Kritis Siswa

Jika seseorang sudah mampu mencapai tingkat adalah “mengajar”. Saat ini banyak guru yang
kesadaran kritis terhadap realitas, maka orang karena kesibukannya dalam mengajar lupa bahwa
itupun mulai masuk ke dalam proses pengertian siswa yang sebenarnya harus belajar. Jika guru
dan bukan proses menghafal semata-mata. Ia secara intensif mengajar tetapi siswa tidak intensif
menjadi orang yang mengerti bukanlah orang belajar maka terjadilah kegagalan pendidikan for-
yang menghafal, karena ia menyatakan diri atau mal. Jika guru sudah mengajar tetapi murid belum
sesuatu berdasarkan suatu “kesadaran”, belajar maka guru belum mampu membelajarkan
sedangkan orang yang menghafal hanya murid.
menyatakan diri atau sesuatu secara mekanis Menurut Yamamoto, belajar mengajar akan
tanpa perlu sadar apa yang dikatakannya, mencapai titik optimal ketika guru dan murid
darimana ia telah menerima hafalan yang mempunyai intensitas belajar yang tinggi dalam
dinyatakannya, dan untuk apa ia menyatakannya. waktu yang bersamaan. Kedudukan guru dan
siswa haruslah dianggap sejajar dalam belajar, jika
Berpikir Kritis kita memandang siswa adalah subyek pendidikan
(Sumarsono, 1993). Guru dan siswa sama-sama
Seseorang yang telah mencapai kesadaran kritis belajar, kebenaran bukan mutlak di tangan guru.
akan dapat berpikir kritis, tidak membeo saja, tetapi Guru harus memberi kesempatan seluas-luasnya
dapat melontarkan pertanyaan dan tanggapan bagi siswa untuk belajar dan memfasilitasinya agar
kritis. Kita membutuhkan orang-orang yang siswa dapat mengaktualisasikan dirinya untuk
mampu berpikir kritis untuk dapat menjawab belajar. Gurupun harus mengembangkan
tantangan masa depan pada era globalisasi yang pengetahuannya secara meluas dan mendalam
serba tidak pasti dan berubah sangat cepat. agar dapat memfasilitasi siswanya. Inilah peran
guru dari guru.
Berpikir kritis mencakup seluruh proses
mendapatkan, membandingkan, menganalisis, Kesalahan fatal yang dilakukan pendidik orang dewasa
adalah usaha dalam mendefinisikan fungsi dirinya
mengevaluasi, internalisasi dan bertindak
sebagai pelaku tunggal bagi perubahan tingkah laku dan
melampaui ilmu pengetahuan dan nilai-nilai. berbuat seolah-olah tugas prinsipnya adalah untuk
Berpikir kritis bukan sekedar berpikir logis sebab mengkomunikasikan ide-ide, mendesain latihan (exer-
berpikir kritis harus memiliki keyakinan dalam cise), untuk mengembangkan pengetahuan,
nilai-nilai, dasar pemikiran dan percaya sebelum keterampilan atau sikap tertentu untuk menentukan
didapatkan alasan yang logis dari padanya (Steven perubahan tingkah laku dan melakukan survey untuk
D. Schafersman, 1998). Berpikir kritis berarti mendeteksi kebutuhan. (Kezirow,1987)
berpikir tepat dalam pencarian relevansi dan andal Di samping orang tua, pelaku utama
tentang ilmu pengetahuan dan nilai-nilai tentang pendidikan adalah guru, sehingga seringkali guru
dunia. Berpikir kritis adalah berpikir yang dalam paradigma lama berlaku sebagai sumber
beralasan, reflektif, bertanggung jawab dan utama ilmu pengetahuan dan menjadi segala-
terampil berpikir yang fokus dalam pengambilan galanya dalam pengajaran. Guru adalah orang
keputusan yang dapat dipercaya. yang digugu dan ditiru, sehingga tak pelak lagi guru
Seseorang yang berpikir kritis dapat menjadi orang yang setengah didewakan oleh
mengajukan pertanyaan dengan tepat, anak didiknya. Tetapi peran guru yang sentral
memperoleh informasi yang relevan, efektif dan dalam pendidikan kurang berpengaruh terhadap
kreatif dalam memilah-milah informasi, alasan pembelajaran siswanya. Hal ini tentunya sebatas
logis dari informasi, sampai pada kesimpulan hubungan formal yang tidak mendalam dalam
yang dapat dipercaya dan meyakinkan tentang membangun kesadaran siswa untuk belajar
dunia yang memungkinkan untuk hidup dan dengan sepenuh hatinya.
beraktifitas dengan sukses di dalamnya. Adalah Guru pada era sekarang bukan satu-satunya
tidak mungkin untuk mendapatkan aktualisasi sumber pengetahuan karena begitu luas dan cepat
diri tanpa melatih berpikir kritis. Kebiasaan akses informasi yang menerpa kita, sehingga tidak
berpikir kritis itu tidak akan terjadi tanpa didahului mungkin seseorang dapat menguasai begitu luas
oleh kesadaran kritis. dan dalamnya ilmu pengetahuan serta
perkembangannya. Akan lebih tepat jika guru
Peran Guru berlaku sebagai fasilitator bagi para siswanya
sehingga siswa memiliki kepandaian dalam
Peran guru dalam pendidikan formal (sekolah) memperoleh informasi, belajar memecahkan

