PENDAHULUAN
Sejak diratifikasinya kesepakatan organisasi perdagangan dunia (World Trade Organiozation, WTO) 1 Januari 1995, yang mengatur negosiasi perjanjian dagang antar anggota, terutama menyangkut the General Agreement on Tariffs and Trade (GATT), the General Agreement on Trade in Services (GATS), dan the TradeRelated Aspects of Intellectual Property Rights (TRIPS) agreement (Hoekman, 2002), maka regim protektif dalam perdagangan internasional telah berakhir. Berbagai kebijakan tarif dan non-tarif yang menghambat perdagangan internasional di masa lalu secara bertahap akan diminimumkan/dihapus. Meskipun WTO baru akan efektif tahun 2020, namun bagi Indonesia era liberalisasi perdagangan dan investasi sudah harus dihadapi tahun 2003 dalam kawasan Asia Tenggara (Asean Free Trade Area, AFTA), dan kemudian makin meluas ke kawasan Asia Pasifik (Asia Pacific Economic Cooperation, APEC) tahun 2010. Berlangsungnya liberalisasi perdagangan tidak hanya membawa peluang, tetapi juga menjadi tantangan baru bagi agribisnis nasional. Dengan
diminimumkannya atau bahkan dihapus tarif perdagangan, maka pasar produk agribisnis di setiap negara akan semakin terbuka bagi setiap negara, sehingga persaingan antara produsen produk agribisnis akan semakin ketat. Bila produkproduk akan agribisnis Indonesia mampu bersaing, berarti agribisnis Indonesia
mampu meningkatkan
jika agribisnis Indonesia tidak mampu bersaing, bukan hanya pangsanya hilang di pasar internasional, tetapi di pasar domestik sendiri juga akan terdesak. Oleh
karena itu, untuk menghadapi liberalisasi perdagangan tersebut bagi Indonesia tidak ada pilihan kecuali mempercepat peningkatan daya saing.
1) Makalah disajikan pada Kegiatan Temu Usaha Pemasaran Hasil Pertanian, yang Diselenggarakan oleh Direktorat Bina Pasar dan Distribusi, Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, Departemen Perdagangan RI. bekerjasama dengan Dinas Deperindag Provinsi Bali, Kamis 29 September 2005 di Denpasar-Bali. 2) Doktor Ekonomi Pertanian dan Agribisnis, Dosen pada Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian dan Program Pasca Sarjana Universiats Udayana, Bali.
ANTARA KOMODITI UNGGULAN DAERAH JURUSAN SOSEK FAPERTA UNUD-DEPERDAG RI-DISPERINDAG PROV. BALI
Keunggulan produk pertanian negara-negara maju selama ini tidak lepas dari tingginya proteksi dan subsidi yang diberikan oleh pemerintahnya. Dalam kerangka GATT/WTO yang mengharuskan pembukaan akses pasar dan penghapusan subsidi, pasar internasional akan semakin terbuka dan daya saing produk-produk pertanian semakin meningkat. Tantangan yang ada, bagaimana Indonesia mampu
memanfaatkan peluang tersebut dalam arti bahwa jika Indonesia terlambat mengembangkan komoditas-komoditas pertanian yang memiliki keunggulan
kompetitif di pasar global, maka peluang yang bagus tersebut akan segera diambil alih oleh negara-negara berkembang lainnya yang lebih siap. Berkaitan dengan hal tersebut, maka Indonesia sebagai salah satu negara dengan potensi sektor pertanian yang cukup besar, perlu segera berbenah diri untuk menghadapi pasar global tersebut. Pembangunan sektor pertanian di Indonesia perlu direformasi dan direvitalisasi untuk memperbaiki kesalahan pembangunan sektor pertanian di masa lalu. Selama dua dekade terakhir pasca pencapaian swasembada beras tahun 1984, perhatian terhadap sektor pertanian mulai mengendor. Sektor pertanian diposisikan hanya sebagai pendukung sektor lain, bukan sebagai mesin penggerak pertumbuhan perekonomian nasional. Sebagai sektor pendukung, maka sektor pertanian diposisikan sebagai: (1) Pemasok bahan kebutuhan pangan dan bahan baku industri murah; (2) Pengendali stabilitas harga; (3) Pemasok tenaga kerja murah; dan (4) Dianggap hanya berorientasi pada peningkatan produksi semata, sehingga tidak tanggap terhadap kondisi dan perubahan pasar dan keragaannya semata-mata tergantung pada teknologi dan alam. Pola pikir seperti ini menganggap bahwa perekonomian makro maupun sektor riil lainnya tidak terkait erat dengan keragaan sektor pertanian. Hal ini, menyebabkan melemahnya kemampuan pertanian dalam mendukung pembangunan ekonomi. Reformasi pembangunan pertanian menjadikan sektor pertanian harus mampu dibangun menjadi sektor andalan dan sebagai mesin penggerak
