Anda di halaman 1dari 16

Nama Penyakit 1.

Vesicular Stomatitis Agen Penyebab Genus vesiculovirus Diskripsi Singkat Vesicular stomatitis (VS) adalah penyakit viral yang menyerang ternak dan mengakibatkan kerugian ekonomis yang sangat besar. Penyakit ini ditandai dengan demam, timbulnya lepuh pada mukosa mulut, kaki dan ambing. Penyakit ini disebabkan oleh genus vesiculovirus dari famili rhabdoviridae. Vesicular terdiri dari 2 serotipe yaitu : serotipe indiana dan new jersey. Detail Penyakit ini menyerang sapi, kuda dan babi. Sedangkan kambing dan domba relatif lebih resisten walaupun dapat juga terinfeksi secara buatan. Beberapa hewan liar yang peka antara

lain adalah antelope, domba tanduk besar, raccoons, bangsa kera, rodensia dan bangsa kelelawar. Manusia juga dapat terinfeksi dengan gejala seperti influenza. Penularan dan penyebaran penyakit terjadi melalui gigitan ektoparasit seperti lalat (phlebotomum sp), nyamuk dan culicoides sp. Virus masuk tubuh melalui mukosa dan kulit yang terluka karena berbagai sebab misalnya akibat gigitan serangga. Infeksi VS kemungkinan tidak terjadi secara sistemik kecuali pada babi. Infeksi terjadi secara lokal berupa vesikulasi dan denaturasi epitel dan diikuti kerusakan sel dan oedema interstisial. Virus VS dalam jumlah besar terjadi dalam waktu singkat dalam cairan vesikular dan jaringan-jaringan sekitar lesi atau luka. Masa inkubasi sekitar 2-3 hari kemudian diikuti dengan demam dan timbulnya lepuh pada lidah, mukosa mulut, kulit diantara kuku, juga pada ambing. Adanya lepuh-lepuh tersebut mengakibatkan hipersalivasi, hewan tidak mau makan, pincang dan penurunan kondisi tubuh.

Kondisi ambing yang terinfeksi sering diperparah dengan terjadinya mastitis berat sehingga produksi susu terhenti. Penyakit lain yang dapat membentuk lepuh antara lain : penyakit mulut dan kuku, swine vesicular disease dan vesicular exanthema. Nama Penyakit 2.Swine Vesicular Disease (SVD) Agen Penyebab Genus enterovirus Diskripsi Singkat SVD adalah penyakit viral akut dan sangat menular. Penyakit ini menyerang babi dengan tanda-tanda klinis berupa demam dan timbulnya lepuh-lepuh terutama pada mulut, hidung, kaki, dan ambing. Detail SVD disebabkan oleh virus yang termasuk dalam famili Picornaviridae. Virus ini relatif

tahan terhadap inaktivasi dengan pemanasan sampai suhu 690C, stabil pada pH 2-112. pada daging beku yang tercemar, virus SVD mampu bertahan dalam waktu yang lama sedangkan pada produk daging babi seperti daging asap, daging diasinkan dan dikeringkan, virus SVD juga mampu bertahan hidup selama 138 hari pada feses babi. Babi merupakan satu-satunya hewan yang dapat terserang SVD. Masa inkubasi berkisar antara 2-7 hari. Gejala klinis yang tampak mirip dengan penyakit mulut dan kuku atau penyakit vesikuler lainnya yaitu ditandai dengan demam, timbulnya lepu-lepuh terutama pada kaki. Lepuh juga timbul di daerah mulut dan moncong. Karena adanya lesi pada kaki menyebabkan kepincangan pada hewan. Angka morbiditas dapat mencapai 100% tetapi angka kematian yang ditimbulkannya kecil. Nama Penyakit 3.Rift Valley Fever (RVF)

Agen Penyebab Virus dalam famili Bunyaviridae genus phlebovirus Diskripsi Singkat RVF adalah penyakit viral akut yang menyerang ruminansia dan disebarkan melalui gigitan nyamuk (mosquito-borne viral disease) dengan menyebabkan keguguran. Sedangkan pada hewan muda menyebabkan kematian yang tinggi. Penyakit ini, RVF juga bersifat zoonosis dengan menyebabkan penyakit menyerupai influenza berat dengan atau disertai komplikasi. Detail Seluruh karkas dari hewan yang diduga menderita RVF harus ditanam atau dibakar karena untuk mencegah penularan penyakit pada manusia. Hewan yang peka adalah kambing, domba, sapi, kerbau, onta, dan manusia. Diantara hewan peka tersebut, domba merupakan hewan yang paling peka

