Anda di halaman 1dari 17

ANALISIS SWOT MASALAH PENANGGULANGAN GIZI : ASI EKSKLUSIF

HASIL KEGIATAN PROGRAM GIZI TAHUN 2010

Berdasarkan hasil laporan kegiatan program gizi tahun 2010, didapatkan beberapa program yang belum mencapai target realisasi, diantaranya :

Tabel 1.1 Masalah Gizi Kegiatan Prosentase balita naik berat badan Prosentase ibu hamil KEK Cakupan ASI Eksklusif Sumber: Data Sekunder plan of action Keterangan : 1. Prosentase balita naik berat badan masih rendah, yaitu 0,80% 2. Prosentase ibu hamil KEK yang masih tinggi, yaitu 5,80% 3. Cakupan ASI Eksklusif masih rendah yaitu 6,60% Sasaran 1 tahun 2024 737 166 Target (%) 8% 5% 80% Hasil 31 43 11 % 0,89 5,80 6,60

ANALISIS MASALAH PROGRAM GIZI PUSKESMAS SIBELA TAHUN 2010

A. Landasan Teori Dalam merumuskan perencanaan strategis dan untuk

pengembangan mutu pelayanan, maka dilakukan analisis keadaan Puskesmas Sibela melalui analisis SWOT (strength, weakness, opportunity dan threat), sehingga Puskesmas Sibela dapat menetapkan strategi yang perlu dilakukan dalam menghadapi perubahan masalah kesehatan ibu dan anak yang terjadi. Analisis SWOT meliputi: 1. Analisis lingkungan internal a. Strength (S): kekuatan 2

Adalah kompetensi khusus yang terdapat dalam organisasi yang berakibat pada pemilihan keunggulan komparatif organisasi. b. Weakness (W): kelemahan Adalah keterbatasan atau kekurangan dalam hal sumber daya, ketrampilan, dan kemampuan yang menjadi penghalang serius bagi tampilnya kinerja organisasi yang memuaskan 2. Analisis lingkungan eksternal a. Threats (T): ancaman Adalah faktor-faktor lingkungan yang tidak menguntungkan suatu organisasi, jika tidak diatasi menjadi ganjalan bagi organisasi tersebut baik di masa sekarang maupun mendatang. b. Opportunities (O): peluang Adalah berbagai situasi lingkungan yang menguntungkan bagi suatu organisasi dalam mencapai tujuan yang ditetapkan. B. Analisis Masalah 1. Prioritas masalah Dari data plan of action Puskesmas Sibela tahun 2011 dapat diketahui beberapa program Gizi yang belum mencapai target yang telah ditetapkan. Ada tiga program Gizi puskesmas yang hasilnya belum memenuhi target dan merupakan masalah bagi puskesmas, yaitu: a. b. c. Prosentase balita naik berat badan yang masih rendah Prosentase ibu hamil KEK yang masih tinggi Cakupan ASI Eksklusif yang masih sangat rendah Prioritas masalah-masalah diatas ditentukan melalui matrikulasi masalah. Indikator yang digunakan dalam membuat matrikulasi masalah antara lain adalah: a. Importance yaitu pentingnya masalah, dibagi menjadi tiga, yaitu: 1) Prevalence (besarnya masalah) 2) Severity (akibat yang ditimbulkan oleh masalah) 3) Social benefit (keuntungan sosial karena selesainya masalah) 3

4) Rate of increase (kenaikan besarnya masalah) 5) Degree of unmet need (derajat keinginan masyarakat yang tidak terpenuhi) 6) Public concern (rasa prihatin masyarakat terhadap masalah) 7) Political climate (suasana politik) b. Technology yaitu kelayakan teknologi yang tersedia c. Resources yaitu sumber daya yang tersedia Dari indikator tersebut diatas, terdapat beberapa kriteria yaitu 1 = tidak penting; 2 = agak penting; 3 = cukup penting; 4 = penting; 5 = sangat penting (Azwar, 1996).