62 Jurnal Pendidikan Penabur - No.06/Th.V/Juni 2006


Peran Guru dalam Membangun Kesadaran

masalah, menarik kesimpulan, menuliskan, selalu disalahkan. Hal ini kadang disebabkan
mengekspresikan apa yang diketahuinya, ini akan karena guru sendiri tidak memiliki pengetahuan
membuat siswa menjadi seorang pembelajar yang yang luas sehingga tidak memahami ada
luar biasa. bermacam-macam alternatif jawaban. Seringkali
Ki Hajar Dewantoro merumuskan peran guru guru beranggapan siswa yang banyak bertanya
dalam mendidik di sekolah sebagai berikut ing sebagai pengganggu, apalagi kalau
ngarso sung tulodo, di depan memberi teladan, ing pertanyaannya tidak dapat dijawab oleh guru.
madyo mangun karso, di tengah membangun Pola pengajaran demikian membuat siswa kita
kreativitas dan tut wuri handayani, di belakang tidak kreatif, tertekan, tidak bebas dalam
memberi semangat. Hingga sekarang peran ini mengungkapkan pemikirannya. Jika kita ingin
masih aktual dan menjadi dasar dari semua peran mengubah pendidikan kita maka metode
yang dijalankan seorang guru dalam mendidik, pengajaran di atas perlu diubah dengan metode
bagaimana guru berperan sebagai teladan, media- pengajaran yang membuat siswa aktif, model
tor sekaligus motivator dalam proses multinilai dan multikebenaran, bebas berbicara,
pembelajaran, dengan pendekatan/metode diperbolehkan salah, metode ilmiah dengan
apapun yang digunakan oleh guru. pencarian bebas, berpikir kritis, membahas
masalah masyarakat secara terbuka, hubungan
Pendidikan abad ke-21 diprediksi akan jauh guru-siswa dialogis (Paul Suparno, 1999)
berbeda dengan sebelumnya sehingga UNESCO
pada tahun 1977 sudah mulai menggali esensi dari Seperti yang diungkapkan Andy Hakim
pendidikan dan kemudian memperkenalkan The Nasoetion, dalam Ilmu untuk Kehidupan dan
Four Pillars of Education, yaitu Learning to know, Penghidupan, seorang murid SD dari suatu desa
Learning to do, Learning to live together, dan Learning mengajukan pertanyaan kritis sebagai berikut:
to be, untuk mengantisipasi perubahan yang bukan “Kalau saya seorang astronut dan membawa kipas
hanya linier tetapi mungkin eksponensial yang ke ruang angkasa, kemudian saya kipas-kipaskan,
diantisipasi akan terjadi di masyarakat yang apakah akan terjadi angin?”. Disusul oleh
mengglobal. pertanyaan dari seorang murid SMP sebagai