perekonomian nasional. Sedangkan VISI Pembangunan Pertanian periode 20052009 adalah Terwujudnya pertanian tangguh untuk kemantapan ketahanan pangan, peningkatan nilai tambah dan daya saing produk pertanian serta peningkatan kesejahteraan petani. Sedangkan pertanian tangguh atau pertanian industrial adalah
ANTARA KOMODITI UNGGULAN DAERAH JURUSAN SOSEK FAPERTA UNUD-DEPERDAG RI-DISPERINDAG PROV. BALI
sosok pertanian yang memiliki ciri-ciri (Bahan Rapat Kerja Menteri Pertanian dengan Komisi IV DPR-RI, 25 Nopember 2004) sebagai berikut: 1. Pengetahuan merupakan landasan utama dalam pengambilan keputusan, memperkuat intuisi, kebiasaan, atau tradisi; 2. Kemajuan teknologi merupakan instrumen utama dalam pemanfaatan
sumberdaya; 3. Mekanisme pasar merupakan media utama dalam transaksi barang dan jasa; 4. Efisiensi dan produktivitas sebagai dasar utama dalam alokasi sumberdaya dan karenanya membuat hemat dalam penggunaan sumberdaya; 5. Mutu dan keunggulan merupakan orientasi, wacana, sekaligus tujuan; 6. Profesionalisme merupakan karakter yang menonjol; dan 7. Perekayasaan merupakan inti nilai tambah sehingga setiap produk yang dihasilkan selalu memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan lebih dahulu dalam mutu, jumlah, berat, volume, bentuk, warna, rasa, khasiat, dan sifat-sifat lainnya dengan ketepatan waktu.
dikembangkan
suatu
wilayah,
prospek
pasar,
meningkatkan pendapatan petani dan keluarga, mempunyai potensi sumberdaya lahan yang cukup luas, memiliki sifat-sifat genetik unggul dan karakteristik lainnya, seperti rasa, aroma, bentuk dan lain-lain (Anonim, 1999; Anonim, 2000).
ANTARA KOMODITI UNGGULAN DAERAH JURUSAN SOSEK FAPERTA UNUD-DEPERDAG RI-DISPERINDAG PROV. BALI
Sentra Pengembangan Komoditi Andalan Tanaman Pangan dan Hortikultura Umumnya klasifikasi zone agroekosistem ditetapkan berdasarkan ketinggian tempat suatu wilayah, sehingga ada agroekosistem lahan basah dataran rendah. lahan basah dataran tinggi dan ada agroekosistem lahan kering dataran tinggi. Daerah Pengembangan komoditi andalan tanaman pangan dan hortikultura lebih banyak mengarah ke lahan basah dataran rendah dan dataran tinggi dan lahan kering dataran rendah/dataran tinggi. Pengembangan kawasan pertanian lahan kering diarahkan hampir ke semua wilayah kabupaten, kecuali Kota Denpasar dikembangkan secara terbatas. Pada Tabel 1 tampak bahwa secara agroekosistem masing-masing kabupaten memiliki komoditi andalan tanaman pangan dan hortikultura yang berbeda-beda. Hal ini terkait dengan jenis tanah dan agroekosistem masing-masing kabupaten. Namun demikian, jenis komoditi yang sesuai untuk dikembangkan di Bali tampak cukup banyak. Perkebunan Berdasarkan identifikasi potensi komoditi, terdapat delapan komoditi
perkebunan yang merupakan andalan daerah Bali, yaitu: kelapa dalam, kopi arabika, kopi robusta, panili, jambu mete, kakao, tembakau virginia dan tembakau rakyat. Sentra pengembangan kedelapan jenis komoditi perkebunan tersebut disajikan pada Tabel 2.
Peternakan Dari hasil analisis empirik pada subsektor peternakan, ditemukan dua jenis ternak yang menjadi andalan di Provinsi Bali, yaitu sapi potong Bali dan ayam buras. Komoditi andalan ini hanya ditemukan pada beberapa kabupaten di Provinsi Bali. Hal ini disebabkan oleh keberadaan kedua jenis ternak ini harus didukung oleh ketersediaan pakan. Dengan demikian komoditi ini akan dijumpai pada kabupaten atau kawasan yang potensial memproduksi pakan ternak. Adapun sentra pengembangan kedua jenis komoditi ternak sapi Bali dan ayam buras disajikan pada Tabel 3.