Tabel 1.3. Matrikulasi masalah Gizi


Daftar Masalah P 1 2. 3. Prosentase ibu hamil KEK Prosentase balita naik berat badan Cakupan ASI Eksklusif 5 3 4 ES 4 4 5 S 5 3 4 RI 4 2 3 I DU 4 3 3 SB 5 4 4 PB 5 3 4 PC 4 3 3 4 3 3 4 4 3 T R Jumlah IxTxR 2560000 93312 311040

Keterangan: I P ES S RI DU : importance : prevalence : easy solving : severity : rate of increase SB PB PC T R : social benefits : public concern : political climate : technology : resources

: degree of unmet need Berdasarkan kriteria matriks diatas maka urutan prioritas

Urutan prioritas masalah adalah sebagai berikut: a. Prosentase ibu hamil KEK b. Cakupan ASI Eksklusif c. Prosentase balita naik berat badan Dari hasil matrikulasi masalah, prioritas masalah pertama dalam program Gizi adalah prosentase ibu hamil KEK di wilayah Puskesmas 4

Sibela. Namun dalam laporan ini yang akan dibahas adalah mengenai Cakupan ASI Eksklusif yang masih rendah di Puskesmas Sibela. Hal ini disebabkan karena permasalahan mengenai prosentasi ibu hamil KEK sudah pernah dibahas sebelumnya. Selain itu cakupan ASI ekslusif juga menempati prioritas permasalahan kedua sehingga masih perlu untuk dibahas dan dicari alternatif pemecahan masalahnya.

2.

Prioritas pemecahan masalah Prioritas masalah yang telah diperoleh melalui matrikulasi masalah perlu disusun alternatif pemecahannya dengan terlebih dahulu menggali penyebab dari masalah tersebut. Penyebab rendahnya cakupan ASI Eksklusif di wilayah Puskesmas Sibela dikarenakan oleh beberapa sebab, yaitu: 1. Kondisi ibu dan bayi: proses ibu melahirkan (normal/caesar),

kesehatan dan status gizi ibu, usia ibu saat hamil dan melahirkan, paritas ibu, pekerjaan ibu, pendapatan keluarga, kondisi bayi serta kemampuan dan kemauan bayi untuk menghisap puting susu ibu. 2. Kesadaran Ibu: rasa percaya diri, pengetahuan/ pendidikan ibu mengenai ASI Eksklusif, serta adanya pengaruh dari luar seperti dukungan keluarga dan lingkungan. 3. Tenaga kesehatan: kinerja tenaga kesehatan dalam manajemen laktasi, kuantitas tenaga kesehatan dalam program gizi, cakupan pelaksanaan program gizi ASI Eksklusif, dan pemanfaatan kader. 4. Kader: kinerja kader dan motivasi kader. Penyebab rendahnya cakupan ASI Eksklusif di wilayah Puskesmas Sibela tergambar dalam diagram di bawah ini:

ASI Eksklusif tidak optimal

Akibat

Cakupan ASI Eksklusif rendah optimal

Masalah utama

Sebab
Kondisi ibu dan bayi Kesadaran ibu masih rendah Nakes yang kurang optimal Kader yang kurang optimal

Proses melahirkan Kesehatan dan status gizi ibu Usia ibu saat hamil dan melahirkan Paritas ibu Pekerjaan ibu Pendapatan keluarga Kondisi bayi (bayi sakit, kembar,prematur)

Manajemen laktasi Kuantitas Nakes di bidang gizi Cakupan pelaksanaan program

Kinerja Motivasi

Pengetahuan ASI Eksklusif

Rasa percaya diri

Pengaruh dukungan keluarga dan lingkungan

Tingkat pendidikan

Kegiatan promosi

Kinerja petugas

Sarana KIE

Pendanaan

Gambar 4.1. Pohon masalah rendahnya cakupan ASI Eksklusif (Depkesb, 2005; Perinasia, 2004; Purnamawati, 2003) Berdasarkan penyebab-penyebab yang ada, bisa didapatkan beberapa alternatif pemecahan masalah sebagai berikut: Tabel 1.4. Alternatif pemecahan masalah Masalah Cakupan ASI Eksklusif rendah Penyebab 1. Kondisi ibu dan bayi: a. Proses melahirkan b. Kesehatan dan status gizi ibu yang rendah c. Usia ibu saat hamil dan melahirkan (paling baik Alternatif Pemecahan Masalah Peningkatan kesehatan serta status gizi ibu hamil dan menyusui (PMT, tablet Fe, vaksin TT 2x selama hamil) Persiapan menyusui bagi ibu melalui manajemen laktasi:

antara usia 20-30 tahun) d. Paritas ibu (menyangkut produksi ASI dan pengalaman ibu dalam memberikan ASI) e. Pekerjaan ibu f. Pendapatan keluarga g. Kondisi bayi (bayi sakit, kembar, prematur), kemampuan dan kemauan bayi untuk menghisap puting susu ibu (minum ASI)

