Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Anemia adalah suatu kondisi kurangnya jumlah darah, hemoglobin dan
oksigen dalam sirkulasi, yang dapat mengganggu status kesehatan hewan dan
mengakibatkan penurunan produksi. Anemia dapat disebabkan eh mutifactorial,
penyebab dari anemia harus dapat diketahui agar dapat ditangani dengan tepat.
Equine Infectious Anemia adalah penyakit pada ternak kuda yang
distribusinya menyebar hampir di seluruh dunia. Diberbagai negara, penyakit ini
adaa sala satu penyakit hewan yang wajib dilaporkan pada adankesehatan hewan
di negara bersangkutan apabilaada kuda atau hewan yang dicuragi. Maka dari itu
perlu diketahui gejal dan ciri penyakit ini, yang juga berguna untuk dapat
mencegah, menangani, dan mengobati penderita secara tepat.
1.2 Rumusan masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan Equine Infectious Anemia dan apa
1.2.2
1.2.3
1.2.4

penyebabnya?
Bagaimana patogenesa penyakit Equine Infectious Anemia ?
Apa gejala klinis dari Equine Infectious Anemia?
Bagaimana cara mendiagnosa penyakit Equine Infectious Anemia dan apa

1.2.5
1.2.6

saja differensial diagnosa penyakit tersebut?


Bagaimana prognosa penyakit Equine Infectious Anemia?
Bagaimana penangana penyakit Equine Infectious Anemia?

1.3 Tujuan
Selain untuk tugas akhir praktikum IPDHB, makalah ini dibuat dengan
tujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis dan mahasiswa lain
mengenai penyakit Equine Infectious Anemia.

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Etiologi
Equine infectous anemia kadang-kadang disebut sebagai malaria kuda atau
demam rawa, Equine Infectious Anemia (EIA) adalah virus yang menyebabkan
penghancuran sel darah merah kuda, menyebabkan anemia, kelemahan, dan
kematian. Equine infectious anemia disebabkan oleh equine infectious anemia
virus (EIAV), yang termasuk genus lentivirus famili Retroviridae (subfamili
Orthoretrovirinae).
Spesies yang rentan terhadap penyakit ini adalah semua hewan golongan
Equidae (kuda, poni, keledai). Penyebarannya luas di seluruh dunia kecuali
Islandia dan Jepang.
EIA dapat terjadi dalam bentuk akut atau bentuk kronis. Bentuk akut
biasanya berakibat fatal. Jika kuda bertahan, itu akan menjadi pembawa atau
kronis. Setelah terinfeksi, virus tetap tinggal dalam tubuh kuda untuk sisa
hidupnya. Hewan yang terinfeksi kronis dan carrier disebut sebagai "swampers".

2.2 Patogenesa
Equine infectious anemia virus ditransmisi secara mekanik oleh gigitan
lalat (Tabanus spp. dan Hybomitra spp.). virus ini menetap dalam leukosit selama
hidupnya, dan juga terdapat dalam plasma pada saat demam atau suhu meningkat
(febris). Tingkat viremia yang tinggi pernah dilaporkan selama infeksi awal pada
anak kuda.
EIAV bertahan dalam waktu yang terbatas pada mulut lalat, dan tidak
dapat menyebar pada host yang jaraknya jauh. Tansmisi dapat terjadi saat lalat
menggigit host yang mengalami viremia kemudian selanjutnya menggigit host
lain yang berada di sekitar. Virus ini juga dapat ditularkan melalui transfusi darah
atau jarum dan alat bedah yang terkontaminasi. Virus ini dilaporkan dapat

bertahan selama 96 jam dalam jam suntik. Induk atau kuda betina dpat
menularkan secara vertikal kepada anaknya. Masa inkubasi seminggu sampai 45
hari atau lebih lama. Beberapa kuda tetap asimtomatik sampai mereka stres.

2.3 Gejala klinis


Gejala equine infectious anemia antara lain adalah anemia, kelesuan,
penurunan berat badan, demam yang intermitten, pembesaran limpa, perut
bengkak dan kaki (edema), depresi, kinerja atletik menurun, dan kematian (dalam
kasus akut).
Sering terlihat dalam kasus-kasus akut EIA termasuk pembesaran limpa,
hati, kelenjar getah bening abdominal, serta edema pada ventral abdmen. Kasus
infeksi kronis yang ditandai dengan kekurusan, selaput lendir pucat, perdarahan
ptechie dapat terlihat pada organ-organ dalam termasuk limpa dan ginjal.
Hemoragi pada mukosa dan visceral dan trombosis pembuluh darah juga pernah
dilaporkan. Beberapa hewan menderita secara kronis dan mati pada saat
timbulnya

simptom

tidak

memiliki

lesi

yang

berat

tetapi

memiliki

glomerulonefritis proliferatif dan lesi okular.


Histopatologi, ada hepatitis non supuratif dan dalam beberapa kasus,
glomerulonefritis,

leukoencephalitis

periventrikel,

meningitis,

atau

encephalitis. Proliferasi sel reticuloenthelial jelas dalam banyak organ, terutama di


hati, dimana juga ada akumulasi hemosiderin dalam sel Kupffer. Akumulasi
perivaskular limfosit dapat ditemukan di berbagai organ.

