Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PROGRAM GIZI DI PUSKESMAS

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Laporan Praktik Profesi Ners Stase

Keperawatan Komunitas

Di susun oleh:

Ahmad Jaelani 320071


Enur Syamsiah 320070
Irwansyah Fajar Saputra 320075
Sheilla Dwi Rahmadanti 320064
Sri Wulan Gerhanawati 320065
Tintin Supriatin 320066
Tri Desi Anggita 320067
Wylma Dwilestari 320069
Yuda Yusup Salim 320070

PROGRAM STUDI PROFESI NERS B

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN

PPNI JAWA BARAT

BANDUNG

2021
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gizi merupakan salah satu unsur penting sebagai penentu dalam peningkatan kualitas hidup
manusia. Kualitas hidup manusia terbagi atas kualitas fisik dan kualitas non fisik. Kualitas fisik
berkaitan dengan bidang kesehatan, gizi dan kesegaran jasmani sedangkan kualitas non fisik
berkaitan antara lain dengan bidang pendidikan dan agama. Kurang gizi akan menyebabkan
kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan, menurunkan produktivitas,
menurunkan daya tahan, meningkatkan kesakitan dan kematian (Mardawati, Sabri, 2008). Status gizi
(nutritional status) adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya yaitu
menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan serta mengatur proses-proses kehidupan
(Almatsier, 2010).

Masa balita merupakan proses pertumbuhan yang pesat dimana memerlukan perhatian dan kasih
sayang dari orang tua dan lingkungannya. Disamping itu balita membutuhkan zat gizi yang seimbang
agar status gizinya baik, serta proses pertumbuhannya yang tidak terhambat karena balita merupakan
kelompok umur yang rawan dan perlu mendapat perhatian (Syatriani, 2011). Pertumbuhan linear
yang tidak sesuai dengan umur balita merefleksikan masalah gizi kurang. Masalah gizi kurang jika
tidak dilayani akan menimbulkan masalah yang lebih besar, bangsa Indonesia dapat mengalami lost
generation (Hidayati, dkk, 2010). Masalah gizi dipengaruhi oleh banyak faktor, ditingkat rumah
tangga keadaan gizi dipengaruhi oleh kemampuan rumah tangga menyediakan pangan dalam jumlah
dan jenis yang cukup (Tumenggung, dkk, 2010).

Puskesmas sebagai pusat pelayanan dasar tingkat pertama telah melakukan berbagai upaya
dalam menanggulangi masalah gizi diwilayah kerjanya melalui berbagai program yaitu kegiatan
posyandu, surveilens gizi di puskesmas, program posyandu, manajemen pemberian vit A,
Manajemen pemberian tablet Fe, program manajemen pemberian ASI dan MP-ASI, rujukan balita
gizi buruk ke Puskesmas Rujukan untuk gizi buruk dan Rumah Sakit, pemberian obat cacing,
pemberian suplemen gizi, serta pemberian PMT pemulihan. Masih adanya kasus gizi kurang
menunjukkan bahwa program penanggulangan anak balita gizi kurang selama ini masih memiliki
kelemahan dan belum efektif. Program pemulihan balita dengan status gizi kurang harus dilakukan
secara terpadu yaitu melalui program yang melibatkan lintas program dan lintas sektor serta berbasis
prakarsa dan pemberdayaan masyarakat (Widodo, 2012).
Dalam penanggulangan status gizi masyarakat intervensi gizi langsung telah dilakukan oleh
puskesmas sedangkan intervensi gizi tidak langsung memerlukan peran serta tokoh masyarakat.
Tokoh masyarakat sebagai orang yang mempunyai pengaruh dan dihormati di lingkungan
masyarakat biasanya menjadi panutan bagi orang-orang atau masyarakat sekitarnya sehingga
keterlibatan tokoh masyarakat juga berperan dalam mengarahkan masyarakat agar peduli pada
kesehatan (Isnansyah, 2006).

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Laporan ini betujuan untuk mengetahui program peningkatan gizi di puskesmas, yang di lihat
dari bagaimana surveilens gizi di puskesmas, program posyandu, manajemen pemberian vit A,
Manajemen pemberian tablet Fe, program manajemen pemberian ASI dan MP-ASI.

2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui cara peningkatan status gizi masyarakat di wilayah kerja puskesmas.
b. Untuk mengetahui program apa saja yang berjalan untuk meningkatkan status gizi
masyarakat.
c. Untuk mengetahui apakah program di puskesmas sudah sesuai standar atau tidak.

C. Manfaat
1. Manfaat akademik
a. Bagi institusi pendidikan
Laporan ini di harapkan dapat menjadi bahan ajar mata kuliah keperawatan komunitas
khususnya mengenai program gizi yang ada di puskesmas, untuk meningkatkan pengetahuan
dan wawasan mahasiswa.

b. Bagi keilmuan
Laporan ini di harapkan menjadi pengetahuan mengenai program gizi yang harus di terapkan
untuk meningkatkan status gizi masyarakat agar masalah gizi di indonesia menurun.

c. Bagi praktisi
Laporan ini di harapkan dapat menjadi referensi tambahan untuk mahasiswa, pihak puskesmas
dan lembaga terkait sebagai bahan pemberian asuhan keperawatan komunitas.
2.

BAB II

LAPORAN PROGRAM PELAYANAN GIZI PURSKESMAS

A. Surveilans Gizi Di Puskesmas


1. Mekanisme Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan bertujuan untuk mencatat dan melaporkan hasil pelaksanaan
surveilans gizi secara berjenjang. Pengelola kegiatan gizi atau tenaga surveilans gizi di dinas
kesehatan kabupaten/Kota merekap laporan pelaksanaan surveilans gizi dari
puskesmas/kecamatan, rumah sakit dan masyarakat/media kemudian melaporkan ke dinas
kesehatan provinsi dan Direktorat Bina Gizi Masyarakat.
a. Jenis dan frekuensi pelaporan

Laporan kejadian kasus gizi buruk disampaikan ke Dinas Kesehatan Provinsi


dan Direktorat Bina Gizi Masyarakat dalam waktu 1 x 24 jam dengan menggunakan
formulir laporan KLB Gizi (lampiran 1). Sedangkan pelaporan hasil pelacakan kasus
gizi buruk dilakukan dalam waktu 2 x 24 jam.
Laporan rekapitulasi hasil pemantauan pertumbuhan balita (D/S), kasus gizi
buruk dan cakupan pemberian TTD (Fe) pada ibu hamil disampaikan ke Dinas
Kesehatan Provinsi dan Direktorat Bina Gizi Masyarakat setiap bulan.
Laporan rekapitulasi cakupan pemberian ASI Eksklusif 0-6 bulan, pemberian
kapsul vitamin A pada balita dan konsumsi garam beryodium di tingkat rumah tangga
disampaikan ke Dinas Kesehatan Provinsi dan Direktorat Bina Gizi Masyarakat setiap
6 bulan (Maret dan September).
Laporan dapat disajikan dalam bentuk narasi, tabel, grafik, dan peta atau bentuk
penyajian informasi lainnya.