a. Periode Masa Kehamilan (Antenatal) pemeriksaan payudara, pemantauan BB/ status gizi ibu, pemberian KIE melalui konseling gizi ibu hamil, cara memberikan ASI pertama, upaya untuk memperbanyak ASI, cara perawatan payudara selama menyusui, manfaat&keunggulan ASI serta bahaya susu botol, dan juga konseling mengenai KB b. Periode Segera Setelah Bayi Lahir inisiasi menyusui dini (sesegera mungkin memberikan ASI) c. Periode Pasca Persalinan rawat gabung dan KIE melalui konseling ASI eksklusif, meliputi cara pemberian ASI yang baik dan benar serta cara pemerasan dan penyimpanan ASI, terutama bagi ibu yang bekerja Peningkatan pengetahuan ibu, keluarga (suami, ortu, mertua), dan lingkungan tentang pentingnya ASI eksklusif melalui a. Penyuluhan ASI Eksklusif

2. Kesadaran Ibu: a. Rasa percaya diri untuk menyusui yang kurang b. Pengetahuan/ pendidikan ibu mengenai ASI 7

Eksklusif yang masih rendah b. Kurangnya dukungan dari keluarga dan lingkungan.

b. Penyebaran leaflet c. Pemasangan poster di puskesmas, posyandu, maupun pelayanan kesehatan lainnya Peningkatan kepercayaan diri ibu untuk menyusui melalui persiapan menyusui dengan manajemen laktasi Pengikutsertaan peran suami dan keluarga dalam mendukung, memotivasi dan membantu ibu untuk menyusui. Meningkatkan peran serta dan tanggung jawab tenaga kesehatan puskesmas terhadap penyelenggaraan manajemen laktasi 3 periode Pengadaan Pojok Laktasi Alokasi tambahan tenaga kesehatan dalam program gizi di Puskesmas Sibela Perluasan pelaksanaan program gizi; ASI Eksklusif ( KP-ibu, pelatihan dan pembelajaran ASI Eksklusif, kelas hamil) di wilayah binaan Puskesmas Sibela

3. Tenaga kesehatan: Kinerja tenaga kesehatan belum optimal dalam manajemen laktasi Kuantitas tenaga kesehatan program gizi di Puskesmas Sibela masih kurang Cakupan pelaksanaan program gizi; ASI Eksklusif masih terbatas

4. Kader : Kinerja kader yang belum optimal dan motivasi yang masih cakupan program ASI kurang karena

Optimalisasi kinerja kader dengan menyelenggarakan pelatihan tentang ASI Eksklusif, peningkatan motivasi melalui pemanfaatan Forum Komunikasi Kader Posyandu (FKKP).

pelaksanaan Eksklusif

yang masih terbatas

Alternatif pemecahan masalah diatas apabila dilaksanakan diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan rendahnya cakupan ASI eksklusif dengan baik. Namun, untuk melaksanakan pemecahan masalah tersebut secara bersamaan akan sangat sulit. Untuk itu perlu dipilih prioritas pemecahan masalah dengan mengacu pada: a. Efektivitas pemecahan masalah Untuk menentukan efektivitas pemecahan masalah digunakan kriteria: 1) Magnitude (M) yaitu besarnya masalah 2) Importance (I) yaitu pentingnya pemecahan masalah 3) Vulnerability (V) yaitu sensitifitas dalam mengatasi masalah yang dihadapi Nilai efektivitas untuk setiap alternatif pemecahan masalah adalah mulai dari angka 1 (paling tidak efektif) sampai dengan angka 5 (paling efektif) b. Efisiensi pemecahan masalah Efisiensi ini dikaitkan dengan biaya (cost (C)) yang diperlukan untuk melaksanakan pemecahan masalah. Nilai efisiensi yakni angka 1 (paling efisien) sampai angka 5 (paling tidak efisien). Hitung nilai prioritas (P) untuk setiap alternatif pemecahan masalah, dengan membagi hasil perkalian nilai M x I x V dengan 9

nilai C. Pemecahan masalah dengan nilai P tertinggi adalah prioritas pemecahan masalah terpilih. Prioritas pemecahan masalah terhadap rendahnya cakupan ASI Eksklusif diberikan sebagai berikut:

Tabel 1.5. Matrikulasi alternatif pemecahan masalah Efektifitas Daftar Pemecahan Masalah M 4 I 4 V 3 Efisiensi (C) 3 Jumlah MxIxV C 16

Optimalisasi kondisi ibu dan bayi melalui: a. Peningkatan status gizi ibu hamil dan menyusui b. Persiapan menyusui bagi ibu melalui manajemen laktasi.