ANTARA KOMODITI UNGGULAN DAERAH JURUSAN SOSEK FAPERTA UNUD-DEPERDAG RI-DISPERINDAG PROV. BALI
Tabel 1 Sentra Pengembangan Komoditi Andalan Tanaman Pangan dan Hortikultura di Provinsi Bali No Kabupaten/ Kecamatan
Jembrana: Melaya Negara Mendoyo Pekutatan Tabanan: Selemadeg Kerambitan Tabanan Kediri Marga Penebel Baturiti Pupuan Badung: Kuta Mengwi Abiansemal Petang Kota Denpasar: Denpasar Timur Denpasar Barat
Denpasar Selatan
Komoditi Andalan Tanaman Pangan dan Hortikultura Lahan Sawah Lahan Kering Utama Penunjang Utama Penunjang
Padi Padi Padi Padi Padi Padi Padi Padi Padi Padi Padi Padi Jagung Kedele Kedele Kedele Kedele, Jagung Kedele, Jagung Kedele K.Tanah, Jagung Kedele Kedele, K.Tanah, Cabe K.Tanah, Jagung Kedele, K.Tanah, Jagung, Cabe Kedele Kedele Kedele Kedele Kedele, Jagung, Cabe Kedele, Cabe Kedele, Jagung, B.Merah Kedele Kedele, Pepaya, Melon Kedele, K. Tanah Kedele, Jagung
Kedele, K.Tanah, Jagung
Pisang Pisang Pisang Pisang Manggis Pisang Rambutan Mangga Pepaya Pisang Jeruk Pisang
Mangga Mangga Mangga Mangga Pisang Pisang Pisang Pisang Jeruk Jagung Salak
Mangga Pisang
Pisang, Manggis
Gianyar Sukawati Blahbatuh Gianyar Tampaksiring Ubud Tegalalang Payangan Klungkung: Nusa Penida
ANTARA KOMODITI UNGGULAN DAERAH JURUSAN SOSEK FAPERTA UNUD-DEPERDAG RI-DISPERINDAG PROV. BALI
Komoditi Andalan Tanaman Pangan dan Hortikultura Lahan Sawah Lahan Kering Utama Penunjang Utama Penunjang
Padi Padi Padi Padi Kedele, K. Tanah, Jagung K.tanah, Jagung Cabe K.Tanah, Jagung, Cabe Jagung Salak Pisang Padi gogo Jeruk Jeruk, Pisang Jeruk, Jagung, Padi Salak, Jagung, Jeruk Cabe. B.Merah Pisang, Salak, Jagung Mangga
Pisang, Manggis, Jeruk
Kedele, K. Tanah, Jagung Kedele, K. Tanah, Jagung Kedele, Cabe, B.Merah Kedele, K. Tanah, Jagung Kedele, K. Tanah, Jagung K. Tanah, Jagung
Jeruk K.Tanah Jeruk, Jagung, Pisang Pisang, Jeruk Jagung, K.Tanah Jagung, Pisang, Mangga Mangga Pisang, Mangga Jeruk, Pisang Pisang Mangga Jeruk, Pisang, Mangga, Manggis Jagung, K.Tanah
Padi Padi
Salak Mangga
Padi Padi
K. Tanah, Jagung Kedele, K. Tanah, Jagung K. Tanah, Jagung Kedele, Jagung Kedele, Jagung Kedele K. Tanah, Jagung
K.Tanah
Tejakula
Padi
Jeruk
Sumber: Profil Pembangunan Pertanian Rakyat terpadu, Kanwil Pertanian, 1997 (dalam Anonim, 2000).
ANTARA KOMODITI UNGGULAN DAERAH JURUSAN SOSEK FAPERTA UNUD-DEPERDAG RI-DISPERINDAG PROV. BALI
Tabel 2 Sentra Pengembangan Komoditi Andalan Perkebuanan Setiap Kabupaten di Provinsi Bali No Kabupaten/ Kecamatan
1 Tabanan: Baturiti Selemadeg Pupuan Buleleng: Seririt Busungbiu Banjar Kubutambahan Sukasada Jembrana: Mendoyo Pekutatan Melaya Negara Karangasem: Abang Manggis Kubu Bangli: Kintamani Badung: Petang Klungkung: Nusa Penida Gianyar: Sukawati
Panili
Kakao
Kelapa Dalam
V V V V V -
Kopi Arabika
V V V -
Kopi Robusta
V V V V V -
Jambu Mete
V V V V -
V V V V V V V V -
V V V V -
V -
V V
5 6 7 8
Tabel 3 Sentra Pengembangan Komoditi Andalan Peternakan di Provinsi Bali No 1 2 Kabupaten/Kecamatan Klungkung: Nusa Penida Tabanan: Selemadeg Penebel Baturiti Badung: Petang Mengwi Gianyar: Payangan Bangli: Susut Kintamani Jembrana: Melaya Mendoyo Buleleng Gerokgak Tejakula Sapi Potong V V V V V V V V V Ayam Buras V V V V V
4 5
Perikanan Berdasarkan hasil analisis empirik, di Bali terdapat beberapa jenis komoditi perikanan yang dapat dijadikan komoditi andalan pada beberapa kabupaten. Adapun kabupaten-kabupaten yang menjadikan komoditi perikanan sebagai
komoditi andalan adalah: Kabupaten Buleleng (ikan tongkol dan telur bandeng), Kabupaten Karangasem (ikan mas dan ikan tongkol), Kabupaten Klungkung (ikan tongkol dan rumput laut), Kabupaten Gianyar (udang windu, udang galah, ikan karper, dan ikan nila), kabupaten Badung (ikan emas, ikan hias air
tawar),Kabupaten tabanan (ikan mas, gurami dan nila), Kabupaten Jembrana (udang windu, ikan karper dan ikan lemuru) dan Kota Denpasar (ikan emas, ikan lele, ikan tuna dan ikan lemuru) sebagai komoditiandalan (Tabel 4).