Berikut adalah contoh penyajian data dengan grafik Cakupan Distribusi Kapsul
Vitamin ABalitaUsia6—
59bulandiKabupaten”X”bulanFebruaridanAgustusTahun2011yang terdiri dari 12
kecamatan ataupuskesmas.
Target

2011

Contoh Tabel 6.2. Cakupan Distribusi Kapsul Vitamin A dan Penimbangan


(D/S) di Kabupaten “X” tahun 2011.
Puskesmas Cakupan Vitamin A Cakupan
(%) D/S (%)
1. Mentari 70 60
2. Teninjaya 72 76
3. Karanganyar 84 82
4. Sukasari 79 60
5. Cimalaya 64 78
6. Jatisari 73 68
7. Tegalraya 64 65
8. Sukmajaya 68 84
9. Mekarsari 80 85
10. Tirtamulya 80 64
11. Sukamaju 90 87
12. Sampurna 85 68

Untuk lebih memperlihatkan “hubungan” dua indikator tersebut data cakupan


vitamin A dan cakupan D/S dapat disajikan dalam bentuk kuadran kedua indikator
tersebut seperti pada Gambar 6.2 berikut.

D/S

Vitamin
A

Gambar 6.2Distribusi Puskesmas menurut Kuadran


Pencapaian D/S terhadap Cakupan Vitamin A di
Kabupaten “X” Tahun 2011
Kec.
Kec. Tenjolaya Kec. Tegalraya
Mentari Kec. Kr
Anyar
Kec. Kec.
Kec. Sukamaju Sampurna
Sukasari
Kec. Kec.
Cakupan
baik
Jatiasri Sukmajaya Kec.
Cakupan
Cimalaya sedang

Kec. Kec. Cakupan


Mekarsari Tirtamulya kurang

Contoh Peta Wilayah Cakupan Pemberian TTD (Fe) Ibu Hamil menurut
Puskesmas di Kabupaten “X” Tahun 2011

b. Alur Pelaporan

Laporan hasil surveilans gizi disampaikan secara berjenjang.


Laporan kegiatan surveilans gizi di tingkat kabupaten/kota disampaikan ke
Dinas Kesehatan Provinsi dan Direktorat Gizi Masyarakat sesuai dengan
frekuensi pelaporan. Dinas Kesehatan Provinsi melaporkan hasil surveilans
gizi ke Direktorat Gizi Masyarakat sesuai dengan frekuensi pelaporan.
Umpan balik hasil kegiatan surveilans gizi disampaikan secara
berjenjang dari pusat ke provinsi setiap tiga bulan. Umpan balik dari
provinsi ke kabupaten/kota dan dari kabupaten/kota ke puskesmas sesuai
dengan frekuensi pelaporan pada setiap bulan berikutnya.
Mekanisme dan alur pelaporan, umpan balik serta koordinasi
pelaksanaan surveilans gizi digambarkan sebagai berikut.
2. Masalah Gizi

a. Masalah gizi merupakan masalah kesehatan yang diderita oleh banyak


Negara, terutama Negara-Negara yang sedang berkembang. Masalah
gizi di Indonesia dikelompokkan menjadi tiga kelompok. Pertama
adalah Masalah yang telah dapat dikendalikan, kedua adalah maslah gizi
yang belum selesai dan yang ketiga adalah maslah baru yang
mengancam kesehatanmasyarakat.
b. Masalah yang telah dapat dikendalikan adalah: 1) Kurang Vitamin A
(KVA). 2) Gangguan Akibat Kurang Iodium (GAKI), dan Anemia Gizi
Besi pada anak usia 2 – 5 tahun.
1) Masalah KVA dengan indikator prevalensi Xerophtalmia pada
balita, menunjukkan penurunan yang signifikan. Dari empat kali
survey terjadi penurunan dari 1,3% (1978), 0,35% (1992), 0,13%
(2007), dan 0% (2011), dibandingkan dengan ambang batas
sebagai masalah yaitu0,5%.
2) Masalah Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI)
Masalah GAKI menunjukkan adanya kecenderungan menurun
dari 16.3% th 2002 menjadi 14,9% th2013.
3) Anemia Gizi Besi
Anemia Gizi Besi anak usia 2 – 5 tahun. Dalam kurun waktu
tahun 2001 – 2011, angka prevalensi adalah 58,0% (001), 40,2%
(2004), 25,0% (2005) dan 17,6%(2011).

c. Ambang batas masalah adalah 20%.Masalah yang belum selesai (un-


finishedagenda).
1) BalitaPendek
Prevalesinya 18,8% (2007), 18,5% (2010) dan 18,0% (2013).
Sedangkan kategoriPendek dari 18,0 (2007) menjadi 17,1 (2010), dan
19,2% (2013).
2) Balita Gizi Kurang dan GiziBuruk
Hasil Riskesdas prevalensinya 13,0% (2007 dan 2010), menjadi
13,9%(2013). GiziBuruk 5,4% (2007) 4,9% (2010), tetapi pada 2013
meningkat menjadi 5,7%.

d. Masalah baru yang mengancam kesehatan masyarakat (emerging


problem) Kegemukan.

1) Kegemukan UsiaBalita.
Prevalensi balita gemuk hasil Riskesdas tahun 2001, 2010 dan 2013
menunjukkan angka 12,2%, 14,0% dan11,9%.
2) Kegemukan Usia sekolah (5 – 12tahun)
Pada kelompok anak usia sekolah (5 – 12 tahun), prevalensi anak
gemuk kelompok perempuan tahun 2013 sebesar 10,7% dan
prevalensi anak obesitas sebesar 6,6%, sehingga total prevalensi
anak usia sekolah kegemukan sebesar 17,3%. Pada kelompok laki-
laki, angka ini lebih besar, yaitu 10,8% dan 9,7%, sehingga
prevalensi kegemukan anak laki-laki sebesar 20,5%.
e. Perkembangan Gizi lebih GiziKurang Dan Buruk Berikut adalah Hasil
PSG 2015, antaralain:
1) Status Gizi Balita menurut Indeks Berat Badan per Usia (BB/U),
didapatkan hasil: 79,7% gizi baik; 14,9% gizi kurang; 3,8% gizi
buruk, dan 1,5% gizilebih.
2) Status Gizi Balita Menurut Indeks Tinggi Badan per Usia (TB/U),
didapatkan hasil: 71% normal dan 29,9% Balita pendek dan
sangatpendek
3) Status Gizi Balita Menurut Indext Berat Badan per Tinggi Badan
(BB/TB), didapatkan hasil,: 82,7% Normal, 8,2% kurus, 5,3%
gemuk, dan 3,7% sangatkurus
4) GiziLebih.