Peningkatan kesadaran ibu, keluarga, dan lingkungan, melalui: Peningkatan pengetahuan ibu, keluarga, dan lingkungan tentang pentingnya ASI eksklusif melalui: a. Penyuluhan ASI Eksklusif b. Penyebaran leaflet c. Pemasangan poster di puskesmas, posyandu, maupun pelayanan kesehatan lainnya d. Advokasi tempat kerja untuk memfasilitasi ibu yang menyusui. Peningkatan kepercayaan diri ibu untuk menyusui melalui persiapan menyusui dengan manajemen laktasi 10

33,3

Pengikutsertaan peran suami dan keluarga dalam mendukung, memotivasi dan membantu ibu untuk menyusui. 3 Optimalisasi kinerja tenaga kesehatan melalui a. Peningkatan peran serta dan tanggung jawab tenaga kesehatan puskesmas terhadap penyelenggaraan manajemen laktasi 3 periode b. Pengadaan Pojok Laktasi c. Alokasi tambahan tenaga kesehatan dalam program gizi di Puskesmas Sibela d. Perluasan pelaksanaan program gizi; ASI Eksklusif ( KP-ibu, pelatihan dan pembelajaran ASI Eksklusif, kelas hamil) di wilayah binaan Puskesmas Sibela 4 Optimalisasi kinerja kader dengan menyelenggarakan pelatihan tentang ASI Eksklusif, peningkatan motivasi melalui pemanfaatan Forum Komunikasi Kader Posyandu (FKKP). 4 3 3 3 12 3 4 4 3 16

Dari tabel di atas , didapatkan prioritas utama yaitu: Peningkatan kesadaran ibu, keluarga, dan lingkungan, melalui: Peningkatan pengetahuan ibu, keluarga, dan lingkungan tentang pentingnya ASI eksklusif melalui: 11

a. Penyuluhan ASI Eksklusif b. Penyebaran leaflet c. Pemasangan poster di puskesmas, posyandu, maupun pelayanan kesehatan lainnya d. Advokasi tempat kerja untuk memfasilitasi ibu yang menyusui. Peningkatan kepercayaan diri ibu untuk menyusui melalui persiapan menyusui dengan manajemen laktasi Pengikutsertaan peran suami dan keluarga dalam mendukung, memotivasi dan membantu ibu untuk menyusui. Dengan adanya media promosi di posyandu, masyarakat dapat lebih mudah memahami pentingnya ASI Eksklusif. Penyuluhan, konseling dan penggunaan media promosi, seperti poster/ leaflet diberikan dengan bahasa yang menarik dan mudah dipahami. Diharapkan dengan media tersebut, posyandu dapat menjadi sarana promotif dan preventif yang mudah dijangkau dan terpercaya. Sehingga seluruh level masyarakat (tidak hanya masyarakat menengah ke bawah, tetapi juga masyarakat menengah ke atas) mulai memahami pentingnya ASI Eksklusif dan dengan kesadaran diri memberikan ASI Eksklusif kepada anaknya.

C. Analisis SWOT Untuk mengetahui berbagai faktor pendukung dan penghambat subprogram gizi yaitu ASI Eksklusif, dilakukan kajian secara seksama dengan analisis SWOT sebagai berikut :

12

Tabel 1.6. Analisis SWOT ASI Eksklusif


Kekuatan (S) Ada tenaga profesional (personil medis: 3 dokter umum dan 1 dokter gigi) dan Kelemahan (W) Pendataan kurang menyeluruh sehingga belum tercapainya angka yang maksimal Alokasi dana dari Puskesmas yang masih kurang Kuantitasdan kualitas Nakes yang masih kurang Program Manajemen laktasi yang kurang optimal Waktu pelaksanaan Posyandu yang kurang tepat Belum adanya pojok laktasi Kurangnya upaya kesehatan dalam hal promotif (KIE-ASI) Peran kader yang belum optimal Kurangnya partsipasi lintas sektoral Cakupan pelaksanaan program gizi ASI eksklusif masih terbatas