2.4 Diagnosa dan differensial diagnosa


Diagnosa berdasarkan anamnesa terutama mengenai kondisi klinis atau
riwayat penyakit di populasi tempat tinggal hewan tersebut dan berdasarkan gejala

klinis yang tampakpada hewan. Tes laboratorium yang dapat dilakukan adalah uji
serologi, dua uji serologis yang paling sering digunakan adalah agar gel
immunodiffusion (AGID or Coggins) test dan enzyme-linked immunosorbent
assays (ELISAs).
Pada kasus yang langka, antibodi tidak meningkat sampai 60 hari. Kuda
biasanya seronegaive pada uji AGID selama 23 minggu pertama setelah infeksi.
ELISA dapat mendeteksi antibodi lebih cepat dan lebih sensitif daripada tes
AGID. Tetapi positif palsu sering terjadi. Oleh karena itu, hasil positif ELSA
dikonfirmasi dengan tes AGID atau immunoblotting (Western blotting). Hasil
penelitian yang terbatas menunjukkan bahwa produksi antibodi pada keledai
lambat.
Isolasi virus biasanya tidak diperluka untk mendiagnosa penyakit ini,
tetapi dapat dilakukan jika ingin. EIAV dapat ditemukan dalam plasma dan
leukosit saat suhu tinggi. Isolasi virus dilakukan pada kultur leukosit kuda; karena
seini sulit untuk tumbuh tes ini mungkin tidak tersedia di laboratoriumlaboratorium. Idetifikasi virus dapat dikonfirmasi dengan antigen spesifik ELISA,
immunofluorescence tests atau PCR. Serum harus dikumpulkan untuk uji serologi.
sampel darah diambil untuk RT-PCR, isolasi virus atau inokulasi ke dalam hewan
uji.
Differensial diagnosa
Gejala demam yang mirip pada penyakit equine viral arteritis, purpura
hemorrhagica, leptospirosis, babesiosis, strongyliasis parah atau fascioliasis,
toksisitas fenotiazin, autoimune hemolytic anemia dan penyakit lain yang
menyebabkan demam, edema dan atau anemia.
2.5 Prognosa
Prognosa untuk EIA adalah infausta. Tidak ada pengobatan yang efektif
untuk penyakit equine infectious anemia.

2.6 Pengobatan dan pengendalian


Tidak ada obat dan belum ada obat untuk Equine Infectious
Anemia. Pengendalian dilakukan misalnya, kuda-kuda yang akan mengikuti
sebuah acara atau kompetisi dan untuk transportasi lintas negara harus diuji untuk
penyakit ini, biasanya dengan tes darah rutin sederhana yang disebut tes Coggins.
Kuda yang terinfeksi adalah lifelong carriers harus diisolasi permanen dari
hewan-hewan yang peka.
Selama wabah dilakukan penyemprotan untuk mengendalikan vektor
(lalat), serta penggunaan insect-repellents dan insect-proof dapat memotong
transmisi. EIAV tidak terus berada dalam serangga yang merupakan vektor
mekaniknya, dapat dihancurkan oleh desinfektan yang umum. Penempatan hewan
dalam kelompok kecil yang dipisahkan setidaknya 200 m, terutama saat sedang
terjadi kasus. Perawatan harus diperhatikan untuk mencegah transmisi iatrogenic.
Di beberapa negara yang tidak terjadi EIA, dilakukan test EIA pada
karantina dan kontrol gerakan, pelacakan kasus dan pengawasan. Di AS kuda
terinfeksi harus ditandai / dicap sebelum dipindahkan antar negara. Hanya untuk
keperluan research atau diagnostik atau kembali ke farm asal dan dalam kondisi
dikarantina.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Equine infectous anemia disebut sebagai malaria kuda atau demam rawa.
Equine infectious anemia disebabkan oleh equine infectious anemia virus (EIAV),
yang termasuk genus lentivirus famili Retroviridae (subfamili Orthoretrovirinae).
Bentuk penyakit akut dan kronis. Spesies yang rentan adalah semua hewan
golongan Equidae (kuda, poni, keledai). Penyebarannya luas di seluruh dunia
kecuali Islandia dan Jepang.
Penularan atau transmisi virus melalui vektor mekanik berupa lalat. Virus
ini juga dapat ditularkan melalui transfusi darah atau jarum dan alat bedah yang
terkontaminasi. Induk betina juga dapat menularkan kepada anaknya. Gejala
equine infectious anemia antara lain adalah anemia, kelesuan, penurunan berat
badan, demam yang intermitten, pembesaran limpa, perut bengkak dan
kaki (edema), depresi, kinerja atletik menurun, dan kematian (dalam kasus akut).
Cara mendiagnosa EIA yang paling sering dilakukan adalah tes Coggins.
Tidak ada pengobatan yang efektif juga belum ada vaksin untuk penyakit EIA,
sehingga prognosa untuk kuda yang terinfeksi adalah infausta.

3.2 Saran
Diharapkan peternak atau masyarakat yang sering berinteraksi dengan
hewan atau ternak golongan Equidae (hewan yang rentan) banyak mempelajari

tentang penyakit ini, agar dapat mengetahui pola pencegahan, penanganan dan
pengendalian penyakit ini.

Anda mungkin juga menyukai