diikuti oleh kambing, disamping itu RVF juga dilaporkan dapat menyerang beberapa hewan lainnya seperti : antelope, bangsa kera, rodensia, babi, kuda, anjing, kucing dan burung. Walaupun kejadian penyakit bersifat subklinis. RVF dapat menyerang domba pada semua tingkat umur meskipun demikian anak domba menderita RVF lebih parah daripada dewasa. Angka kematian pada anak domba berumur <1 minggu dapat mencapai 95% sedangkan angka morbiditas bisa mencapai 100%. Pada anak domba yang masih menyusui, angka kematian mencapai 40-60% dan pada domba muda, angka kematian yang ditimbulkan adalah sekitar 15-30%. Pada kejadian perakut, domba sering ditemukan mati mendadak atau tiba-tiba lemah dan kemudian mati. Pada kasus akut, masa inkubasi sangat pendek yaitu sekitar 24 jam, kemudian diikuti oleh demam, denyut jantung cepat, lemah, muntah, keluar eksudat mukopurulent dari hidung dan kematian setelah 24-72 jam. Gejala klinis lainnya berupa

diare berdarah dan adanya perdarahan pada selaput mukosa. Pada domba dewasa, umumnya penyakit terjadi secara subakut dengan gejala klinis berupa demam diikuti dengan tidak mau makan, dan lesu, lemah, gejala kekuningan (jaundice). Keguguran juga terjadi pada domba betina bunting yang terinfeksi. Sapi muda menderita RVF lebih parah dari sapi dewasa dengan tingkat kematian pada sapi dara sampai 30% atau bahkan lebih tinggi pada anak-anak sapi. Sedangkan angka kematian pada sapi dewasa kurang dari 2%. Keguguran juga dapat terjadi pada sapi betina bunting dan juga penurunan produksi susu yang sangat tajam. Gejala klinis RVF pada manusia mempunyai kemiripan dengan gejala penyakit influenza yang berat. Komplikasi yang paling sering terjadi adalah berupa kerusakan pada retina mata yang pada kejadian yang berta bisa mengakibatkan kebutaan sementara atau permanen. Komplikasi lain berupa peradangan otak dan peradangan hati. RVF

sering dikelirukan dengan Bluetongue, enterotoxaemia, hepatotoxin, nairobi sheep disease. Wesselsbron disease, penyakitpenyakit yang menyebabkan keguguran pada sapi dan domba/kambing. Nama Penyakit 4.African Swine Fever (ASF) Agen Penyebab Virus DNA yang mempunyai sifat seperti iridovirus dan poxvirus. Diskripsi Singkat ASF adalah penyakit viral pada babi yang sangat menular, menimbulkan berbagai perdarahan pada organ internal dan disertai angka kematian yang sangat tinggi. Detail ASF virus sangat tahan terhadap pengaruh lingkungan, dan stabil pada pH 4-13, serta dapat tahan hidup dalam darah (40C) selama

18 bulan, dalam daging dingin selama 15 minggu, dalam daging beku selama beberapa tahun, dalam ham selama 6 bulan dan di dalam kiandang babi selama 1 bulan. Babi peliharaan (domestik) adalah hewan yang paling peka dan ASF dapak tampak secara klinis. Sedangkan pada babi hutan warthogs (Phacochoerus aethiopicus), bushpigs (Potamochoerus porcus) dan babi hutan raksasa (Hylochoerus meinerzhageni), manifestasi ASF hanya subklinis. Babi-babi yang sembuh dari sakit mungkin tampak sehat, tetapi babi-babi tersebut sebenarnya masih tetap terinfeksi walaupun tidak menampakkan gejala klinis. Infeksi yang berkelanjutan ini (persistent infection) dapat berlangsung lama bahkan virus masih dapat terisolasi dari beberapa jaringan sampai lebih satu tahun setelah infeksi awal. mAsa inkubasi antara 5-15 hari, dan penyakit dapat terjadi dalam bentuk perakut, akut, subakut dan kronis. Dalam bentuk perakut biasanya hewan ditemukan mati tanpa gejala apapun; bentuk

akut ditandai dengan demam sampai mencapai 420 C dan gejala klinis terlihat 1-2 hari setelah muncul demam, nafsu makan menurun, malas bergerak, cenderung berkumpul. Warna kulit terlihat sianosis (kebiruan) terutama pada kaki. Diare dapat terjadi sebagai akibat infeksi sekunder. Pada induk bunting dapat menyebabkan keguguran, dan kematian biasanya terjadi dalam tempo 7 hari setelah muncul gejala klinis, dengan angka kematian 100%; bentuk subakut terlihat demam konstan atau berfluktuasi sampai 20 hari. Keguguran juga sering terjadi pada babi bunting. Angka kematian sangat bervariasi tergantung dari faktor nutrisi, stres ataupun infeksi sekunder; bentuk kronis sangat bervariasi gejalanya dan mungkin sampai berbulan-bulan. Hewan sakit mungkin mengalami demam dan tanda klinis yang tampak adalah kekurusan serta kerdil. Kadang terjadi pneumonia, pincang dan ulserasi kulit serta hypergammaglobulinemia. Kematian dapat terjadi setiap saat khususnya bila ada infeksi sekunder. Penyakit-penyakit