SW

jumlah paramedis sebanyak 34 orang Kepercayaan terhadap puskesmas Adanya fasilitas penunjang puskesmas (ranap dan lab) Adanya program gizi cakupan ASI Eksklusif, KIA dan posyandu yang telah terjadwal, termasuk di dalamnya

OT

konseling gizi dan ASI (pojok gizi), pelatihan dan pembelajaran ASI Eksklusif, kelas hamil Adanya Kelompok Pendukung Ibu (KPibu) Adanya Forum Komunikasi Kader Posyandu (FKKP) yang diadakan tiap dua bulan sekali Memiliki simpus dan pelaporan puskesmas

Peluang (O)

Strategi SO

Strategi WO Memperbaiki sistem pendataan yang sudah ada Optimalisasi program manajemen laktasi 3 periode Meningkatkan kualitas dan kuantitas tenaga kesehatan di Puskesmas sehingga kegiatan penyuluhan, konseling, maupun KIE-ASI dapat lebih maksimal Meningkatkan peran serta kader dalam mendukung program gizi terutama ASI Eksklusif, jika perlu dengan memberikan reward

Lokasi wilayah Puskesmas Meningkatkan kerjasama dengan dokter Sibela yang cukup luas namun secara keseluruhan mudah dijangkau oleh petugas Kinerja Dinas Kesehatan Surakarta cukup baik Adanya kader kesehatan di wilayah puskesmas Adanya poliklinik swasta Adanya praktisi swasta (dokter praktik swasta, bidan praktik swasta, spesialis dan ahli gizi sebagai konsultan melalui program kunjungan ahli Terus memberikan pembekalan dan pelatihan bagi para kader tentang masalah gizi terutama ASI Eksklusif Optimalisasi FKKP sebagai sarana pemotivator bagi kader sekaligus sarana tukar pikiran (sharing) antar kader mengenai masalah-masalah yang dihadapi Meningkatkan mutu pelayanan medis Gizi Kerjasama dengan poliklinik dan praktisi swasta

13

perawat praktik swasta) Adanya posyandu Adanya JPKM untuk pembiayaan kesehatan

Optimalsasi program Gizi, Posyandu, dan KIA , khususnya konseling/ KIE tentang gizi dan ASI pada bayi dan balita

Pengadaaan pojok laktasi di Puskesmas Meningkatkan kerja sama lintas sektoral, termasuk rumah sakit untuk tidak memberikan susu formula kepada bayi yang dilahirkan disana.

Ancaman (T) Kurangnya pengetahuan masyarakat dan dukungan dari keluarga terhadap manfaat dan pentingnya ASI Eksklusif pada bayi Tingkat pendidikan dan status ekonomi masyarakat yang masih rendah Kurangnya koordinasi antara puskesmas dan kader kesehatan yang ada

Strategi ST Melakukan survei dan memberikan kuesioner pada masyarakat wilayah Puskesmas Sibela untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan mereka tentang ASI eksklusif Meningkatkan kegiatan-kegiatan promosi kesehatan (penyuluhan, konseling/ KIE, pembagian leaflet, pemasangan poster) Optimalisasi KP-ibu sebagai sarana pemotivator bagi ibu dan keluarga, dan sarana tukar pikiran (sharing) mengenai masalah-masalah yang dihadapi

Strategi WT Lebih melibatkan peran serta tokoh masyarakat ataupun organisasi masyarakat setempat dalam mendukung program Gizi Puskesmas; ASI eksklusif Mengadakan penyuluhan rutin serta memperbaiki perencanaan dan strategi program penyuluhan Membangun koordinasi yang baik antara puskesmas, kader, maupun tokoh masyarakat setempat untuk melaksanakan program puskesmas gizi; ASI eksklusif Perluasan cakupan pelaksanaan program gizi; ASI Eksklusif

Kesimpulan dari analisis SWOT : Untuk meningkatkan cakupan ASI Eksklusif pada tahun mendatang, puskesmas dapat melakukan: 1. Promosi kesehatan yang dilakukan hendaknya lebih ditekankan pada peningkatan peran para ibu, misalnya dengan penyuluhan bersama antara petugas dari puskesmas dan kader kepada masyarakat tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif serta memberikan pengarahan tentang apa yang harus dilakukan bagi para ibu yang bekerja agar tetap bisa memberikan ASI eksklusif pada buah hatinya.