Data Riskesdas pada 2013 Secara nasional, masalah gemuk pada anak
umur 5-12 tahun masih tinggi yaitu 18,8 persen, Prevalensi gemuk pada
remaja umur 13-15 tahun di Indonesia sebesar 10.8 persen, Prevalensi
gemuk pada remaja umur 16 hingga 18 tahun sebanyak 7,3 persen
Prevalensi penduduk dewasa berat badan lebih 13,5 persen dan obesitas
15,4 persen.
3. Indikator Keberhasilan Surveilans
Setiap kegiatan yang dilakukan tak terkecuali surveilans gizi, pada akhir
kegiatan selalu dinilai tingkat keberhasilan kegiatan tersebut. Surveilans gizi
merupakan kegiatan yang sangat penting sebab hasil surveilans gizi akan menjadi
dasar pemerintah dalam hal ini Kementerian Kesehatan melalui Direktorat Bina
Gizi Masyarakat dalam membuat kebijakan program gizi. Oleh sebab itu
keberhasilan surveilans gizi penting untuk dievaluasi. Indikator apa saja yang
digunakan dalam menilai keberhasilan surveilans akan dibahas dalan topik 3 bab 6
ini. Oleh sebab itu setelah mempelajari topik 3 ini Anda diharapkan mampu
melakukan penilaian keberhasilan surveilans gizi berdasarkan indicator input,
proses, danoutput.
Untuk mengetahui keberhasilan kegiatan surveilans gizi perlu ditetapkan
indikator atau parameter objektif yang dapat dipahami dan diterima oleh semua
pihak. Dengan menggunakan indikator tersebut diharapkan dapat diketahui
keberhasilan kegiatan surveilans gizi, dan dapat pula digunakan untuk
membandingkan keberhasilan kegiatan surveilans gizi antar wilayah.
a. Indikator yang digunakan
Penentuan indikator yang digunakan dalam menilai keberhasilan pelaksanaan
surveilans gizi didasarkan pada indikator input, proses, dan output.
 Indikator Input meliputi beberapa variable yaitu:
1) Adanya tenaga manajemen data gizi yang meliputi
pengumpul data dari laporan rutin atau survei khusus,
pengolah dan analis data serta penyajiinformasi,
2) Tersedianya instrumen pengumpulan dan
pengolahandata,
3) Tersedianya sarana dan prasarana pengolahan data,dan
4) Tersedianya biaya operasional surveilansgizi
 Indikator Proses terdiri dari:
1) Adanya proses pengumpulandata,
2) Adanya proses pengeditan dan pengolahandata,
3) Persentase ketepatan waktu laporan dari puskesmas ke
dinaskesehatan,
4) Persentase kelengkapana laporan dari puskesmas ke
dinaskesehatan,
5) Adanya proses pembuatan laporan dan umpan balik hasil
surveilansgizi,
6) Adanya proses sosialisasi atau advokasi hasil
surveilansgizi,dan
7) Adanya tindak lanjut hasil pertemuan berkala yang
dilakukan oleh program dan sektor terkait.

 Indikator Output meliputi hal-hal sebagai berikut:


1) Tersedianya informasi gizi buruk yang
mendapatperawatan.
2) Tersedianyainformasi balita yang ditimbang berat
badannya(D/S).
3) Tersedianya informasi bayi usia 0-6 bulan mendapat
ASIEksklusif.
4) Tersedianya informasi rumah tangga yang mengonsumsi
garamberiodium.
5) Tersedianya informasi balita 6-59 bulan yang mendapat
kapsul vitaminA.
6) Tersedianya informasi ibu hamil mendapat 90 tabletFe.
7) Tersedianya informasi kabupaten/kota yang melaksanakan
surveilansgizi.
8) Tersedianya informasi penyediaan bufferstock MP-ASI
untuk daerah bencana,dan
9) Tersedianya informasi data terkait lainnya (sesuai dengan
situasi dan kondisidaerah).
Dengan menggunakan indikator tersebut pula diharapkan dapat diketahui
keberhasilan kegiatan surveilans gizi di Kabupaten/Kota, dapat pula digunakan
untuk membandingkan keberhasilan kegiatan surveilans gizi antar Kabupaten/Kota
di Provinsi yang sama.
4. Analisis dan Interpretasi Hasil Analisis Situasi Gizi
Salah satu langkah yang penting dalam kegiatan surveilans gizi adalah analisis
data dan interpretasi hasil analisis situasi gizi. Analisis data tidak terlepas dari
kegiatan pengolahan data. Pengolahan data dapat dilakukan baik secara manual
maupun menggunakan perangkat lunak komputer. Hasil pengolahan berupa
pencapaian masing-masing indikator pembinaan gizi masyarakat.
Analisis data dapat diakukan secara deskriptif dan analitik. Analisis deskriptif
digunakan untuk membandingkan antar wilayah terkait pencapaian target yang
telah ditentukan. Wilayah yang cakupannya rendah harus mendapat prioritas
pembinaan.
a. Analisis dan Penyajian Hasil Analisis
Cara yang mudah untuk menyajikan hasil analisis situasi gizi adalah
dengan membuat matriks situasi yang disusun menurut wilayah. Contoh,
jika analisis situasi dilakukan pada tingkat kabupaten maka matriks situasi
disusun menurut kecamatan dan jika dilakukan pada tingkat provinsi maka
matriks situasi disusun menurut kabupaten/kota. Penyusunan matriks
situasi bertujuan agar dapat dipelajari berbagai masalah yang meliputi
masalah gizi dan masalah yang terkait dengan faktor-faktor penyebabnya.
Pada kolom tabel matriks situasi dicantumkan status gizi dan faktor
terkait dan pada barius dicantumkan nama-nama wilayah kecamatan atau
kabupaten tergantung pada tingkat apa analisis situasi dilakukan.
Analisis data situasi gizi dapat berupa analisis dekriptif dan analisis
analitik. Analisis deskriptif ditujukan untuk memberi gambaran umum
tentang data cakupan kegiatan pembinaan gizi masyarakat. Dengan analisis
deskriptif kita dapat menentukan daerah prioritas untuk melakukan
pembinaan wilayah dan menentukan kecenderungan antar waktu.

