Latar Belakang Perjalanan panjang sejarah bangsa Indonesia menimbulkan kondisi dan tuntutan yang berbeda sesuai dengan zamannya. Hal itu ditanggapi oleh bangsa Indonesia berdasarkan kesamaan nilai-nilai perjuangan bangsa. Kesamaan nilai-nilai ini dilandasi oleh jiwa, tekad dan semangat kebangsaan. Semuanyamampu mendorong terwujudnya NKRI. Semangat perjuangan bangsa harus dimiliki oleh setiap warga negara Indonesia karena semangat perjuangan bangsa dapat menumbuhkan kekuatan, kesanggupan dan kemauan yang luar biasa.
Nilai-nilai perjuangan bangsa dalam perjuangan fisik dalam merebut dan mempertahankan dan mengisi kemerdekaan telah mengalami pasang surut sesuai dengan dinamika kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Semangat perjuangan bangsa telah mengalami penurunan yang disebabkan oleh globalisasi. Globalisasi ditandai dengan kuatnya pengaruh lembagalembaga internasional dan negara-negara maju dalam bidang politik, ekonomi, sosial budaya serta pertahanan dan keamanan. Globalisasi juga ditandai dengan pesatnya perkembanga ilmu dan teknologi informasi, komunikasi dan transportasi.
Semangat perjuangan bangsa telah melahirkan kekuatan dalam masa perjuangan fisik, sedangkan untuk menghadapi globalisasi untuk mengisi kemerdekaan kita memerlukan perjuangan non fisik sesuai dengan profesi masing-masing. Perjuangan ini juga dilandasi oleh nilai-nilai perjuangan bangsa sehingga kita tetap memiliki wawasan dan kesadaran bernegara, sikap dan prilaku cinta tanah air dan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi keutuhan dan tetap tegaknya NKRI. Perjuangan non fisik sesuai dengan profesi masing-masing memerlukan sarana kegiatan pendidikan bagi setiap warga negara Indonesia pada umumnya dan mahasiswa sebagai calon cendekiawan pada khususnya, yaitu melalui pendidikan kewarganegaraan.
B. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan Istilah pendidikan kewarganegaraan antara lain: civic education, citizenship education dan democracy education. Di beberapa negara juga dikembangkan materi pendidikan umum (general education) sebagai pembekalan nilai-nilai yang mendasari sikap dan prilaku warganegaranya. AS : History, humanity dan philosopy Jepang : Japanese History, ethics, dan philosopy Filipina : Family planing, study of human rights Berdasarkan Keputusan Dirjen Dikti No.43/DIKTI/Kep/2006, tujuan pendidikan kewarganegaraan dirumuskan dalam visi dan misi serta kompetensi. VISI pendidikan kewarganegaraan di PT merupakan sumber nilai dan pedoman dalam pengembangan dan penyelenggaraan program studi guna mengantarkan mahasiswa memantapkan kepribadian sebagai manusia seutuhnya. Hal ini didasarkan pada suatu realitas yang dihadapi bahwa mahasiswa sebagai generasi bangsa yang harus memiliki visi intelektual, religius, berkeadaban, berkemanusiaan dan cinta tanah air dan bangsa.
MISI pendidikan kewarganegaraan di PT adalah untuk membantu mahasiswa memantapkan kepribadiannya, agar secara konsisten mampu mewujudkan nilai-nilai dasar pancasila, rasa kebangsaan, cinta tanah air dalam menguasai, menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dengan rasa tanggung jawab dan bermoral. Kompetensi : agar mahasiswa menjadi ilmuwan yang profesional yang memiliki rasa kebangsaan, cinta tanah air, demokratis, dan berkeadaban. Selain itu agar mahasiswa menjadi warga negara yang memiliki daya saing, berdisiplin, berpartisipasi aktif dalam membangun kehidupan yang damai berdasarkan pancasila.
BANGSA Bangsa : orang-orang yang memiliki kesamaan asal keturunan adat, bahasa dan sejarah serta berpemerintahan sendiri. Bangsa : kumpulan manusia yang biasanya terikat karena kesatuan bahasa dan wilayah tertentu di muka bumi. Dengan demikian bangsa Indonesia adalah sekelompok manusia yang mempunyai kepentingan yang sama dan menyatakan dirinya sebagai satu bangsa serta berproses di dalam satu wilayah, Nusantara/Indonesia.
Pengertian Negara Max Weber : suatu masyarakat yang mempunyai monopoli dalam penggunaan kekerasan fisik secara sah dalam suatu wilayah. Kranenburg : sebuah organisasi kekuasaan yang diciptakan oleh sekelompok manusia yang disebut bangsa. Roger H Soltau : alat atau wewenang yang mengatur atau mengendalikan persoalan bersama, atas nama masyarakat. Logemann : organisasi kekuasaan yang meliputi atau mencakup kelompok manusia yang disebut bangsa. Robert M Maclver : asosiasi yang menyelenggarakan penertiban di dalam suatu masyarakat dalam suatu wilayah dengan berdasar sistem hukum yang diselenggarakan oleh suatu pemerintahan yang untuk maksud tersebut diberi kekuasaan memaksa.
