Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH INTOKSIKASI METANOL

Disusun untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik SMF Ilmu Penyakit Dalam RSD. dr. Soebandi Jember

Oleh : Adelia Handoko NIM : 072011101021

DokterPembimbing dr. Ali Santosa, Sp. PD

SMF Ilmu Penyakit Dalam RSD Dr. Soebandi Jember Fakultas Kedokteran Universitas Jember September, 2011

BAB I PENDAHULUAN Tarif cukai baru minuman beralkohol mulai diberlakukan sejak 1 April 2010. Berdasarkan Permenkeu No 62/PMK.011/2010 tentang tarif cukai etil alcohol, biaya cukai pajak naik sebanyak 300% Tarif cukai baru ini diberlakukan untuk memudahkan pengawasan agar minuman beralkohol tidak beredar di sembarang tempat. (Permenkeu, 2010). Seiring dengan ketetapan diatas usaha pemproduksi minuman beralkohol meningkatkan harga jual, untuk menyesuaikan naiknya pajak alkohol (Tempo, 2009). Tingginya angka jual minuman beralkohol ini tidak sesuai dengan daya beli masyarakat. Sehingga, berbagai cara dilakukan untuk membuat alkohol dengan harga yang lebih rendah. Salah satunya adalah pembuatan alkohol rumahan. Campuran yang sering digunakan masyarakat adalah methanol. Metanol sendiri diketahui sangat berbahaya bagi tubuh dan dapat menyebabkan kematian. Pertengahan tahun 2008, 21 orang tewas di Jambi karena menenggak minuman keras oplosan, (Tempo Interaktif, 2008). Denpasar 2009, 26 orang dilaporkan tewas (Liputan6, 2009). Tahun 2010, di denpasar 21 orang tewas, di Salatiga, 21 orang juga tewas (Antara news, 2010), Di Manado, 12 orang tewas. Di Indramayu, 19 remaja juga tewas karena hal serupa (Tempo Interaktif 2010),di Makasar 3 tekhnisi sukhoi juga dilaporkan tewas (Metrotvnews, 2010). Data-data diatas menunjukkan telah banyak yang menjadi korban dari keracunan methanol, karena itu kami mengusulkan laporan kasus keracunan methanol.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Methanol (methyl alcohol = wood alcohol) merupakan cairan tidak berwarna, mudah menguap dalam suhu kamar dan merupakan bahan yang banyak dipakai dalam industri sebagai bahan yang banyak dipakai dalam industri sebagai bahan pelarut, seperti pembersih kaca, pembersih cat, dll (Tjokroprawiro, 2007). Bahan ini juga sering dipakai pengganti alkohol oleh pecandu-pecandu alkohol, karena harganya relatif murah. Meskipun bahan ini utamanya hanya menimbulkan gangguan kesadaran (inebriation), bahan metabolitnya sendirin dapat menimbulkan asidosis metabolik, kebutaan, dan kematian setelah periode laten selama 6-30 jam (Tjokroprawiro, 2007). Patogenesis Metanol sendiri tidak berbahaya, tetapi bahan hasil metabolitnya yang toksik. Bila tertelan, cepat diserap dalam saluran makan, kadar dalam darah cepat meningkat dalam waktu 30-60 menit setelah masuk tergantung ada tidaknya makanan dalam lambung. Waktu paruh metanol sekitar 12 jam (Tjokroprawiro, 2007). Metanol dometabolisir secara perlahan-lahan oleh alkohol dehidrogenase menjadi formaldehid, dan selanjutnya oleh aldehid dehidrogenase diubah menjadi asam format. Asam format ini terakhir kemudian diubah menjadi CO2 dan H2O (Tjokroprawiro, 2007). Asidosis sistemik yang timbul disebabkan oleh pembentukan asam format dan asam laktat. Sementara kerusakan mata disebabkan terutama oleh asam format dan formaldehid. Formaldehid diketahui merusak sel-sel retina mata. Bahan ini menghambat enzim cytochrome oxidase dalam syaraf mata, menghambat aliran axoplasma (Tjokroprawiro, 2007). Keracunan dapat melewati saluran makanan, inhalan dan lewat kulit. Dosis toksik metanol sekitar 30-240 ml (20-150 gram). Dosis toksik minimum sekitar 100 mg/kg (Tjokroprawiro, 2007).