1) Menetapkan Daerah Prioritas untuk PembinaanWilayah


Analisis deskriptif dilakukan untuk membandingkan antar
wilayah dilakukan dengan membandingkan hasil cakupan antar
wilayah dengan target yang harus dicapai. Wilayah yang
cakupannya masih rendah harus mendapat prioritas untuk dibina.
Berikut adalah contoh cakupan D/S (jumlah balita yang datang dan
ditimbang di Posyandu) berdasarkan wilayah kerja Puskesmas.
2) Membandingkan Kecenderungan antarWaktu
Analisis deskriptif juga dapat digunakan untuk melihat
kecenderungan antar waktu di suatu daerah dengan
membandingkan hasil cakupan dalam satu periode waktu tertentu
dengan target yang harus dicapai.
Langkah surveilans gizi setelah analisis data adalah interpretasi hasil
yang dapat dijadikan sebagai bahan untuk melakukan tindakan perbaikan
terhadap masalah gizi yang ditemukan.
Untuk mengetahui faktor terkait dengan masalah yang dihadapi di
masing-masing kecamatan dapat dilihat pada jumlah skor indikator faktor
terkait gizi. Cara menginterpretasinya sama yakni makin kecil jumlah skor
makin kecil masalah faktor terkait gizi, sebaliknya makin besar jumlah skor
makin besar pula masalahnya. Namun untuk lebih rinci dapat dilihat pada
skor masing-masing faktor terkait dengan gizi.
Dengan menganalisis permasalahan gizi dan faktor terkait yang
dihadapi di masing- masing wilayah maka diperoleh informasi yang
bermanfaat bagi pemerintah daerah untuk merumuskan kebijakan,
merencanakan program, menentukan jenis intervensi, dan untuk evaluasi
upaya penanggulangan masalah gizi.
B. Pegangan Kader Posyandu
Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan
bersumber daya masyarakay (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk
bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna
memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam
memperoleh kesehatan dasar, utamanya untuk mempercepat penurunan angka kematian
ibu dan bayi (Depkes RI, 2006). Kegiatan posyandu biasanya dilakuakn satu bulan sekali.
Ada lima layanan posyandu yaitu kegiatan yang dilaksanakan pada hari buka posyandu,
langkah satu sampai dengan empat dilaksanakan oleh para kader, sedangkan langkah lima
oleh petugas sector (petugas kesehatan, PLKB atau sector yang lainnya). Lima layanan
bukan berarti benar-benar harus ada lima meja karena ini hanyalah merupakan sistem
kegiatan, artinya lima jenis kegiatan, dan bisa saja tidak semua kegiatan menggunakan
meja yang sesungguhnya.
Langkah-langkah pelaksana kegiatan:
1. Langkah satu
- Kader mendaftar bayi/balita yang dibawa ibu-ibu: yaitu nama bayi/balita tersebut
ditulis pada secarik kertas yang kemudian diselipkan pada KMSnya. Apabila balita
merupakan peserta baru, berarti KMS baru diberikan, nama anak ditulis pada KMS
dan secarik kertas yang kemudiandiselipkan pada KMSnya.
- Selain itu kader juga mendaftarkan ibu hamil, yaitu nama ibu hamil tersebut ditulis
pada Formulir atau Register ibu hamil. Apabila ibu hamil tidak membawa balita,
langsung dipersilahkan menuju ke kegiatan 4.
2. Langkah dua
- Kader di kegiatan 1 meminta orang tua balita untuk membawa bayi/balitanya dan
menyerahkan KMS kepada kader di kegiatan - 2.
- Kader di kegiatan 2 menimbang dan mencatat hasil penimbangan bayi/balita tersebut
pada secarik kertas yang diselipkan dalam KMS.
3. Langkah tiga
- Setelah di timbang,kader meminta keluarga balita menyerahkan KMS dan kertas
catatan kepada kader di kegiatan 3, setelah itu kader memindahkan catatan hasil
menimbangan balita dari secarik kertas ke dalam KMS anak tersebut.
- Kader menyerahkan KMS kepada keluarga balita yang kemudian menuju ke kegiatan
4.
4. Langkah empat
- Kader yang bertugas menerima KMS anak dari keluarga balita membacakan dan
menjelaskan data KMS tersebut.
- Kader kemudian memberikan nasihat kepada keluarga balita, baik dengan mengacu
pada data KMS maupun pada hasil pengamatan terhadap anaknya.
- Apabila tidak ada petugas kesehatan di kegiatan 5 (pelayanan), kader dapat
melakukan rujukan ke tenaga kesehatan, bidan, PLKB, atau Puskesmas apabila
ditemukan masalah pada balita, ibu hamil atau ibu menyusui.
- Selain itu, kader juga dapat memberikan penyuluhan gizi atau pertolongan dasar,
misalnya Pemberian Makanan Tambahan (PMT), tablet tambah darah (tablet besi),
Vitamin A, Oralit dan sebagainya.
5. Langkah lima
Khusus untuk kegiatan ini utamanya hanya dapat dilakukan oleh petugas kesehatan,
bidan, atau PLKB yang memberikan layanan antara lain:
- Imunisasi
- Keluarga Berencana (KB)
- Pemberian tambah darah (tablet besi), vitamin A dan obat-obatan lainnya.
Dari hasil temuan lapangan biasanaya ada beberapa keluhan yang dihadapi kader di
masing-masing meja, seperti berikut:
- Di kegiatan 1: balita biasanya tidak sabar menunggu giliran apabila peserta yang
datang banyak.
- Di kegiatan 2: bayi/balita bisanya menangis apabila ditimbang.
- Di kegiatan 3: kader seringkali kerepotan mencatat hasil penimbangan ke dalam KMS
apabila pesertanya banyak.
- Di kegiatan 4 (penyuluhan): merupakan proses yang paling sulit karena kader harus
melayani penyuluhan perorangan secara bergantian sedangkan keluarga dan balita
biasanya tidak sabar menunggu dan ingin segera pulang.
- Adapun saran agar 5 layanana di posyandu dapat berjalan dengan baik, yaitu:
- Selama menunggu, berikan makanan PMT kepada balita supaya mereka bisa
menunggu dengan tenang, atau berikan alat mainan edukatif bila ada.
- Kader sebaiknya mengusahakan agar penimbangan ini seperti kegiatan bermain
yang gembira sehingga anak tidak merasa takut, mintalah para keluarga pengantar
untuk terlibat dalam menimbang balita.
- Kader sebaiknya saling membantu, apabila tugas di mejanya sudah selesai, bantulah
kader lain yang masih sibuk melayani peserta.
- Dalam melakukan penyuluhan, kader mengutamakan peserta yang balitanya
memang perlu diberi saran-saran atau penyuluhan; selain itu kader juga bisa
melaksanakan penyuluhan kelompok sebelum pendaftaran/penimbangan.
- Laksanakan kegiatan buka Posyandu dengan disiplin waktu, tidak perlu menunggu
keluarga balita yang terlambat, dengan demikian, ibu-ibu yang lain tidak merasa
bosan karena menunggu terlalu lama.
 Kartu Menuju Sehat (KMS)
KMS adalah kartu yang memuat data pertumbuhan serta beberapa informasi lain
mengenai perkembangan anak, yang dicatat setiap bulan dari sejak lahir sampai berusia 5
tahun. KMS juga dapat diartikan sebagai ”Raport” kesehatan gizi balita. Pada saat
terdapat dua jenis KMS, yaitu KMS untuk anak perempuan dan KMS untuk anak laki-
