Anda di halaman 1dari 5

BATIK

Batik berasal dari kata: Amba dan nitik artinya Gambar yang dilakukan diatas kain dengan
menggunakan bahan lilin/malam, pewarna napthol dan alat canting kuas dengan tehnik tutup
celup.
Membatik merupakan kegiatan berkarya seni menggunakan bahan lilin yang dipanaskan dan
menggunakan alat canting atau kuas untuk membuat pola gambar atau motiI yang dioleskan di
atas selembar kain. Teknik pewarnaannya menggunakan teknik tutup celup. Karya seni batik ini
merupakan salah satu seni terapan Nusantara yang menjadi ciri khas kebanggaan bangsa
Indonesia.
Sejarah Batik di Indonesia
Seni Batik tetap hidup subur di Indonesia, dikenal oleh seluruh lapisan masyarakat. Bila kita
bandingkan batik yang kita kenal sekarang dengan batik puluhan tahun yang silam, tidak begitu
banyak perubahan ; baik bahan, cara maupun coraknya. SiIat inilah yang menyebabkan seni
batik mudah dipelajari, dari generasi ke generasi (Widodo, 1982 : 2).
Mengenai asal mula Batik Indonesia, ada beberapa pendapat :
Ditinjau dari Sejarah Kebudayaan
ProI. Dr. R.M. Sutjipto Wirjosuparta menyatakan bahwa sebelum masuknya kebudayaan India
bangsa Indonesia telah mengenal teknik membuat kain batik (Widodo, 1983 : 2).
Ditinjau dari design batikdan proses ~Loax-resist tehnique
ProI. Dr. AlIred Steinmann mengemukakan bahwa :
Telah ada semacam batik di Jepang pada zaman dinasti Nara yang disebut 'Ro-Kechr, di China
pada zaman dinasti T`ang, di Bangkok dan Turkestan Timur. Design batik dari daerah-daerah
tersebut pada umumnya bermotiI geometris, sedang batik Indonesia lebih banyak variasinya.
Batik dari India Selatan (baru mulai dibuat tahun 1516 di Palekat dan Gujarat) Adalah sejenis
kain batik lukisan lilin yang terkenal dengan nama batik Palekat. Perkembangan batik India
mencapai puncaknya pada abad 17-19.
Daerah-daerah di Indonesia yang tidak terpengaruh kebudayaan India, ada produksi batik pula,
misalnya di Toraja, daerah Sulawesi, Irian dan Sumatera.
Tidak terdapat persamaan ornamen batik Indonesia dengan ornamen batik India. Misal : di India
tidak terdapat tumpal, pohon hayat, caruda, dan isen-isen cece serta sawut.
Ditinjau dari sejarah
Baik ProI. M. Yamin maupun ProI. Dr. R.M. Sutjipto Wirjosuparta, mengemukakan bahwa batik
di Indonesia telah ada sejak zaman Sriwijaya, Tiongkok pada zaman dinasti Sung atau T`ang
(abad 7-9). Kota-kota penghasil batik, antara lain : Pekalongan, Solo, Yogyakarta, Lasem,
Banyumas, Purbalingga, Surakarta, Cirebon, Tasikmalaya, Tulunggagung, Ponorogo, Jakarta,
Tegal, Indramayu, Ciamis, Garut, Kebumen, Purworejo, Klaten, Boyolali, Sidoarjo, Mojokerto,
Gresik, Kudus, dan Wonogiri (Widodo, 1983 : 2-3).
Sejarah batik diperkirakan dimulai pada zaman prasejarah dalam bentuk prabatik dan mencapai
hasil proses perkembangannya pada zaman Hindu. Sesuai dengan lingkungan seni budaya zaman
Hindu seni batik merupakan karya seni Istana. Dengan bakuan tradisi yang diteruskan pada
zaman Islam. Hasil yang telah dicapai pada zaman Hindu, baik teknis maupun estetis, pada
zaman Islam dikembangkan dan diperbaharui dengan unsur-unsur baru (Yudaseputro, 2000 : 97).
!ola Batik
Pengertian Ragam Hias: Adalah usunan pola hias yang menggunakan motiI hias dengan
menggunakan kaidah-kaidah tertentu pada suatu bidang sehingga menghasilkan bentuk-bentuk
yang indah.
Untuk karya seni batik tradisional selalu menggunakan ragam hias tertentu yang telah lama
diterapkan secara turun-temurun sejak jaman dulu. Ragam hias tersebut mempunyai makna atau
simbolik tertentu. Namun saat ini sudah banyak dijumpai ragam hias batik dengan pola kreasi
yang lebih bebas.
Pola Hias merupakan unsur dasar yang dapat dipergunakan sebagai pedoman dalam mendesain
sebuah hiasan
MotiI Hias merupakan pokok pikiran dan bentuk dasar dalam ragam hias, meliputi bentuk