yang dapat dikelirukan dengan ASF antara lain: hog cholera, salmonellosis akut, pasteurellosis, aujeszkys disease, thrombocytopenic purpura (pada babi umur 2-3 minggu), keracunan walfarin, penyakit-penyakit kronis babi dan keracunan logam berat. 5.Nama Penyakit Pseudo Rabies (PRV)(sinonim : Aujeszky,s, infectious bulbar paralysis atau Mad itch) Penyebab Alphaherpesvirus dari famili Herpesviridae Diskripsi Singkat Pseudorabies merupakan penyakit menular bersifat akut yang dapat menimbulkan gejala syaraf, respirasi dan gangguan reproduksi pada babi. Kerugian ekonomi yang ditimbulkan cukup besar karena mortalitasnya tinggi, turunnya berat badan dan gangguan reproduksi. Disamping itu hilangnya devisa negara atau daerah akibat larangan ekspor

atau antar pulau ternak dan hasil olahannya. Detail Hewan yang paling peka adalah babi peliharaan, babi hutan juga dapat terinfeksi. Kasus sporadis dapat terjadi pada sapi, domba, kambing, anjing, kucing dan hewan lainnya seperti srigala kutub dan srigala perak, rusa liar, landak, beruang kutub, harimau tutul, anjing laut, terwelu, kelinci liar, luak, kuskus, musang berang-berang, dan tikus. Orang tidak terserang penyakit ini. Penyakit ini ditularkan secara langsung dari babi yang sakit kepada babi yang sehat dan persisten dalam suatu populasi. Virus dapat dikeluarkan melalui sekresi mulut dan hidung lewat udara. Babi terinfeksi kronis selama lebih dari 1 tahun atau bersifat laten yang sewaktu-waktu mengeluarkan virus apabila hewan dalam keadaan stres biasanya pada waktu melahirkan. Kebanyakan wabah terjadi sebagai akibat masuknya babi tertular kesuatu kelompok babi yang peka. Penularan virus dari

satu kandang ke kandang lainnya dapat terjadi. Peranan vektor mekanis dalam hal ini sangat besar. Anjing, kucing, dan hewan karnivora lainnya serta tikus dapat terinfeksi akibat makan organ atau bangkai hewan atau limbah tercemar virus PRV. Penyakit dapat bersifat endemik. Babi yang terserang pseudo rabies ditandai dengan tingkat mortalitas 20100% terutama anak babi berumur kurang dari 2 minggu, sedangkan anak babi yang baru disapih, tingkat mortalitasnya 5-10%. Gejala klinis pada sapi dan domba adalah gatal-gatal, menjilat-jilat, tidak mampu berdiri, sangat lemah sampai akhirnya konvulsi, paralisis faring, mulut berbuih dan kematian dalam waktu 2 hari setelah gejala klinis muncul. Tindakan administrasi yang dilakukan adalah melaporkan segera kepada dinas peternakan setempat untuk dilakukan tindakan sementara. Pencegahannya dengan pelarangan impor hewan dari daerah tertular, karantina yang ketat, vaksinasi dengan killed vaksin untuk daerah enzootik. Tidak ada pengobatan yang

efektif untuk penyakit ini, babi-babi yang sudah memperlihatkan gejala klinis diberi serum hiperimun atau preparat imunoglobulin. Tindakan yang paling efektif adalah melakukan vaksinasi, hewan yang sakit dilarang dipotong dan harus dimusnahkan dengan cara dibakar atau dikubur yang dalam. Nama Penyakit 6.Atropic Rhinitis (AR) pada Babi Penyebab Pasteurella multocida Diskripsi Singkat Atropic Rhinitis adalah penyakit menular pada babi ditandai keluar leleran hidung bersifat purulen, disertai perubahan bentuk hidung berupa cungur hidung membengkok, atrofi tulang turbinatum dan penurunan produktifitas. AR kemungkinan telah tersebar di seluruh dunia. Amerika Serikat dan beberapa negara di eropa menderita kerugian

cukup besar oleh penyakit ini. Detail AR merupakan penyakit khas pada babi dari berbagai umur, namun demikian tanda klinik lebih banyak ditemukan pada babi muda. Keparahan penyakit erat hubungannya dengan cara pengelolaan intensif misalnya pemeliharaan babi dalam jumlah banyak dalam ruangan terbatas, hygiene kandang dan lingkungan yang tidak memadai. Peningkatan konsentrasi amonia dalam ruangan kandang yang dipergunakan untuk penggemukan babi, juga sering menyebabkan peningkatan kasu AR. Penularan terjadi secara aerosol, dari babi tertular ke babi sehat, melalui droplet yang dikeluarkan saat babi tertular bersin. Penularan dapat terjadi pada semua umur, namun demikian kejadian atrofi turbinatum umum disebabkan karena anak babi tertular sewaktu masih berumur beberapa hari atau minggu. AR mempunyai 2 manifestasi klinik yaitu : bentuk progresif dan parah, bentuk ringan sampai

sedang. Gejala klinik yang terlihat adalah babi terlihat bersin-bersin kemudian diikuti oleh eksudat bersifat mukus keluar dari lubang hidung. Pengobatan dengan sulfonamida. Pencegahan AR dapat dilakukan dengan cara vaksinasi.

Anda mungkin juga menyukai