laki. Pengisian KMS di lakukan pada saat hari buka Posyandu, yaitu pada pelayanan
berikut ini:
- Pada pelayanan 3: Kader memindahkan catatan hasil penimbangan balita yang ditulis di
atas secarik kertas ke dalam KMS anak tersebut. Catatan dimaksud adalah catatan berat
badan ke dalam grafik.
- Pada pelayanan 4: Kader membacakan data KMS, menjelaskan kepada ibu mengenai
keadaan anak berdasarkan catatan berat badan anak dalam grafik KMS. Kader juga
menanyakan berbagai informasi penting mengenai perkembangan tumbuh kembang
anak, kemudian dimasukan ke dalam KMS.
Dengan demikian,jenis-jenis catatan (informasi) pada KMS adalah:
- Berat badan anak (pertumbuhan anak).
- Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif untuk bayi berumur 0 sampai 6bulan.
- Imunisasi yang sudah diberikan pada anak.
- Pemberian vitamin A.
- Penyakit yang pernah diderita anak dan tindakan yang diberikan.
Selain itu, kader juga menggunakan KMS untuk menanyakan perkembangananak
yaitu kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki anak sesuai dengantingkat usianya
(misalnya: kemampuan merangkak, duduk, berjalan, bicara,dan sebagainya).
 Sistem Informasi Posyandu (SIP)
Sistem Informasi Posyandu (SIP) adalah seperangkat alat penyusunan data/informasi
yang berkaitan dengan kegiatan, kondisi dan perkembangan yang terjadi disetiap
Posyandu. Manfaat Sistem informasi Posyandu(SIP) antara lain adalah:
- Menjadi bahan acuan bagi Kader Posyandu untuk memahami permasalahan
sehingga bisa mengembangkan kegiatan yang tepat dan disesuaikan dengan
kebutuhan sasaran.
- Menyediakan informasi yang tepat guna dan tepat waktu mengenai pengelolaan
Posyandu, agar berbagai pihak yang berperan dalam pengelolaan Posyandu bisa
menggunakannya untuk membina Posyandu demi kepentingan masyarakat.
Tujuan format SIP adalah untuk menata dan menyederhanakan tugas pencatatan kader
yang sangat banyak; untuk melaksanakan hal ini, kader perlu mendapatkan pelatihan
pengisian format SIP terlebih dahulu. Berikut merupakan format SIP:
- Catatan ibu hamil, kelahiran, kematian bayi dan kematian ibu hamil, melahirkan,
nifas
- Registrasi bayi di Wilayah Kerja Posyandu.
- Registrasi balita di Wilayah Kerja Posyandu.
- Register ibu hamil di wilayah kerja Posyandu.
- Register WUS-PUS di Wilayah Kerja Posyandu.
- Data Posyandu.
- Data hasil kegiatan Posyandu
Cara mengisi format SIP:
- Catatan ibu hamil, kelahiran, kematian bayi dan kematian ibu hamil, melahirkan,
nifas, dilaksanakan setiap bulan oleh kader Dasa Wisma dan disampaikan secara
lisan kepada Ketua Kelompok PKK RW/Dusun/Lingkungan melalui ketua
Kelompok RT dan Kader Posyandu di wilayah bersangkutan.
- Registrasi bayi dan balita di Wilayah Kerja Posyandu, dilaksanakan oleh Kader
Posyandu setiap bulan. Satu lembar format ini berlaku 1 tahun.
- Register ibu hamil di wilayah kerja Posyandu, dilaksanakan oleh Kader Posyandu
untuk selama 1 tahun.
- Register WUS-PUS di Wilayah Kerja Posyandu, dilaksanakan oleh Kader Posyandu
untuk selama 1 tahun.
- Data Posyandu, dilaksanakan oleh Kader Posyandu setiap bulan setelah hari buka
Posyandu (atau setiap ada kegiatan).
- Data hasil kegiatan Posyandu, dilaksanakan oleh Kader Posyandu setiap bulan
setelah hari buka Posyandu (atau setiap ada kegiatan).
C. Manajemen Pemberian Vitamin A
Program-program terintergrasi terkait suplementasi vitamin A yaitu penanggulangan
kecacingan, tatalaksana anak gizi buruk, tatalaksana penanganan diare, MTBS, imunisasi
dan pencatatan semua kegiatan tersebut terintegrasi dalam buku KIA. Semua kegiatan ini
difokuskan pada upaya promotif dan preventif melalui perubahan perilaku masyarakat
dengan pendekatan promosi kesehatan. Kegiatan promosi dan pemberdayaan suplementasi
vitamin A perlu dilakukan untuk, sebagai berikut:
- Meningkatkan pengetahuan dan kepedulian masyarakat
- Menggalang kemitraan yang intensif dengan media massa dan kelompok potensial
- Menggalang kepedulian petugas
- Memperoleh dukungan dari berbagai sektor, organisasi kemasyarakatan dan organisasi
profesi
Tujuannya agar masyarakat berubah dari tidak tahu menjadi tahu, dari tahu menjadi
mau dan dari mau menjadi tergerak serta ikut melaksanakan. Diharapkan masyarakat
dapat menjadi Agent of Change untuk:
- Meningkatkan kebutuhan terhadap pemberian kapsul vitamin A, obat cacing dan
imunisasi, dll.
- Meningkatkan gerakan masyarakat dalam pemberian kapsul vitamin A, obat cacing dan
imunisasi, dll.
- Meningkatkan cakupan suplementasi vitamin A, obat cacing dan imunisasi, dll.
Sasaran promosi dan peberdayaan masyarakat ada sasaran langsung dan tidak
langsung. Untuk sasaran langsung yaitu ibu yang mempunyai balita usia 6 bulan sampai
59 bulan dan ibu nifas. Sedangkan sasaran tidak langsung yaitu tokoh agama, tokoh
masyarakat, kader kesehatan, organisasi masyarakat, pemegang kebijakan legislatif dan
eksekutif (bupati dan walikota, camat, kepala desa dan lurah) serta tenaga kesehatan.
Promosi dan pemberdayaan masyarakat terhadap suplemen vitamin A dilakukan secara
berkala dan rutin, sebagai berikut:
 Promosi berkala
- Penyebaran informasi secara formal dan informal, seperti: seminar, pelatihan,
penyuluhan secara rutin atau berkala (tergantung sumber daya yang ada seperti
dana, sumber daya manusia, dan lain-lain).
- Penyebaran stiker, poster, leaflet dan media lain.
- Penyebaran informasi dengan cara menyisipkan pada kegiatan-kegiatan lain.
- Melibatkan organisasi masyarakat untuk ikut berpartisipasi.
 Promosi rutin
- Promosi dilakukan 1 bulan menjelang bulan vitamin A (bulan Januari dan Juli).
Contoh kegiatan: pemasangan spanduk dan umbul umbul, serta penyebaran
informasi lainnya.
- Promosi 1 harimenjelang hari posyandu pendistribusian vitamin A, obat cacing dan
imunisasi. Contoh kegiatan: memberdayakan peran serta aktif masyarakat untuk
mengingatkan sesama tetangga untuk datang pada hari pembagian suplemen,
pengumuman secara masal melalui media komunikasi lokal yang dimiliki desa.
Media komunikasi yang digunakan ada media cetak (leaflet, booklet, poster, dll),
media elektronik (televisi, radio, dan media lain), serta media komunikasi lainnya (seni
tradisional dan kegiatan lain). Yang bertanggungjawab dalam melakukan promosi dan
pemberdayaan masyarakat di tingkat kabupaten, kota, dan puskesmas adalah tenaga
Promkes dan Gizi. Kemudian aparat desa, tenaga kesehatan, kader, tokoh masyarakat,
tokoh agama, guru dan anak sekolah berperan juga dalam promosi dan pemberdayaan
masyarakat.