ANTARA KOMODITI UNGGULAN DAERAH JURUSAN SOSEK FAPERTA UNUD-DEPERDAG RI-DISPERINDAG PROV. BALI
Tabel 4 Sentra Pengembangan Komoditi Andalan Perikanan di Provinsi Bali No Kabupaten/ Kecamatan Telur Ikan Ikan Udang Rumput Udang Ikan Bandeng Mas Tongkol Windu Laut Galah Karper Ikan Hias Air Tawar Lele Gurami Nila Lemuru Tuna
Buleleng:
K. Tambahan
Gerokgak Sawan Tejakula Karangasem: Kubu Abang Karangasem Manggis Klungkung: Dawan Nusa Penida Gianyar: Blahbatuh Payangan Sukawati
V -
V -
V V V V V V V V V -
V -
V -
V -
V V V
ANTARA KOMODITI UNGGULAN DAERAH JURUSAN SOSEK FAPERTA UNUD-DEPERDAG RI-DISPERINDAG PROV. BALI
Tabel 4 Lanjutan No Kabupaten/ Kecamatan Telur Ikan Ikan Udang Rumput Udang Ikan Bandeng Mas Tongkol Windu Laut Galah Karper Ikan Hias Air Tawar V Lele Gurami Nila Lemuru Tuna
8 9
Tabanan: Selemadeg Kediri Penebel Baturiti Jembrana: Mendoyo Pekutatan Negara Melaya Badung: Abiansemal Denpasar: DenSel DenBar
V V V V V V -
V V -
V V -
V V -
V V -
V V -
ANTARA KOMODITI UNGGULAN DAERAH JURUSAN SOSEK FAPERTA UNUD-DEPERDAG RI-DISPERINDAG PROV. BALI
10
Industri Kerajinan Dari hasil pengamatan dan analisis data sekunder (Deperindah, 1999 dalam Anonim, 2000), terdapat cukup banyak industri kerajinan yang dapat dijadikan komoditi andalan pada beberapa kabupaten di Bali. Adapan kabupaten yang menggunakan komoditi industri kerajinan sebagai komoditi andalannya adalah Kabupaten Buleleng, Karangasem, Gianyar, Bangli, Badung dan Tabanan. Jenis-jenis industri yang menjadi andalan setiap kabupaten disajikan pada Tabel 5. Pada tabel 5 tampak bahwa Kecamatan Sukasada di Kabupaten Buleleng kegiatan pembuatan album dari daun waru dan pelepah pisang merupakan kegiatan utama masyarakat Desa Ambengan (Sukasada). Kegiatan ini dapat menyerap cukup banyak tenagakerja dengan upah yang cukup tinggi (rata-rata Rp 20.000 sampai dengan Rp 30.000 per hari tahun 2000).
Tabel 5 Sentra Pengembangan Komoditi Industri Kerajinan Setiap Kabupaten di Provinsi Bali No Kabupaten/ Kecamatan Buleleng: Sukasada Karangasem: Abang Gianyar: Blahbatuh Sukawati Payangan Bangli: Susut Badung: Abiansemal Tabanan: Kediri Industri Album Industri Anyaman Industri Kerajinan Kayu Industri Kerajinan Bambu Industri Keramik
1 2 3
V -
V V V -
V -
4 5 6
ANTARA KOMODITI UNGGULAN DAERAH JURUSAN SOSEK FAPERTA UNUD-DEPERDAG RI-DISPERINDAG PROV. BALI
11
Sentra Pengembangan Komoditi Unggulan Menyimak definisi sebelumnya, komoditi unggulan sesungguhnya adalah komoditi andalan yang memiliki potensi dikembangkan, prospek pasar yang cerah dan jika dikembangkan dapat menjadi sumber pendapatan bagi petani/pengusaha dan menjadi penggerak perekonomian wilayah. Namun demikian, dalam memilih satu dari beberapa jenis komoditi andalan menjadi komoditi unggulan, Anonim (1999) menggunakan beberapa kriteria yaitu: a. Nilai perdagangan dengan bobot 3. Dalam konsep agribisnis ada teori, berawal dari pasar dan berakhir juga pada pasar. Komoditi tidak ada artinya bila tidak mempunyai nilai pasar. Unsur-unsur dalam nilai perdagangan yang perlu diperhatikan al.: nilai total perdagangan, daya serap pasar, daya saing komoditi dikelompoknya, andil dalam perdagangan antar pulau dan ekspor. Makin besar nilai perdagangan suatu komoditi akan mendapat skor makin besar. b. Produksi dengan bobot 2. Kita tidak bisa membandingkan jumlah produksi komoditi A dengan komoditi B untuk menentukan komoditi unggulan. Oleh karena itu, produksi ini bisa dibandingkan dengan pangsa produksi daerah lain (nasional). Kadang-kadang berawal dari produksi, suatu komoditi mempunyai nilai perdagangan. Unsur-unsur yang perlu diperhatikan berkaitan dengan produksi al.: pengembangan telah sesuai dengan agroekosistem, jumlah produksi, luas areal/populasi, dan daya produktivitas. c. Keuntungan/pendapatan per hektar dengan bobot 4. Hilir suatu usahatani adalah kesejahteraan petani. Untuk itu dalam pengembangan komoditi yang perlu diperhatikan al.: biaya produksi per hektar, keuntungan per hektar, B/C ratio, efisiensi pemanfaatan sumberdaya alam. d. Spesifik genetik unggul dengan bobot 1. Umumnya komoditi-komoditi unggul mempunyai sifat genetik unggul yang tidak dipunyai oleh komoditi lainnya yang sejenis serta unggul lokasi yang tidak ada di daerah lain, walaupun sebenarnya sifat-sifat ini telah terakomodasi dalam bentuk produksi komoditi atau terakomodasi dalam sistem pasar (karena telah disenangi konsumen). Keunggulan ini terwujud dalam kemurahan, kemudahan/kontinuitas, kualitas, rasa, bau, bentuk, ketahanan, produktivitas, aroma, dll.