Negara : suatu organisasi dari sekelompok atau beberapa kelompok manusia yang bersama-sama mendiami satu wilayah tertentu dan mengakui adanya satu pemerintahan yang mengurus tata tertib serta keselamatan sekelompok atau beberapa kelompok manusia tersebut. Negara : satu perserikatan yang melaksanakan satu pemerintahan melalui hukum yang mengikat masyarakat dengan kekuasaan untuk memaksa demi ketertiban sosial. Masyarakat ini berada dalam satu wilyah tertentu yang membedakannya dari kondisi masyarakat lain di luarnya.
Manusia menghadapi kondisi alam dan timbullah kekerasan. Manusia akan musnah bila ia tidak mengubah cara-caranya. Manusia pun bersatu untuk mengatasi tantangan dan menggunakan persatuan dalam gerak tunggal untuk kebutuhan bersama (Thomas Hobbes).
Wilayah, setiap negara menduduki wilayah tertentu di muka bumi dan memiliki batas-batas wilayah yang jelas. Pemerintahan, setiap negara memiliki organisasi yang berwenang untuk merumuskan dan melaksanakan keputusan-keputusan yang mengikat seluruh penduduk dalam wilayahnya. Kekuasaan pemerintahan dibagi menjadi legislatif (pembuat UU), eksekutif (pelaksana UU), dan yudikatif (yang mengawasi pelaksanaan UU). Kedaulatan, ad kekuasaan yang tertinggi untuk membuat UU dan melaksanakannya dengan semua cara (termasuk paksaan) yang tersedia. Sistem pemerintahan di dunia secara garis besar dibagi menjadi pemerintahan presidensil, parlement dan sistem campuran (Prancis). Warga negara, ad pengertian yuridis yang menyangkut keanggotaan suatu negara tertentu. Status kewarganegaraan terkait dengan azas ius soli, yaitu azas yang menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan negara tempat kelahiran, sedangkan azas ius sanguinis, yaitu azas yang menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan keturunan. Saat ini UU yang mengatur tentang kewarganegaraan adalah UU No 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan RI.
Dalam UU No 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan RI, warga negara didefinisikan sebagai warga suatu negara yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan , yang kemudian dirinci dalam Pasal 4 sebagai berikut :
1. 2. 3. 4. 5.
Setiap orang yang berdasarkan peraturan per-UU-an dan atau berdasarkan perjanjian pemerintah RI dengan negara lain sebelum UU ini berlaku sudah menjadi WNI Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu WNI Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah WNI dan ibu WNA Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah WNA dan ibu WNI Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang WNI, tetapi ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan atau hukum negara asal ayahnya tidak memberikan kewarganegaraan kepada anak tersebut Anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 hari setelah ayahnya meninggal dunia dari perkawinan yang sah dan ayahnya WNI Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu WNI
6.
7.
8.
Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu WNA yang diakui oleh seorang ayah WNI sebagai anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut berusia 18 tahun atau belum kawin Anak yang lahir di wilayah negara RI yang pada waktu lahirnya tidak jelas kewarganegaraan ayah dan ibunya
9.
10 Anak yang baru lahir ditemukan di wilayah negara RI selama ayah dan ibunya tidak diketahui 11. Anak yang lahir di wilayah RI apabila ayah dan ibunya tidak mempunyai kewarganegaraan atau tidak diketahui keberadaannya 12. Anak yang dilahirkan di luar wilayah RI dari seorang ayah dan ibu WNI yang karena ketentuan dari negara tempat anak tersebut dilahirkan memberikan kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan 13. Anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan kewarganegaraannya kemudian ayah dan ibunya meninggal dunia sebelum mengucapkan sumpah atau janji setia
1.
Azas ius sanguinis (law of the blood) ad azas yang menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan keturunan, bukan berdasarkan negara tempat lahir Azas ius soli (law of the soli) ad azas yang menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan tempat lahir yang diberlakukan terbatas bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam UU ini Azas kewarganegaraan tunggal adalah azas yang menentukan satu kewarganegaraan bagi setiap orang
2.
3.
4. Azas kewarganegaraan ganda terbatas adalah azas yang menentukan kewarganegaraan ganda bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam UU ini
Untuk menentukan kewarganegaraan dipakai UU 28 Juni tahun 1850 yang diubah dengan UU 3 Mei 1851 dan Pasal 5 BW tahun 1838, azas yang dianut kedua peraturan itu adalah azas ius soli sampai ditetapkan UU 12 Desember 1892 yang menerapkan azas ius sanguinis. Pengaturan hukum kewarganegaraan ini terus mengalami perubahan, yaitu dengan diterbitkannya UU 10 Februari 1910 dan UU 10 Juni 1927. berdasarkan UU ini, penduduk Indonesia dibagi menjadi golongan eropa, golongan timur asing, dan golongan bumi putera. Golongan Eropa meliputi Bangsa Belanda, bukan Bangsa Belanda namun orang Eropa, orang-orang yang berasal dari berasal dari negara lain yang hukum kewarganegaraannya sama dengan hukum kewarganegaraan Belanda (Amerika, Australia, Rusia, Afrika Selatan), Bangsa Jepang dan keturunan bangsa-bangsa di atas. Golongan Timur Asing meliputi orang-orang Cina dan bukan orang Cina (India, Pakistan, Arab atau Mesir) Golongan Bumi keturunannya. Putera meliputi orang-orang Indonesia asli serta
UU No 3 Tahun 1946 UU No.3 Tahun 1946 adalah UU yang mengatur kewarganegaraan setelah Indonesia merdeka. Dalam UU ini yang dimaksud warga negara adalah : 1. Penduduk asli dalam daerah RI termasuk anak-anak dari penduduk itu 2. Isteri seorang WNI 3. Keturunan dari WNI yang kawin dengan WNA 4. Anak-anak yang lahir dalam daerah wilayah RI yang tidak diketahui siapa orang tuanya 5. Anak-anak yang lahir dalam jangka waktu 300 hari setelah ayahnya yang berkewarganegaraan RI meninggal dunia 6. Orang yang bukan penduduk asli yang telah bertempat tinggal selama 5 tahun berturut-turut dan telah berumur 21 tahun atau telah kawin Pasal 194 Konstitusi RIS UU No 62 Tahun 1958 UU No 12 Tahun 2006
Dalam UUD 1945 Bab X Pasal 27, 28 dan 30 menyatakan ; Pasal 27 ayat (1) : Segala warga negara bersamaan dengan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. Ayat (2) : tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Pasal 28 : Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan fikiran dengan lisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang. Pasal 30 ayat (1) : hak dan kewajiban warga negara untuk ikut serta dalam pembelaan negara.
Hak warga negara dalam UUD 1945 meliputi : Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak Berhak berserikat dan berkumpul serta mengeluarkan fikiran Berhak untuk hidup dan mempertahankan kehidupan Berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta perlindungan kekerasan dan diskriminasi Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya Berhak mendapatkan pendidikan, iptek, seni budaya demi meningkatkan kualitas hidupnya setiap orang berhak memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa dan negara Berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan serta kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di depan hukum
adil dan layak dalam hubungan kerja Berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan Berhak atas status kewarganegaraan Bebas memeluk agama dan beribadah menurut agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya serta berhak kembali Berhak berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia
derajat, martabat manusia serta berhak memperoleh suaka politik negara lain Berhak hidup sejahtera lahir batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan berhak memperoleh pelayanan kesehatan Berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat Berhak memiliki hak pribadi dan hak milik itu tidak boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapapun Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan fikiran, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut Berhak bebas dari perlakuan yang diskriminatif dan berhak mendapat perlindungan dari perlakuan diskriminatif itu Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras dengan perkembangan zaman dan peradaban
1945) Kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan (Pasal 27 ayat (1) UUD 1945) Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak (Pasal 27 ayat (2) UUD 1945) Kemerdekaan berserikan dan berkumpul (Pasal 28 UUD 1945) Kesejahteraan sosial (Pasal 33 dan 34 UUD 1945) Kebudayaan nasional Indonesia (Pasal 32 UUD 1945)
HAM : hak yang dimiliki manusia yang telah diperoleh dan dibawanya sejak lahir dengan tidak membedakan bangsa, ras, suku, agama dan jenis kelamin Sejarah hak azazi manusia dapat ditelusuri sejak adanya Magna Charta di Inggris (1215), Habeas Corpus Act (1679), Petition of Rights (1689), Bill of Rights (1689), La Declaration Des Droits de I Homme et du Citoyen (1789). Setelah perang dunia II (1839-1945), Franklin D Roosevelt mencetuskan The Four Freedem, yaitu : Freedom of Speech and Expression Freedom of Relegion Freedom from Fear Freedom from Want Universal Declaration of Human Rights, 10 Desember 1948.