Diagnosis Gejala utama keracunan metanol adalah gangguan visus dan asidosis metabolik. Tanda-tanda keracunannya sendiri sering didahului dengan periode laten selama 40 menit 72 jam, dimana penderita sama sekali tidak menunjukkan gejala-gejala apapun (Tjokroprawiro, 2007). Keracunan ringan: rasa lelah, nyeri kepala, nausea, dan penglihatan kabur temporer, setelah periode laten. Keracunan sedang: nyeri kepala hebat, dizzines, mual, muntah, dan depresi SSP. Gangguan visus dapat menetap 2-6 hari. Keracunan berat: gejala diata sdengan cepat makin menghebat, dengan pernapasan cepat akibat asidosis, sianosis, koma, hipotensi, midriasis, dan hiperemi (Tjokroprawiro, 2007). Beberapa jam pertama setelah keracunan, timbul gejala-gejala inabriation dan gastritis. Asidosis biasanya belum timbul. Setelah periode laten selama 30 jam, mulai timbul gejala-gejala asidosis metabolik akibat meningkatnya anion gap yang hebat, gangguan visus, kebutaan, kejang-kejang, koma dan kematian bisa terjadi setiap saat. Periode laten bisa berlangsung lebih lama, bila metanol diminum bersama-sama etanol (Tjokroprawiro, 2007). Pemeriksaan Laboratorik Anion gap meningkat. Peningkatan anion gap sebesar 10 mOsml/l, biasanya sudah dianggap sebagai keracunan metanol. Kadar bikarbonat biasanya menurun <15mEq/L. Kadar metanol serum > 20 mg/dl sudah dapat dianggap toksik. Peningkatan > 40 mg/dL merupakan keracunan berat. Asam format yang tinggi dalam serum, merupakan diagnosis yang pasti. Laboratorium yang lain: DL, elektrolit, gula darah, faal ginjal, osmolalitas serum dan anion gap, analisis gas darah, kadar etanol dalam serum (Tjokroprawiro, 2007). Pemeriksaan Patologi Pada penderita yang meniggal, hati, ginjal dan jantung menunjukkan degenerasi parenkim. Paru menunjukkan deskuamasi epitel (edema, emfisema, kongesti dan bronkhopneumoni). Otak tampak edema, hiperemi, dan ptekie. Mata,

perubahan degenerasi dalam retina dan edema pada opticdisc, dan mungkin atrofi saraf mata. Epitel kornea menunjukkan perubahan degenerasi (Tjokroprawiro, 2007). Pengobatan Resusitasi, pertahankan jalan nafas dengan baik. Eliminasi, emesis dan kumbah lambung secepat mungkin, karen ametanol cepat diserap dalam lambung. Karbon aktif kurang efektif untuk menyerap metanol tetapi bahan ini dapat menghambat penyerapan metanol dalam lambung. Hemodialisis, dapat mempercepat eliminasi metanol maupun asam format dari tubuh. Indikasi HD: adanya dugaan intoksikasi metanol dengan : asidosis metabolik, osmolar gap > 10 mOsml/L, kadar metanol serum > 40 mg/dL. Dialisis dilakukan sampai kadar metanol < 20 mg/dL. Antidotum, etanol, pada intoksikasi berat, etanol absolut (50-60ml) dilarutkan dalam 500ml dekstrose 5%, diberikan i.v dalam waktu 30 menit. Selanjutnya diikuti 12 ml etanol absolut setiap jam. Pada keracunan ringan, etanol dapat diberikan peroral. Dosis oral dimulai dengan 1,5 mg/kg dalam larutan 5%, diikuti 0,5-1ml/kg tiap 2 jam peroral selama 4 hari. Indikasi : riwayat minum metanol, osmolar gap > 5 mOsm/dL, asidosis metabolik dan osm.gap > 5-10 mOsm/dL, kadar metanol darah> 20 mg/dL. Asam folat, dapat mempercepat konversi format menjadi CO2 dan H2O. Dosis: 50mg iv, tiap 4 jam (Tjokroprawiro, 2007). Terapi penunjang, asidosis metabolik diatasi dengan sodium bikarbonat. Koreksi asidosis dilakukan berdasarkan pemeriksaan AGD. Atasi koma dan kejang bila ada. Bila penderita kedinginan berikan selimut hangat. Pada penderita yang gelisah dapt diberikan sodium phenobarbital 100 mg tiap 6-12 jam, atau diazepam 10 mg i.v perlahan-lahan (Tjokroprawiro, 2007).

DAFTAR PUSTAKA Tjokroprawiro, A. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Surabaya: Airlangga University Press

Anda mungkin juga menyukai