berikut: “Kalau saya nyalakan lilin, nyalanya
menuju ke atas. Akan tetapi, kalau lilin itu saya
Pembahasan balikkan sumbunya kearah bawah, mengapa
nyalanya tidak mengarah ke bawah, melainkan
Paolo Fraire mencoba untuk mengungkapkan ke atas juga sehingga melelehkan ujung lilin itu
kondisi kemanusiaan yang sedemikian rapuh lebih cepat?”. Ternyata pertanyaan-pertanyaan itu
dalam masyarakat kita dengan kejujuran tanpa cukup sukar dijawab oleh para guru, guru tidak
tedeng aling-aling. Pernyataan-pernyataan Fraire siap dalam menjawab pertanyaan kritis dari
memang sering kontroversial, meletup-letup dan muridnya. Guru tidak suka merangsang murid
memancing banyak pertanyaan bahkan kritik, untuk bertanya karena pengetahuan guru yang
namun fakta yang diungkapkannya adalah terbatas dan tidak memahami konsep-konsep sains
realitas tak terbantahkan di hampir semua, negara secara mendalam.
dunia ketiga. Dalam model banking seperti yang Guru harus menjadi agen perubahan dengan
diuraikan oleh Fraire, guru sangat aktif dan siswa mengubah paradigma berpikirnya terlebih dulu.
menjadi pasif dalam proses belajar mengajar di Guru harus siap dan dapat mengantisipasi dalam
sekolah. Gurulah yang berkuasa untuk menghadapi setiap perubahan yang terjadi, karena
menentukan semuanya, sedangkan siswa hanya dengan memberi kebebasan bagi siswa untuk
menurut saja. Siswa dijadikan objek dan tidak berpikir dan berekplorasi maka seringkali apa yang
mempunyai hak untuk ikut menentukan. Aktor dipikirkan dan ditemukannya berbeda dengan apa
utama adalah guru bukan siswa. Hal itu tampak yang selama ini menjadi pemahaman guru. Di
praktek guru seperti indoktrinasi sedangkan siswa samping itu guru harus terus menerus
hanya menerima apa yang diajarkan guru dan mengaktualisasikan diri, belajar memperluas dan
tidak boleh bertanya apalagi bersikap kritis. memperdalam pengetahuannya agar dapat
Guru seringkali menekankan pada hanya ada memfasilitasi siswa dalam belajar. Guru harus
satu nilai/jawaban yang benar, juga guru membuat dirinya kompeten dan profesional. Hal
mengharuskan siswa untuk menggunakan satu ini berarti guru perlu secara terus menerus
jalan saja, tanpa boleh menggunakan cara lain. mengembangkan kemampuannya dalam
Jika siswa mengungkapkan gagasan alternatif, menguasai disiplin ilmu yang diajarkannya serta

Jurnal Pendidikan Penabur - No.06/Th.V/Juni 2006 63


Peran Guru dalam Membangun Kesadaran Kritis Siswa

lelah.
metodologi pembelajaran. Guru diharapkan
4. Metode kuliah menekankan pada transfer
memberdayakan siswanya dalam proses
informasi dan fakta, lebih banyak
pembelajaran sehingga siswa benar-benar
mengandalkan pesan-pesan dari informasi
memperoleh pengalaman belajar melalui metode
dibandingkan denga faktanya.
pembelajaram yang tepat.
5. Rentang waktu peserta untuk dapat
berkonsentrasi penuh sangat terbatas, apalagi
Metode Ceramah ceramah dengan suara monoton. Rata-rata
orang melupakan 50% dari apa yang mereka
dengar.
Di antara berbagai metode pembelajaran siswa,
6. Penceramah biasanya tidak memiliki cara
metode ceramah banyak dipergunakan oleh guru
untuk memastikan seberapa jauh para peserta
dalam berbagai situasi dan tujuan. Pada masa lalu,
menangkap dan memahami apa yang
dan mungkin juga sampai sekarang, banyak
disampaikan penceramah, apalagi jika tidak
orang berpendapat seseorang yang disebut sebagai
ditinjau ulang selama ceramah atau setelah
guru berdiri di depan kelas sementara yang lain
ceramah.
duduk diam mendengarkan dan melaksanakan
perintahnya. Metode ini hingga sekarang masih Metode ceramah tidak membuat siswa berpikir
berlaku. Pusat pengetahuan hanya ada pada sang secara aktif, apalagi kritis sehingga metode ini tidak
guru. Metode mengajar seperti ini kurang tepat untuk dapat membangun kesadaran kritis
mengaktifkan siswa untuk memperoleh ilmu siswa. Dengan waktu yang terbatas serta jumlah
pengetahuan dan belajar tentang nilai-nilai. siswa yang banyak dalam kelas, guru tidak mampu
melayani berbagai pertanyaan siswa dengan baik.
Belajar secara aktif akan lebih baik jika proses
belajar itu didorong oleh metode pengembangan Menurut Vigotsky, proses belajar yang dapat
kemampuan dan pengetahuan yang diproses dari meningkatkan semangat siswa adalah dengan
pengalaman masing-masing. Metode ini akan berdiskusi, banyak bertanya, bereksplorasi, dan
menimbulkan suatu pengalaman belajar yang lain bermain (fun learning), sehingga kemampuan ver-
yang lebih menantang baik bagi guru maupun bal dan motoriknya berkembang, termasuk
siswa. Guru akan berperan sebagai fasilitator yang kemampuan berpikir kritisnya (higher order think-
mendorong semangat belajar siswanya, dan ing). Akan tetapi guru yang telah terbiasa dengan
menjadi faktor pendorong terjadinya perubahan. metode tertentu merasa telah nyaman dengan
metode tersebut cenderung mempertahankannya
sungguhpun hasilnya kurang dapat membuat
Kerugian dari Mendengarkan siswa berpikir kritis. Keengganan guru tersebut
dalam Metode Ceramah juga diungkapkan oleh Ratna Megawangi, dalam
Otonomi Sekolah, 2005, dengan mengatakan
Diakui bahwa metode ceramah efektif untuk “Masalah yang sering kami hadapi di Indonesia
penyampaian pelajaran yang bersifat kognitif Heritage Foundation, ketika melatih para guru
dengan jumlah siswa yang besar dalam suatu untuk mengubah metode pembelajaran di kelas
kelas. Akan tetapi penggunaan metode ini secara agar tujuan membangun manusia holistik yang
tidak tepat dapat menimbulkan hal-hal negatif berkarakter dapat tercapai, yaitu ketakutan dan
sebagai berikut: keengganan para guru untuk memperbaiki metode
1. Pengetahuan yang disampaikan hanya pembelajaran di kelas agar sesuai dengan teori-
didasarkan pada apa yang dimiliki teori yang berlaku (misalnya Piaget, Erik Erikson,
penceramahnya, ibarat komunikasi maka Vigotsky, dll).
hanya satu arah tanpa peran partisipan, dan
tak ada umpan balik dari pendengarnya. Bagaimana Cara Membangun
2. Ada kesenjangan pengetahuan antara
penceramah dan pendengarnya. Kesadaran Kritis?
Anggapannya peserta adalah orang yang
tidak berpengetahuan sama sekali sehingga Dari uraian di atas jelaslah bahwa membangun
harus diisi. kesadaran kritis tidak dapat dilakukan dengan
3. Peserta hanya menerima informasi secara pola pengajaran ceramah, seperti yang selama ini
pasif, maka mereka akan cepat bosan dan dilakukan oleh para guru.

64 Jurnal Pendidikan Penabur - No.06/Th.V/Juni 2006


Peran Guru dalam Membangun Kesadaran

Proses Pendidikan Kritis, menurut Mansour Fakih, 4. Kesimpulan: yaitu merumuskan makna atau
2001. hakekat dari apa yang dipelajari, sehingga
Suatu penyelenggaraan belajar-mengajar, terjadi pemahaman baru yang lebih utuh,
merupakan proses pendidikan kritis harus berupa prinsip-prinsip, kesimpulan umum
mencerdaskan sekaligus bersifat membebaskan dari kajian atas pengalaman.
pesertanya untuk menjadi pelaku (subjek) utama, 5. Tindakan: tahap akhir dari daur belajar ini
bukan sasaran perlakuan (objek), dari proses
adalah memutuskan dan melaksanakan
tersebut.
tindakan-tindakan baru yang lebih baik
Artinya bahwa siswalah yang aktif untuk mencari
berdasarkan pemahaman atau pengertian
pengetahuannya dan menentukan apa yang ingin
atas realitas tersebut, sehingga ada
dipelajari dan, guru berfungsi memfasilitasi siswa. kemungkinan menciptakan realitas baru yang
Ciri-ciri pokok dari pembelajaran yang lebih baik. Langkah ini diwujudkan dengan
membangun kesadaran kritis, yaitu : cara merencanakan tindakan dalam rangka
1. Belajar dari realitas atau pengalaman : yang menerapkan prinsip-prinsip yang telah
diajarkan bukan ajaran (teori, pendapat, disimpulkan.
kesimpulan, wejangan, dsb) tetapi realitas
Proses pengalaman belumlah lengkap,
nyata. Keabsahan pengetahuan seseorang sebelum didapatkan ajaran baru, pengalaman
ditentukan oleh pembuktiannya dalam baru, penemuan baru yang dilaksanakan dan diuji
realitas tindakan atau pengalaman langsung dalam perilaku yang sesungguhnya, dalam
bukan pada retorika teoritik. penerapan ini juga menimbulkan pengalaman
2. Tidak menggurui : guru dan murid sama- baru. Daur proses ini akan berulang kembali dari
sama belajar. awal, konsep learning by doing tercipta dalam daur
3. Dialogis : prosesnya bukan bersifat satu arah ini.
tetapi lebih pada diskusi kelompok, bermain
peran dsb dan menggunakan media (peraga, 5 1
grafik, audio visual, dsb) yang lebih Tindakan Rekontruksi

memungkinkan terjadinya dialog kritis antara


semua orang.
Panduan proses belajar harus disusun dan
dilaksanakan dalam suatu proses yang dikenal 4 2
Kesimpulan Ungkapan
sebagai “daur belajar dari pengalaman yang
distrukturkan” (structural experiences learning
cyrcle) agar pendidikan kritis dapat dicapai dalam 3
Analisis
pembelajaran. Proses ini memungkinkan setiap
orang untuk mencapai pemahaman dan
kesadaran kritis dengan cara terlibat didalamnya Gambar 2: Daur Belajar dari Pengalaman yang
secara langsung ataupun tidak. Proses yang Distrukturkan
melibatkan setiap orang yang belajar itu adalah :
Proses pendidikan kritis untuk
1. Rekonstruksi: yaitu menguraikan kembali menumbuhkan kesadaran kritis, akan tercapai
rincian (fakta, unsur-unsur, urutan kejadian, jika guru menempatkan diri sebagai fasilitator
dll). Ini tahap proses mengalami, menggali
yang siap untuk melayani siswa dalam belajar,
pengalaman dengan cara melakukan
bukan untuk menggurui dan berlaku sebagai satu-
kegiatan. Apa yang dilakukan dan dialami
satunya sumber ilmu dan kebenaran. Dengan
adalah mengerjakan, mengamati, melihat dan
mengatakan sesuatu. Pengalaman ini yang lebih banyak menggunakan metode ilmiah dan
menjadi titik tolak proses belajar selanjutnya. eksperimen agar siswa sebanyak mungkin
merasakan dan mengalami dalam suasana yang
2. Ungkapkan: setelah mengalami, maka tahap
dialogis.
berikutnya yaitu proses mengungkapkan/
menyatakan kembali apa yang sudah
dialami, bagaimana tanggapan, kesan atas Motivasi Belajar
pengalaman tersebut.
3. Analisis: yaitu mengkaji sebab dan kaitan Selama ini guru cenderung kurang mempedulikan
permasalahan yang ada dalam realitas apakah siswanya memiliki motivasi dalam belajar,
tersebut yaitu tatanan, aturan-aturan, sistem karena yang penting adalah materi yang harus
dari pokok pembahasan. disampaikan selesai. Padahal jika seseorang tidak

Jurnal Pendidikan Penabur - No.06/Th.V/Juni 2006 65


Peran Guru dalam Membangun Kesadaran Kritis Siswa

memiliki motivasi yang kuat dalam belajar maka


mustahil mereka akan mampu mempelajari
Pembelajaran yang Baik
sesuatu dengan baik. Tugas seorang fasilitator
adalah justru membangkitkan motivasi itu, yaitu
dengan menciptakan cara-cara kreatif untuk Sebagai contoh program Managing Basic Education
memotivasi siswa. Dengan demikian diharapkan (MBA), dalam pendampingan sekolah di Pacitan
siswa akan belajar dengan penuh semangat. Jawa Timur mempergunakan Pembelajaran Aktif,
Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) yang
Bagaimana Menjadi disusun oleh Lynne Hill. PAKEM memenuhi
syarat untuk mengembangkan kesadaran kritis
Fasilitator yang Baik? dalam diri siswa.
Pembelajaran yang baik dimulai dengan
Banyak masalah untuk membangun suasana perencanaan yang baik, kemudian diusahakan
belajar dan membelajarkan siswa yang aktif dan agar pembelajaran menarik dan menantang serta
menarik dan sebagai aktor utama, guru, seringkali aktif. Hal ini memerlukan kreativitas guru dan
secara personal mempunyai banyak kendala. aktualisasi yang terus menerus agar dapat
Tetapi tentu saja hal tersebut dapat dipelajari jika memfasilitasi siswa dengan baik.
diawali dengan niat yang sungguh-sungguh, Dalam merencanakan pembelajaran yang
meskipun untuk menjadi fasilitator yang baik baik guru dapat melakukan hal-hal berikut:
memang diperlukan pengalaman dan jam terbang 1. Mengidentifikasi dengan tepat tujuan
yang cukup tinggi. pembelajaran (kompetensi yang diinginkan)
Mengutip pendapat dari Jenny Rogers, 2. Mengidentifikasi apa yang telah diketahui
fasilitator akan dengan semangat, peka dan siswa dan mengembangkan pembelajaran
cermat memandu sebuah proses belajar jika ia berdasarkan informasi tersebut.
memiliki watak/karakter : 3. Membuat urutan pembelajaran terdiri dari
1. Kepribadian yang menyenangkan. beberapa tahap dan kegiatan.
2. Kemampuan sosial, dengan kemampuan 4. Menyiapkan pertanyaan-pertanyaan yang
menciptakan dinamika kelompok. efektif.
3. Mampu mendesain cara memfasilitasi yang 5. Menyiapkan bahan dan sumber belajar.
membangkitkan semangat para partisipan. 6. Mengorganisasikan kelas dan mengelola
4. Mampu mengorganisasi kegiatan. sumber-sumber yang direncanakan dengan
5. Cermat dalam melihat persoalan partisipan. baik.
6. Memiliki ketertarikan terhadap subyek. 7. Memutuskan bagaimana menilai hasil belajar
7. Fleksibel dalam merespon perubahan siswa.
kebutuhan belajar. 8. Merencanakan proses maupun hasil belajar
8. Pemahaman atas materi pokok pembahasan. (produk). Proses dan produk pembelajaran:
apa yang akan dikerjakan siswa dan
bagaimana mengerjakannya (proses), dan
Media Pembelajaran
bagaimana siswa akan mendemonstrasikan
hasil belajar mereka (produk).
Dalam perspektif dan metodologi pendidikan Agar pembelajaran menarik dan menantang
kritis, penggunaan media merupakan suatu sehingga meningkatkan motivasi belajar, guru
keharusan dalam hal siswa menemukan dengan hendaknya berusaha agar :
pengalamannya sendiri, bukan hafalan, teori, atau 1. tidak terlalu banyak bicara dan memberikan
kaidah dan rumus-rumus. Media akan membantu ceramah tetapi memberi kesempatan pada
siswa untuk memvisualkan hal-hal abstrak, siswa untuk melakukan sendiri kegiatan
mengasah rasa, merangsang kreatifitas, yang sudah dirancang;
menemukan pengetahuan, memahami konsep, 2. siswa tidak terlalu banyak mendengarkan
dll. Agar dapat berfungsi meningkatkan mutu dan menjawab pertanyaan bersama-sama
proses dan hasil belajar, media harus disiapkan (koor);
dan dirancang dengan cermat oleh guru untuk 3. melakukan kegiatan meningkatkan
mencapai tujuan pembelajarannya. Di sini guru kemampuan berpikir kritis, memecahkan
dituntut untuk kreatif dan inovatif. masalah, termasuk tugas-tugas terbuka,

66 Jurnal Pendidikan Penabur - No.06/Th.V/Juni 2006


Peran Guru dalam Membangun Kesadaran

misalnya percobaan di laboratorium dengan mengendapkan pengetahuannya, memberi


metode inquiry laboratory lesson yaitu guru kesempatan untuk bertanya, berdebat,
dapat memberikan pertanyaan-pertanyaan berekplorasi untuk menemukan suatu
pengarah untuk merangsang siswa berpikir pemahaman yang baru.
untuk memecahkan masalah; 4. Dalam membelajarkan siswa maka
4. mengembangkan pengalaman siswa secara pembelajaran dibuat semenarik mungkin
langsung (sumber belajar tangan pertama) untuk memotivasi siswa sehingga senang
untuk meningkatkan minat dan motivasi, belajar, dengan demikian merangsang otak
misalnya mempelajari tentang hak asasi untuk dapat menerima pengetahuan/
manusia dengan cara melakukan wawancara pemahaman baru lebih cepat.
dengan tokoh atau orang yang mengalami 5. Membuat perencanaan, persiapkan dengan
ketertindasan atau hak-haknya dilanggar. media yang dapat membantu siswa dalam
Pembelajaran yang mengaktifkan siswa: mengalami belajar, menemukan dan
1. belajar dengan mengerjakan, siswa aktif, merumuskan sendiri pengetahuannya.
terlibat, berpartisipasi, bekerja; 6. Guru berperan sebagai agen perubahan
2. interaksi antar siswa tinggi, belajar kelompok, dengan berani mengubah paradigma
berpasangan, bekerjasama; berpikirnya yaitu menjauhkan diri dari
3. siswa menemukan, memecahkan masalah ketakutan dan keengganan mengubah cara
dan mengambil kesimpulan dari yang mengajarnya yang tidak efektif serta bersikap
dipelajari; dan terbuka.
4. berfokus pada proses pembelajaran bukan 7. Kesadaran kritis akan terbentuk jika siswa
semata-mata hasil atau penyelesaian target merasa bebas dalam berpikir, berpendapat
materi pelajaran selesai dan mengekpresikan diri dalam suasana
belajar yang terbuka, tidak banyak aturan-
aturan yang membelenggu, multinilai,
Kesimpulan multikebenaran, diperbolehkan salah,
menerapkan metode ilmiah. Guru tidak
Kesadaran kritis sangat diperlukan dalam menggurui karena guru dan siswa setara.
pengembangan pribadi dan intelektual siswa 8. Kesadaran kritis akan membentuk pola
dalam kehidupan sekarang dan maupun pemahaman konsep yang kuat bukan sekedar
kemudian hari. Kesadaran kritis dan berpikir kritis menghafal, mampu untuk mencerna
dapat dibangun melalui pendidikan di sekolah pengetahuan dengan mendalam, memiliki
dan secara khusus melalui kegiatan belajar dan cara berpikir kritis menghadapi masalah-
pembelajaran. masalah sehari-hari dalam kehidupan.
Untuk menumbuhkan kesadaran kritis serta Pembelajaran dengan membangun kesadaran
berpikir kritis siswa dengan menempatkan siswa kritis akan menghasilkan pembelajaran yang
sebagai subjek, maka hal-hal berikut perlu bermutu.
diperhatikan guru. Pembelajaran yang dapat meningkatkan
1. Pembelajaran di kelas harus berubah dari kesadaran kritis siswa ialah pembelajaran yang
berpusat kepada guru menjadi berpusat membuat siswa menjadi pelaku dan berperan aktif
kepada siswa. dalam proses belajar dan pembelajaran. Peran
2. Guru berperan sebagai fasilitator untuk aktif siswa dapat dirangsang dan ditingkatkan
melayani siswa dalam membelajarkan siswa dengan metode pembelajaran yang berfokus pada
dan membuat siswa mengalami serta kegiatan siswa untuk mengalami belajar (learning
menyukai belajar. Untuk itu guru senantiasa by doing).
belajar terus menerus mengaktualisasi diri, Guru sebaiknya melakukan perubahan dalam
memperluas dan memperdalam mengefektifkan perannya untuk membangun
pengetahuannya agar efektif dalam kesadaran kritis siswa sehingga dapat
memfasilitasi siswa dalam belajar. menampilkan pembelajaran menjadi lebih
3. Mengajar dengan mengembangkan metode
dialogis dalam diskusi, memberi kesempatan
pada siswa untuk berpikir dan

Jurnal Pendidikan Penabur - No.06/Th.V/Juni 2006 67


Peran Guru dalam Membangun Kesadaran Kritis Siswa

bermutu dan berguna bagi masa depan siswanya Poerwowidagdo, Judo MA, PhD. (2001).
Daftar
serta mencerdaskan Pustaka
kehidupan bangsa. Meningkatkan kualitas pendidikan Kristen
dalam menjawab perubahan zaman, dalam
Fakih, Mansour, dkk,. (2001). Pendidikan popular, pendidikan yang mendidik. butir-butir
membangun kesadaran kritis. Yogyakarta: In- pemikiran strategis-reflektif di seputar
sist pendidikan. Jakarta: Yudhistira
Hill, Lynne. (2005). Pembelajaran yang baik, dalam Schafersman, Steven D. (1998). Critical thinking and
Program Managing Basic Education (MBE) In- its relation to science and humanism,
donesia. http://www.mbeproject.net scahafesd@humanism.net.
Majalah BASIS, No. 01-02 tahun ke 47, edisi khusus Sumarsono. (1993). Pendidikan nilai dan profesi guru,
Menggugat Dunia Pendidikan Kita, Februari dalam Pendidikan nilai memasuki tahun 2000.
1998 Jakarta: Grasindo
Megawangi, Ratna. Otonomi sekolah. Suara Supeli, Karlina Laksono. Ringkasan pemikiran: Or-
Pembaruan Daily, 2005. http:// ang Tua di dalam Pendidikan Anak-Anak, Me-
www.suarapembaruan.com dia Kerja Budaya, http://
Nasution, Andi Hakim. (2000). Ilmu untuk mkb.kerjabudaya.org , 2003
kehidupan dan Penghidupan, dalam menggagas Tilaar, H.A.R. (1999). Beberapa agenda reformasi
paradigma baru pendidikan. Yogyakarta: pendidikan nasional. Magelang: Tera Indone-
Yayasan Kanisius sia
Paul, Suparno. (2000). Kurikulum SMU yang
menunjang pendidikan demokrasi, dalam
membuka masa depan anak-anak kita.
Mencari kurikulum pendidikan abad XXI.
Yogyakarta: Yayasan Kanisius

68 Jurnal Pendidikan Penabur - No.06/Th.V/Juni 2006

Anda mungkin juga menyukai