14

2. Puskesmas mendorong kader untuk aktif mendatangi ibu-ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif pada anaknya, untuk selanjutnya dianalisis penyebabnya dan diberikan alternatif pemecahan masalahnya. 3. Untuk meningkatkan kinerja kader, puskesmas dapat memberikan

penghargaan/ reward pada kader terbaik tiap tahunnya. 4. Petugas dari puskesmas diharapkan bekerja secara lebih optimal dalam membina kader, mengawasi jalannya program gizi khususnya ASI eksklusif, dan menepati jadwal yang telah ditentukan bersama 5. Meningkatkan koordinasi antara puskesmas dan kader dengan mengadakan rapat koordinasi program untuk membahas sasaran dan target program yang harus dicapai. Target program dalam satu tahun bisa dibagi per bulan atau tergantung komitmen bersama antara puskesmas dan kader. 6. Puskesmas dapat melakukan survei sejauh mana pengetahuan masyarakat tentang ASI Eksklusif. Survei dapat dilakukan dengan kuesioner atau wawancara. Hasil survei dapat dijadikan bahan evaluasi untuk pelaksanaan program selanjutnya. 7. Optimalisasi program KIE, Posyandu, dan gizi, khususnya konseling gizi dan ASI pada bayi dan balita, pengadaan pojok laktasi, serta program manajemen laktasi 3 periode, meliputi: a. Antenatal melalui pemeriksaan payudara, pemantauan BB ibu, dan KIE b. Segera setelah bayi lahir inisiasi menyusui dini c. Pasca persalinan rawat gabung, pemberian KIE 8. Meningkatkan kerja sama lintas sektoral, termasuk rumah sakit untuk tidak memberikan susu formula kepada bayi yang dilahirkan disana.

SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Prioritas masalah program Gizi Puskesmas Sibela tahun 2010 adalah rendahnya cakupan pemberian ASI Eksklusif sedangkan prioritas pemecahan masalah ialah dengan peningkatan kesadaran ibu melalui peningkatan

pengetahuan ibu tentang pentingnya ASI eksklusif dengan cara: 15

1. 2. 3.

Konseling dan penyuluhan tentang ASI eksklusif Penyebaran leaflet Pemasangan poster di puskesmas, posyandu, maupun pelayanan kesehatan lainnya

B. Saran 1. Promosi kesehatan yang dilakukan hendaknya lebih ditekankan pada peningkatan peran para ibu, misalnya dengan penyuluhan bersama antara petugas dari puskesmas dan kader kepada masyarakat tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif serta memberikan pengarahan tentang apa yang harus dilakukan bagi para ibu yang bekerja agar tetap bisa memberikan ASI eksklusif pada buah hatinya. 2. Puskesmas mendorong kader untuk aktif mendatangi ibu-ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif pada anaknya, untuk selanjutnya dianalisis penyebabnya dan diberikan alternatif pemecahan masalahnya. 3. Untuk meningkatkan kinerja kader, puskesmas dapat memberikan penghargaan/ reward pada kader terbaik tiap tahunnya. 4. Petugas dari puskesmas diharapkan bekerja secara lebih optimal dalam membina kader, mengawasi jalannya program gizi khususnya ASI eksklusif, dan menepati jadwal yang telah ditentukan bersama 5. Meningkatkan koordinasi antara puskesmas dan kader dengan dan

mengadakan rapat koordinasi program untuk membahas sasaran

target program yang harus dicapai. Target program dalam satu tahun bisa dibagi per bulan atau tergantung komitmen bersama antara puskesmas dan kader. 6. Puskesmas dapat melakukan survei sejauh mana pengetahuan masyarakat tentang ASI Eksklusif. Survei dapat dilakukan dengan kuesioner atau wawancara. Hasil survei dapat dijadikan bahan evaluasi untuk pelaksanaan program selanjutnya.

16

7. Optimalisasi program KIE, Posyandu, dan gizi, khususnya konseling gizi dan ASI pada bayi dan balita, pengadaan pojok laktasi, serta program manajemen laktasi 3 periode, meliputi: a. Antenatal melalui pemeriksaan payudara, pemantauan BB ibu, dan KIE b. Segera setelah bayi lahir inisiasi menyusui dini c. Pasca persalinan rawat gabung, pemberian KIE 8. Meningkatkan kerja sama lintas sektoral, termasuk rumah sakit untuk tidak memberikan susu formula kepada bayi yang dilahirkan disana.

17

Anda mungkin juga menyukai