D. Manajemen Pemberian Tablet Fe


Penanganan anemia salah satunya dengan program pemberian tablet tambah darah
pada remaja putri. Berdasarkan Riskesdas Tahun 2018 cakupan TTD yang diperoleh ratri
adalah 76,2%, dan 80,9% nya mendapatkan dari sekolah. Kemenkes RI, Dirjen Kesmas,
mengeluarkan surat edaran nomor HK 03.03/V/0595/2016 tentang Pemberian Tablet
Tambah Darah pada Remaja Putri dan Wanita Usia Subur. Dengan sasaran anak usia 12-
18 tahun yang diberikan melalui institusi pendidikan dan wanita usia subur (WUS) usia
15-49 tahun di institusi tempat kerja. Pemberian TTD dengan komposisi terdiri dari 60 mg
zat besi elemental (dalam bentuk sediaan Ferro Sulfat, Ferro Fumarat atau Ferro Glukonat)
dan 0.4 mg asam folat. Pelaksanaan pemberian TTD sebelumnya adalah 1 (satu) tablet per
minggu dan pada masa haid diberikan 1 (satu) tablet per hari selama 10 (sepuluh) hari,
tetapi pertemuan para pakar memberi rekomendasi pemberian TTD diubah supaya lebih
efektif dan mudah pelaksanannya.

Pelaksanaan pemberian TTD menurut SE Kemenkes adalah :

1. Cara pemberian dengan dosis 1 (satu) tablet per minggu sepanjang tahun
2. Pemberian TTD dilakukan untuk remaja putri usia 12-18 tahun
3. Pemberian TTD pada ratri melalui UKS/M di institusi pendidikan (SMP dan SMA
atau yang sederajat) dengan menentukan hari minum TTD bersama setiap
minggunya sesuai kesepakatan di wilayah masing-masing
4. Pemberian TTD pada WUS di tempat kerja menggunakan TTD yang disediakan
oleh institusi tempat kerja atau secara mandiri

E. Pedoman Pemberian ASI


a. Syarat pendamping
1. Frekuensi : frekuensi makan dalam satu hatjumlah
2. jumlah .akanan untuk setiap kali makan
3. Tekstur : konsistensi tepat
4. Jenis : jenis makanan bervariasi (seimbang/4*)
5. Aktif: pemberian makan aktif
6. Kebersihan: penyiapan yang bersih
b. Jenis tahapan pemberian ASI
1. Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
Tahapan menyusui paling awal disebut Inisiasi Menyusui Dini atau disingkat
IMD. Saking pentingnya, WHO dan UNICEF menyebut Inisiasi Menyusui Dini
sebagai bentuk tindakan penyelamatan kehidupan karena IMD dapat menurunkan
presentase bayi yang meninggal sebelum usia satu bulan.
IMD dilakukan dengan cara memberikan ASI sesegera mungkin setelah bayi
dilahirkan. Umumnya dalam kurun waktu 30 menit hingga 1 jam pasca persalinan.
Keuntungan terbesar IMD adalah membantu bayi tetap hangat dan memastikan ikatan
ibu dan bayi yang lebih baik.
saat IMD, bayi juga mendapatkan kolostrum [ASI pertama], yang memiliki
konsentrasi antibodi yang tinggi. Kolostrum bisa dikatakan sebagai makanan “selamat
datang” untuk bayi baru lahir dan juga merupakan “imunisasi pertama” karena dapat
melindungi bayi dari penyakit
Untuk ibu, IMD membantu kontraksi rahim dan pengeluaran plasenta lebih cepat
dan mengurangi kehilangan darah ibu dan mencegah anemia
2. ASI eksklusif 6 bulan pertama
GenBest mungkin bertanya apakah hanya memberi ASI tidak membuat bayi
kelaparan dan kekurangan gizi? Wajar kalau ada pertanyaan seperti ini.
Namun berbagai penelitian ilmiah menunjukkan ASI eksklusif selama 6 bulan
pertama mampu mencukupi kebutuhan nutrisi bayi karena ASI memberikan nutrisi
yang ideal untuk bayi.
memiliki campuran vitamin, protein, dan lemak yang hampir sempurna. Semua
yang dibutuhkan bayi untuk tumbuh dan berkembang ada dalam ASI dan itu semua
diberikan dalam bentuk yang lebih mudah dicerna oleh sistem pencernaan bayi.
laman IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) juga dijelaskan kandungan ASI
terdiri dari asam amino dan nukleotida yang memiliki peranan penting pada
perkembangan jaringan otak, saraf, kematangan usus, penyerapan besi, dan menjaga
daya tahan tubuh anak
3. Saat ASI Eksklusif, bayi tidak diberi air putih
Pemberian ASI Eksklusif artinya bayi hanya mendapat ASI. Tidak ada makanan
atau cairan lain yang diberikan, bahkan air putih sekalipun, kecuali larutan rehidrasi
oral, atau tetes/sirup vitamin, mineral atau obat-obatan yang diberikan oleh dokter.
GenBest tak perlu khawatir si kecil akan kehausan karena ASI adalah 88 persen air.
Setiap kali bayi menyusu, ASI akan menghilangkan rasa haus si kecil sekaligus rasa
laparnya. Sekali lagi, ini karena ASI adalah makanan dan minuman terbaik yang bisa
diberikan kepada bayi agar si kecil tumbuh menjadi kuat dan sehat.

F. Pedoman Pemberian MP-ASI


a. Waktu Tepat Memberikan MPASI pada Anak
Saat memberi MPASI, ibu mungkin akan menjalani fase "trial-error", sehingga
akhirnya mengetahui jenis makanan yang aman dikonsumsi anak demi mendukung
tumbuh kembangnya. Namun, penting juga untuk mengetahui waktu yang tepat untuk
memberikan MPASI kepada anak. ciri anak yang sudah siap diberi MPASI, antara
lain:
1. Anak sudah mampu duduk tegak sendiri tanpa bantuan atau dipegangi.
2. sering membuka mulutnya ketika ia disodorkan makanan.
3. mulai menunjukkan gerak-gerik dan ekspresi atas ketertarikannya ketika orang
dewasa atau orang lain tengah makan.
4. , bayi bersandar atau pergi untuk menunjukkan bahwa ia enggan makan lagi.
5. mengambil sesuatu kemudian memasukkannya ke dalam mulut. Seperti misalnya
makanan yang ada di dekatnya.
b. Jenis Makanan yang Paling Baik untuk Awal MPASI
Beberapa jenis makanan yang disarankan untuk diberikan saat awal MPASI, antar lain:
1. Sayuran yang ditumbuk seperti wortel, labu, kentang, ubi, brokoli.
2. tumbuk, seperti apel, pir, pisang, pepaya, atau alpukat.
3. bayi bebas gluten yang diperkaya dengan zat besi, ibu bisa mencampurkannya
dengan ASI.
4. susu atau biskuit yang dihaluskan.