manusia, alam, tumbuhan dan hewan.
Ragam hias adalah bentuk susunan pola hias dari satu atau lebih motiI hias dengan kaidah estetik
tertentu sehingga menghasilkan bentuk yang indah
Ragam hias dibedakan menjadi tiga yaitu :
a. MotiI geometris (pilin ganda, swastika, tumpal)
b. MotiI non geometris (manusia, tumbuhan, hewan)
c. MotiI benda mati (air, awan, batu, gunung, matahari)
Fungsi Batik
1. Fungsi !raktis: sebagai alat pemenuhan kebutuhan akan sandang
contoh: taplak meja, busana, kurung bantal dll.
. Fungsi Estetis: sebagai alat memperindah atau menghias ruangan
contoh: Lukisan batik
Jenis-jenis Batik
1. Batik Tulis
2. Batik Cap
3. Batik Jumputan
4. Batik Lukis
Bahan dan !eralatan Membatik
a. Bahan yang diperlukan :
Bahan utamanya adalah kain mori/ sutera, lilin (malam), soda api dan pewarna.
Jenis kain katun merupakan jenis kain yang disarankan dan sangat baik menyerap warnanya.
Sedangkan kain sutera lebih halus dan harganya tentu saja lebih mahal. Gunakan ukuran kain
yang akan dibatik sesuai kebutuhan.
Lilin yang digunakan untuk membatik bermacam-macam, seperti :
- Lilin putih
- Lilin kuning
- Lilin hitam
ketiganya dibuat dari minyak latung buatan pabrik
- Lilin tawon yang dibuat dari sarang lebah
dan sebagainya
Pewarnya yang digunakan untuk membatik dapat menggunakan pewarna modern buatan pabrik
seperti Napthol, Indigosol dan Remasol atau berasal dari alam seperti :
- Warna hijau dari daun-daunan (daun kepyar)
- Warna merah dari daun jati muda
- Warna kuning dari kunyit (kunir) yang dicampur dengan kapur sirih
b. Alat yang dibutuhkan
1. Canting : berIungsi sebgai media pemindah / melukis cairan lilin pada kain (membuat motiI)
jenis-jenis canting berdasarkan Iungsinya:
1. Reng-rengan (membatik dengan mengikti pola awal)
2. Isen (mengisi bidang batik)
Jenis-fenis canting berdasar bentuknya besar dan kecil
Jenis canting terdiri dari : canting kecil, sedang, dan besar
Jenis-jenis menurut banyak carat:
1. Canting cecekan
2. Canting loron (bercarat 2)
3. Canting telon (bercarat 3)
. Kuas : Iungsi kuas untuk menutup bidang yang luas pengganti cantin
3.Wajan : tempat mencairkan malam, sebaiknya bentuk kecil
4.Kompor : Iungsinya memanaskan wajan sebaiknya berukuran kecil untuk mencairkan malam
5.Gawangan : tempat untuk membentangkan kain yang akan di batik
6.Sarung tangan : melindungi tangan agar tidak terwarnai
7.Dandang besar : untuk proses pelorotan malam /pelarutan/penghilangan lilin pada kain
8.Setrika : menghilangkan sisa-sisa lilin pda kain dengan kertas Koran
!roses Membatik
Langkah-langkah dalam proses membatik yaitu :
a. Membuat desain pada kertas terlebih dulu atau langsung pada kain.
b. Persiapan alat dan mencairkan lilin dalam wajan
c. Lilin cair diambil menggunakan canting dan dioleskan ke atas kain sesuai dengan gambar
yang sudah dibuat
d. Setelah selesai kain dicelupkan ke dandang berisi pewarna dilanjutkan dicelup ke dalam
larutan garam lalu bilas
e. Jika ingin menggunakan warna kedua, maka :
I. Ulangi langkah ketiga untuk menutup kain yang dikehendaki tetap pada warna pertama
g. Setelah itu kain dicelupkan ke dandang berisi pewarna kedua dilanjutkan dicelup ke dalam
larutan garam lalu bilas
h. Jika ingin menggunakan warna ketiga, maka :
i. Ulangi langkah ketiga untuk menutup kain yang dikehendaki tetap pada warna kedua
j. Setelah itu kain dicelupkan ke dandang berisi pewarna ketiga dilanjutkan dicelup ke dalam
larutan garam lalu bilas
k. Setelah selesai, masukkan kain ke dalam dandang berisi larutan soda api untuk melarutkan
lilin yang menempel di kain.
l. Bilas lalu dijemur (diangin-anginkan) di tempat teduh tidak langsung dibawah sinar
matahari.



SENI BUDAYA
(BATIK)


Nama : M. Anang Amirudin
Kelas : 3 RPL 2
No : 26


SMK NEGERI 1 TENGARAN

Anda mungkin juga menyukai