Dalam upaya perlindungan HAM di Indonesia telah dibentuk lembaga-lembaga resmi, antara lain Komnas HAM, Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan, Peradilan HAM Penyebab terjadinya pelanggaran HAM di Indonesia, antara lain : Masih belum adanya kesepahaman pada tataran konsep mengenai HAM, antara paham yang memandang HAM bersifat universal dan paham yang memandang konsep setiap bangsa memiliki paham HAM tersendiri yang berbeda dengan bangsa lain, terutama dalam pelaksanaanya Adanya pandangan bahwa HAM bersifat individualistik yang akan mengancam kepentingan umum Kurang berfungsinya lembaga-lembaga penegak hukum Pemahaman yang belum merata tentang HAM, baik di kalangan sipil maupun militer
Upaya yang dapat dilakukan adalah : Mendukung upaya lembaga yang berwenang untuk menindak secara tegas pelaku pelanggaran HAM Mendukung dan berpartisipasi dalam setiap upaya yang dilakukan pemerintah dan masyarakat untuk memberikan bantuan kemanusiaan Mendukung upaya terwujudnya jaminan restitusi, kompensasi dan rehabilitasi bagi para korban
Dalam Pembukaan UUD 1945 dinyatakan bahwa kemerdekaan ialah hak segala bangsa . Ini menunjukkan HAM berupa hak kebebasan atau hak kemerdekaan dari segala bentuk penjajahan/penindasan dari bangsa lain.
Dalam Batang Tubuh UUD 1945
Dalam batam tubuh UUD 1945 HAM diatur dalam beberapa pasal, antara lain Pasal 27, 28 A,B,C,D,E,F,G,H,I,J, Pasal 29, Pasal 31, Pasal 32, Pasal 33, dan Pasal 34
UU No. 39 Tahun 1999 Tentang HAM terdiri dari 11 BAB dan 106 Pasal. Apabila dicermati, jaminan HAM dalam UUD 1945 dan penjabarannnya dalam UU HAM secara garis besar meliputi halhal sebagai berikut : Hak untuk hidup Hak untuk berkeluarga dan melanjutkan keturunan Hak mengembangkan diri Hak atas kebebasan pribadi Hak atas rasa aman Hak atas kesejahteraan Hak turut serta dalam pemerintahan Hak wanita Hak anak
Wawasan artinya pandangan, tinjauan, penglihatan atau tanggap indrawi. Wawasan juga mempunyai pengertian menggambarkan cara pandang, cara tinjau, cara melihat atau cara tanggap indrawi. Nusantara adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kesatuan wilayah perairan dan gugusan pulau-pulau yang terletak di antara Samudera Pasifik dan Samudera Indonesia, serta di antara Benua Asia dan Benua Australia. Wawasan nasional merupakan cara pandang suatu bangsa tentang diri dan lingkungannya. Wawasan nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia tentang diri dan lingkungannya berdasarkan ide nasionalnya yang dilandasi Pancasila dan UUD 1945 yang merupakan aspirasi bangsa yang merdeka, berdaulat, bermartabat serta menjiwai tata hidup dan tindak kebijaksanaannya dalam mencapai tujuan nasional.
Azas wawasan nusantara merupakan ketentuan-ketentuan atau kaidah-kaidah dasar yang harus dipatuhi, ditaati, dipelihara dan diciptakan demi tetap taat dan setianya komponen pembentuk bangsa Indonesia (suku bangsa atau golongan) terhadap kesepakatan bersama. Azas wawasan nusantara terdiri dari : Kepentingan yang sama Keadilan Kejujuran Solidaritas Kerjasama Kesetiaan terhadap kesepakatan bersama untuk menjadi bangsa Indonesia
Wawasan nusantara berfungsi sebagai pedoman, motivasi, dorongan serta rambu-rambu dalam menentukan segala kebijakan, keputusan, tindakan dan perbuatan bagi penyelenggara negara di tingkat pusat dan daerah maupun bagi seluruh rakyat Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Wawasan nusantara bertujuan mewujudkan masionalisme yang tinggi di segala aspek kehidupan rakyat Indonesia yang lebih mengutamakan kepentingan nasional daripada kepentingan individu, kelompok, golongan, suku bangsa atau daerah.
Wawasan nusantara harus dijadikan arahan, pedoman, acuan dan tuntutan bagi setiap individu bangsa Indonesia dalam membangun dan memelihara tuntutan bangsa dan NKRI. Implementasi wanus berorientasi pada kepentingan rakyat dan wilayah tanah air secara utuh dan menyeluruh sebagai berikut : Implementasi wanus dalam kehidupan politik Implementasi wanus dalam kehidupan ekonomi Implementasi wanus dalam kehidupan sosial budaya Implentasi wanus dalam hankam
Untuk mempercepat tercapainya tujuan wanus, Selain implementasi juga perlu sosialisasi dengan cara : Menurut sifatnya/cara penyampaiannya ; langsung dan tidak langsung Menurut metode penyampaiannya ; 1. Keteladanan, dalam prilaku 2. Edukasi, melalui pendekatan formal dan informal 3. Komunikasi, tercapainya hubungan komunikatif 4. Integrasi, terjalinnya persatuan dan kesatuan