Namun, penting untuk diperhatikan, hindari penambahan garam, gula, madu, atau
pemanis lainnya untuk makanan bayi. Sementara itu, pastikan juga agar sayuran selalu
tersedia dalam menu harian bayi. Jika ibu ingin tahu lebih banyak mengenai makanan
yang baik untuk MPASI pada tahap awal, dokter di Halodoc bisa menjadi solusi. Kamu
bisa bertanya pada dokter spesialis anak terkait menu sehat untuk MPASI yang bisa
diakses hanya melalui smartphone.

c. Resep MPASI untuk Bayi Usia 6-8 Bulan

Apabila bayi sudah siap mampu mengonsumsi jenis makanan di atas, maka orangtua
bisa meningkatkan jenis makanan yang bisa ia makan. Jenis makanan tersebut, antara lain:

1. Daging tumbuk dengan Sayuran dicampur dengan kentang atau yang ditumbuk,
Sayuran hijau tumbuk, yang berisi kacang polong, kol, bayam atau brokoli; Susu full
cream, yogurt, krim keju.

d. Jenis Makanan yang Tidak Disarankan

juga beberapa jenis makanan dan kebiasaan tertentu yang harus dihindari selama tahun
pertama bayi, yakni:

1. Usahakan untuk tidak mengganti ASI dengan susu sapi atau susu formula, karena
susu sapi lebih sulit dicerna, bahkan bisa sebabkan anak sembelit.
2. memberi makanan lengket atau keras, karena ini bisa buat bayi tersedak.
3. Kacang utuh adalah makanan yang tidak aman untuk bayi berusia di bawah 2 tahun,
karena bisa sebabkan ia tersedak.
4. anak di bawah 1 tahun, madu tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan botulisme.
5. beri makan keju yang tidak dipasteurisasi, karena dapat meningkatkan risiko
keracunan pada bayi.
6. Hindari memberikan makanan laut seperti kerang-kerangan, udang, lobster, kepiting
dan kerang untuk bayi di bawah usia 1 tahun.
7. itu hindari juga memberinya ikan yang tinggi merkuri.

e. Cara penyimpanan MP ASI yang baik

1. Simpan dalam toples plastik


2. Cara menyimpan MP ASI himemare : Pouch
3. Loyang kue
Gunakan loyang yang dilapisi kertas lilin, kertas perkamen, atau loyang silikon
dan buat sedikit makanan bayi per porsi seperti saat membuat bola adonan kue, lalu
tutupi dengan bungkus plastik dan masukkan ke dalam freezer.
4. Ice tray oops
Buat puree seperti biasa kemudian gunakan ice tray pops sebagai gantinya. Ini
bebas BPA dan aman untuk pencuci piring. Plus, ketika bayi sudah cukup besar, dapat
menggunakannya kembali untuk membuat es loli
5. Cetakan es batu
adalah dengan menggunakan cetakan es batu. hanya perlu membuat pure atau
bubur lalu menempatkannya dalam cetakan es batu dan simpan di freezer. Saat akan
digunakan, bisa mengeluarkannya satu per satu untuk dihangatkan.
cetakan es batu yang ramping tentu saja tidak akan memakan tempat. Agar lebih
higienis, bisa memilih cetakan es batu yang sudah memiliki tutup. Jika tidak ada,
bisa menutupnya dengan plastik.
6. Cup muffin silikon
7. Toples kaca
Toples kaca kecil bekas selai juga bisa Moms jadikan cara menyimpan MPASI
homemade. Karena terbuat dari kaca, wadah MPASI ini terbilang aman Moms. Dan
tentunya bisa dipakai berulang kali asalkan tidak pecah.
8. Loyang muffin kin
Cara menyimpan MPASI homemade selanjutnya adalah dengan loyang muffin
mini. Ketika sedang tidak digunakan, loyang muffin mini ini pas sekali untuk
menyimpan MPASI karena ukurannya pas dengan porsi bayi.
mudah, Moms hanya perlu membuat puree atau bubur bayi lalu menaruhnya di
loyang muffin mini. Setelah itu, tutup rapat atau bungkus dengan pastik lalu
masukkan ke freeze
f. Jenis vitamin yang dibutuhkan pada balita
1. Vitamin A
2. Vitamin B kompleks
3. Vitamin C
4. Vitamin D
5. Vitamin K

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Status gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya yaitu
menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan serta mengatur proses-proses
kehidupan . Masa balita merupakan proses pertumbuhan yang pesat dimana memerlukan perhatian
dan kasih sayang dari orang tua dan lingkungannya. Disamping itu balita membutuhkan zat gizi yang
seimbang agar status gizinya baik, serta proses pertumbuhannya yang tidak terhambat karena balita
merupakan kelompok umur yang rawan dan perlu mendapat perhatian . Pertumbuhan linear yang
tidak sesuai dengan umur balita merefleksikan masalah gizi kurang.

Masalah gizi kurang jika tidak dilayani akan menimbulkan masalah yang lebih besar, bangsa
Indonesia dapat mengalami lost generation . Masalah gizi dipengaruhi oleh banyak faktor, ditingkat
rumah tangga keadaan gizi dipengaruhi oleh kemampuan rumah tangga menyediakan pangan dalam
jumlah dan jenis yang cukup . Program pemulihan balita dengan status gizi kurang harus dilakukan
secara terpadu yaitu melalui program yang melibatkan lintas program dan lintas sektor serta
berbasis prakarsa dan pemberdayaan masyarakat . Tokoh masyarakat sebagai orang yang
mempunyai pengaruh dan dihormati di lingkungan masyarakat biasanya menjadi panutan bagi
orang-orang atau masyarakat sekitarnya sehingga keterlibatan tokoh masyarakat juga berperan
dalam mengarahkan masyarakat agar peduli pada kesehatan .

Apabila balita merupakan peserta baru, berarti KMS baru diberikan, nama anak ditulis pada KMS dan
secarik kertas yang kemudiandiselipkan pada KMSnya. Apabila ibu hamil tidak membawa balita,
langsung dipersilahkan menuju ke kegiatan 4.

- Kader di kegiatan 2 menimbang dan mencatat hasil penimbangan bayi/balita tersebut pada
secarik kertas yang diselipkan dalam KMS.
- Kader menyerahkan KMS kepada keluarga balita yang kemudian menuju ke kegiatan 4.
- Kader yang bertugas menerima KMS anak dari keluarga balita membacakan dan menjelaskan
data KMS tersebut. -Selain itu, kader juga dapat memberikan penyuluhan gizi atau
pertolongan dasar, misalnya Pemberian Makanan Tambahan , tablet tambah darah , Vitamin
A, Oralit dan sebagainya.