ANTARA KOMODITI UNGGULAN DAERAH JURUSAN SOSEK FAPERTA UNUD-DEPERDAG RI-DISPERINDAG PROV. BALI
12
Berdasarkan kriteria dari berbagai unsur dengan bobot masing-masing, maka Anonim (1999) merumuskan komoditi-komoditi unggulan di setiap kabupaten seperti disajikan pada Tabel 6. Pada Tabel yang sama tampak bahwa komoditi-komodit unggulan di setiap kabupaten umumnya adalah komoditi tradisional yang telah diusahakan oleh masyarakat secara turun-temurun, sesuai dengan agroekosistem setempat, teknik budidaya yang telah dikuasai dan memiliki prospek pasar. Namun perlu diingat bahwa suatu komoditi unggulan di suatu wilayah belum tentu menjadi unggul secara terus-menerus. Karena perubahan-perubahan permintaan, pendapatan masyarakat, selera, dan harga n input-output, mungkin komoditi yang pernah unggul di suatu wilayah dalam suatu tahun tertentu menjadi tidak unggul lagi dan mungkin muncul komoditi primadona yang menjadi komoditi unggulan baru. Oleh karena itu, komoditi unggulan akan berubah seiring adanya perubahan faktor-faktor eksternal, yaitu faktor-faktor yang tidak dikuasai oleh petani atau pengusaha, seperti perubahan permintaan yang akan mempengaruhi pasar dan keuntungan, dan harga-harga input-output yang yang mempengaruhi pendapatan/keuntungan yang diperoleh petani/pengusaha.
Tabel 6 Sentra Pengembangan Komoditi Unggulan di Provinsi Bali No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kabupaten/Kota Karangasem Klungkung Bangli Gianyar Badung Tabanan Buleleng Jembrana Denpasar Komoditi Unggulan Salak Sapi Bali Kopi Arabika Udang Galah Babi Manggis Mangga Ikan Lemuru Ikan Tuna
ANTARA KOMODITI UNGGULAN DAERAH JURUSAN SOSEK FAPERTA UNUD-DEPERDAG RI-DISPERINDAG PROV. BALI
13
mengimplementasikan konsep sistem agribisnis, yaitu mengintegrasikan aktivitas produksi dengan aktivitas agroindustri hulu sebagai penyedia input, aktivitas
agroindustri hilir sebagai pengolah output, aktivitas pemasaran/perdagangan sebagai distributor dan aktivitas penyedia jasa-jasa penunjang.
Definisi Agribisnis
Agribisnis berasal dari kata Agribusiness, di mana Agri=Agriculture artinya pertanian dan Business artinya usaha atau kegiatan yang berorientasi profit. Jadi secara sederhana Agribisnis (agribusiness) didefinisikan sebagai usaha atau kegiatan pertanian dan terkait dengan pertanian yang berorientasi profit. Jika didefinisikan secara lengkap agribisnis adalah kegiatan yang berhubungan dengan penanganan komoditi pertanian dalam arti luas, yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan masukan dan keluaran produksi (agroindustri), pemasaran masukan-keluaran pertanian dan kelembagaan penunjang kegiatan. Yang dimaksud dengan berhubungan adalah kegiatan usaha yang menunjang kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh kegiatan pertanian (Davis and Golberg, 1957; Downey and Erickson, 1987; Saragih, 1998).
Apabila mata rantai aktivitas agribisnis dipandang dalam suatu konsep sistem, maka mata rantai kegiatan tersebut dapat dibagi-bagi lagi menjadi empat subsistem yaitu: (1) Subsistem agribisnis hulu (up-stream agribusiness), (2)
Subsistem usahatani atau produksi, (3) subsistem pengolahan atau agroindustri (down-stream agribusiness), (4) Subsistem pemasaran/perdagangan, dan (5) Subsistem lembaga dan jasa penunjang (Gambar 1). Kelima subsistem ini
mempunyai kaitan yang erat, sehingga gangguan pada salah satu subsistem atau aktivitas akan berpengaruh terhadap subsistem atau kelancaran aktivitas dalam bisnis.
ANTARA KOMODITI UNGGULAN DAERAH JURUSAN SOSEK FAPERTA UNUD-DEPERDAG RI-DISPERINDAG PROV. BALI
14
AGROINDUSTRI HULU (Upstream) - Benih - Pupuk - Pakan - Pestisida - Alat dan Mesin - Obat-Obatan - Teknologi
LEMBAGA PENUNJANG PRASARANA -Jalan -Jembatan -Transportasi - Pelabuhan ORGANISASI - Perkreditan - Penyuluhan - Koperasi - Penelitian - Peraturan Pemerintah - dll.
ANTARA KOMODITI UNGGULAN DAERAH JURUSAN SOSEK FAPERTA UNUD-DEPERDAG RI-DISPERINDAG PROV. BALI
15
Pertama:
Sub-sistem agroindustri hulu (up-stream agribusiness) yakni industri-industri yang menghasilkan barang-barang modal bagi pertanian (arti luas) yakni industri perbenihan/pembibitan tumbuhan dan hewan, industri agrokimia (pupuk, pestisida, obat/vaksin ternak) dan industri agro-otomotif (mesin dan peralatan pertanian) serta industri pendukungnya. Sub-sistem produksi atau usahatani (on-farm agribusiness) yakni kegiatan yang menggunakan barang-barang modal dan sumberdaya alam untuk menghasilkan komoditas pertanian primer. Termasuk dalam hal ini adalah usahatani tanaman pangan dan hortikultura, usahatani tanaman obat-obatan, usahatani perkebunan, dan usahatani peternakan, usaha perikanan dan usaha kehutanan. Sub-sistem agroindustri hilir (down-stream agribusiness) yakni industri yang mengolah komoditas pertanian primer (agroindustri) menjadi produk olahan baik produk antara (intermediate product) maupun produk akhir (finish product). Termasuk di dalamnya industri makanan, industri minuman, industri barang-barang serat alam (barang-barang karet, plywood, pulp, kertas, bahan-bahan bangunan terbuat kayu, rayon, benang dari kapas/sutera, barang-barang kulit, tali dan karung goni), industri biofarmaka, dan industri agro wisata dan estetika. Sub-sistem pemasaran dan perdagangan yakni kegiatankegiatan untuk memperlancar pemasaran komoditas pertanian baik segar maupun olahan di dalam dan di luar negeri. Termasuk di dalamnya adalah kegiatan distribusi untuk memperlancar arus komoditi dari sentra produksi ke sentra konsumsi, promosi, informasi pasar, serta intelijen pasar (market intelligence). Sub-sistem lembaga dan jasa yang menyediakan jasa bagi subsistem agribisnis hulu, sub-sistem usahatani dan sub-sistem agribisnis hilir. Termasuk ke dalam sub-sistem ini adalah penelitian dan pengembangan, perkreditan dan asuransi, transportasi, pendidikan, pelatihan dan penyuluhan, sistem informasi dan dukungan kebijaksanaan pemerintah (mikro ekonomi, tata ruang, makro ekonomi).
Kedua:
Ketiga:
Keempat:
Kelima:
ANTARA KOMODITI UNGGULAN DAERAH JURUSAN SOSEK FAPERTA UNUD-DEPERDAG RI-DISPERINDAG PROV. BALI
16
Keterkaitan antar Subsistem dalam Sistem Agribisnis Tidak jarang dilaporkan peristiwa terputusnya kaitan antara satu subsistem dengan subsistem lainnya. Misalnya, keluhan pengrajin tempe dan tahu di suatu wilayah karena sulitnya memperoleh bahan baku kedelai. Sebaliknya di suatu wilayah di laporkan adanya kelebihan produksi kedelai yang yang tidak terjual sehingga menumpuk di rumah petani. Di daerah-daerah transmigrasi sering dilaporkan produk-produk petani tidak ada yang membeli, karena pasarnya jauh atau sarana dan prasarana transportasi belum tersedia, sehingga produk menjadi busuk. Juga dilaporkan penderitaan peternak unggas karena harga telur rendah, sedangkan harga pakan meningkat terus. Meningkatnya harga pakan disebabkan oleh naiknya harga jagung dan dedak yang dipakai sebagai bahan baku. Akhirnya, banyak peternak yang menawarkan ayamnya sebelum merugi terus. Uraian di atas menunjukkan bahwa dalam agribisnis tidak ada subsistem yang lebih penting dari yang lainnya. Pengembangan agribisnis memerlukan penanganan kelima subsistem yang ada di dalamnya. Apabila subsistem produksi (usahatani) dikembangkan atau dimodernisasi, maka akan timbul kaitan ke belakang (backward linkages) yang berupa peningkatan kegiatan pengadaan dan penyaluran sarana produksi. Kaitan ke belakang ini mengundang perorangan atau perusahaan untuk menangani masalah input produksi (usahatani) dengan berpedoman pada 4-tepat, yaitu tepat waktu, tempat, jumlah dan kualitas. Ketepatan dalam melaksanakan empat hal ini akan sangat dipengaruhi oleh lembaga-lembaga penunjang agribisnis, seperti kelancaran angkutan, ketersediaan lembaga kredit dan peraturan-peraturan yang berlaku. Produk pertanian tergantung pada musim (seasonal), menyita banyak ruangan untuk menyimpannya (bulky), tidak tahan lama sehingga harus segera dikonsumsi atau diolah menjadi produk yang dapat disimpan (lekas rusak). Peningkatan produksi usahatani dan menyiasati ketiga kelemahan produk pertanian, maka perlu dilakukan pengolahan. Pengolahan produk disebabkan juga oleh permintaan konsumen di dalam dan di luar negeri yang semakin menuntut persyaratan kualitas dan diversifikasi produksi olahan bila pendapatan mereka meningkat. Jadi modernisasi sektor produksi (usahatani) akan
17
Dalam agribisnis yang telah berkembang, terdapat pembagian tugas yang mendasar antara berbagai fungsi. Semakin dalam peranan teknologi masuk ke dalam agribisnis, semakin kompleks sifat kegiatan dalam tiap subsistem sehingga diperlukan adanya diferensiasi tugas yang dilakukan oleh kelompok pelaku yang berbeda. Ada petugas yang bertanggung jawab terhadap produksi, lainnya terhadap pemasaran atau penjualan, lainnya lagi terhadap personalia. Kehadiran pelaku-pelaku baru dari luar kelompok pelaku yang telah ada disebut kaitan ke luar (outside linkages). Kelompok baru ini dapat memberikan pengaruh positif apabila dapat mengurangi pemusatan kekuatan ekonomi di satu tangan. Sebaliknya, kaitan ini mempunyai pengaruh negatif apabila merugikan kelompok pelaku yang telah ada, misalnya menimbulkan berkurangnya imbalan atau bagian keuntungan yang diterima. Kasus, agribisnis komoditi unggulan cengkeh di era Badan Penyangga dan Pemasaran Cengkeh (BPPC). BPPC telah
menguntungkan lembaganya
subsistem lainnya yakni petani (subsistem produksi) dan paberik rokok (subsistem agroindustri). Dalam hal ini BPPC telah berlaku sebagai monopsoni (pembeli tunggal) kepada petani dengan penetapan harga rendah yang berarti merugikan petani, dan juga berlaku sebagai monopoli (penjual tunggal) ke paberik rokok dengan menetapkan harga tinggi, sehingga merugikan paberik rokok. Selisih harga dari penjualan dengan harga tinggi ke paberik rokok dan pembelian dengan harga rendah dari petani cengkeh telah menyebabkan BPPC memperoleh marjin pemasaran sangat tinggi, yang hanya menguntungkan BPPC dan PUSKUD sebagai rekanan pembelian. Jadi sistem agribisnis komoditi cengkeh yang hanya menguntungkan satu subsistem yakni subsistem pemasaran (BPPC) telah membuat resah subsistem lainnya yang merasa dirugikan, sehingga akhirnya di era reformasi BPPC dibubarkan. Ini sebagai bukti empirik bahwa subsistem atau pelaku-pelaku dalam sistem agribisnis harus diuntungkan. Pemerintah mestinya bukan menjadi pemimpin dunia agribisnis, tetapi menjadi fasilitator, regulator dan promotor pembangunan agribisnis. Pemerintah berperan memberikan iklim yang kondusif dan melengkapi prasarana dan perangkat hukum. Pasar amat dipercaya untuk menumbuhkan daya juang petani. Di sini berbaur petani, pengusaha, pemilik alat angkutan, daya beli, dan berbagai semua
ANTARA KOMODITI UNGGULAN DAERAH JURUSAN SOSEK FAPERTA UNUD-DEPERDAG RI-DISPERINDAG PROV. BALI
18
faktor lainnya. Keputusan jual beli terletak di atas segala tarik-menarik faktor produksi. Sebuah bukti kuat dalam menjelaskan positifnya peran pemerintah sebagai fasilitator adalah sukses perusahaan pakan ayam Charoen Pokhand di Thailand. Perusahaan yang mulanya hanya bergerak di dunia pakan ayam tersebut, kini berkembang menjadi sebuah konglomerat. Charoen melakukan diversifikasi ke bidang telekomunikasi. Pemerintah Thailand mengembangkan usaha ini lewat berbagai fasilitas yang disediakan seperti teknologi pengolahan pakan ternak, pasar di luar negeri dan mekanisme transaksi. Sedangkan transaksi dan proses produksi dilakukan oleh Charoen sendiri. Mungkin akan berbeda jadinya jika perusahaan Charoen ini sejak semula dikelola oleh pemerintah. Di samping tidak efisien, usaha ini tidak bisa digarap sungguh-sungguh karena bukan itu saja yang mesti diurus pemerintah. Bila peran pemerintah sebagai fasilitator dan promoter dapat dijalankan dengan sungguh-sunguh dan konkrit, pengembangan agribisnis akan dapat berjalan lebih cepat. Namun dinia usaha tak pernah luput dari
Peranan Manajemen dalam Agribisnis Sektor agribisnis merupakan lapangan kerja yang berperan besar dalam menurunkan tingkat pengangguran. Tetapi perlu dicatat bahwa kemajuan di bidang produksi pertanian yang dicapai negara-negara maju seharusnya membuka mata negara berkembang bahwa pembangunan pertanian sudah seharusnya dipusatkan pada peningkatan produktivitas yang dicapai melalui manajemen agribisnis yang ditata baik. Patut dipertanyakan, mengapa negaranegara industri dengan hanya tiga persen angkatan kerja yang terlibat langsung dalam usahatani (seperti AS) justru menjadi eksportir utama bahan pangan, sementara negara-negara berkembang dengan lebih 50 persen angkatan kerja setiap hari bergelut di sawah dan ladang justru sering dilanda bencana kelaparan dan menjadi importir utama bahan pangan ?. Faktor apakah yang menjadi kambing hitamnya ?. Inilah suatu ironi yang harus dihadapi dengan manajemen agribisnis yang akan merupakan alat bagi kita untuk berpacu bersama negara lain.
ANTARA KOMODITI UNGGULAN DAERAH JURUSAN SOSEK FAPERTA UNUD-DEPERDAG RI-DISPERINDAG PROV. BALI
19
Dalam hal ini yang perlu ditegaskan bahwa Manajemen Agribisnis berbicara mengenai penanganan dan pengolahan lebih lanjut atas produkproduksi-produk pertanian agar produk tersebut makin dibutuhkan, agar pasar produk tersebut makin meluas, agar harga produk makin membaik sehingga mampu meningkatkan nilai tambah dari produk-produk tersebut, yang pada akhirnya para pengusahatani dan ternak atau ikan/nelayan serta pengusaha agribisnis bisa menikmati kesejahteraan hidup lebih baik.
PENUTUP
1. Komoditi unggulan adalah salah satu komoditi andalan yang paling menguntungkan untuk diusahakan/dikembangkan pada suatu wilayah,
mempunyai prospek pasar, mampu meningkatkan pendapatan petani dan keluarga, mempunyai potensi sumberdaya lahan yang cukup luas, memiliki sifat-sifat genetik unggul dan karakteristik lainnya, seperti rasa, aroma, bentuk dan lain-lain 2. Komoditi andalan untuk masing-masing kabupaten, yaitu: Karangasem-Salak, Klungkung-Sapi Bali, Bangli-Kopi Arabika, Gianyar-Udang Galah, BadungBabi, Tabanan-Manggis, Buleleng-Mangga, Jembrana-Ikan Lemuru, dan Denpasar-Ikan Tuna. 3. Strategi pengembangan komoditi unggulan daerah adalah dengan
mengimplementasikan konsep sistem agribisnis, yaitu mengintegrasikan aktivitas produksi dengan aktivitas agroindustri hulu sebagai penyedia input, aktivitas agroindustri hilir sebagai pengolah output, aktivitas
ANTARA KOMODITI UNGGULAN DAERAH JURUSAN SOSEK FAPERTA UNUD-DEPERDAG RI-DISPERINDAG PROV. BALI
20
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1999. Informasi Sumberdaya Sarana dan Prasarana Sentra Agribisnis (Komoditi Salak, Jeruk, Sapi, Babi, Ikan Tuna, Mas/Karper). Bagian Proyek Pengembangan Sumberdaya Sarana dan Prasarana Pertanian Bali-TA. 1998/1999. Kantor Wilayah Departemen Pertanian Propinsi Bali. Anonim. 2000. Penyusunan Master Plan dan Action Plan Kawasan Andalan dan Kawasan Sentra Produksi Propinsi Bali. Kerjasama Bappeda Propinsi Bali dengan Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Udayana. Davis, H.J. and R.A. Golberg. 1957. A Concept of Agribusiness. Harvard Graduate School of Business Administration. Boston, Massachusets. Downey, W.D and Erickson, S.P. 1987. Agribusiness Managemen. Mc Graw-Hill, Inc, New York. Second Edition. Hoekman, Bernard. 2002. The WTO: Functions and Basic Principles. In Development, Trade, WTO, A Hand Book (edited By Bernard Hoekman, Aditya Matto, and Phillip English). The World bank, Washington, D.C. pp. 41-49 Saragih, B. 1998. Agribisnis, Pardigma Baru Pembangunan EKonomi Berbasis Pertanian. Penerbit Yayasan Mulia Persada Indonesia dan PT. Surveyor Indonesia bekerjasama dengan Pusat Studi Pembangunan, Lembaga Penelitian Institut Pertanian Bogor.
ANTARA KOMODITI UNGGULAN DAERAH JURUSAN SOSEK FAPERTA UNUD-DEPERDAG RI-DISPERINDAG PROV. BALI
21