•Kartu Menuju Sehat

KMS adalah kartu yang memuat data pertumbuhan serta beberapa informasi lain mengenai
perkembangan anak, yang dicatat setiap bulan dari sejak lahir sampai berusia 5 tahun. KMS juga
dapat diartikan sebagai «Raport» kesehatan gizi balita. Pada saat terdapat dua jenis KMS, yaitu KMS
untuk anak perempuan dan KMS untuk anak laki-laki. Kader juga menanyakan berbagai informasi
penting mengenai perkembangan tumbuh kembang anak, kemudian dimasukan ke dalam KMS.

-Registrasi bayi di Wilayah Kerja Posyandu.

-Registrasi balita di Wilayah Kerja Posyandu.

Cara mengisi format SIP

- Register ibu hamil di wilayah kerja Posyandu, dilaksanakan oleh Kader Posyandu untuk
selama 1 tahun. -Register WUS-PUS di Wilayah Kerja Posyandu, dilaksanakan oleh Kader
Posyandu untuk selama 1 tahun. Program-program terintergrasi terkait suplementasi
vitamin A yaitu penanggulangan kecacingan, tatalaksana anak gizi buruk, tatalaksana
penanganan diare, MTBS, imunisasi dan pencatatan semua kegiatan tersebut terintegrasi
dalam buku KIA. Semua kegiatan ini difokuskan pada upaya promotif dan preventif melalui
perubahan perilaku masyarakat dengan pendekatan promosi kesehatan.
- Untuk sasaran langsung yaitu ibu yang mempunyai balita usia 6 bulan sampai 59 bulan dan
ibu nifas. Sedangkan sasaran tidak langsung yaitu tokoh agama, tokoh masyarakat, kader
kesehatan, organisasi masyarakat, pemegang kebijakan legislatif dan eksekutif serta tenaga
kesehatan.

•Promosi berkala

-Penyebaran informasi dengan cara menyisipkan pada kegiatan-kegiatan lain. -Melibatkan organisasi
masyarakat untuk ikut berpartisipasi.

•Promosi rutin

Media komunikasi yang digunakan ada media cetak , media elektronik , serta media komunikasi
lainnya . Yang bertanggungjawab dalam melakukan promosi dan pemberdayaan masyarakat di
tingkat kabupaten, kota, dan puskesmas adalah tenaga Promkes dan Gizi. Penanganan anemia salah
satunya dengan program pemberian tablet tambah darah pada remaja putri. Berdasarkan Riskesdas
Tahun 2018 cakupan TTD yang diperoleh ratri adalah 76,2%, dan 80,9% nya mendapatkan dari
sekolah.

Dengan sasaran anak usia 12-18 tahun yang diberikan melalui institusi pendidikan dan wanita usia
subur usia 15-49 tahun di institusi tempat kerja. Pemberian TTD dengan komposisi terdiri dari 60 mg
zat besi elemental dan 0.4 mg asam folat.

Penyiapan yang bersih .

Saat ASI Eksklusif, bayi tidak diberi air putih

Tidak ada makanan atau cairan lain yang diberikan, bahkan air putih sekalipun, kecuali larutan
rehidrasi oral, atau tetes/sirup vitamin, mineral atau obat-obatan yang diberikan oleh dokter. Sekali
lagi, ini karena ASI adalah makanan dan minuman terbaik yang bisa diberikan kepada bayi agar si
kecil tumbuh menjadi kuat dan sehat. Saat memberi MPASI, ibu mungkin akan menjalani fase «trial-
error», sehingga akhirnya mengetahui jenis makanan yang aman dikonsumsi anak demi mendukung
tumbuh kembangnya. Namun, penting juga untuk mengetahui waktu yang tepat untuk memberikan
MPASI kepada anak.

Bayi bersandar atau pergi untuk menunjukkan bahwa ia enggan makan lagi. Seperti misalnya
makanan yang ada di dekatnya. Yang ditumbuk seperti wortel, labu, kentang, ubi, brokoli. Bayi bebas
gluten yang diperkaya dengan zat besi, ibu bisa mencampurkannya dengan ASI. Susu atau biskuit
yang dihaluskan. Jika ibu ingin tahu lebih banyak mengenai makanan yang baik untuk MPASI pada
tahap awal, dokter di Halodoc bisa menjadi solusi.

Kamu bisa bertanya pada dokter spesialis anak terkait menu sehat untuk MPASI yang bisa diakses
hanya melalui smartphone. Apabila bayi sudah siap mampu mengonsumsi jenis makanan di atas,
maka orangtua bisa meningkatkan jenis makanan yang bisa ia makan. Utuh adalah makanan yang
tidak aman untuk bayi berusia di bawah 2 tahun, karena bisa sebabkan ia tersedak. Beri makan keju
yang tidak dipasteurisasi, karena dapat meningkatkan risiko keracunan pada bayi. Itu hindari juga
memberinya ikan yang tinggi merkuri.

Cetakan es batu yang ramping tentu saja tidak akan memakan tempat. Agar lebih higienis, bisa
memilih cetakan es batu yang sudah memiliki tutup. Dan tentunya bisa dipakai berulang kali asalkan
tidak pecah. Ketika sedang tidak digunakan, loyang muffin mini ini pas sekali untuk menyimpan
MPASI karena ukurannya pas dengan porsi bayi. Jenis vitamin yang dibutuhkan pada balita.
B. Saran
1. Bagi Puskesmas
- Melakukan pemantauan pertumbuhan balita di posyandu, memberikan penyuluhan
dan konseling menyusui dan Makanan Pendamping ASI (MP ASI) serta Pemberian
Makanan Tambahan (PMT) Pemulihan yang aman, bermutu dan berbasis bahan
makanan lokal pada balita yang mengalami masalah gizi CIAF untuk mencukupi
kebutuhan gizi balita.
- Perlunya pendidikan dan pelatihan secara khusus bagi petugas kesehatan dan kader
posyandu dalam melakukan pengukuran antropometri secara benar, sehingga
didapatkan prevalensi status gizi balita yang valid dan reliabel.
- Diperlukan kerjasama dan dukungan dari stakeholder (lintas sektor) dalam
pemberdayaan masyarakat untuk memperbaiki pola asuh dan upaya peningkatan
pengetahuan ibu tentang pola gizi seimbang serta peningkatan kunjungan ke posyandu
dan cakupan pemberian vitamin A pada balita dengan mengaktifkan kegiatan posyandu
pada meja 4 dan 5.
2. Bagi masyarakat
- Masyarakat terutama ibu dan keluarga hendaknya selalu memantau pertumbuhan dan
perkembangan sejak bayi dalam kandungan secara rutin agar tumbuh secara optimal
dan mampu menjadi keluarga sadar gizi (kadarzi), sehingga masalah gizi kronis dapat
ditanggulangi.
- Hendaknya Ibu memperhatikan dan meningkatkan kebutuhan makanan balita yang
mengandung konsumsi zat gizi yang cukup dengan komposisi yang sesuai dengan Angka
Kecukupan Gizi (AKG) dan memberikan makanan yang beraneka ragam agar kebutuhan
gizinya tercukupi.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai